Kau mau jadi pacarku?

[FF] You're Different

Author POV

“Bobby-ah, apa hubunganmu dengan Hayi?” tanya Hanbin tiba-tiba saat mereka makan di kantin.

“Mwo? Aku dan Hayi? Kenapa?”.

Hanbin memicingkan matanya, “Kalian terlihat akrab sekali sejak pertama kali kau datang ke sekolah ini”.

“Ohh~ Itu karena dia tetanggaku”, jawab Bobby enteng.

“Hanya tetangga? Kau yakin? Kalian tidak.. pacaran?”.

“Mworago?”, Bobby menatap Hanbin tidak percaya. “Aniya! Aniya!”, Bobby menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Tapi kulihat kau seperti tertarik dengannya”, balas Hanbin santai.

Bobby hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya lagi, “Bukankah kau sudah bilang padaku saat aku pertama kali datang ke sekolah ini untuk jangan tertarik dengan Hayi?”.

“Ah~ I-Itu ya.. benar juga, aku lupa.. Baiklah! Aku percaya padamu!”, Hanbin tersenyum lebar, “Tapi, kalau bukan Hayi…. Jangan-jangan, Suhyun!”, ucapnya lagi agak berbisik.

Jinhwan, orang yang diam-diam menyukai Suhyun langsung menatap Hanbin dan kemudian terlihkan pada Bobby yang sepertinya kaget.

“Mwo? Ya! Kau ini kenapa? Mereka berdua itu tetanggaku”, jawab Bobby enteng.

“Lalu, kalau tetangga kenapa? Aku juga pernah lihat saat Suhyun meneropongmu dari lantai 2 apartemennya”.

“Kapan?”, seakan mengetahui pertanyaan Jinhwan, Bobby menanyakan hal yang sama.

“Neo molla? Saat aku menginap di rumahmu.. sepertinya dia menyukaimu”.

“Kau bercanda? Dia selalu berkutat dengan ponselnya, mungkin dia sudah punya pacar”, Jinhwan semakin kaget.

“Ya! Jinhwan kau kenapa?”, tanya Junhoe.

“Hah? Naega? Gwenchana, wae?”.

“Aniya.. kau seperti―”.

Mata Chanwoo beredar dan menemukan dua orang yang menjadi topic mereka, “itu Hayi sunbae dan Suhyun!”.

Mereka semua menatap Hayi dan Suhyun, sedangkan yang ditatap merasa seperti ada aura bercampur aduk yang aneh menatap mereka, Hayi dan Suhyun berbalik ke sembarang arah dan menemukan meja yang berisikan 7 orang dan semuanya menatap Hayi dan Suhyun yang jadi salah tingkah.

Hanbin melambai ke arah Hayi, “Hayi-ya!”.

Hayi menutup wajahnya malu dan kemudian mengambil makanan di kantin dan Suhyun mengekorinya. Setelah itu mereka mencari tempat duduk dan sekali lagi Hanbin memanggil Hayi, “Hayi-ya, duduk sini saja”.

Hayi menghela nafasnya dan berjalan ke arah Hanbin dan duduk di sampingnya, sedangkan Suhyun duduk di depan Hayi di samping Jinhwan.

Setelah duduk dan menaruh makanannya di atas meja, Hayi berbalik menatap Hanbin, “Ya! Kenapa kau memanggilku sekeras itu!? Kau fans fanatikku?”, Hayi kesal.

“Ah~ Mianhae! Aku kan memanggilmu agar kau duduk di sini”.

“Kenapa harus di sini?”.

“Karena aku menyukaimu”.

Semua yang ada di meja itu tercengang, Hayi segera sadar, “Mworago?”.

“Kau mau jadi pacarku?”.

Hayi menatap Hanbin tidak percaya. “Jujur saja dia memang keren, tapi kenapa dia segila ini?”, batin Hayi.

Hayi berdiri dan mengambil makanannya bersiap pergi meninggalkan meja Hanbin dan kawannya, Suhyun ikut berdiri. Hanbin bingung dan menarik tangan Hayi.

“Wae?”.

“Kau belum jawab pertanyaanku”.

“Jangan bercanda! Hari ini bukan hari ulangtahunku ataupun april mob, apa kau sedang ikut taruhan?”.

“Mworago? Aniya! Aku serius!”.

