Sudah lama tidak update....

Maaf...terlalu bingung untuk menulis....

Salam sayang dariku....dan selamat tahun baru

------

Sehun tidak pernah berharap kalau Nana akan berada di ruang kerjanya. Sekalipun kadang pria itu merindukan Nana, tapi bermimpi untuk kembali bertemu mantan kekasihnya itu tidak pernah ada. Sehun terlalu sakit hati saat gadis itu mengatakan akan pergi ke luar negeri dan meninggalkan nya. Dan Sehun tidak pernah berfikir jika bertemu dengan gadis yang menyakitinya membuatnya berdebar-debar. Demi Tuhan, ini sudah lima tahun berlalu dan kecantikan Nana tetap menyihirnya.

"Apa kita akan terus diam saja?" Nana berdiri dari sofa, dia mulai tidak nyaman dengan keheningan ruangan Sehun. Meskipun dia tidak tahu harus mulai bicara apa, tapi tetap saja dia tidak bisa terus diam.

"Oh Sehun. Aku tahu kau marah. Kau membenciku. Tapi tidak bisakah kau menyapa ku, kita sudah lama tidak bertemu, dan kau lebih mementingkan pekerjaan mu."

"Memangnya kenapa? Kalau aku tidak melihat banyak wartawan di luar sana, sudah pasti aku akan menyuruh mu pergi. Aku terlalu sibuk untuk menemani artis yang sedang kurang kerjaan di kantorku." Sehun berkata dingin. "Aku menghargai kau pernah jadi kekasih ku jadi aku membawamu kemari. Jadi sebaiknya kau panggil seseorang untuk menyelamatkan mu dari sini. Kau bisa memakai pintu darurat sampai ke parkiran di bawah sana."

"Jadi kau benar-benar marah." Nana tersenyum. "Baiklah, karena kau sepertinya tidak menginginkan ku, maka aku akan diam di sini, kau bisa menganggap ku tidak ada."

Sehun menatap Nana penuh tanda tanya.

"Ayolah, Oh Sehun. Aku jauh-jauh datang kesini. Aku merindukan mu. Jadi ijinkan aku berlama-lama denganmu. Aku tidak akan mengganggu."

"Terserah." Sehun kembali sibuk dengan berkasnya. Meskipun dia terlihat serius di atas semua pekerjaan nya, tapi nyatanya dia begitu terganggu dengan kedatangan Nana. Hatinya terus berdetak tanpa aturan.

"Bagaimana kabar Jiho?" Nana bertanya tanpa menghentikan kegiatannya, berkeliling di ruangan Sehun.

"Baik," 

"Ayah dan Ibumu?"

"Baik,"

"Bolehkah aku datang berkunjung,"

"Terserah,"

"Apa aku juga boleh berkunjung ke tempatmu?"

Sehun menyerah. Dia bersandar pada kursinya dan menatap Nana.

"Tidak bisakah kau pergi, kau cukup mengganggu. Kita sudah berakhir. Kau yang sudah mengakhirinya. Jadi jangan menggangguku. Kau akan terlihat seperti jalang."

"Aku akan menjadi jalang untukmu," Nana berbalik untuk bertatapan dengan mata Sehun. Kedua pasang mata itu sama-sama memiliki kelukaan masing-masing.

"Saat itu mungkin aku egois. Aku jahat padamu. Tapi aku punya alasan." Nana mulai berkaca-kaca. "Aku juga ingin selamanya tidak kembali kemari. Aku juga ingin melepas mu. Tapi kau selalu muncul di mimpiku. Aku merindukan mu. Jadi aku kembali."

"Dan kau pikir bisa! Apa kau pikir keluargaku juga bisa melihat mu dengan cara yang sama! Apa kau pernah berpikir kalau perasaanku tidak lagi sama!"

"Aku tahu. Tapi aku tidak peduli!"

Tok...tok...tok...

Ketukan pintu membuat keduanya menghentikan perdebatan mereka. Dan saat seseorang masuk, baik Nana ataupun Sehun sama-sama mengatur nafas mereka untuk membuat emosi mereka kembali stabil.

"Maaf, saya hanya ingin mengingatkan,Tn. Oh, Anda ada pertemuan setengah jam lagi bersama Tn. Park." Wanita berbalut baju stelan rapi tersenyum sebelum kembali keluar begitu selesai menyelesaikan informasi nya.

"Baiklah, Oh Sehun. Aku pergi. Tapi aku tetap akan mengejarmu." Nana tersenyum sebelum pergi.

Sehun bohong jika dia tidak tergoda untuk mengejar Nana. Hey, dia juga merindukan gadis itu tapi sakit hatinya membuat rindu itu kalah. Dan bohong jika senyum seorang Kim Nana tidak membuatnya terpesona. Dari dulu, Nana selalu punya sihir dalam senyuman itu, sihir yang membuat Sehun selalu jatuh cinta.