Chapter 4

Gloomy Winter Wish

Angin musim semi bertiup pelan. Udara begitu terasa nyaman, ditambah dengan pemandangan bunga yang mulai bermekaran membuat mata serasa hijau teduh. Di musim ini, orang-orang biasanya banyak yang menyatakan cinta kepada sang pujaan hati, atau melamar bagi yang telah siap menikah. Mereka pikir musim semi adalah musim yang cocok karena suasana begitu indah.

Tapi tidak bagi Kim Namjoon. Pria yang berprofesi sebagai polisi sekaligus memiliki kemampuan detektif yang handal itu tengah bersandar di kursi putarnya. Kepalanya mengadah ke atas, matanya terpejam. Satu kasus yang ia tangani kali ini memang bukan kasus ribet pertama yang ia tangani, tapi tetap saja menyusahkan. Bukannya itu sudah menajdi tugas polisi? Tentu saja.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Namjoon melihat nama yang tertera di layar ponselnya, lalu menegakkan duduknya.

“Oh, hai Taehyung.” Sapa Namjoon.

“Kau punya waktu? Kita harus bertemu. Siang ini, bagaimana?” Terdengar suara Taehyung di sebrang telepon.

“Tentu saja. Banyak yang ingin aku bicarakan denganmu.” Klik. Tanpa mengucap sepatah kata lagi, Taehyung memutuskan sambungan telepon.

Dua puluh menit kemudian, mereka sudah duduk berhadapan di sebuah kedai kopi.

“Kau sudah yakin dia pelakunya?” Tanya Taehyung membuka percakapan.

“Ya, sepertinya begitu. Bukti-bukti mengarah kepadanya, termasuk hasil tes sidik jari.” Ujar Namjoon.

Taehyung menyesap kopinya. “Wah, kau bahkan melakukan tes sidik jari? Bagaimana kau melakukannya? Bukankah mobil itu sudah ringsek?”

“Taehyung, aku ini polisi. Aku pernah menjadi detektif. Kau bertanya ‘bagaimana aku melakukannya’? Aneh sekali.” Namjoon terkekeh pelan.

Tawa Namjoon menular pada rekan di depannya itu. “Jadi, siapa namanya?”

“Kim Tae Soo.”

Kening Taehyung mengeriyit. Ia tidak pernah mengenal orang dengan nama itu, tapi sepertinya ada yang tidak asing. “Kau sudah mendapatkan fotonya?”

“Sayangnya belum. Aku hanya mendapatkan ini. Ketua Lee yang memberikannya padaku.” Namjoon membuka galeri fotonya di ponsel, lalu menyerahkannya pada Taehyung.

Mata Taehyung menyipit. Layar ponsel itu menampilkan foto punggung seorang pria dengan pakaian serba hitam. Rambutnya cepak, seperti orang yang akan menjalani wajib militer. Aneh. Dari postur tubuhnya, ia terlihat tidak asing. Sambil memikirkan keganjalan itu, Taehyung mengembalikan ponsel Namjoon.

“Kenapa wajahmu begitu?” Tanya Namjoon.

Taehyung diam sebentar. “Tidak, aku hanya merasa pernah bertemu dengan orang itu.”

“Benarkah?”

Taehyung mengangguk. Beberapa detik kemudian, ia melihat jam di tangannya. “Aku harus menghadiri rapat dokter. Namjoon-ah, lakukan ini dengan baik. Kau tahu Kim Seok Jin itu direktur bank yang besar. Bank itu sekarang sedang dilanda kegelisahan untuk mengangkat direktur yang baru.”

Senyum di bibir Namjoon merekah sedikit. “Aku tahu. Percayakan saja padaku.”

*

Shin Yui berdiri di depan pagar rumah Kimberly. Tangannya bergerak ke atas, hendak membuka gerbang. Tapi lagi-lagi ia menarik tangannya—sudah yang kedelapan kalinya. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi. Ia belum siap mengatakan ini kepada Kim. Masih terlalu awal. Ia takut Kim akan kembali jatuh dalam hari-hari suramnya.

Tapi sebelum Yui meneruskan langkahnya, “Shin Yui!” suara Kim mengudara, masuk dalam telinga Yui. Suara ceria itu sedikit membuat telinganya panas, lalu badannya serasa membeku.