“Serius? Tapi kau tampak tidak mempersiapkannya sama sekali, kalaupun Suhyun jadi aku dia pasti akan berpikir berkali-kali jika ada namja yang dekat dengannya selama ini bagaikan sahabat dan menyatakan perasaannya tiba-tiba”, jawab Suhyun cepat bahkan sangat cepat hingga Hanbin bahkan Hayi tidak mengerti apa yang dikatakan Hayi barusan.

“….M-Mwo?”.

“Aish! Nanti kupikirkan”, Hayi melempar tangan Hanbin yang masih saja mengenggam tangannya. “Suhyun-ah, kajja”.

#

1 tahun lebih berlalu, tidak ada jawaban dari Hayi tentang pertanyaan Hanbin dulu, tidak ada juga ‘senjata perang’ antara Suhyun-Hayi diluncurkan. Hayi dan Suhyun terus bungkam dengan gossip tentang Hanbin menyatakan cintanya pada Hayi yang sekarang sudah menjadi gossip kadaluarsa di YG Academy.

Hari minggu ini, Hayi hanya diam di kamarnya, besok senin adalah hari kelulusannya karena itu dia merasa tidak tenang karena tentunya dia harus melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi dan harus mencari part-time job untuk menambah-nambahi pengeluarannya, begitulah saran dari orang tua Hayi.

Pagi ini Suhyun menyiapkan sarapan sesuai jadwal yang mereka buat, lalu ia berjalan ke kamar Hayi.

“Hayi-ya, ireona! Sarapan sudah siap”.

“Nanti saja”.

“Ya! Aku capek bangun pagi-pagi di hari minggu ini hanya untuk buat sarapan dan kau tidak menghargainya dengan hanya tidur sampai puas membiarkan makanan tercinta yang kubuat susah payah kedinginan! Aniya! Aku tidak bisa membiarkan itu! Palli ireona!”, ceramah Suhyun yang sudah benar-benar kesal sepenuhnya matang.

“Arraseo!”.

Mereka berdua akhirnya makan di ruang makan pada pukul 7 pagi.

“Kau mau pergi olahraga?”, tanya Suhyun mengawali pembicaraan.

“Aniya”.

“Kau mau membeli baju untuk besok?”, tanya Suhyun lagi.

“Toko masih tutup”.

“Kau mau cari kerja?”, tanya Suhyun sekali lagi.

“Nanti saja”.

“Kau kuliah di universitas S atau C?”, tanya Suhyun lagi dan lagi.

“Bisa kau berhenti bicara?”.

“...”, Suhyun mempoutkan bibirnya kesal, “Apa perang kita berakhir?”.

“Perang apa?”.

“Bobby”.

“Terserah”.

“Apa jawabanmu nanti?”.

“Jawaban apa?”.

“Hanbin sunbae”.

“Kenapa kau tidak memanggil Bobby dengan sebutan sunbae juga?”

“Aigoo~ Dia berbeda, kami kan sudah akrab sedangkan Hanbin sunbae.. yah kau taulah..”.

“Nan molla”.

“Ne?”

Hayi berdiri dan menaruh piring makannya di wastafel, lalu berjalan ke arah TV, menyalakan TV, lalu menonton TV.

“Apa yang harus kukatakan?”, batin Hayi.

#

Hari kelulusan akhirnya tiba. Hanbin sebagai perwakilan siswa kelas 12 berpidato di atas panggung. Setelah upacara selesai, setiap kelas berfoto, ada juga yang berfoto dengan guru, berbeda dengan Hayi yang hanya berdiri diam termenung setelah eomma dan appanya pergi meninggalkannya, lalu Suhyun datang menghampirinya dan memberikan bunga padanya.

“Hayi-ya, mana eomma dan appa?”.

“Maksudmu eomma dan appaku?”. Suhyun mengangguk. “Sudah pulang”.

“Jinjja? Secepat itu ya.. Yasudah! Ayo kita berfoto~”.

“Hayi-ya!”, panggil Hanbin.

“Mwo?”, balas Hayi enteng.

“Itu.. Soal pernyataan―”.

“Tidak”, Suhyun dan Hanbin tercengang dan menatap Hayi kaget.

“Tidak bisakah kau tidak memasang wajah konyolmu itu?”.

Suhyun dan Hanbin menghela nafasnya lega dan berpikir kalau Hayi tidak setega itu.

“Mian”,  Hanbin menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal.

Bobby datang.

Mereka bertiga menatap Bobby, “A-Aku ada urusan dengan Suhyun”, Bobby tersenyum salah tingkah sambil menarik tangan Suhyun.

‘Hanbin menatap mereka berdua aneh , tanpa ia sadari Hayi sudah mengecup pipinya cepat dan pergi meninggalkannya. Hanbin kaget dan membatu di tempatnya berdiri membiarkan Hayi yang sudah berlari meninggalkannya entah kemana.

Disisi lain, Bobby dan Suhyun sedang duduk di bangku taman sekolah.

Bobby mengeluarkan ponselnya memasangkan headphone di telinga Suhyun. Lalu Bobby memutar rekaman suara yang ada di ponselnya.

Suhyun POV

Omo! W-Waeyo? Kenapa Bobby oppa tiba-tiba menarikku kemari dan menyuruhku mendengarkan…. Mungkin lagu di hapenya.


“Suhyun-ah.. Aku menyukaimu.. dan kurasa kau juga menyukaiku karena kau selalu memata-mataiku, memberikanku coklat tahun lalu di lokerku, menaruh hadiah di depan pintu apartemenku saat ulangtahunku, memasang fotoku sebagai wallpaper ponselmu, dan juga menulis diary di blog dan menyamarkan namaku dengan inisial B”.

Dia tau semuanya? Aish! Michigetda!

“Mian, aku tidak memberitahumu kalau aku tau semuanya, karena aku tau pasti kau akan mengelaknya dan menghapus semuanya lalu menjauhiku.. mungkin saja kan?”

“Ehm.. Jujur saja, aku sedikit risih saat kau meneropongiku setiap hari minggu”

Aku membulatkan mataku kaget dan menelan ludahku bulat-bulat seakan menelan rasa malu karna tingkah gilaku yang seharusnya tidak dia ketahui.

“Tapi kau lucu.. saat kau salah tingkah, memasang wajah konyol, berpose aneh, sampai tersenyum kaku.. Apalagi saat kau tertawa, kau benar-benar terlihat manis”.

“Ahahaha~ pasti pipimu sekarang merona, kan?”.

Aku menutup kedua pipiku yang sudah menghangat sejak tadi karena malu.

Author POV

Bobby melihat Suhyun yang menutup kedua pipinya dengan telapak tangannya dan tertawa pelan karena ia tau sudah sampai dimana rekaman suaranya saat ini, kemudian ia menyiapkan sebuah kalung diam-diam dan berjalan ke belakang Suhyun.

“Suhyun-ah, apa kau mau jadi pacarku? Kalau ya, mengangguklah, tapi kalau tidak, kau bisa langsung melepaskan headphone ini dan pergi”.

Suhyun melepaskan kedua telapak tangannya dari wajahnya dan berpikir sejenak, lalu ia tersenyum senang dan menganggukan kepalanya.

Dan di saat itu pula Bobby memasangkan sebuah kalung di leher Suhyun, Suhyun kaget dan melihat kalung itu lalu melihat ke arah kanannya, dan lagi matanya membulat karena jarak antara wajahnya dan wajah Bobby sangat dekat.

Suhyun segera mengalihkan kepalanya dan menatap lurus ke depan sampai Bobby selesai memasangkan kalung itu di lehernya.

Di sisi lainnya lagi, Jinhwan melihat mereka dari arah atap sekolah, ia terdiam dan menggertakan giginya kesal.

“Kenapa Bobby harus menyukai Suhyun? Kenapa tidak Hayi saja? Atau Kim Jisoo saja?”, Jinhwan berbicara sendiri merutuki kebodohannya yang lambat menyatakan perasaanya.

Tiba-tiba pintu terbuka dengan tidak sengaja.

Jinhwan berbalik dengan cepat dan mendapati seorang yeoja yang berpenampilan khas murid kelas 12 yang baru saja lulus.

“Nuguseyo?”.

“Jesonghabnida”, yeoja itu menunduk.

“Gwenchana”, Jinhwaan berjalan mendekati yeoja itu tepatnya pintu keluar atap sekolah dimana yeoja itu sekarang berdiri.

“Bisakah kau tidak menghalangi pintu?”, tanya Jinhwan ketus.

Yeoja itu mengangkat kepalanya dan berjalan memberikan jalan untuk Jinhwan lewat.

“Bukankah kau Jimin kelas 12-3?”.

“Ne”.

“Sedang apa kau di sini?”.

“Menunggu seseorang”, jawabnya berbohong.

“Ohh begitu, kalau begitu aku pergi duluan”.

Jimin tertunduk malu sekaligus sedih. 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet