Feeling

20 Years Waiting For You

Tentang rasa

Aku tersesat menuju hatimu, berikan aku jalan yang indah

Ijinkanku lepas penatku, tuk sejenak lelap dibahumu

Dapatkah selamanya kita bersama menyatukan perasaan kau dan aku

Semoga cinta kita kekal abadi sesampainya akhir nanti selamanya

Tentang cinta yang datang perlahan membuatku takut kehilangan

Kutitipkan cahaya terang tak padam didera goda dan masa

 

Setelah kembali ke Seoul pun, papa masih harus menjalani pengobatan lagi di rumah sakit. Kami berusaha semaksimal mungkin dalam pengobatan papa. Semua keinginan papa, kami semua berusaha memenuhinya. Hanya satu keinginan papa yang belum bisa kami penuhi. Yaitu melihat kami berdua(aku dan Eun Rin)menikah. Papa sering sekali mengungkapkan keinginannya itu. Aku tahu, papa sangat mengkhawatirkan kami berdua. Terutama kepadaku. Karena sebagai anak tertua, aku harus menjadi contoh bagi adik-adikku. Tapi apa dayaku? Aku belum juga menemukan pria yang dapat membuat jantungku berdetak kencang seperti saat aku bersama Jong Woon. Aku sendiri bingung, kenapa seperti itu. Padahal aku dan Jong Woon hanya sekedar teman. Yah, dia hanya menganggapku teman. Hanya sekedar teman baik. Tempat curhat, tong sampahnya.

Padahal sudah bertahun-tahun aku tidak pernah lagi bertemu dengannya mungkin sudah 14 tahun. Tapi, tetap saja ada yang kurasa kurang dari pria-pria itu. Yang satu, aku tidak merasa nyaman dengannya, yang satu lagi aku merasa tidak dihargai olehnya. Tapi semuanya tidak bisa membuatku merasa tidak rela jika mereka bicara tentang wanita lain. Tidak dapat menimbulkan rasa cemburuku. Tidak seperti yang sering kurasakan saat melihat Jong Woon berbicara atau duduk di dekat yeoja lain.

Jong Moon semakin besar, dan semakin nakal. Selalu saja membuat rumah kami meriah. Saat Jong Moon akan memasuki sekolah dasar, papa meninggal. Saat itu aku sangat berharap Jong Woon ada di sisiku. Aku berfikir jika dia ada bersamaku, aku akan lebih kuat menghadapi semuanya. Karena terus terang saja, aku saat itu merasa sangat terpuruk. Karena, saudara-saudara papa ingin mendapatkan bagian dari harta waris. Rasa sedih, kesal, marah, berkecamuk dalam hati dan fikiranku. Ingin aku berteriak kepada mereka semua. 

“APA YANG SUDAH KALIAN LAKUKAN UNTUK PAPAKU!!! SELAMA INI KALIAN HANYA BISA MEMINTA. APA KALIAN ADA MEMBANTU KAMI MENGURUSI PAPA!!! APA KALIAN MAU TAHU KESUSAHAN KAMI SEMUA!!! APA KALIAN MEMIKIRKAN KAKAK LAKI-LAKI KALIAN ITU!! KALIAN TIDAK PERNAH DENGAN INISIATIF SENDIRI DATANG KERUMAH KAMI. SELALU HARUS KAMI YANG MEMINTA KALIAN DATANG. DIMANA OTAK DAN HATI KALIAN!!!!!”

Selama ini, papa selalu membantu mereka semua. Hingga kurang memperhatikan kami. Mereka bahkan sanggup menipu papa, yang kakak laki-laki tertua mereka. Kami semua hanya bisa diam melihatnya. Karena papa selalu lebih percaya kepada mereka dibandingkan kami, anak-anak dan istrinya.

Tapi, ternyata kuasa Tuhan itu sangat besar. Tidak lama setelah mereka mengungkapkan keinginan mereka, satu persatu dari mereka menderita sakit. Dari sana aku bisa melihat siapa-siapa yang pernah menipu papa. Semakin besar mereka menipu papa semakin keras teguran Tuhan kepada mereka. Sayangnya, tidak semua dari mereka menyadari kalau itu adalah teguran dari Tuhan. Hingga mereka masih tetap saja berbuat hal yang sama kepada saudara yang lain.

Setelah papa tiada, aku mulai mengambil alih tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Mulai kembali bekerja sebagai manajer marketing. Kali ini di salah satu perusahaan multinasional dari Malaysia. Setiap hari mengantar dan jemput Jong Moon ke dan dari sekolahnya. Menemui konsumen atau distributor, melobi dan segalanya agar penjualan kami meningkat.

 Aku dikenalkan dengan seorang pria oleh sepupu mama. namanya Gun Boom. Seorang polisi dari bagian reskrim. Aku beteman dengannya selama, kurang lebih 2 bulan. Seorang duda beranak satu. Bercerai dengan istrinya karena sering bertengkar. Juga karena istrinya itu bukan . Dasar BABO!! sejuta kali lipat B A B O !!!!!. Alasan apa itu. Syukurlah dia yang meminta kami berpisah.

Tidak lama kemudian, aku di kenalkan lagi dengan seorang pria. Duda tanpa anak. Namanya Jun Dong. Sudah dua kali bercerai. Dengan banyak alasan, yang dia ungkapkan untuk memperlihatkan kepadaku semua kekurangan istri-istrinya itu. Aku berteman dengannya selama 2 minggu. Dari awal kami berkenalan, dia sudah menampakkan gelagat buruk. Baru mengenalku selama 3 hari, dia sudah memintaku untuk menemaninya di hotel. Disana mau apa?? Mian, aku bukan yeoja seperti itu. Begitu pun aku masih mau berteman dengannya.

