second...

Mom...

BRAK!

Tepuk tangan itu terhenti, ketika mereka berhenti derap langkah menggantikannya. Dan mereka menyadari siapa itu. Pelakunya adalah Marc.

BRUGH!!

“Marc?” sebut orang yang terjengkang. Donghae.

Marc segera bangkit dan meneruskan langkah kakinya.

“Marc.. mau kemana?”. Teriak Donghae menyadari bintik-bintik keringat dan tangan Marc yang menutupi area mulut dan hidungnya.

Marc tidak menjawab, dia terus berlari menuju kamar mandi.

Donghae melihat ada ceceran warna merah dijaketnya yang berwarna putih. “Marc…”. Sebutnya.

Donghae langsung berdiri berlari dan mengikuti Marc menuju kamar mandi.

“Marc! Gwenchana?”. Teriaknya sambil menggedor pintu kamar mandi yang sudah dikunci dari dalam. “Marc! Buka pintu!”. Teriaknya lagi setelah tidak ada jawaban.

 

***

 

Sementara didalam Marc terduduk lemas dilantai. Perutnya masih bergejolak, dia berusaha berdiri lagi untuk memuntahkan seluruhnya. Dan ketika berhasil menghadap wastafle, untuk kedua kalinya semua lancar keluar, air dari dalam perutnya bercampur darah, baik dari mulut maupun hidungnya.

BRUGH…

Donghae yang mendengar dentuman itu semakin khawatir.

Dibelakangnya kini ada beberapa orang, pemain music, salah satunya adalah Ibu Donghae.

“MARC!!! BUKA PINTUNYA!!!”. Teriak Donghae lagi.

Orang-orang itu bertanya-tanya apa yang terjadi.

Seorang Wanita melihat bercak darah di jaket Donghae. “apa yang terjadi? kau berdarah Hae!”. Katanya khawatir melihat bercak itu.

“ini darah Marc umma… Marc ada didalam…”. Kata Donghae.

“hubungi ambulance!”. Perintah Umma Donghae secepatnya. “Dong Wook-ssi, dobrak pintunya!”. Perintahnya lagi. ‘kenapa perasaanku begini…’. Batinnya.

Orang yang diperintah langsung tanggap bertindak.

BRAK!!!

Suara pintu didobrak. Setelah pintu terbuka, terlihat sudah Marc yang tergeletak dilantai, wastafle dan wajahnya berceceran darah, tangan dan kemeja birunya juga tidak luput.

Melihatnya Ibu Donghae reflek mengangkat kepala pemuda yang baru 3 bulan dikenalnya itu.

“Mr. Lee…. Anda bisa dengar suara saya? Mr. Lee…”. Sebutnya berkali-kali.

 

***

 

“Siwonie?”. Sebut Ibu Donghae kaget melihat dokter yang menangani Marc keluar ruangan dengan masker yang terbuka.

“oh… Ahra noona… lama tidak berjumpa..”.

“bagaimana keadaannya?”.

“dia kelelahan dan iritasi lambung…”. Jawab Siwon cepat.

“sekarang dia-“.

“ah… dia belum sadar… biarkan dia beristirahat dulu… sebaiknya noona pulang saja… dia pasienku”.

“biar saya yang menjaganya dok, dia teman saya”. Kata Donghae.

Siwon terdiam, kemudian mengizinkan dengan senyum kecil diwajahnya.

Donghae masuk kamar rawat Marc. Ahra dan Siwon berlalu.

 

***

 

“hah…”. Desah Marc saat pertama kali membuka mata. Dia menoleh kanan kiri, dia mengenali bau dan ruangan bercat seperti ini, ‘ini rumah sakit’. Batinnya. Di dekatnya dia melihat seorang pemuda sepantaran dengannya terlelap. Rambut emonya menutup sebagian besar wajahnya. ‘Hae-ah…’. Batinnya. Dia duduk diranjang. Kepalanya masih sakit. Di remasnya perlahan dahinya. Selang beberapa waktu sakit dikepalanya mereda.

“sudah sadar?”. Tanya sebuah suara serak khas bangun tidur yang cukup dikenal Marc.

Marc mengangguk dan tersenyum.

“masih sakit?”.

“sedikit…”. Jawab Marc jujur. Pandangannya beralih melihat jaket putih Donghae. “kenapa tanganmu?”. Tanyanya.

