CHAPTER 1.5

Rose Pink

Karena Kris ketiduran di sofa dan baru terbangun tengah malam, Luhan menyarankannya untuk menggunakan kamar tamu yang biasanya memang digunakan Kris ketika ia menginap. Ia lupa betapa lelahnya dia. Tidur pulasnya terusik ketika ia mendengar suara gaduh di ruangan di sebelahnya, yang ia ketahui adalah kamar mandi. Kris mengucek matanya dan menggaruk kepalanya, ia melihat jam yang ditunjukkan layar ponselnya—pukul lima dini hari.

Dengan malas ia bangun dari peraduannya dan berjalan keluar. Ia menyiapkan berbagai skenario di kepalanya (mulai dari Luhan yang mungkin mandi dini hari dan menyanyi lagu Fantastic Baby-nya Bigbang, atau OCD Minseok yang kumat dan melampiaskannya dengan membersihkan kamar mandi, atau pasangan suami istri itu bertengkar—kalau memang benar mereka bertengkar di kamar mandi, Kris akan buru-buru angkat kaki sebelum ia juga kena getahnya). Yang tak ia duga adalah Luhan yang berjongkok di samping Minseok sambil mengusap-usap punggung istrinya, sementara Minseok memuntahkan isi perutnya ke kloset toilet.

“A-ada apa dengannya?” Kris tergagap panik. Ia tak pernah melihat Minseok sakit, setahunya saudarinya adalah orang paling sehat sedunia, melihatnya tiba-tiba muntah-muntah cukup mengagetkan Kris.

Luhan yang menyadari kehadirannya hanya nyengir kecil. “Morning sickness,” jawabnya singkat, masih mengurut pelan tengkuk Minseok dan berusaha memegangi rambut panjang Minseok yang tergerai agar tidak masuk ke kloset.

“Apa tidak sebaiknya kita bawa ke rumah sakit?” Kris tak bisa menutupi rasa khawatirnya.

“Kata dokter ini hal yang lumrah dialami wanita hamil di trisemester pertama,” jawab Luhan. Sebelum Kris bisa bertanya apa itu trisemester pertama atau mengapa muntah-muntah adalah hal yang lumrah, Luhan sudah memintanya untuk mengambilkan handuk kering dan segelas air hangat.

Kris melesat masuk ke kamar Luhan dan Minseok, membuka lemari baju dan mencari-cari handuk kering, menyambar tali rambut Minseok yang tergeletak di meja di sisi ranjang, lalu keluar dan mengisi gelas dengan air hangat dari dispenser. Ia membantu mengikat rambut Minseok yang berantakan, sementara Luhan mengusap keringat yang membanjiri kening dan leher Minseok. Setelah rasa mualnya reda, Minseok berkumur dan meminum air hangat yang disodorkan suaminya.

“Merasa baikan?” tanya Luhan sambil mengipasi Minseok yang terkulai di dadanya dengan wajah seputih kertas dan bibir pucat. Minseok mengangguk lemah dengan mata masih terpejam. “Kau ingin kembali ke kamar?” Ia mengangguk lagi.

Kris dengan sigap menerima handuk dan gelas kosong dari Luhan, melangkah keluar untuk memberi jalan pada kedua orang tersebut. Luhan merengkuh tubuh Minseok dan membopongnya keluar dari kamar mandi lalu masuk ke kamar mereka. Kris mengabaikan sebuah rasa iri yang muncul di hati kecilnya tatkala melihat Luhan dan Minseok, ia pun memutuskan untuk kembali tertidur dengan pikiran masih digelayuti kekhawatiran.

Lagi-lagi dugaan Kris salah besar. Ia sudah menyiapkan diri jika Luhan memintanya untuk menjaga Minseok sementara ia harus masuk kerja, atau mungkin membawa Minseok ke rumah sakit untuk dirawat (Kris masih tak mengerti bagaimana bisa muntah-muntah adalah hal yang lumrah). Ketika ia keluar dari kamar sebelum pukul delapan, ia tak menduga bisa menemukan Minseok yang sehat wal afiat dan sedang berdebat dengan suaminya di depan rak sepatu.

“Bukannya kau sakit?” tanya Kris, menghentikan sementara perdebatan suami-istri tersebut. Ia memandang Minseok yang sudah berpakaian rapi dan menenteng tas kerjanya, satu tangannya menggenggam sepasang sepatu high heels yang berusaha direbut Luhan. Wajahnya tak menunjukkan rona pucat seperti tadi pagi.

“Siapa bilang?” Minseok menantang. Kris memilih bahwa mengalah pada Minseok adalah hal terbaik.

“Masak adikmu mau pakai sepatu berhak tinggi!” Tiba-tiba Luhan menjerit dan menunjuk sepatu yang ada di tangan Minseok.

Kris hanya mengerjap tak mengerti. Sejauh pengetahuannya, Minseok memakai sepatu hak tinggi sepanjang waktu, kemanapun ia pergi, apa yang salah dengan sekarang ia memakai sepatu berhak tinggi?

“Kubilang hanya hari ini saja,” sahut Minseok. “Kau kan tahu semua sepatuku semacam ini, aku harus pakai apa kalau kau melarangku memakainya?”

“Tapi ini masih terlalu tinggi!” Luhan ngotot.

“Ini sepatu dengan hak terendah yang kupunya!” Minseok tak mau kalah.

Mata Kris terbelalak, hak sepatu itu pasti tak kurang dari tiga inchi, ia mencoba tidak membayangkan setinggi apa sepatu-sepatu Minseok yang lain.

“Tapi kau hamil muda, Minseok, dokter melarangmu memakai sepatu berhak tinggi, lagipula itu sangat berbahaya!”

Oh, itu toh masalahnya. Kris mengangguk-angguk. Dalam hati ia setuju dengan Luhan, kalau ia punya istri yang hamil muda ia juga akan mati-matian melarangnya memakai sepatu seberbahaya itu, tapi tentu saja Kris hanya berani dalam hati saja. Ia belajar bahwa berdebat dengan Minseok tak akan ada gunanya (dan sesungguhnya ia kagum pada Luhan yang berani-beraninya cari perkara dengan Minseok).

“Kris, katakan sesuatu!” Sialan kau Luhan.

Serangan Luhan begitu mendadak sampai-sampai Kris gelagapan dan tak tahu harus berkata apa.

“Oh, eh, kurasa Luhan benar.” Ia menggaruk kepalanya dan nyengir ketika Minseok memelototinya. “Eh, tapi kalau sehari saja sih kurasa tidak apa-apa,” tambahnya, ia benar-benar takut kalau sepatu di tangan Minseok itu melayang ke arahnya. Minseok tersenyum penuh kemenangan sementara Luhan menggeram frustasi.

Setelah percekcokan yang cukup panjang dan alot (dimana Kris dipaksa untuk berpihak), Luhan pun mengalah dengan berbekal janji Minseok bahwa ia hanya akan sehari memakai sepatu berhak tinggi dan secepatnya membeli flat shoes. Kris tak mengerti mengapa masalah sepatu saja bisa jadi bahan pertengkaran selama dua jam.

 

A/N: namanya juga chapter 1.5 haha harap maklum kalau pendek, chapter selanjutnya akan ada lay kok, pinky promise

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Navydark
#1
Chapter 2: Ahahahahahha, gak berenti ketawa bacanya.
Aaaaaa, sumpah ini lucu banget. Nyesel baru nemu. Aku akan menunggu updatean mu author dengan sabar, kekeke...
kajujul
#2
Chapter 2: author aku sayang kamu -tulisannmu- keep writing ya! xiuhan hardshipper mendukungmu!
btw kalo bikin ff pair krismin juga kayaknya bakal lucu;-;
3K_121418 #3
Chapter 2: kocak banget interaksi antara mereka ber3... hehhehee
suka deh sama ceritanya... yeay \^^/
update soon thor.. pengen liat interaksi kris sama lay.. ^3^
Clovexo
#4
Chapter 2: update soon ya thor... gak sabar nunggu ada yixing~
Julianeka
#5
Chapter 2: Author cepet update chap 2 ya.
kimzy1212 #6
Chapter 2: Wah akhirnya update,janji ya kk chapter depan ada yixingnya.....
KimJiyong #7
Chapter 1: duh si Kris jadi om ganteng... #miris sirik#
tp setuju sm Kris klo ntr ponakan ny lahir biar mirip Min ajah, klo mirip Luhan, terlalu kotor nanti pikiran ny...
g sabar nunggu polah usil duo pasangan nista ini >0<
update soon, author-nim!! Fighting!!
yixingmaid #8
Chapter 2: agak kurang nyaman baca ending chap 1..

'BANGSAT KAU, MINSEOK !'

Wow...masa' dgn saudara bilang gitu, author-nim..
wuv_kray
#9
Chapter 1: Ok.
Gw pengen duduk disamping Kris dan elus2 dada nya dia.
Sabaar2, ngadepin kelakuan Drama Queen Lu -,-
tp kocak!
Wkwk.
Anak nya Xiuhan bakal gimana perilaku nya?
Btw, main pair nya Xiuhan ya? Tp kray nya juga banyakin yaaahhh, pwease :3
fast update thor :)
Clovexo
#10
Chapter 1: lanjut dong, lanjut~