Favorite Color 3

Yellow Dandelion

Joonmyeon mengawasi Minseok yang memegang sapu dengan wajah bersungut-sungut. Akhir musim semi meninggalkan banyak daun kering dan ranting patah di halaman belakang, membuat Joonmyeon setidaknya puas melihat ada hal yang harus dikerjakan adiknya. Teman-temannya di Divisi Kedisiplinan bertanya padanya apakah hukuman ini tidak keterlaluan bagi Minseok, tapi Joonmyeon tahu adiknya dengan sangat baik. Minseok menghabiskan seperlima waktu sepulang sekolahnya dengan menjalani hukuman menyapu halaman sekolah saat ia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Tak ada yang aneh kalau sekarang ia dihukum menyapu lagi.

"OPPA, AKU SUDAH SELESAI!"

Joonmyeon menutup buku yang sedang dibacanya lalu menoleh melihat pekerjaan Minseok. Ia menghela nafas panjang, yang dibilang sudah selesai bagi Minseok sebenarnya hanyalah bahwa ia telah selesai memindahkan daun dan ranting kering dari satu sisi ke sisi lain. Tapi ya sudahlah, bagi Joonmyeon Minseok telah menyelesaikan hukumannya, perkara bersih atau tidak dia tidak peduli.

Ia baru saja akan buka mulut untuk memperingatkan agar Minseok tidak berlari ke arahnya, tapi percuma, adik perempuannya sudah terpeleset kakinya sendiri dan terjerembab ke tanah. "Yah, Kim Minseok!" Joonmyeon buru-buru menghampirinya dan menarik Minseok berdiri. "Kau tak apa-apa?"

"Oppaaa..." Minseok merengek. "Sepertinya kakiku patah."

Joonmyeon melihat lutut Minseok yang lecet dan hanya mengeluarkan sedikit darah, lebih sedikit daripada luka tertusuk jarum. Joonmyeon berusaha menabahkan hatinya, walau sebenarnya ingin sekali ia memukul kepala Minseok karena reaksinya yang berlebihan. Ia menarik Minseok duduk di bangku yang tadi ia duduki. 

"Aku haus, Oppa." Minseok berkata sambil meniup-niup lututnya yang lecet. Joonmyeon meraih tas Minseok dan mengeluarkan botol minum berwarna pink yang ternyata kosong. Minseok memandangnya dengan pandangan anjing terbuang ketika mendengar Joonmyeon berkata bahwa airnya telah habis.

Ia menghela nafas panjang lagi lalu mengacak rambut putih Minseok. "Baiklah, aku mengerti. Tunggu disini, aku akan mencari air dan plester untukmu." Ia berdiri lalu berlari menuju gedung sekolah, tak sempat melihat cengiran ganjil di wajah Minseok.

...

Minseok mengendap-ngendap di balik semak-semak di dekat lapangan sekolah. Ia tak mengindahkan seragamnya yang kotor terkena tanah atau daun-daun kering yang nyangkut di rambutnya. Ia berusaha mencari-cari sosok pangeran idamannya. Jam segini Luhan pasti masih latihan rutin. Ah, benar kan, anak-anak lelaki tim sepak bola sekolah memang masih giat berlatih di lapangan, sebentar lagi mereka akan menyambut pertandingan sepak bola antar sekolah. Dengan tatapan jeli Minseok berusaha mencari sosok Luhan di antara anak-anak lelaki yang berlarian di halaman. Ia heran karena tumben sekali tak ada anak-anak cewek fans tim sepak bola yang biasanya berdiri menyemangati anggota tim. Biasanya setiap mereka berlatih rutin, pasti ada beberapa fans yang berteriak-teriak di pinggir lapangan--Minseok salah satunya.

Minseok menepuk keningnya sendiri saat menyadari bahwa tiap hari Senin, Guru Shim yang biasanya melatih mereka akan absen dan sementara digantikan oleh Yoon Doojoon, anak kelas tiga yang juga adalah kapten tim. Doojoon selalu mengusir para fans yang berdiri berteriak-teriak di pinggir lapangan karena baginya itu mengganggu konsentrasi anggota timnya. Semua fans tim sepak bola, yang mayoritas adalah anak-anak cewek kelas satu dan dua, otomatis akan menghindari Doojoon karena takut dan tak akan melihat latihan rutin di hari Senin. Dengan berat hati Minseok harus merelakan perjuangannya mewarnai rambutnya demi Luhan menjadi sia-sia. Toh sebelum ia sempat menarik perhatian Luhan, Doojoon akan meneriakinya dan mengusirnya menjauh.