Hingga dia mulai melarangku bekerja dan membawa sendiri mobilku. Maksudnya dia apa?. Seharusnya dia berfikir. Jika aku tidak bekerja, siapa yang membayar semua tagihan kami? Dia?. Jika aku tidak membawa sendiri mobilku, siapa yang mengantar dan menjemput Jong Moon, mengantarkan kami sekeluarga pergi? Dia?. Saat kukatakan aku tidak akan bekerja jika dia membayar semua tagihan kami, dia hanya diam seribu bahasa. Lalu saat kukatakan aku tidak akan menyetir sendiri jika dia memberikan kami seorang supir, dia kembali hanya diam. Tapi, dia tetap saja melarangku bekerja dan mengemudi sendiri. MAKSUD LO!!!. Dasar tidak bertanggung jawab. Aku segera memutuskan aku tidak mau lagi berteman dengannya.

Kujalani hari-hariku seperti biasanya. Setiap pagi mengantarkan Jong Moon kesekolahnya,  sore harinya baru kujemput dia pulang. Sering kutunggui Jong Moon di sekolahnya. Aku pun mulai berteman dengan orang tua siswa yang sama-sama menunggu di sekolah. Aku kemudian berteman dengan Sung Nee, kak Yuri, kak Mina, kak Yoona, dan yang lainnya. Bertemu dengan orang-orang baru.

Selama beberapa tahun aku terus berteman dengan mereka. Terutama dengan Sung Nee. Dia istri dari seorang tentara. Anehnya, dia selalu saja menjadi sasaran para biang gossip. Ada saja gossip yang mereka sebarkan. Tapi kalau dipikir-pikir, apa yang mereka gossipkan itu sangat lucu. Hingga tak jarang aku tertawa sendiri mendengar ucapan mereka.

Aku sendiri tidak lepas dari para gossipers itu. Ada saja cerita yang mereka ada-adakan. Aneh-aneh sekali gossipnya itu. Aku tidak ambil pusing dengan para gossipers itu. Aku beranggapan, kalau aku termasuk dalam berita gossip, berarti mereka iri kepadaku. Walau aku heran, karena aku tidak tahu kenapa mereka iri kepadaku. Kami semua, hanya tertawa jika mendengar salah satu dari kami masuk kedalam berita gosip itu.

Contohnya, aku, si Eun Win ini. Aku di gosipkan sedang berburu laki-laki. Karena sampai umurku yang bisa dikatakan perawan tua, aku belum juga menikah. memangnya aku seputus asa itu? mau mengambil suami orang? Mana udah bisa dibilang ahjushiku??? Seperti tidak ada saja namja lain yang y, free and single yang masih beredar di muka bumi ini.

Suatu hari, ada teman Eun Rin yang mengajak kami bekerja sama dalam usahanya. Kami hanya memberikan modal kepadanya, lalu kami akan dibagi keuntungannya. Awalnya keuntungannya itu bisa kami nikmati. Lalu dia meminta tambahan modal untuk menambah kapasitas produksi mereka. Yang kami penuhi dengan senang karena berharap keuntungan yang mereka bagi menjadi lebih besar. Jadi kami meminjam uang kepada sebuah Bank. Dengan agunan rumah kami. Lalu hasil pinjaman itu kami berikan kepada mereka. Karena kami meminjam uang dari Bank, maka kami di kenai bunga.

Sayangnya, kami bisa dibilang tertipu. Karena setelah mereka menerima uang dari kami, mereka menghilang. Akhirnya yang menanggulangi hutang mereka itu adalah orang tua mereka. Itu pun hanya pinjaman pokoknya saja. Sementara bunganya, orang tua mereka tidak mau menanggungnya. Belakangan kami mendengar, pinjaman mereka sudah sangat banyak. Bukan saja meminjam kepada banyak orang, tapi juga jumlah pinjaman mereka yang sangat banyak.

Kedua orang tua mereka juga sedang kesusahan. Karena perusahaan mereka sedang kesulitan juga. Jadi kami harus bisa bersabar untuk mendapatkan kembali uang kami. Sementara pinjaman kami mendekati waktu jatuh tempo. Akhirnya kami sepakat untuk menjual saja rumah kami untuk melunasi pinjaman kami. Setelah beberapa lama menunggu, barulah ada pembeli yang berminat. Dengan uang muka yang di berikan oleh pembeli itu, kami pun melunasi pinjaman ke Bank.

Selama pinjaman itu belum terbayar, kami sekeluarga berusaha keras memenuhi semua kebutuhan kami sebulan. Kami tidak bisa hanya bergantung dari pensiun mama dan gaji serta bonusku yang tidak tetap. Hari demi hari kami tetap berusaha agar segalanya berjalan lancar. Syukurlah, bibi Risa sering membantu kami. Terkadang dia membawakan belanjaan atau memberikan uang kepada mama.

Perlahan tapi pasti, kami mulai bisa berdiri sendiri. Walau masih juga terseok-seok. Kami bersyukur, karena pinjaman Bank sudah lunas. Jadi tidak perlu dipikirkan lagi. Tinggal sekarang, kami sekeluarga harus merencanakan keuangan kami dengan lebih baik.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet