Tragedi Angkot

Chanyeol Story

Semua orang punya hari sialnya masing-masing. Bagiku, hari akan sangat terasa sial ketika mobilku harus menginap di bengkel. Seperti hari ini. Alhasil aku harus diantara ke kampus oleh abangku. Abangku berangkat ke kantor pukul 7 pagi, sementara aku mulai kuliah jam 8. Dan aku terpaksa menunggu 1 jam tanpa tau harus ngapain.

Dengan gontai aku melangkahkan kaki ke arah kantin kampus, berharap ada sesuatu yang bisa aku cemil. Aku berjalan sambil menunduk. Tiba-tiba langkahku terhenti karena orang didepanku. Aku melangkah ke kanan, dia pun ke kanan. Aku melangkah kiri, dia pun juga begitu. Geram dengan orang ini, aku mendongakkan kepala ingin memakinya. Aku terkejut melihat siapa yang ada dihapanku. Chanyeol. Makhluk ini lagi. Nggak di café, nggak di kampus kenapa dia terus membuatku kesal.

Eh. Tunggu dulu. Kampus? Aku sekarang di kampus dan bertemu lagi dengannya? Itu artinya aku satu kampus dengan makhluk ini? Astaga. Kenapa Tuha setega ini membuatku harus bertemu terus-terusan dengannya. Cukup setiap malam aku harus bertemu dengannya di café, jangan ditambah lagi dengan dikampus. Ah. Aku mulai frustasi memikirkan akan bertemu dengannya setiap waktu.

Kembali aku menatap wajahnya yang menyebalkan itu. “Nggak di café, nggak dikampus, kayaknya lo selalu bikin gue ngerasa ke ganggu ya? Gue mau ke kantin aja sampai lo ganggu gini,” ucapku ketus. Dia tersenyum. Percayalah, aku semakin kesal melihat senyumannya itu. “Lo aja jalan nunduk, nggak liat-liat. Terus salah gue? Makanya kalau jalan itu kepalanya dinaikkin,” katanya sambil mengangkat daguku sehingga mata kami saling bertapapan, “jangan nunduk terus,” ujarnya lagi, lalu mengacak rambutku. Aku menepis tangannya dan langsung berlalu pergi.

***

Satu hal lagi yang paling aku benci ketika aku tidak membawa mobil; aku harus pulang ke rumah naik angkot. Karena abangku pulang dari kanto di sore hari sementara aku sudah bisa pulang ketika siang. Dan juga, aku terlalu malas meminta kakakku untuk menjemputku. Jangan tanyakan ‘kenapa?’ karena aku hanya malas saja.

Dari kampus, aku harus berjalan sekitar beberapa meter ke tempat pemberhentian angkot. Aku memang tipe orang yang nggak pernah peduli dengan apa yang teradi disekitarku. Mau ada orang yang jualan gorengan, jualan pita, orang pacaran, dan lain-lain, aku nggak peduli. Yang jelas aku terus berjalan dengan tatapan lurus kedepan dan ekspresi muka yang super jutek. Sampai ditempat pemberhentian angkotpun aku nggak mempedulikan siapa saja yang ada disekitar, yang aku tau ketika aku masuk kedalam angkot ada juga seorang pria yang masuk, tapi aku nggak melihat wajahnya.

Diangkotpun aku Cuma diam, sesekali melihat hp, mana tau ada yang nelfon/sms, walaupun aku tau nggak mungkin ada. “Bang, pinggir,” kataku. Angkot berhenti didepan warung kecil dan akupun turun. Aku memang nggak pernah turun didepan rumah kalau naik angkot, sengaja memilih turun didepan warung itu dan berjalan menuju rumah lewat jalan motong sehigga nantinya aku akan sampai di jalan yang ada disamping rumahku.

Pria yang tadi naik bersamaan denganku pun ikut turun dari angkot itu. Aku mulai berjalan melewati gang kecil. Aku merasa pria itu juga mengikuti jalan yang aku lewati. Awalnya aku biasa saja, tapi lama-kelamaan aku merasa takut. Apa orang ini mau maling barang-barang gue, batinku.

Aku memperlambat langkahku, dia pun begitu. Ketika aku mempercepat langkahku, dia mengikutinya juga. Aku mulai merasa benar-benar takut. Ku hentikan langkahku dan memberanikan diri untuk berbalik badan untuk menanyakan kenapa dari tadi dia membuntutiku. Tapi baru saja aku membalikkan badan, aku malah terpikik.

“CHANYEOL!” Chanyeol Cuma nyengir melihatku yang setengah berteriak. “Jadi lo dari tadi ngikutin gue? Lo ada masalah apa sih sams gue? Lo pengen nyulik gue? Atau lo mau mutalasi gue karena jatah nyanyi lo di café gue embat? Plis deh, Chanyeol, cukup di café aja lo nyebelin. Di kampus juga tadi lo udah nyebelin banget, nggak usah ditambah-tambah pakai ngebuntutin gue kerumah segala. Risih tau nggak?!” kataku kesal, aku yakin mukaku pasti sekarang merah sekali saking kesalnya.

Chanyeol malah memasang tampang bingung. Ini orang bego atau apa sih? Ah. Bikin makin kesal aja.

“Lo ngomong apa sih, Za? Orang gue tadi naik angkot karena males bawa motor, trus yang buntutin lo tu siapa? Orang gue mau pulang ke kos-an gue. And btw, kita udah berdiri tepat di depan kos gue. Tuh, lo bisa liat disana ada tulisannya,” ujarnya sambil menunjuk sebuah papan bertuliskan “KOS PUTRA”. Mampus. Tengsin. Mampus. Malu. Aku langsung mendadak gagap. “Bodo,” lalu aku langsung melangkah cepat menuju rumahku.

Aku mendengar suara suara sepatu Chanyeol mengejarku. Aku mempercepat langkah. Demi apapun aku malu sekarang. AAAARRGGHH. Chanyeol menahan tanganku. Aku berbalik menghadap dirinya.

“Apaan lagi?” yang ditanya malah senyum. Ya, aku tahu itu senyum mengejek. Selamat Chanyeol, anda menang hari ini. Huh.

“Kok lo naik angkot sih pulangnya?” tanyanya. “Bukan urusan lo,” aku mendengus kesal. Tapi dia tetap tersenyum. Dia pikir dia bisa menjatuhkan mentalku dengan senyumannya itu? Salah besar.

“Yaudah, ntar malam ke café-nya naik motor gue aja,” tawarnya.

“Nggak butuh,” dan baru saja aku hendak melanjutkan kalimatku, tiba-tiba telponku berdering. Aku melihat layar hpku memastikan siapa yang menelpon. Bang Minseok. “Halo, bang?” “Ha?! Lembur?!” “Terus yang ngantarin aku ke café siapa?” “Ha? Taksi?” “Tapi, bang..” “Yaudah, jangan kemalaman banget pulangnya,” aku menutup telpon dengan sangat-sangat kesal. Ditambah lagi dengan muka penuh kemenangan Chanyeol.

“Jadi, pergi sama gue?” tawarnya lagi sambil memberi senyum ter… ntahlah, aku nggak bisa mendeskripsikannya. Aku menghela napas panjang. Nggak ada pilihan lain, dari pada duit habis buat bayar taksi terpaksa nerima tawarin si kampret ini.

“Oke,” kataku akhirnya. Senyum Chanyeol makin terkembang, “Ntar gue jemput jam setengah 8 ya,” ujarnya, aku hanya mengangguk.

 
 
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
hamidahsyalam #1
Chapter 6: Min part 7 nya jangan lamalama yaak. Hehe