“Yui-chan?” Panggil Kim lagi dengan logat Jepang.

Yui memabalikkan tubuhnya. Ia memasang wajah sebiasa mungkin agar sahabatnya itu tidak curiga. “Hai Kim.”

“Sedang apa? Kenapa tidak langsung masuk?”

“Aku… ya tadi aku ingin langsung masuk, tapi sepertinya payungku ketinggalan. Jadi aku ingin mengambilnya dulu.” Ucap Yui berbohong.

Kim mengerutkan dahinya. “Payung? Kukira kau tidak suka membawa payung?” Alisnya terangkat. “Lagi pula hari ini tidak akan hujan. Kalau pun hujan kau bisa pinjam payungku. Ayo masuk, Ibuku baru saja masak udon.”

Dengan langkah berat, Yui mengikuti Kim masuk rumah.

*

Yui tidak berlama-lama di rumah Kim. Ia berbohong mala mini ada janji dengan Taehyung. Merka harus bicara karena kemarin bertengkar, dustanya. Kim terlihat khawatir karena selama ini ia tidak pernah mendengar Yui dan Taehyung bertengkar. Karena itu ia menyuruh Yui cepat-cepat menyelesaikan masalahnya.

Tapi gadis itu memang akan bertemu dengan kekasihnya. Setidaknya ia tidak sepenuhnya berbohong. Berbohong selalu membuatnya merasa tidak nyaman.

Mereka makan malam di sebuah restoran. Tidak terlihat mahal, tapi makanan di sini enak.

“Kau sudah memberitahunya?” Tanya Taehyung setelah pelayan pergi sambil mencatat pesanan mereka.

Yui menggeleng lemah.

“Kenapa? Dia harus tahu.”

“Aku tidak tega membiarkannya mengingat masa lalu. Kau tahu betapa susahnya aku waktu itu membujuk dia agar makan, minum obat karena sakit, dan keluar rumah? Tidak mudah, Kim Taehyung.”

“Aku tahu. Tapi dia tetap harus tahu masalah ini.”

Hening sejenak. Mereka larut dalam pikirannya masing-masing. Bahkan Taehyung berpikir akan membawa Kim ke Dokter Park yang dulu ikut serta menolongnya keluar dari Hypopituitarism. (Baca Tell Me What Is Love).

“Kau bilang tadi namanya siapa?”

“Kim Tae Soo.”

Pelayan membawakan pesanan mereka.

Aneh. Yui merasa tidak asing dengan nama itu. Ia memang tidak punya kenalan atau kenal dengan orang bernama Kim Tae Soo. Tapi ia yakin ada yang mengganjal.

“Kudengar, pegawai baru yang terlibat masalah di bank Seokjin itu bunuh diri.” Taehyung memecahkan keheningan yang sudah tercipta dua kali. Tidak biasanya mereka makan dengan suasana serius seperti itu.

“Apa?”

“Dia tidak mau masuk penjara. Alasan yang sederhana.”

Yui tertawa sumbang. “Konyol sekali.”

Taehyung tersenyum tipis. “Yah, beginilah hidup.”

Lagi-lagi suasana menjadi hening. Hari ini mereka terlalu lelah. Banyak pikiran yang berlalu-lalang di otak mereka. Semuanya begitu mengganggu, tapi menuntut untuk cepat diselesaikan.

“Ngomong-ngomong, katanya kau akan dijodohkan.”

Tak butuh waktu lebih dari satu detik untuk Yui tersedak. Ia tidak mengatakan apa pun. Bahkan sekedar memandang Taehyung. Sial,  bagaimana dia bisa tahu? Yui sudah menyimpan hal itu rapi-rapi. Siapa pun tidak boleh memberti tahu Taehyung sebelum dirinya sendiri.

“Kenapa? Wajahmu aneh. Pasti itu benar.” Desak Taehyung.

“Kim Taehyung, aku….” Berhenti. Leher Yui serasa tercekat. Ia hendak melanjutkan kalimatnya, tapi mata Taehyung terlihat menusuk begitu dalam. “… aku… Ya. Ibuku menyuruhku kencan buta. Aku tidak mengerti mengapa dia tidak menyukaimu—maksudku, belum merestui hubungan kita. Tapi Taehyung, aku bersumpah aku tidak datang di kencan buta itu. Aku tidak mau!” Ucap Yui cepat seperti kereta express sambil membuat tanda V dengan dua jarinya.