Tapi oh sial, sebuah bola melayang tepat ke arahnya bersembunyi sebelum ia sempat melarikan diri. Parahnya, Yoon Doojoon lah yang berlari mencari bola yang sekarang menggelinding di sebelah kaki Minseok. Dengan panik Minseok merangkak berusaha menjauh dari tempatnya bersembunyi. Entah saking cepatnya ia merangkak atau karena ia tak memperhatikan arah rangkakannya, tiba-tiba kepalanya membentur sesuatu dengan keras… yang diiringi suara teriakan kesakitan.

Oh tidak.

Minseok dengan horor menatap Yoon Doojoon yang meringkuk kesakitan sambil memegangi sesuatu di antara selangkangannya. Bingung harus berkata apa, Minseok hanya gelagapan berusaha menjangkau Doojoon yang sepertinya begitu kesakitan.

“Sunbae!” Minseok merangkak mendekati Doojoon. “Sunbae, maafkan aku, a-aku tidak sengaja, sungguh! Ma-mana, apanya, apanya yang sakit?” Dengan gugup Minseok berusaha meraih tubuh Doojoon, berusaha mengetahui bagian tubuh mana dari Doojoon yang tadi bertabrakan dengan kepalanya. Aish, Minseok ingin sekali mencekik dirinya sendiri.

“Aaaakkhh! Jangan sentuh!” Teriakan Doojoon membuat Minseok buru-buru menarik tangannya. Dengan penuh ketakutan ia melihat Doojoon mengerang-erang.

“Doojoon-ah, ya Tuhan, Doojoon-ah, apa yang terjadi?”

Suara itu… rasanya dunia Minseok jungkir balik begitu melihat pangeran impiannya sekarang berlari-lari ke arahnya. Seolah waktu berhenti berjalan, angin berhenti bertiup, yang ada hanyalah Minseok dan Luhan, sepasang sejoli yang ditakdirkan untuk bersama. Tanpa sadar Minseok mengulurkan tangannya hendak menyambut Luhan yang…

…langsung berlutut di sebelah Doojoon.

Jadi ini rasanya ditampar kenyataan, Minseok membatin pahit.

“Yah, Yoon Doojoon, kau kenapa?” Luhan menggoyang-goyang bahu Doojoon. Pandangan matanya beralih pada dua tangan Doojoon yang ada di antara selangkangannya.

Itu-mu kena sesuatu?” Luhan semakin horor ketika Doojoon mengangguk sambil menangis.

“Si-si-” Doojoon berusaha mengatakan sesuatu. “Si-si-siluman…”

“Siluman?” Luhan bingung.

Minseok juga bingung.

Doojoon menunjuk ke arah Minseok.

Minseok masih bingung.

Luhan menatapnya dengan mata membulat tak percaya. “Siluman Salju!” jeritnya penuh ketakutan.

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
puuuuun
#1
Chapter 7: it will be good if that boy not luhan
dan cowok itu jadi suka atau mulai ngedeketin minseok
biar luhan cemburu gitu
(kalau luhannya beneran cemburu siapa tau dia malah bodo amat ahhahaha)
Miochin
#2
Gueeee ngaaaakaaak guling guling baca ini cerita super dah
kajujul
#3
Chapter 7: AKHIRNYA UPDATEEEE
HOMINA
HAIL QUEEN MINSEOK
Navydark
#4
Chapter 7: Kalo punya adek kayak minseok mah dipelukin tiap hariii, tiap jam bahkan menit. Trus dibeliin bakpao biar dia gak ngambek dipelukin terus. Hehe
Apakah itu luhan? Apakah akhirnya luhan menyadari keberadaan minseok? Woaaaaa
Navydark
#5
Chapter 2: Kyaaaaa, minseok ah kamu unyu bangeeet. Kalo punya temen gini udah gue uyel-uyel pipinya. Gemesiiiiiin
ZhaRezha
#6
Chapter 7: aaahhhhhcowo yg di toilet itu luhan kan. luhan kan.
minseok sama luhan bakal ketemu kan. aaaaaa
mamski #7
Chapter 7: Ya ampun minseookk,perjuanganmu luar biasa nak....sampe abangmu sakit kepala mikirin kelakuanmu...
Tp tunggu,kalo cowok di toilet itu bang luhan,berarti dia g tau minseok dong?minseok kudu piye.,.minseok mulai lelah..haha
Chyeraa
#8
Chapter 7: Jangan bilang laki-laki itu si Luhan.. Gyaaaa~ >.<
Astaga joonmyeon over sekali.. Tapi kalo liat kepolosan minseok eonnie... Yah wajar kalau dia gitu kkk~
Chyeraa
#9
Chapter 6: astagaaa lucu banget ahahaha sepertinya minseok emang lg sial ya gagal mulu kkk xD