Perang

[FF] You're Different

Author POV

Suhyun berjalan ke kamar Hayi dengan tampang tidak santai sama sekali. Tanpa mengetuk pintu, Suhyun langsung masuk dan terpampanglah Hayi yang senyum-senyum sendiri di meja belajarnya layaknya oring gila.

Suhyun mempoutkan bibirnya sebal karena ia tahu apa sedang Hayi pikirkan saat ini.

“Pasti ia senang karena berhasil dekat dengan Bobby”, batin Suhyun. “Hayi-ya~”, panggil Suhyun.

Hayi kaget dan menampilkan wajah sebalnya karena jujur saja Suhyun menganggu momen bagusnya lagi dan tentunya merasa malu yang ditutupinya dengan rasa kesal karena ketidaksopanan Suhyun.

“Wae!?”, balas Hayi sedikit membentak.

“Hey! Aku memanggilmu baik-baik!”, balas Suhyun yang tidak terima dibentak seperti itu.

“Baik-baik? Jujur saja, itu tidak cukup baik walaupun aku sudah terbiasa, bagaimanapun aku ini lebih tua darimu Suhyun!”

“Aigoo! Kau kan sudah terbiasa, malahan aku yang jadi canggung kalau aku memanggilmu dengan embel-embel eonni”.

“Oke.. Oke.. Waeyo?”.

“Begini.. Eum.. Ugh.. Anu.. Aku.. Maksudku.. Itu―”.

“Mwo!? Kenapa jadi canggung begitu? Langsung saja!”.

“….B-Bobby.. Apa kau.. menyukainya?”.

“Heum? Uh.. Itu.. Bagaimana ya.. Anu―”.

“Ayolah! Kenapa jadi kau yang canggung?”.

“Kalau dibilang suka sih iya ..ta―”, wajah Hayi berubah kesal karena jawabannya belum selesai sudah dipotong sembarangan.

“Baiklah! Kalau begitu, kita bertarung!”.

“Mwo!? Apa maksudmu!?”.

“Bertarung.. Ya, bertarung. Siapa yang duluan mendapatkan Bobby, dia menang tapi tidak boleh iri atau cemburu, ya!”. Suhyun berjalan pergi meninggalkan kamar Hayi, sedangkan Hayi .. tatapannya kosong, masih terkejut dengan pernyataan ‘perang’ yang diberikan Suhyun tadi.

“Apa dia baik-baik saja? Aneh”, batin Hayi.

Suhyun POV

“Baiklah! Ayo cepat otak! Kau harus menyiapkan senjata bagus! Ayo pikir . . .”.

Aku menepuk meja belajarku agak keras hingga tanganku jadi sakit. Ide bagus baru saja datang. Walaupun tanganku jadi korban karena semangatku yang berkobar ini.

Sambil memikirkan kelanjutan dari ‘pop up idea’-ku, aku mengipas-ngipas tanganku yang sakit tadi.

#

Author POV

Seperti biasanya, Suhyun dan Hayi menunggu di halte bus yang rutenya melewati jalan menuju YG Academy. Tentu saja, Bobby akan menunggu bus di halte yang sama juga.

Hayi. Suhyun. Bobby. Begitulah urutan mereka berdiri, menguntungkan sekali untuk Suhyun walaupun Bobby agak memberikan jarak.

 “Baiklah! Sekarang waktu yang tepat.. tapi, bagaimana kalau dia tidak menahanku? Aigoo! Jangan pesimis dulu, Suhyun-ah! Oke! Hwaiting!”, batin Suhyun.

Tiba-tiba kaki Suhyun melemas dan matanya tertutup, tubuhnya melemas dan ia terjatuh.

Beep! Bus datang.

Otomastis, Bobby yang menatap lurus kedepan sedaritadi tidak menyadari keadaan Suhyun dan akhirnya Suhyun jatuh terbaring layaknya orang pingsan, dan tentu saja Hayi kaget setengah matang karena ini pertama kalinya kondisi Suhyun seburuk ini.

Hayi dengan cepat menyadarkan Suhyun, Suhyun yang tentu saja hanya berakting masih sadar dan membuka matanya dengan lambat memberi kesan lemah lemas loyo untuknya dihadapan Hayi dan Bobby.

Bobby yang sudah berada di atas bus jadi merasa bersalah karena dirinya yang tidak peka dan tidak dapat menolong dengan segera, karena sebagai tetangga baru yang baik ia harus menolong sesama kan! Bobby menggaruk belakang lehernya salah tingkah, saat ia melihat Suhyun dan Hayi yang berusaha bangun dengan sendirinya di hadapannya, ia ragu haruskah ia turun dari bus? Tapi nanti dia jadi dua kali membayar, jadilah ia hanya mematung sebentar dan memilih tempat duduk.

#

“AIGOOOO!! PABOYA!!”, batin Suhyun selama perjalanan hingga sampai di YG Academy.

“Sebaiknya kau istirahat di UKS dulu, nanti akan kuberitahu guru kalau kau sakit”, ucap Hayi yang khawatir dengan Suhyun.

“Ahahah~ Gwenchana.. Jinjja!”, balas Suhyun dengan semangat, karena ia tidak ingin berbohong pada Hayi lagi tapi ia juga tidak ingin memberitahu penyebabnya pada Hayi juga.

“Ya! Dengarkan aku! Bagaimanapun aku ini lebih tua darimu! Kau harus mendengarkanku!”, bentak Hayi menarik perhatian beberapa murid di koridor sekolah.

“Aish! Pelankan suaramu!”, balas Suhyun agak berbisik.

“Oke, baiklah. Tapi kau harus istirahat di UKS, nanti jam istirahat aku akan mengunjungimu, jangan kemana-mana!”.

“Huh~ Baiklah~”, akhirnya Suhyun menuruti perintah Hayi.

Suhyun POV

Memang benar, kalau kebohongan satu bisa menciptakan kebohongan lain. Aku jadi tidak enak dengan Hayi, dia khawatir setengah hidup padaku padahal aku hanya berbohong padanya.

“Mian”, ucapku samar-samar saat Hayi dan aku tiba di UKS.

“Gwenchana”, balas Hayi yang seperti berbisik tapi terdengar jelas di telingaku, “Ahahah~ Rasanya kita jadi seperti kakak-adik sungguhan, ya?”.

“Hm.. Ne.. Gomawo.. Pergilah, sebentar lagi bel masuk bunyi”, balasku dengan wajah malasku. Hayi mengangguk dan melambaikan tangannya ke arahku dan kemudian pergi dengan agak tergesa-gesa.

“AAAAAAAARRGGGHHHH!!”, aku ingin berteriak sekarang, aku malu! Benar-benar malu sekarang! Bukan hanya pada Bobby tapi pada Hayi juga! Michigetda!

Bobby POV

Aku berjalan menghindari Hayi dan Suhyun. Sengaja, bukan untuk terlihat keren, tapi untuk menjaga jarak. Ya, aku mengaku kalau aku masih merasa bersalah, bagaimanapun mereka sudah baik padaku sejak aku pindah ke apartemen baruku itu dan di sekolah pun mereka masih tetap ramah padaku walaupun mereka memang sedikit aneh kalau dekat denganku.

Aku benar-benar tidak ingin larut dengan pikiranku ini, baiklah aku harus mengosongkan pikiranku atau minimal mengganti pikiranku sekarang.

Aku berjalan ke kelas dengan santai sambil mendengarkan lagu dengan headphone agar pikiranku teralihkan. 5 menit lagi bel masuk bunyi tapi Hayi belum masuk kelas, ah tidak.. dia baru saja datang dan langsung duduk di tempatnya, di sampingku.

DIa tampak ngos-ngosan, pasti habis lari terburu-buru padahal jam pelajaran olahraga belum dimulai, tidak.. bukan jam pelajaran pertama tapi jam pelajaran kedua kelasku hari ini olahraga.

Ada yang ingin kutanyakan, tapi aku ragu, apa dia menganggapku sombong atau sebagainya karena kejadian tadi pagi..? Ah sudahlah sebelum bel bunyi aku harus bertanya.

“Hayi, apa Suhyun baik-baik saja?”, tanyaku hati-hati.

“Ne? Waeyo?”, tanyanya heran karena baru kali ini aku menanyakan tentang perempuan.

“Aniya, aku hanya merasa bersalah tadi karena aku tidak ikut membantumu”, aku menggaruk leher bagian belakangku lagi.

“Ahahah! Gwenchana~ Suhyun sekarang ada di UKS, dia sudah tidak apa-apa, mungkin hanya perlu istirahat”.

Aku mengangguk-anggukan kepalaku mengerti, “Ohh begitu”.

Hayi POV

AIgoo!

Bobby  bertanya tentang keadaan Suhyun. Apa dia tertarik .. Ah! Aniya! Aniya! Tadi kan dia sudah bilang! Dia hanya merasa bersalah.. Ya, merasa bersalah..

Tapi..

Kenapa aku merasa seperti tertinggal satu langkah di belakang Suhyun..?

Ugh! Molla!

#

Author POV

Jam pelajaran kedua kelas 11-1. Ruang olahraga.

“Bobby!”, panggil Hanbin, rekan tim basket Bobby yang sekarang tengah mengopor bola padanya.

Hayi memperhatikan mereka bermain basket, terutama Bobby.

“Dia keren walaupun berkeringat”, batin Hayi.

Bobby mencetak angka untuk kesekian kalinya dan siswi perempuan yang menjadi penonton hanya bisa bersorak terutama pendukung tim Bobby.

Hayi memang tidak sedang mendukung siapa-siapa, dia hanya sedang memperhatikan bagaimana cara Bobby bermain basket dari sini, sana, hingga situ karena jujur saja Hayi tidak begitu baik bermain basket dan minggu depan adalah giliran siswi 11-1 yang bermain basket dan siswa 11-1 yang menjadi penonton yang bersorak untuk mereka.