“ini?”. Tanya Donghae sembari melihat lengan kirinya. “ini darahmu… aku belum ganti baju”. Jelasnya.

Marc menelan ludah melihat bercak darah lagi, terlebih ternyata itu darahnya.

“Gwenchana, ini bisa dicuci”. Kata Donghae setelah melihat perubahan ekspresi Marc.

“hum…”.

“istirahat lagi”. Perintah Donghae.

"aku baru saja bangun, Hae..." elak Marc dengan wajah memberengut.

"kau mau minum?" tawar Donghae sambil berjalan menuju lemari pendingin.

"hem..." jawab Marc mengiyakan. "berapa lama aku tidur?" tanya Marc tanpa antusias.

"hampir 5 jam... wae?".

"anni...".

"setelah minum tidurlah, ini masih terlalu gelap untuk mengobrol" kata Donghae sambil mengulurkan air putih untuk Marc dan kemudian menenggak jus kemasan ditangannya.

 

***

 

Selama 3 hari Marc dirawat, Donghae menemaninya, dan sesekali Ahra datang. Sama seperti hari itu…

Marc hanya melihat Ahra yang tersenyum lembut melihat Donghae yang bercerita bagaimana hari ini begitu ramai saat Pensi di kampusnya dan pertemuannya dengan seorang wanita yang sangat menyebalkan, menurutnya.

“bagaimana harimu dirumah sakit hari ini?”. Tanya Ahra mengalihkan pandangannya pada Marc.

Marc tertegun saat pertanyaan itu meluncur dari bibir Ahra secara tidak terduga.

“bisa ceritakan? Tidak apa kalau tidak bisa cerita…”. Kata Ahra dengan senyum lembut, sama seperti yang diberikannya pada Donghae.

“ah, Rumah sakit tidak pernah menyenangkan”. Jawab Marc setelah kebisuannya yang cukup lama.

“apa tidak ada Perawat yang menarik perhatianmu?” Goda Ahra.

“hem… perempuan London lebih menariknya Umma…”. Sahut Donghae.

Marc melempar apel yang ada dimeja dekatnya ke Donghae.

Donghae menangkapnya dan tersenyum nakal ke arah Marc.

“okelah, kalau begitu apa kau tertarik dengan gadis Korea yang lebih pendek dari bule-bule itu?”. Tanya Donghae lagi.

“bagaimanapun orang yang melahirkanku juga orang Korea, bodoh!”. Kata Marc datar.

“jadi Ummamu orang Korea?”. Tanya Ahra kaget.

“hah… dia bukan ummaku, Ahjumma… aku hanya menumpang lahir dari rahimnya. Itu saja”. Jawab Marc sambil tersenyum.

Ahra tersenyum miris mendengarnya.

“dia meninggalkanku dan appa ketika aku baru menginjak 4 tahun”. Cerita Marc enteng.

Pelan tapi pasti, Marc merasakan sebuah pelukan hangat menjalar dipori-pori kulitnya. Dia memejamkan matanya sesaat merasakan pelukan itu.

“dia akan bangga jika melihat anaknya sepertimu”. Kata Ahra pelan pada laki-laki sebaya anaknya.

“ah… apa akan seperti itu walaupun dia membuangku, Ahjumma?”.

“tidak ada orang tua yang tidak menyayangi anaknya, walau dia meninggalkanmu, bukan berarti dia membuangmu... Dia pasti punya sebuah alasan kuat dan jauh didalam lubuk hatinya dia juga merindukanmu… ingat itu”. Kata Ahra.

Donghae melihat keduanya dengan tersenyum, entah kenapa ia menyadari ada yang lain dari pelukan itu. Lain dari yang diberikan Ahra biasanya kepadanya. Entah mereka sadari atau tidak.

“nanti kalau bertemu dengannya kau juga akan tahu dengan sendirinya bagaimana perasaannya yang sebenarnya… hanya dari sini”. Kata Ahra lagi melepas pelukannya dan meletakan tangannya didada Marc. “perasaanmu akan tahu seberapa besar cintanya yang sesungguhnya untukmu”. Imbuhnya.

“dia ini kurang peka umma… kupastikan dia tidak akan merasakannya”. Kata Donghae sembari menyilangkan tangan didada.

“hah… kau selalu merusak suasana, Hae”. Gumam Marc cukup untuk terdengar kedua anggota keluarga Cho itu.

Ahra tersenyum melihat ekspresi konyol kedua orang didepannya.

“sekarang, istirahatlah, ini sudah waktunya untuk istirahat. Laptopmu, aku sita. Kalau tidak aku yakin kau tidak akan tidur”. Kata Donghae. “aku dan Umma pulang dulu, ada apa-apa hubungi kami”. imbuhnya.

Marc mengangguk.

 

***

 

“mana Marc?”. Tanya Ahra.

“Donghae sudah membawanya ke mobil, pakaiannya juga. Coba noona teliti adakah barangnya yang masih ketinggalan selain handphone ini, dia itu kebiasaan teledornya tidak pernah sedikitpun surut”. Keluh Siwon soal kelakuan keponakannya sembari menyodorkan sebuah benda persegi.

Tanpa banyak kata Ahra melakukannya, mencari barang yang tertinggal, dan benar saja, ia menemukan dompet dan paspor masih didalam lemari. Ia segera mengambil kedua benda itu. Dimasukannya kedalam tas, tapi malah dompet itu terjatuh dan terbuka. Dilihatnya foto Marc remaja awal dan seorang laki-laki dewasa.

“Jungsoo…”. Sebutnya melihat foto pria itu.

Ia merogoh tas sampingnya, mengeluarkan kembali paspor berwarna merah bergambar perisai yang di kanan kirinya ada unicorn dan singa. Dibukanya cepat.

Surname: Lee

Given name: Gyu Hyeon / Marcus

Nationality: British Citizen

Place of birth: Seoul.

Date of birth: 3 February 1988.

‘Gyu Hyeon? 3 Februari 1988… Lee Gyuhyeon… Park Kyuhyun…’. Batin Ahra. Ditengah-tengah pikirannya yang kacau ia berlari keluar ruangan itu, menuju sebuah ruangan yang diyakininya bisa memberi jawaban. Tanpa ketuk pintu atau memberi salam langsung saja di bukanya. Ia melihat orang yang ada di ruangan itu memandangnya kaget.

“Kyuhyun, Marc putraku… apa benar dia putraku dan Jungsoo?”. Tanyanya pada si pemilik ruangan.

“…”.

“Siwon! Katakan! Apa dia Park Kyuhyun, anakku dengan Park Jungsoo! Keponakanmu sendiri?”. Tanya Ahra setelah tak mendapatkan jawaban dari yang ditanya.

Siwon menelan ludahnya kasar.

“Siwon-ssi! Ayo katakan! Dia putraku, dia masih hidup! Aku merasakan dia dekat denganku, 3 February 1988, dia putraku…  dia mirip sekali dengan Jungsoo… matanya hidungnya, sikapnya dan sifatnya… apa benar dia putraku?”. Tanya Ahra, suaranya mulai histeris.

Siwon menunduk. “ya… dia anak yang kau tinggalkan bersama Lee Jungsoo, maksudku mendiang Park Jungsoo, Oppa dari istriku, mendiang Park Min Ah…”.

Ahra langsung berlari keluar, menerjang orang-orang yang melihatnya aneh disepanjang rumah sakit itu. Dia terus saja berlari. Hingga bertemu Donghae di parkiran.

“Umma… kenapa?”. Tanya Donghae bingung melihat tingkah Ahra.

“antar umma ke rumah Kyuhyun”. Pintanya.

“K-Kyuhyun?”.

“Marc, Marcus Lee”

Donghae bingung, tapi dia menurut saja. Setelah Ahra masuk di lajukannya mobil perlahan.

Sampai di depan sebuah rumah.

“rumah ini…”. Lirih Ahra melihat rumah bercat putih gading yang terkesan minimalis, rumah yang sangat dikenalinya. Dia keluar dari mobil tergesa-gesa, sampai didepan pintu dia hanya bisa diam. Dibukanya pintu itu, tidak terkunci. Orang yang dicarinya melongok dari dalam rumah.

“Ahjumma”. Panggil Marc.

Ahra berlari menghampirinya dan memeluk Marc erat, sangat erat…

“w-waeyo?”

“Maaf Umma tidak mengenalimu nae adeul…. Mianhae Chagi… Umma sayang padamu… saranghae… saranghae Kyuhyunie…”. Bisiknya ditengah tangisannya.

Marc memberontak, dia melepas paksa pelukan itu.

Ahra yang lepaspun menatap Marc dengan penuh kasih sayang.

“hah… sayang? sarang? Mian?”. Tanya Marc dengan nada mengejek dan merendahkan. “kemana saja 17 tahun ini? KEMANA!!!”. Bentaknya diakhir kalimat. “Kenapa baru sekarang menyadari aku ada? Kenapa meninggalkanku dan Appa? Katakan kenapa? Apa salahku?”. Tanyanya lirih, sangat lirih. “Park Kyuhyun dan Park Jungsoo sudah mati 17 tahun, aku bukan anakmu! Aku Marcus Lee, putra Denish Lee” kata Marc sembari menjauhkan dirinya dari jangkauan Ahra.

“Umma tidak pernah meninggalkanmu nak… Umma bahkan hanya tahu bahwa kalian sudah meninggal… 17 tahun pula umma merindukan kalian, berharap suatu saat akan bertemu dan bersama kalian kembali…”. Kata Ahra lirih. Setara dengan suara Marc.

“kenapa Anda percaya kami mati kalau jasad kami tidak ada!”. Kata Marc sangat datar. “keluarlah, aku butuh istirahat… sampai jumpa di panggung”. Kata Marc setelah membalikan badannya untuk menuju kamarnya. Menjauhi Angelina. Suaranya bergetar, tapi ditahannya hingga akhir.

“Kyuhyunie…”. Sebutnya lagi.

“keluar dari rumahku!”. Kata Marc dengan nada dingin.

 

***

 

Hari ini Marc kembali mengajar dikelas A.M.A.0118, ruang kelas Donghae.

“maaf saya jadi mengulur pertemuan terakhir kita yang harus selesai minggu lalu menjadi hari ini, saya juga tidak berharap sakit… apa saya di maafkan?”. Gurauan Marc diawal pertemuan setelah ada yang mempertanyakan absennya dirinya seminggu lalu.

“Traktir satu kelas Saem!”. Usul yang duduk paling pojok.

“Traktir? Saya akan traktir 10 nilai tugas terbaik”. Katanya sembari meletakan tas dibangkunya. “ok, hari ini kita langsung Pre test, silahkan buka e-mail kalian, 5 menit lalu saya mengirimkan 10 soal, silahkan dikerjakan seperti biasa”. Kata Marc.

Mahasiswanya tanggap langsung membuka gadget dan membuka aplikasi e-mail, mereka juga segera mengerjakan dengan tenang.

 

***

 

“Marc!”. Panggil salah seorang mahasiswi diluar kelas.

“nde… ada yang bisa aku bantu?”.

“aku mau konsul tugas… aku sudah membuat lagunya jadi seperti ini”. Katanya sembari menyodorkan handphonenya pada dosennya itu.

Marc mem-Play mp3 yang dipinta mahasiswanya. Kemudian dengan seksama mendengarkan lagu itu.

“Oette?”. Tanya mahasiswanya setelah Marc selesai mendengarkan.

“Good Job… kirim di E-mail dan langsung masuk nilai tugas”.

“Ok bos!”.

Mahasiswi itu berlalu.

“Marc!”. Panggil sebuah suara. Yang kali ini sangat dikenal Marc tanpa harus menoleh.

Marc berhenti berjalan dan menoleh ke belakang. “ya Hae…”.

“ikut aku”. Kata Donghae sembari mendorong Marc dari belakang.

 

Bersambung...

 

Next chap mungkin chapt terakhir.... thx for reading, subscribe dan votenya...

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
yuchan13 #1
Chapter 4: aigoo, kyu pergi d pelukan sang eomma, kyu srbenernya skit apa ya? apa aq terlewat membacanya? ntah ini sad ending atw happy ending, bsa d bilang ini happy ending krn kyu akhirnya ketemu sang eomma n pergi d pelukannya... T.T tpi sad ending bwt ahra yg nggk bsa kumpul lbh lama sama kyu pdhl selama ini dy mencari anknya... aq penaaaran gmn mrk bsa pisah, apa yg bikin mrk pisah n bikin kyu ngira ahra ahra ninggalin dy...
ditunggu ff brothersgip n family lainnya...
fira_bunny #2
Chapter 4: Sungguh menyentuh namun berakhir sedih.
Hweeeeeeee......
Kenapa harus sad ending???