Taehyung tidak merespon apa pun selain mengangkat alisnya.

“Taehyung-ah….” Gadis itu menunduk. Bibirnya mengerucut membentuk pout. Matanya terlihat sendu, tapi lucu untuk Taehyung. Seperti anak anjing yang imut.

“Baiklah, aku menyerah.”

Bibir Yui merekah menyunggingkan senyum lebar. Ia tahu Taehyung tidak akan pernah bisa menang kalau Yui sudah melakukan aegyo. Dan ia bangga dengan salah satu kemampuannya itu.

“Pria itu, berkencan dengan Kimberly.”

“Apa?!” Kali ini Taehyung kaget, tapi tidak tersedak. “Jadi…?!”

Yui mengangguk, “Kim menggantikan aku di kencan buta itu. Dia baik, kan?” lalu menyesap jus mangganya. “Tapi ada yang aneh kurasa. Ibu Kim juga terlibat dalam acara kencan yang direncakan tapi gagal ini.”

“Maksudmu?” Taehyung tak mengerti.

*

Kim menghela napas panjang. Kalau tidak ingat itu adalah satu-satunya laptop kesayangan yang ia punya, mungkin gadis itu sudah membantingnya. Ia tengah kesal dengan otaknya sekarang. Sungguh, demi apa pun hasrat menulisnya sedang bagus. Tapi ia sama sekali tidak menemukan kata-kata dan lanjutan untuk alur ceritanya. Kalau begini terus ia tidak bisa merilis novel baru.

Mungkin jalan-jalan sebentar bisa menjernihkan pikirannya. Kim berjalan ke dapur untuk mengambil minuman. Tapi langkahnya terhenti di depan televisi.

… Saya dengar Anda sedang berkecan dengan seorang penulis. Apa itu benar?”

“Penulis? Aku bahkan tidak tahu dia penulis. Dan aku sedang tidak mengencani gadis mana pun.”

“Benarkah? Lalu siapa Gadis Prancis yang pernah kau sebutkan itu? Anda memiliki selera yang bagus, Yoongi­­-ssi.”

Niat Kim untuk mengambil minum batal. Matanya terfokus ke televisi yang sedang menampilkan acara talkshow.

Ah, itu. Aku pernah bilang kalau aku mengagumi seorang gadis pada pandangan pertama. Lagu terakhir yang aku tulis adalah untuknya. Aku benar-bernar berharap kami dapat bertemu lagi.”

“Tapi kau bilang kalian tidak sempat bertukar nomor ponsel?”

“Benar. Tapi aku sudah mendapatkan alamatnya.”

“Wah, Min Yoongi-ssi, Anda benar-benar pria romantis.”

Yoongi terlihat tersenyum. “Acara ini akan ditampilkan di hari Sabtu, kan? Boleh aku menyampaikan pesan kepada seseorang?”

“Tentu saja.”

“Hai Gadis Prancis, kalau kau melihat acara ini sekarang, tolong lihat ke luar jendela rumahmu. Ayo jalan-jalan bersamaku.”

Suara riuh penonton terdengar heboh di studio televisi. “Kedengarannya seperti ajakan kecan,” gurau sang MC.

Gadis Prancis, kau tahu, kan, tidak ada orang yang suka ditolak?”

Saat itu juga, tiba-tiba ponsel Kim berbunyi.

“Halo?”

“Hai Gadis Prancis.” Deg. Suara berat itu. Kim mengenal betul, sama sekali tidak berubah di telepon. “Ingat aku?”

Suara Kim hilang entah di mana. Kenapa sulit sekali untuk mengatakan ‘ya’?

Kimberly Choi?”

“Oh, hai, Min Yoongi.”

Sedang apa?”

Sedang apa? Tidak biasanya ia diberi pertanyaan sedang apa. “Tidak ada, hanya duduk.”

“Kau bosan?” Kim mengangguk meski Yongi tidak bisa melihatnya. “Gordenmu melambai.”

Mata Kim terbelalak. Perlahan ia berjalan, melongok ke luar jendela, menjelajah ke segala sudut, lalu matanya berhenti di sebrang jalan rumahnya. Ia mendapati seorang pria yang memegang telepon di telinga kirinya sambil melambai ke arahnya.

“Kau yang di sana itu?” Tanya Kim di telepon.

Ehm-mm.”

Entah karena dorongan apa, gadis itu bergegas menghampiri Yoongi di sebrang jalan. Tidak lebih dari satu menit, ia sudah berdiri di depan Yoongi dengan napas tersengal-sengal.

“Kau berlari?” Tanya Yoongi sambil tersenyum.

“Tidak,” Jawab Kim masih mengatur napasnya. “Hanya berjalan sedikit cepat.”

“Wah, segitunya kah kau ingin bertemu denganku? Terimakasih, aku tersanjung.” Jeda sejenak. “Kau melihat televisi?”

Kim terlihat berpikir sebentar. “Ya,”

“Aku menuntut jawabanmu hari ini.”

“Baiklah,” Jawab Kim spontan. Tak butuh berpikir dua kali baginya untuk mengiyakan. “Mau masuk dulu? Aku akan ganti baju dan mengambil beberapa barang.” Tawar Kim.

“Wanita selalu begitu,”

“Apa?”

“Jangan lama-lama dandannya. Kau sudah cantik tanpa make up.”

Mendengar ucapan Yoongi, Kim tersipu.

*

Seharian ini Kim begitu senang. Yoongi mengajaknya berkeliling kota Seoul. Sederhana memang, tapi entah sejak kapan jalan-jalan dengan pria itu menjadi begitu menyenangkan. Mereka menonton film di bioskop, mengunjungi museum, dan pergi ke tempat-tempat lain.

“Kau senang?” Tanya Yoongi saat perjalanan pulang.

Kim mengangguk. “Senang sekali.” Kemudian ia memandang ke luar jendela mobil. “Ngomong-ngomong, apa kau selalu membeberkan masalah pribadimu di televisi?”

“Maksudmu?”

“Ajakanmu… tentang kencan,”

Yoongi tertawa kecil. “Kau lupa aku baru saja menjadi artis kemarin sore. Jadi kata ‘selalu’mu itu kurang pas.

“Apa kau selalu melakukan itu kepada setiap gadis yang kau kagumi?”

“Tidak.”

“Jadi aku yang pertama?”

“Kedengarannya begitu.” Hening. Kim tidak berkata apa-apa lagi setelah itu. “Biar kutebak. Kau tersanjung.”

Kim menoleh cepat ke Yoongi. Ia heran pria itu selalu bisa membaca pikirannya.

Hari ini adalah pertemu kedua mereka. Sebenarnya Kim sudah beberapa kali melihat Yoongi di televisi. Tapi mereka belum sempat bertatap muka sejak tiga minggu yang lalu. Kimberly merasakan sesuatu yang aneh. Ia merasa jiwanya kembali. Tidak sepenuhnya memang, tapi setidaknya ia bisa melupakan masa lalunya sedikit demi sedikit.

 

-to be continued!
Don't be silent readers, please ^^ leave a comment ya :)

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
keyhobbs
#1
Chapter 7: wah ini udah berarhir aja...tapi lumayan gk nyangka lho tiba-tiba aja myungsoo muncul and jdi tersangka...dan satu lg aku gk pernah tau lho klo yoongi itu first lovenya kim^^ nice job authornim,,
luvelydream #2
Chapter 6: waaahh jadi siapa ini yang ngebunuhnyaaa >< kepo sama pembunuhnya nih author-nim >< haha
keyhobbs
#3
Chapter 6: Ahh....kok taehyung bisa ikut terlibat sih?? Dia cuman d fitnah aja kan ? :(
keyhobbs
#4
Chapter 4: Aku suka cara yoon gi manggil kim dengan sebutan "gadis prancis" hihi :)
hooneymoon #5
I think I'm going to enjoy this story. It looks well written and is great!
luvelydream #6
Chapter 3: wow penuh misteri banget ini ceritanya xD kirain ceritanya bakal terus mellow, soalnya dari awal nyesek banget T_T tapi ternyata ngga haha lanjutkan author-nim! ^^