Bruk! Bobby jatuh.

“Bobby-ah, gwenchana?”, semua anggota tim basket mereka mengelilingi Bobby yang sedang terkilir.

“Ayo kuantar ke UKS, kau masih bisa berjalan kan?” tanya Jinhwan.

Bobby tertawa kecil, “Maaf merepotkanmu”.

Jinhwan membopong Bobby seperti pasangan homo dengan sabar dari ruang olahraga ke UKS yang jaraknya cukup jauh.

#

Suhyun POV

Aku sedang bermain game LINE dengan ponselku tapi tiba-tiba ada orang yang datang, tentu saja membuatku kaget, hingga pandanganku teralihkan ke arah pintu yang sebenarnya terhalangi dengan tirai yang sengaja kututup agar orang yang nanti masuk tidak melihatku dan orang yang nanti masuk mengetahui kalau ada seseorang di dalam ruang UKS yang terbilang sepi ini.

“Kau mau kuambilkan obat? Atau kupanggilkan guru?” tanya seorang sunbae laki-laki yang sepertinya dari suaranya itu terdengar seperti Jinhwan sunbae.

“Gwenchana, kau pergi saja nanti biar aku yang urus obatku sendiri. By the way, thanks sudah membantuku sampai ke UKS”, balas seseorang lagi dan sepertinya dari suaranya itu.. itu Bobby!

“Ah! Ne, tapi sepertinya Son seonsaengnim harus memijat kakimu itu, sepertinya terkilirnya parah”, balas Jinhwan sunbae yang sepertinya khawatir.

“Ey~ Nan Gwenchana”, jawab Bobby lagi dengan penuh penekanan.

Terdengar bunyi pintu ruangan Son seosaengnim di UKS dibuka.

“Eobseo?” tanyanya spontan.

Lalu langkahnya mendekat kearahku dan membuka tiraiku. Dia terlihat kaget dan .. salah tingkah?

“Ah.. Bukankah kau.. Suhyun anak kelas 10-1 yang dekat dengan Hayi itu?”.

Jadi dia kenal denganku hanya karna Hayi? Apa Hayi sepopuler itu?

“Ne, sunbaenim. Waegeureseyo?” tanyaku sok sopan.

Dia menggaruk belakang lehernya, “Ah.. Anu.. Itu.. Son seonsaengnim, eodiseoyo?”.

“Son seonsaengnim  sedang membeli stok obat maag, sudah agak lama, jadi mungkin sebentar lagi seonsaengnim datang”, jawabku sambil terus menatap lurus matanya.

Dia tersenyum ramah dan .. manis, “Ah.. Ne, kamsahabnida”. Dia menutup tiraiku pelan dan berjalan menjauh, sepertinya akan keluar ruang UKS, tapi sebelum menutup pintu ruang UKS dia mengucapkan hal yang hampir sama seperti Hayi, “Istirahatlah dulu di UKS, nanti jam istirahat aku akan mengunjungimu, jangan berjalan kemana-mana dulu sebelum Son seonsaengnim datang, arra?”.

Author POV

“Aigoo! Arraseo! Arraseo! Cepatlah pergi”, balas Bobby agak tertawa kecil. Setelah Jinhwan pergi dan tentu saja menutup pintu ruang UKS, Bobby mencibir Jinhwan sunbae, “Ck! Ck! Ck! Memangnya dia kakakku? Ya ampun..”.

Tanpa sadar Suhyun juga tertawa kecil karena merasa apa yang dialami Bobby hampir sama dengannya. Bobby bisa mendengarnya, ia pun membuka tirai tempat Suhyun berbaring dengan cepat.

Suhyun kaget dan menampakkan wajah konyolnya, sedangkan Bobby memicingkan matanya, “Kau tertawa?”.

Seketika mental Suhyun menciut dan tidak berani menatap mata Bobby, “Mianhabnida..”. Suhyun tertunduk takut.

Bobby tersenyum jahil dan kemudian tertawa, “Ahahah~ Kau lucu, ya? Tapi.. apa yang membuatmu tertawa? Kurasa tingkah tidak begitu lucu..”.

Suhyun mengangkat kepalanya lagi agar bisa menatap Bobby walaupun masih merasa takut, “Ah.. Anu.. Itu.. T-Tadi pagi, Hayi juga mengatakan hal yang sama seperti Jinhwan sunbae katakan”.

“Ohh begitu.. Oh ya, maaf ya tadi pagi.. aku tidak bisa menolongmu”.

“Jadi dia tahu? Dia minta maaf? Merasa bersalah? Khawatir? Omo~”, batin Suhyun.

“Ahahah~ G-Gwenchana sunbae”, jawab Suhyun terbata karena merasa debaran jantungnya yang semakin kuat.

Bobby tersenyum melihat Suhyun tertawa.

 “Dia manis saat tertawa”, batin Bobby.

#

 
 
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet