Come Back!

늑대와 미녀 (Wolf)

Four weeks later.

Sudah empat minggu Joonmyeon tinggal bersama Hana. Keadaan pemuda itu semakin lama semakin membaik, begitu pula luka di kakinya yang mulai sembuh. Selain merawat Joonmyeon di rumah, Hana juga rutin membawa Joonmyeon ke rumah sakit seminggu sekali, baik untuk memeriksakan luka di kaki pemuda itu atau memeriksakan kesehatannya.

Seperti hari ini. Joonmyeon dan Hana sedang berada di rumah sakit untuk jadwal periksa mingguan. Selagi Joonmyeon melakukan pemeriksaan, Hana pergi ke kafetaria untuk membeli minuman.

“Hana?”

Hana menoleh, merasa ada yang memanggilnya. Tidak lama kemudian wajahnya berubah masam. “Wooyoung?”

Ya, itu mantan kekasihnya, Jang Wooyoung. Dia nampak kaget ketika melihat Hana, begitu pula sebaliknya.

“Oh,” Hana kembali menguasai dirinya dan memasang wajah dingin. “Sendirian? Mana pacarmu?”

“Er… dia sedang sibuk,” Wooyoung menjawab dengan gugup. “Kau sendiri sedang apa di sini? Apa kau… sakit?”

“Aku sakit atau tidak, bukan urusanmu kan?” Hana membalas dengan nada sedingin es.

“Oh… ehm… aku khawatir kalau kau sakit,” Wooyoung menjadi salah tingkah setelah mendengar dinginnya nada bicara Hana. “Jadi… kau sedang apa di sini? Menjenguk temanmu yang sakit?”

Hana tidak menjawab. Gadis itu langsung membayar dan mengambil pesanannya, lalu pergi. Wooyoung tidak mau kalah begitu saja, dia bergegas mengekor Hana.

“Kenapa kau mengikutiku?” tanya Hana, masih dengan nada dinginnya.

“Kau belum menjawab pertanyaanku.”

“Sudah kubilang itu bukan urusanmu, kan? Sudah sana pergi, kau membuatku risih.”

“Hana… sebentar saja, aku ingin bicara denganmu.”

Pas sekali, Joonmyeon baru saja selesai diperiksa. Ketika keluar dari ruang pemeriksaan, pemuda berkulit salju itu melihat Hana bersama pemuda lain. “Hana?”

“Oh, Joonmyeon-oppa…” Hana cepat-cepat beranjak ke sisi Joonmyeon. Wooyoung melempar pandangan tidak suka, tapi Joonmyeon tidak menyadarinya.

“Hana, siapa dia?” tanya Joonmyeon tanpa curiga sedikitpun. “Temanmu?”

“Oh, ehm…” Hana menyembunyikan kegugupannya secepat kilat di hadapan Joonmyeon. “Iya. Dia teman kuliahku, Jang Wooyoung.”

“Oh, teman kuliah,” Joonmyeon tersenyum sambil mengulurkan tangan ke arah Wooyoung. “Namaku Joonmyeon, salam kenal.”

Wooyoung tidak membalas uluran tangan Joonmyeon. Dengan angkuh dia menatap Joonmyeon dan bertanya, “Apa hubunganmu dengan Hana?”

Hana meremas gelas kertas di tangannya dan memelototi Wooyoung, namun yang bersangkutan nampak tidak peduli.

“Oh, Hana sudah berbaik hati menolongku dan mengizinkanku tinggal di rumahnya. Aku berhutang nyawa pada Hana,” Joonmyeon menjawab dengan jujur, senyum lembut masih belum meninggalkan wajahnya.

“Oh, begitu,” Wooyoung melirik Hana dengan sinis. Tahu apa maksud lirikan itu, Hana melemparkan gelas kertas berisi minuman di tangan kanannya ke arah Wooyoung, membuat pemuda itu basah kuyup.

“Aku benci padamu! Jangan pernah muncul di hadapanku lagi, Jang Wooyoung!”

Hana menarik Joonmyeon yang kaget sekaligus bingung keluar dari rumah sakit. Mereka langsung naik bis yang kebetulan berhenti di halte depan rumah sakit dan duduk di bangku paling belakang.

“Hana, kenapa? Ada apa?” Joonmyeon mulai panik ketika melihat Hana mulai terisak-isak. “Ceritakan saja padaku, tidak apa-apa.”

Oppa…” Hana mengusap matanya yang basah dengan lengan baju. “Maaf. Aku sudah berbohong padamu.”

“Berbohong?” Joonmyeon menatap Hana heran.

Hana mengangguk. “Wooyoung… dia bukan teman kuliah. Dia itu mantan pacarku. Kami tidak berkuliah di kampus yang sama, kami bertemu di acara blind date yang diadakan oleh salah satu temanku. Kami berkenalan dan saling bertukar nomor ponsel, lalu…”

Hana memulai curhatnya tentang Wooyoung. Mulai dari perkenalan, masa pacaran, hingga keretakan hubungan mereka berdua. Joonmyeon mendengarkan cerita Hana dengan seksama, matanya tidak lepas dari sosok gadis yang duduk di sampingnya.

“Aku pikir setelah pertengkaran yang kesekian kalinya dia akan berubah… tapi ternyata tidak. Dia tidak pernah berubah,” Hana menundukkan kepalanya. “Aku merasa bodoh karena sudah membiarkannya mengacak-acak hidupku.”

Tatapan Joonmyeon berubah lembut. Dia mengulurkan tangannya dan menepuk kepala Hana, lalu berkata, “Kau tidak bodoh. Kau memiliki hati yang baik dan pemaaf, hanya saja dia tidak menyadarinya. Dan lagi, buta karena cinta itu adalah hal yang biasa. Karena sekarang kau sudah tidak berhubungan lagi dengannya, jangan bersedih. Masih banyak yang lebih baik untukmu di luar sana. Ya?”

Bibir Joonmyeon meliuk membentuk sebuah senyum hangat. Hana menghela nafas dan menyandarkan kepalanya di bahu Joonmyeon.

“Iya. Terima kasih, oppa.”

Joonmyeon membelai rambut panjang Hana dengan lembut. Senyum masih belum meninggalkan wajahnya, nampaknya dia senang sekali.

Joonmyeon… Joonmyeon!

Joonmyeon terjaga. Seseorang baru saja memanggil namanya.

Apa yang kau lakukan, Joonmyeon? Kau seharusnya sudah menyantap gadis itu dan kembali ke sini! Ingat, Joonmyeon. Ingatlah siapa dirimu sebenarnya!

“Min… seok?” ucap Joonmyeon terbata. “Minseok… aku…”

Cepat santap dia, Joonmyeon. Itu sudah menjadi tradisi di kelompok kita! Aku melepaskanmu bukan untuk membuatmu hidup seperti manusia!

“Minseok…” Joonmyeon menatap Hana yang tengah tertidur. “Minseok… aku… tidak bisa…”

Tidak sepantasnya kau mengasihani manusia, Joonmyeon! Atau jangan-jangan… kau jatuh cinta pada mangsamu sendiri?

Joonmyeon terdiam.

Tak kusangka, Joonmyeon. Kau yang selalu melahap mangsamu tanpa ampun bisa berubah jadi seperti ini hanya karena seorang gadis manusia. Kau sudah gagal sebagai pemimpin, Joonmyeon! Sekarang juga, aku perintahkan kau untuk kembali. Tinggalkan gadis itu dan lupakan dia! Aku dan yang lain akan membantumu untuk itu.

Joonmyeon memeluk Hana perlahan. Tatapannya berubah tajam, manik hitamnya perlahan-lahan berubah jadi merah, semerah warna darah.

“Aku akan jadi manusia untuk Hana, Minseok. Aku tidak peduli kau mencapku gagal sebagai pemimpin, tapi aku tidak akan melepaskan Hana begitu saja. Aku mencintainya, dan aku akan melindunginya dari incaran kalian!”

Tidak lama kemudian terdengar suara lolongan dan geraman serigala.

Joonmyeon! Kau sadar atas ucapanmu tadi!? Kau lebih memilih gadis manusia itu dibanding kelompokmu sendiri!?

“Ya, itu benar. Demi melindungi gadis manusia ini, aku tidak keberatan jika harus menentang kelompokku sendiri!”

Grr… kau sudah lupa diri, Joonmyeon! Mencintai manusia? Jangan mimpi! Kau lupa kalau dunia kita berbeda dengan manusia. Kau bahkan lupa kalau mencintai manusia akan membawa kehancuran pada kestabilan dunia ini! Kau harus kembali sekarang juga, Joonmyeon!

“Lupakan kalau aku pernah jadi bagian dari kalian, Minseok! Pergilah!”

Manik merah Joonmyeon semakin pekat warnanya, tatapannya pun semakin tajam.

Tch… kau punya waktu sampai bulan purnama berikutnya, Joonmyeon! Jika kau masih belum menyantap gadis itu hingga bulan purnama berikutnya… kau akan berurusan dengan hukum yang berlaku di kelompok kita!

Joonmyeon menggeram tanpa sadar. Dipeluknya Hana erat-erat, seolah enggan melepaskannya meski hanya sedetik.

‘Hana…’

 

~*~*~*~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet