Chapter 2

I AM A BIPOLAR

CHAPTER 2

Untuk bebarapa saat aku berpikir. Apakah seorang penderita Bipolar akan terus mengalami pasang surut kehidupan didalam dirinya hingga dia benar-benar lelah untuk melanjutkan hidupnya dan memilih jalan maut untuk menghentikan semua penderitaannya. Jongin adalah sosok yang pertama yang membuatku terus mencoba memikirkan apa yang dia rasakan dan apa yang dia inginkan.

Dalam waktu beberapa minggu ini. Cukup membuatku terus memperhatikan dia hingga sampai saat ini. Aku mengerti bahwa seorang Jongin hanyalah seorang pria yang pada dasarnya butuh seseorang untuk menjadi sandarannya. Dia lebih banyak diam dan menjauh dari kerumunan banyak orang. Dia menghindar dan menjauhkan dirinya sendiri. Rasa ketakutan yang selalu menghantuinya seakan membuatnya memilih untuk hidup sendiri dan mengunci diri di dalam rumahnya.

Masih membelenggu dalam pikiranku. Seakan ada hal lain yang membuatnya terkesan sangat tertutup. Dari bagaimana cara dia hidup, dimana keluarganya dan apa yang terjadi pada dirinya. Itu yang membuatku tergerak untuk mengetahui lebih jauh kehidupan seorang Kim Jongin. Aku bukanlah seorang pria yang datang untuk mengikut campuri hidup orang lain. Tapi karena rasa empatiku terhadap Jongin aku hanya ingin menjadi seseorang yang dapat membuktikan bahwa semua yang dikatakannya salah. Dia butuh seseorang berada disisinya. Dia tidak dapat terus hidup sendirian. Semakin terpuruk dia akan semakin buruk juga kondisinya. Setidaknya yang harus aku lakukan adalah terus membujuknya bahwa kehidupannya tidak seburuk dengan apa yang dipandangnya. Episode-episode dalam fase kehidupannya akan terus berputar dan itu tidak akan pernah berhenti. Dan sepertinya, Tuhan memang menakdirkanku untuk tetap mengawasinya hingga dia benar-benar bisa hidup dengan baik.

***

I am, a Bipolar.

Keadaannya masih tetap sama. Kai masih seperti dulu. Mengunci diri dirumahnya dan tidak pernah lagi keluar di hari sejak dia mengatakan apa yang dia derita kepada Kyungsoo. Dia berharap sangat besar agar Kyungsoo tidak lagi menemuinya. Berhenti masuk kedalam halamannya untuk merawat Tanaman bunga matahari yang dia tanam juga berhenti untuk menyapanya setiap hari.

Namun sepertinya dugaan Kai salah. Kyungsoo masih rajin untuk merawat tanaman bunganya setiap hari di halaman rumahnya juga masih sering berteriak menyapanya setiap waktu pagi dan sore datang. Dan Jongin? Dia hanya bersikap acuh. Dia hanya akan tetap diam didalam kamarnya. Berbaring dengan pikiran melayang juga mencoba sedikit untuk tetap bertahan, mencoba tidak beranjak dari kasurnya yang nyaman untuk hanya sekedar menatap apa yang dilakukan Kyungsoo.

Adakalanya Jongin ingin sekali keluar dan menemui Kyungsoo yang tengah menyiram setiap tanamannya di halaman. Tapi rasa takutnya jauh lebih besar. Selain itu dia tidak ingin Kyungsoo lebih jauh masuk kedalam kehidupannya. Semakin dalam dia mengetahui sifat Jongin yang sebenarnya. Semakin akan membuat Kyungsoo lebih leluasa untuk terus berada dikehidupannya. Dia hanya ingin hidup sendiri.

Selama dua minggu ini. Jongin maupun Kyungsoo tidak saling menatap muka satu sama lain. Bahkan hampir selama itu Jongin terus mengacuhkan sikap baik dari Kyungsoo. Salah satunya adalah dengan apa yang diberikan Kyungsoo setiap paginya. Kyungsoo akan datang lalu menyimpan sekotak susu di depan rumahnya. Kyungsoo tahu. Sangat mustahil untuk menunggu Jongin keluar dari rumahnya karena dia akan tetap mengunci dirinya sendiri di kamar. Meskipun begitu dia akan merasa lega ketika dia kembali saat sore harinya. Kotak susu itu sudah menghilang. Itu berarti Jongin telah mengambilnya.

***

 Sore ini. Suara ketukan pintu itu terus terdengar memecah keheningan rumah Jongin saat ini. Kyungsoo kini sudah tidak bisa menunggu lagi. Dia terus mengetuk sekeras-kerasnya. Ada baiknya sekarang Kyungsoo untuk segera melakukan apa yang selayaknya dia lakukan terhadap Jongin saat ini. Dia tidak bisa terus-menerus mengunci diri dan menghindar dari kehidupan luar. Dia harus berani dan percaya bahwa kehidupan yang dia jalani tidak seburuk dengan apa yang dia lihat. Setidaknya itu yang dikatakan ibunya ketika Kyungsoo menanyakan tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang Pengidap Bipolar.

Awalnya ibu Kyungsoo heran kenapa anaknya secara tiba-tiba menghubunginya dan meminta kepadanya untuk menjelaskan apa itu kelainan Bipolar dan apa yang harus dilakukan oleh penderita Bipolar. Untunglah Kyungsoo merupakan sosok yang terbuka hingga akhirnya dia menceritakan semua yang dialaminya sejak dia mulai bertetangga dengan Jongin.

Dan akhirnya Kyungsoo mendapatkan solusi apa yang harus dilakukan olehnya terhadap Jongin. ‘Jangan tinggalkan dia sendirian’. Jongin merasakan tertekan juga depresi yang berkepanjangan karena dia tidak mempunyai seseorang yang dapat dia ajak untuk bicara dan mengungkapkan semua yang dirasakan. Pantas saja bila setiap saat dia akan memikirkan tentang kematian. Dia merasa hidupnya seolah tak berguna lagi. Tidak ada yang memperhatikannya, tidak ada yang bisa menerimanya karena dia sendirilah yang membuat dirinya sendiri menjauh dari kehidupan luar. Dan untuk saat itu Kyungsoo bertekad untuk menjadi seseorang yang ada untuk Jongin dan tidak akan pernah meninggalkannya sendirian.

Kyungsoo terus saja mengetuk Keras pintu rumah Jongin. Terserah apa dia nanti akan marah ataupun mengusirnya lagi. Yang jelas Kyungsoo akan tetap berusaha untuk mulai mengawasi Jongin. Dan untuk waktu yang lama Kyungsoo menunggu. Akhirnya pintu itu terbuka. Kyungsoo sudah siap untuk mendapatkan amukan Jongin kali ini. Karena dia tahu. Pasti Jongin merasa terganggu atas ulahnya kali ini. Namun, dugaannya salah saat melihat Jongin yang kini tengah berdiri dengan tatapan lemah dihadapannya. Kyungsoo merasa terhenyak ketika melihat matanya yang merah juga bengkak dengan kantung mata yang menghitam. Selain itu bibirnya kering. Dia sangat pucat untuk kali ini.

“Ada apa?” Tanya Jongin sangat lemah. Bahkan suaranya sangat parau lebih mirip orang yang berbisik.

Kyungsoo hanya terhenyak ketika menatap keadaan Jongin saat ini. Melihat keadaannya yang begitu berantakan juga dengan wajah yang pucat. Kyungsoo tanpa ragu mendekat perlahan menghampiri Jongin.

“Jongin, kau baik-baik saja?” Tanya Kyungsoo halus.

Namun Jongin hanya menatap orang yang bertanya kepadanya kosong. Dia sama sekali tidak berekspresi dihadapan Kyungsoo saat ini. Pikirannya seolah kosong. Dia tidak dapat memikirkan apa-apa. Bahkan ketika Kyungsoo mengetuk pintunya kasar. Dia sama sekali tidak merasakan marah. Tubuhnya terlalu lemah untuk melakukan hal itu. Bahkan yang dapat Jongin rasakan kali ini adalah rasa bahagia. Meski dia tidak dapat tersenyum. Namun entah kenapa dengan melihat Kyungsoo yang ada dihadapannya membuatnya bahagia. Hingga beberapa detik kemudian air matanya benar-benar jatuh saat ini ketika Kyungsoo mulai berjalan mendekatinya.

“Kau datang.” Bisiknya sangat lemah. Bahkan dia tidak yakin kyungsoo dapat mendengarkan apa yang dia katakan. Senyumnya tergambar tipis diwajahnya. Hingga akhirnya dia tidak bisa melihat apa-apa lagi dengan pandanganya yang sangat gelap. Dia sudah sangat lemah saat ini. Dan dapat dia rasakan ketika matanya tertutup. Tubuhnya seakan ringan sekali dengan aroma coklat yang dia hirup saat ini–aroma tubuh Kyungsoo. Dia memiliki sandaran. Kyungsoo berhasil menangkap tubuh Jongin dipelukannya sebelum Jongin benar-benar jatuh.

***

Kyungsoo tidak cukup kuat untuk membawa Jongin kedalam kamarnya yang berada di lantai atas. Dia hanya membaringkan tubuh Jongin yang sangat lemah itu berbaring di sofa ruang tamu rumah Jongin. Kyungsoo terus bertanya-tanya dengan apa yang dialami Jongin saat ini. Sekarang dia terus menatap tubuh lemah jongin dan jangan lupakan wajahnya yang begitu sangat pucat. Matanya yang sangat menggambarkan bahwa dia telah menangis untuk waktu yang cukup lama.

Kyungsoo dapat melihat ketika Jongin secara tiba-tiba meneteskan air matanya itu di hadapannya. Kyungsoo sempat berpikir. Apakah Jongin memang sedang dalam keadaan terpuruk saat ini atau mungkin ada hal lain. Selain itu dia juga dapat mendengar apa yang dikatakan Jongin sebelum akhirnya dia benar benar jatuh tidak sadarkan diri. ‘Kau datang’. Apa Jongin tengah menunggunya. Tapi Kyungsoo tidak ingin memikirkan hal lain saat ini. Dia hanya berpikir. Jongin memang mempunyai keadaan yang benar-benar buruk saat ini. Dan kembali pertanyaan yang sejak lama membelit pikiran kyungsoo kembali lagi. Apa yang sebenarnya terjadi terhadap Jongin selain penyakit yang dia derita? Dan kenapa dia harus hidup sendiri tanpa keluarga?

***

Sinar pagi mulai menyinari sebagian ruangan rumah Jongin. Sangat sepi juga terlihat lengang. Memang seperti itulah keadaan rumah Jongin saat ini. Dan Jongin. Dia masih berbaring lemah di sofa dengan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya dan bantal yang menjadi alas kepalanya. Untuk waktu yang cukup lama Jongin tidak sadarkan diri.

Bukan tanpa alasan kenapa Jongin mengalami kondisi selemah ini. Sejak seminggu sebelumnya. Jongin benar-benar tidak bisa menutup matanya untuk terlelap tidur. Dia terus terjaga hingga hari terus berganti. Kondisi fisik yang semakin melemah membuat Jongin semakin depresi saat itu. Dia tidak bisa berpikir apa-apa lagi bahkan obatnya sama sekali tidak membantunya. Jongin terus merasa tertekan. Hingga satu yang selalu dia tunggu untuk menenangkan pikirannya sendiri ketika dia terpuruk hampir seminggu belakangan ini. Sekotak susu yan sering ditinggalkan Kyungsoo didepan rumahnya.

Secara langsung atau tidak. Awalnya Jongin merasa risih bahkan mengacuhkan kotak susu itu. Tapi semakin lama. Jongin mulai terbiasa dan hanya mengkosumsi susu yang diberikan Kyungsoo kepadanya. Dia tidak makan bahkan tidak meminum obatnya. Dia hanya membutuhkan sekotak kecil susu itu. Bahkan untuk beberapa saat dia merasakan keadaan yang begitu sangat baik ketika dia meminum susu itu. Tapi keadaanya memang tidak sepenuhnya stabil. Rasa ketakutan juga terus menyelubungi hidupnya hingga akhirnya dia benar-benar membutuhkan sosok yang menjadi sandarannya. Dia membutuhkan Kyungsoo. Setelah dia menangis semalaman dan berharap menunggu Kyungsoo datang. Akhirnya Kyungsoo benar-benar datang. Ada perasaan lega dalam dirinya saat menatap Kyungsoo benar-benar nyata dihadapannya. Dia tidak bisa mengungkapkan apa yang harus dia lakukan. Tubuhnya sangat lemah dan pada akhirnya dia memang jatuh Pingsan didepan Kyungsoo. Seseorang yang benar benar Jongin butuhkan.

Perlahan kesadaranya sedikit demi sedikit dia rasakan. Jongin membuka matanya perlahan dan menatap sebagian sudut rumahnya. Dia merasakan kepalanya yang sangat berat saat ini. Dia tidak bisa bangkit begitu saja saat ini. Dia sangat lemah. Ketika tangan kanannya ingin memijat kepalanya yang sangat sakit. Geraknya terhalangi oleh sesuatu. Jongin melirik tangannya sendiri hingga dia dapat melihat sebuah selang infuse sudah tertancap di pergalangan tanganya. Dia terus mengekor selang infuse itu hingga berhenti menatap cairan infuse yang tengah menggantung di dinding. Jongin kembali menatap sebagian sudut ruangan yang dia tempati sekarang. Dia memastikan bahwa dia benar-benar masih berada di rumahnya dan bukan di rumah sakit. Cukup lama Jongin untuk menyadarkan dirinya sendiri dan akhirnya dia menangkap bahwa dia masih berada di rumahnya.

Jongin menatap lemah langit-langit ruang tamunya dan kembali menatap selang infuse yang mengganggunya. Dia tidak mengerti kenapa selang infuse ini berada di tangannya. Yang dia ingat terakhir kalinya adalah ketika dia jatuh tidak sadarkan diri dihadapan Kyungsoo dan selanjutnya dia tidak tahu sama sekali. Jongin mencoba mendudukkan dirinya dan setelah itu mencoba memegang selang infuse itu untuk dia lepaskan karena itu sangat mengganggunya. Tapi sebuah suara menggagalkan aksinya ketika Kyungsoo berteriak kepadanya seraya memukulkan sendok di tangannya yang mencoba melepaskan selang infusenya.

“Apa yang kau lakukan huh? Kau melepaskannya atau kau mati!” ucap Kyungsoo tegas dengan menatap tajam Jongin yang masih terkejut dengan keberadaan Kyungsoo yang ternyata masih berada dirumahnya. “Kau sedang dalam masa penyembuhan karena kondisimu kemarin sangat lemah. Bersyukurkah kau mempunyai tetangga seorang calon dokter sehingga bisa merawatmu dan tidak perlu repot membawamu ke Rumah Sakit.” Ucap Kyungsoo lagi.

Jongin hanya diam. Dengan tatapan bingung di wajahnya. Dan kini matanya tertuju kepada semangkuk sup juga semangkuk nasi yang entah sejak kapan berada di mejanya. Jongin menatap takut makanan itu karena mangkuk tersebut berisi makanan yang tidak disukai Jongin. Sayuran. Semangkuk sup Sayuran.

Kyungsoo menggeser kursi lain dan mendudukan dirinya sendiri di hadapan Jongin yang tengah terduduk saat ini. Dia mengambil semangkuk nasi yang tadi tersimpan di meja. “Sekarang kau makan.” Ucap Kyungsoo seraya mengambilkan sesendok nasi dan mengarahkannya didepan Jongin. Jongin hanya diam tidak membuka mulutnya sedikitpun. Dia benar-benar tidak ingin makan dengan makanan yang paling dia benci. Kyungsoo mendesah pelan melihat Jongin saat ini dan menjauhkan sendok makannya dan menyimpannya dimangkuk. “Sudah berapa hari kau tidak makan?”

Jongin hanya diam. Dia benar-benar tidak ingat kapan terakhir dia makan. Yang dia ingat dia hanya mengkonsumsi Susu yang diberikan Kyungsoo kepadanya. Kyungsoo kembali menghela nafasnya panjang. “Benar saja. Kenapa kondisimu sangat lemah ternyata kau memang tidak makan. Kau hanya menkonsumsi susu yang kuberikan bukan?” Tanya Kyungsoo lagi menyelidik.

Jongin hanya terdiam. Sekarang dia tidak ingin tahu kenapa Kyungsoo bisa mengetahui hal itu. Yang jelas saat ini dia benar-benar tidak ingin makan.

Kyungsoo kembali menatap sayu wajah Jongin yang tetap saja diam menundukkan kepalanya. Sebenarnya Kyungsoo masih merasakan heran dengan kehidupan Jongin saat ini. Ketika dia mencoba memasak makanan yang baik bagi Jongin. Didapurnya, selain pemandangan horor didalamnya juga yang hanya bisa dia temukan adalah makan-makanan yang tidak sehat. Dia mengkonsumsi Junkfood juga beberapa softdrink dan kotak susu pemberiannya juga kotak susu milik Jongin yang terpajang dikulkasnya–Dan tentunya sudah basi. Sama sekali tidak ada apapun. Kyungsoo meringis dengan apa yang dimakan Jongin setiap harinya. Satu-satunya yang sehat hanyalah sekotak susu pemberiannya.

Kyungsoo menghela nafasnya kembali. “Bila kau terus seperti ini. Lama-kelamaan tubuhnya juga akan ikut sakit. Sebaiknya sekarang kau makan dan kembali beristirahat.” Ucap Kyungsoo dan Jongin hanya menjawab dengan gelengan kepala. Kyungsoo kembali menatap heran. Lalu melirik kearah meja. Dan dia tahu kenapa Jongin tidak ingin memakan sarapannya ini. “Karena sayuran?” Dan Jongin hanya diam yang berarti iya. Kyungsoo kembali menghela nafasnya kasar–Jongin sungguh kekanak-kanakan. “Jongin seburuk inikah keadaanmu. Apa selama bertahun-tahun ini kau tidak pernah hidup sehat. Kau hanya mengkonsumsi Junkfood dan Softdrink saja? Kau tidak pernah memakan sayuran sedikitpun. Pantas saja tubuhmu sangat lemah. Kau itu seperti–”

“Sudah diam.” Ucap Jongin lemah yang memotong ucapan Kyungsoo saat ini. Dan Jongin kembali menatap Kyungsoo lekat. “Jangan mengurusi kehidupanku. Dan jangan seolah menjadi kau adalah anggota keluargaku. Kau lebih mirip Jongdae saat ini. Dan aku membencinya.”

Kyungsoo hanya membulatkan matanya. Dia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan Jongin. Bahkan Jongdae. Dia sama sekali tidak tahu siapa itu Jongdae. Kyungsoo mencoba meraih tangan Jongin untuk menenangkannya namun dengan cepat Jongin menarik tangannya menjauh.

“Janganlah memarahiku karena aku tidak mau makan sayuran.” Ucap Jongin kembali. Kyungsoo terdiam dan mengerti dengan keadaannya saat ini. Kyungsoo sama sekali tidak bermaksud untuk memarahi Jongin. Dia hanya memberikan masukan dan menasehatinya. Apa seburuk itukah pandangannya sehingga dia menganggap bahwa apa yang dikatakan Kyungsoo kepadanya adalah ungkapan marah.

Jongin sudah cukup pusing dengan keadaan paginya kali ini. Dia mencoba bangkit dari tempatnya berbaring. Kyungsoo dengan cekatan langsung berdiri berniat untuk membantunya namun Jongin kembali menepis sentuhan Kyungsoo kepadanya. Kyungsoo hanya terdiam ketika Jongin langsung mengambil cairan infuse yang tadi menggantung di dinding dan membawanya untuk pergi keatas menuju kamarnya. Kyungsoo terus mengikuti langkah Jongin yang tertatih. Menatap sedih sekaligus menyesal ketika secara perlahan dengan bersusah payah Jongin berjalan menaiki anak tangga yang terhubung ke bagian rumah lantai duanya.

Kyungsoo sudah tidak sanggup lagi melihat keadaan Jongin. Kyungsoo langsung berlari naik dan memegang tangan kanan Jongin erat untuk menyeimbangkan tubuh Jongin agar tidak jatuh. Bagaimanapun kondisinya sangat lemah. Jongin berusaha menepis kembali tangan Kyungsoo namun dengan Kuat Kyungsoo tetap menahan tangannya. “Aku bisa berjalan sendiri.”

Kyungsoo dengan cepat menepis apa yang dikatakan Jongin. “Tidak. Kau tidak bisa. Kau bisa saja terjatuh dari tangga saat ini. Setidaknya kau harus tetap dapat kubantu hingga kau benar-benar berbaring di Kamarmu.”

Jongin menatap Kyungsoo lekat saat ini. Dia tidak bisa berpikir apa-apa lagi tentang sosok pria kecil yang ada disampingnya saat ini. Dan gerak tubuhnya kembali membuatnya tidak bisa mengontrol jalan pikirannya. Jongin menganggukan kepalanya dan Kyungsoo membalasnya dengan sebuah senyuman hangat.

***

Jongin membaringkan tubuhnya diatas ranjangnya saat ini dan kepalanya bersandar di atas Boneka kelinci putih miliknya. Berbaring nyaman dengan tubuh yang masih sangat lemah. Sebisa mungkin jongin mencoba menutup matanya dan kembali terlelap. Tapi tetap dia tidak bisa melakukannya. Dan kini dia hanya menatap kosong langit yang cukup mendung saat ini. Sepertinya akan turun hujan.

Jongin menatap takut langit yang tepat tergambar langsung dari langit-langit kamarnya seolah takut bila tiba-tiba muncul kilatan petir yang berasal dari awan hitam itu. Jongin membenci hal itu. Dia langsung memposisikan dirinya untuk berbaring kesamping. Dan matanya kembali menatap beberapa catatan yang dia buat yang tertempel penuh didinding kamarnya. Puluhan foto dan puluhan lembar surat menempel acak didindingnya.

Beberapa foto itu kebanyakan adalah foto-foto hasil bidikannya sendiri yang dia ambil ketika dia benar-benar membutuhkan dunianya. Ya, selama ini dia akan keluar bila dia ingin melihat Dunianya yang ada di balik Kamera. Jongin akan merasa takut bila dia menatap Dunia secara langsung tapi tidak bila dia menatap dunia yang ada di balik lensa kameranya. Dia akan merasa puas karena dunia yang nyata baginya hanya ada di gambar foto. Beberapa catatan juga dia tulis. Dia akan menulis dan menceritakan semua isi hatinya ketika dia tidak bisa mengungkapkannya langsung kepada Boneka kelinci putihnya yang selama ini adalah teman bicara Jongin untuk kurun waktu yang lama.

Jongin terus mengekor semua catatan juga foto-foto yang tertempel disetiap sudut dinding kamarnya. Hingga pandanganya terhenti disebuah foto yang sukses membuatnya kembali menteskan air matanya pelan. Foto beberapa anak Kucing yang berjumlah empat ekor. Sangat lucu bahkan menggemaskan. Tapi tidak untuk Jongin. Itu sangat menyakitkan bila dia kembali menatap foto kucing itu. Seolah foto itu lebih special dari foto-foto yang lain. Terdapat sebuah tanda hati. Jongin menempelkan stiker hati tersebut yang berada di tengah-tengah keempat foto Kucing yang sedang lucunya bergumul bersama.

Jongin merutuki dirinya sendiri saat ini. Kenapa hidupnya harus seberat ini. Kenapa harus dia yang menderita. Ada jutaan keluarga yang hidup bahagia didunia ini dan kenapa harus keluarganya yang hancur. Jongin terus merutuki dirinya sendiri. Menyalahkan ayahnya yang pergi begitu saja. Menyalahkan ibunya yang tidak lagi menyayanginya dan menyalahkan Jongdae, kakaknya yang sudah tidak peduli dengan perasaannya. Disaat seperti ini. Orang-orang yang dia benci akan terus berputar di pikirannya hingga benar-benar kembali mengacaukan batinnya hingga kembali berpikir jalan mati. Namun untuk saat ini Jongin tidak mampu untuk melakukan itu. Tubuhnya terlalu lemah saat ini. Bahkan untuk mencoba bangkitpun dia akan sangat sulit. Dia mensyukuri dengan keadaanya saat ini. Setidaknya dia akan mati secara perlahan dan menghilang meninggalkan dunia yang begitu sangat kejam baginya.

***

Malam ini hujan turun dan membasahi sebagian wilayah kota Seoul. Termasuk kediaman Jongin saat ini. Kyungsoo masih diam terduduk menunggu. Dia masih tetap menunggu di rumah Jongin bahkan sejak Kemarin kyungsoo sudah mulai menginap disini meskipun akhirnya dia hanya tidur di kursi meja makan dengan posisi terduduk. Dia tidak kuasa untuk meninggalkan Jongin sendiri dirumah. Apalagi dengan kondisinya yang sangat buruk saat ini. Dia takut bila akhirnya Jongin kembali depresi dan kembali melakukan hal buruk. Salah satunya adalah Bunuh diri.

Dan saat ini. Kyungsoo masih mencemaskan keadaan Jongin yang sejak dari pagi masih belum mau untuk makan. Bahkan sudah 3 kali Kyungsoo mengetuk pintu kamar jongin namun jongin tidak mau membalas panggilannya bahkan membiarkan dirinya masuk kedalam kamar Jongin.

Untuk pertama kalinya Kyungsoo memasuki kamar Jongin. Dan untuk pertama kalinya dia hanya terdiam mematung ketika melihat keadaan kamar Jongin yang tidak rapih dan terkesan berantakan. Di kamarnya yang kecil itu tidak ada satupun lampu. Hanya langit-langit kaca yang menjadi satu-satunya jalan cahaya matahari memasuki kamar Jongin. Dinding-dinding kamarnya yang penuh akan kertas-kertas dan foto-foto yang tertempel, bahkan tidak ada ruang sama sekali sehingga tempelan kertas itu saling menumpuk satu sama lain. sebuah meja yang penuh dengan beberapa mainan kecil dan juga obat-obatan yang berserakan. Beberapa buku dan juga sebuah kamera yang terpajang berantakan dirak. Lemari yang bergeser hampir menutupi pintu masuk kamar Jongin. Juga ranjang dengan seprai yang berantakan juga selimut yang terhempas sebagian kelantai. Tidak ada bantal. Hanya ada sebuah boneka kelinci usang yang terpajang disana. Bahkan kamar lain yang ada di lantai bawah lebih terlihat rapih dibandingkan kamar Jongin saat ini. Karena dikamar lain dia dapat menemukan selimut dan bantal. Tidak seperti disini.

Jongin mulai sangat terganggu saat Kyungsoo mulai mencoba menerawang keadaan Kamarnya. Sehingga dengan cepat Jongin melepaskan tangan Kyungsoo yang sebelumnya memapahnya dan mendorong tubuh Kyungsoo keluar dan menutup pintunya dengan cara di banting. Kyungsoo berpikir mungkin Jongin tidak ingin menunjukkan kamarnya yang terkesan pribadi baginya. Tapi tetap Kyungsoo masih diliputi rasa penasaran. Semakin jauh dia mengetahui beberapa hal baru yang dia temukan dari sosok Jongin. Semakin jauh juga rasa ingin tahu Kyungsoo dengan kehidupan Jongin sebenarnya sehingga dia menjadi seterpuruk ini selain akibat penyakit Bipolarnya.

Kyungsoo menghela nafasnya dan melirik kearah jam tangannya. 08.15 pm. Jongin masih belum makan hingga semalam ini. Dan kembali Kyungsoo mulai memberanikan dirinya membawa nampan berisi makanan yang telah dia buat juga nasi yang baru dan tidak lupa segelas air putih besar. Kyungsoo perlahan naik keatas dan kembali memanggil Jongin pelan.

“Jongin.. Kim Jongin. Kau harus makan.” Dan hanya keheningan yang kyungsoo dapatkan. Kyungsoo kembali menghela nafasnya dan dengan cara apapun dia harus memaksa Jongin untuk makan kali ini. “Kim Jongin, dengarkan aku sekali ini saja. Aku bukannya ikut campur akan masalahmu. Tapi karena kau tetanggaku aku hanya ingin membantumu. Aku tidak mau membiarkan tetanggaku menderita sedangkan aku hidup bahagia. Kau juga harus memikirkan kehidupanmu jongin.” ucap Kyungsoo lirih karena dia sudah tidak sanggup lagi menyimpan semua apa yang dia ingin katakan kepada Jongin.

Kyungsoo seolah menunggu Jongin untuk menjawab semua yang dikatakannya tapi tetap hanya keheningan yang dia dapatkan. Kyungsoo mulai menyerah. Namun suara berat yang sedari dia tunggu mulai dapat dia dengarkan kembali.

“Masuklah. Pintunya tidak aku kunci.” Ucap Jongin parau. Dan dengan cepat Kyungsoo membuka Pintu kamar jongin dan meraih knop untuk membukannya dengan sikunya karena kedua tanganya sedang memegang nampan.

Gelap. Itu yang Kyungsoo dapatkan saat pertama dia membuka kamar Jongin. Hanya sebuah cahaya remang yang dia dapatkan dari pantulan cahaya dari luar yang menerangi langsung tubuh Jongin yang berbaring menyamping memunggunginya. Dengan hati-hati kyungsoo masuk. Menggeserkan beberapa mainan kecil yang ada dimeja dan menggantikan tempatnya dengan nampan yang dia bawa. Dengan hati-hati dia mendekat kearah Jongin berbaring sekarang dan duduk disaping ranjang Jongin yang memunggunginya. “Kau tidur?” Tanya Kyungsoo pelan takut dia mengganggu Jongin.

“Sejak tadi pagi aku tidak tidur. Aku tidak akan pernah tidur begitu saja.” Ucapnya tanpa menatap lawan bicaranya.

Kyungsoo kembali bertanya dengan hati-hati. “Kenapa kau berkata seperti itu. Apa kau tidak merasa lelah?”

Beberapa detik Jongin terdiam. Hanya suara rintikan hujan yang terdengar jatuh diantara atap kacanya.  hingga akhirnya dia kembali membuka mulutnya. “Tentu saja aku lelah.” Ucapnya yang dibalas dengan tatapan bingung dari Kyungsoo. “Selama seminggu ini aku tidak tidur. Bipolar telah merenggut waktu tidurku. Aku akan terus terjaga dan tidak akan pernah tidur sama sekali sehingga aku benar-benar lelah seperti kemarin. Syukurlah aku bisa tidur kemarin meskipun dengan keadaan sakit.”

Kyungsoo hanya menatap miris Jongin. seburuk itukah keadaanya dan sekarang satu lagi yang dia ketahui dari Jongin kenapa kantung matanya begitu sangat hitam. Jongin tidak bisa tidur untuk kurun waktu yang lama. Kyungsoo kembali mengalihkan pandanganya dan menatap ke sisi gelap dimana makanan yang tadi dia bawa tersimpan di meja.

“Kalau begitu kau makan sekarang bila kau tidak bisa tidur.”

Jongin menggeleng. “Pasti masih ada sayuran bukan?”

Kyungsoo hanya diam. Memang benar. Sayuran masih ada dimakanan yang dia bawa saat ini. Meskipun dia tidak tahu seberapa tidak sukanya Jongin terhadap sayuran dia ingin membuat Jongin berubah dan membuatnya bisa memakan sayuran. Jongin kini membalikkan tubuhnya dan menatap sosok Kyungsoo yang kini tengah terdiam menatap makanan yang dia bawa sendiri.

“Hyung?” ucap Jongin lirih.

Kyungsoo terkejut dengan apa yang dikatakan Jongin saat ini. Tidak biasanya Jongin memanggilnya dengan sebutan ‘Hyung’ dan itu terasa sangat asing terdengar di telinga Kyungsoo saat ini. Dan kyungsoo hanya bisa melirik Jongin dan membulatkan matanya dengan tatapan bingung sekaligus tekejut.

“Bolehkan aku memanggilmu Hyung mulai saat ini?” Ucap Jongin parau.

Awalnya Kyungsoo merasa tidak yakin dengan apa yang didengarnya saat ini. Sehingga akhirnya Kyungsoo benar-benar tersadar dengan apa yang dikatakan Jongin kali ini. Kyungsoo memberikan senyuman kepada Jongin dan selanjutnya memberikan anggukan.

Untuk beberapa saat Jongin kembali terdiam. Menatap langit langit kamarnya yang sudah basah oleh air hujan. Dia kembali melirik Kyungsoo. “Hyung, aku ingin makan sup.” Ucap Jongin pelan. Kyungsoo memandang sesaat apa yang dikatakan Jongin. “Aku akan makan. Tapi hanya kuah sup dengan nasi. Jangan paksa aku untuk memakan sayurannya.” Ucap Jongin lagi.

Dan kembali Kyungsoo tersenyum bahagia dengan apa yang dikatakan Jongin. setidaknya kali ini Jongin ingin makan.

***

Jongin kini terdiam di sofa. Dengan selimut yang menutupi kakinya juga selang infuse yang masih menempel di tangannya. Jongin baru menyadari dia memang seperti benar-benar orang sakit sekarang. Kyungsoo memperhatikannya sangat baik. Memang keadaan didalam rumahnya sangat dingin padahal ini hanya hujan di musim semi bukan salju di musim dingin. Bahkan dirinya sendiri tidak tahu sejak kapan penghangat di rumahnya telah rusak. Sehingga akirnya Kyungsoo memakaikannya sebuah sweater juga selimut yang menutupi kakinya ini.

Menunggu Kyungsoo yang sedang memasakan sup untuknya. Jongin melirik keadaan sekitar rumahnya ada yang berbeda di rumahnya kali ini. Bahkan jongin tidak yakin apakah dia benar-benar berada dirumahnya kali ini atau dia berada dirumah Kyungsoo yang belum pernah dia kunjungi. Keadaan rumahnya bergitu sangat rapih juga bersih. Bahkan setiap sudut rumahnya tidak ada lagi debu tebal yang menutupi barang-barangnya. Lantainya pun terasa lebih licin dan juga aroma lemon yang kini tercium di rumahnya.

Cukup lama Jongin mengamati setiap sudut rumahnya yang nampak lebih berbeda. Kyungsoo datang dengan membawa semangkuk nasi dan juga semangkuk sup ditanganya dengan disertai senyuman bahagia karena akhirnya jongin mau untuk makan. Kyungsoo langsung menyimpan sup hangat yang dia buat dan dia simpan dimeja lalu duduk disamping Jongin.

“Kau membersihkan rumahku hyung?” Tanya Jongin yang membuatnya menatap bingung karena sungguh, Kyungsoo masih belum terbiasa dengan panggilan barunya dari Jongin saat ini. “Aku tidak yakin ini rumahku. Sebelumnya rumahku sangat berantakan dan juga debu tebal dimana-mana. Bahkan aku mencium aroma lemon. Kau menyimpan pengharum ruangan dirumah ini?”

“Kenapa? Kau tidak suka?” Tanya Kyungsoo takut karena dia merasa tidak nyaman dengan keadaan baru yang dia tempati makanya dia menyemprotkan pengharum ruangan miliknya di rumah jongin. Dia menyukai aroma lemon.

Jongin sesaat terdiam lalu tersenyum ramah. “Aku menyukainya. Ini sangat nyaman.” Ucap Jongin yang lalu melirik kearah makanan yang dibawa Kyungsoo. Kyungsoo tersenyum ketika melihat Jongin yang akhirnya bisa tersenyum. Dia yakin kali ini kondisini Jongin memang tengah baik dari sebelumnya. Dia masih bisa bicara juga tersenyum seperti ini. Dan Kyungsoo berjanji untuk terus membuat Jongin seperti ini. “Masih ada sayurannya.” Ucap Jongin sedih menatap mangkuk yang berisi sup.

Kyungsoo langsung mengambil mangkuk sup yang telah dibuatnya. “Aku tidak akan memberikan sayurannya untuk kau makan. Setidaknya aku akan mengajarimu memakan sayuran secara perlahan dan membiasakan dirimu untuk merasakan sedikit rasa sayur di kuahnya.”

Jongin menatap menyelidik. “Apa itu tidak apa-apa?” Tanya Jongin khawatir.

“Tentu saja tidak. Sayuran tidak seburuk apa yang kau bayangkan.”

Jongin terdiam hingga beberapa detik kemudian dia menganggukan kepalanya dan menerima suapan Kyungsoo. Kyungsoo cukup merasa puas. Meskipun jongin hanya ingin memakan kuahnya. Setidaknya dia bisa makan meskipun dia juga menatap ekspresi Jongin yang sesekali menutup matanya saat menelan makannya. Jongin tidak ingin membayangkan rasa sayuran yang sedikit dapat diarasakan dimulutnya. Tapi dia tetap berusaha untuk menghabiskan makanannya. Sangat lucu dan Kyungsoo suka dengan ekspresi yang di Tunjukkan Jongin saat ini.

***

Malam semakin larut dan jam kini menunjukkan pukul 2 pagi. Dan Jongin masih belum menunjukkan tanda-tanda bahwa dia mengantuk. Berbeda dengan Kyungsoo yang kali ini tengah menunggu Jongin yang masih sibuk membersihkan lensa-lensa kameranya yang sudah sangat lama dia tinggalkan. Kyungsoo sesaat menguap beberapa kali lalu kembali melirik jam. Sudah puluhan kali dia melakukan itu dan Kyungsoo masih menatap heran Jongin yang masih belum mengantuk sampai selarut ini.

“Hey, Jongin. apa kau tidak mengantuk? Ini sudah sangat larut. Sebaiknya kau membersihkan kamera mu besok saja.” Ucap Kyungsoo yang ternyata dirinyalah yang telah mengantuk.

Jongin hanya tersenyum. “Aku membersihkannya selagi aku bisa. Aku mungkin tidak akan sebaik ini besok. Dan mungkin aku malah melemparkan kameraku karena mengerang frustasi tidak mampu membersihkannya dengan baik.” Ucapnya tanpa melihat Kyungsoo yang sudah hampir menutup matanya.

Kyungsoo menatap sayu Jongin. Dia terlihat lebih baik bila seperti ini. Dia bisa tersenyum, berbicara ramah bahkan bersikap hangat. Jauh dari yang dia bayangkan dari penderita Bipolar sebelumnya. Perubahan mood-nya yang ekstrem bisa berubah dalam hitungan jam itu mungkin menbawa dampak buruk kepada dirinya sehingga dia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Tapi dengan seperti ini. Kyungsoo berharap jongin bisa sebaik ini kedepannya. Penderita ODB seperti Jongin memang benar adanya bila dia harus mempunyai seorang teman yang tidak boleh meninggalkannya. Akan lebih baik bila Jongin akan sembuh dari penderitaannya saat ini.

Akhirnya Kyungsoo tak kuasa lagi menahan hasrat untuk menutup matanya ditengah kegiatan Jongin yang sedang membersihkan kameranya. Keheningan yang tercipta membuat Jongin kini melirik kearah Kyungsoo. Dia tidak tahu sejak kapan sosok yang sedari tadi menemaninya sudah tertidur lelap dengan posisi yang terduduk dan tangan kanannya yang berada di pinggiran sofa menahan dagunya. Pasti dia sangat kelelahan untuk mengurusinya. Dengan pelan. Jongin menarik selimut yang tadi menutupi kakinya lalu menyelimuti tubuh kecil Kyungsoo yang telah terlelap duduk disampingnya.

“Terima kasih telah berada disini bersamaku.”

***

Untuk beberapa hari Keadaan Jongin sedikit membaik. Tidak seperti biasanya. Perasaan tenang dan bahagianya kini berjalan sangat lama. Kyungsoo merasa senang akan perubahan Jongin kali ini. Perlahan demi perlahan. Sikap kasar dan rasa amarahnya menghilang. Rencananya berhasil. Kyungsoo untuk beberapa hari ini sering menyempatkan diri menemui Jongin setiap paginya untuk memberikan Jongin sarapan juga menyiram tanaman bunga mataharinya sebelum dia berangkat kuliah. Dan sore harinya Kyungsoo akan datang kembali dan menikmati waktu bersama. Apapun yang dilakukannya selama membuat Jongin merasa senang. Kyungsoo akan terus berada disisi Jongin untuk tetap mengawasinya hingga keadaannya benar-benar membaik.

Jongin merasakan hal yang sama. Dia sendiri tidak ingat kapan terakhir kalinya dia merasakan sebahagia ini. Meskipun mustahil dia akan merasakan hal ini selamanya dan mood nya kapan saja bisa berubah kembali menjadi Jongin yang buruk. Dia tidak ingin menyia-nyiakan waktu bahagianya saat ini bersama Kyungsoo. Faktanya. Hanya Kyungsoo lah yang bisa membuat Jongin melupakan semua kenangan buruknya yang selama 8 tahun ini terus menghantui pikirannya.

***

“Jonginn!!” Teriak Kyungsoo berlari kearah Jongin yang tengah duduk mengamati kameranya. Jongin melirik suara teriakan Kyungsoo yang begitu menggema disetiap sudut ruanganya yang kecil. Kyungsoo datang dan berdiri dihadapan Jongin dengan senyum yang berkembang. “Bawa kameramu. Kau bisa melihat warna baru didalam hidupmu sekarang.”

Jongin hanya terdiam bingung. Hingga akhirnya tangannya ditarik oleh Kyungsoo keluar. Tak ada paksaan saat itu. Kyungsoo menarik tangannya halus dan Jongin mengikuti langkah kecilnya yang setengah berlari. Kyungsoo terdiam dan menatap kearah bunga matahari yang telah hampir dua bulan ini dia rawat saat masih menjadi bibit.

Tanamannya kini telah tubuh. Tanamannya juga telah berbunga. Dan bunga Matahari itu terpajang indah diantara kaktus kaktus yang Jongin rawat. Jongin menatap takjub apa yang dia lihatnya saat ini. Meski bukan pertama kalinya dia melihat bunga. Tapi entah kenapa melihat bunga itu tertanam dihalaman rumahnya. Membuat suasana lain yang dihinggapi Jongin saat ini. Perasaan kagum yang saat ini menyelubungi hatinya. Bahkan kaktus kaktus yang selama ini dia tanam tertutupi dengan kehadiran Bunga matahari yang berbunga indah.

“Warnanya cantik bukan? Tidak hanya ada warna hijau lagi sekarang. Karena warna kuning sekarang ada disini.” Ucap Kyungsoo. Lalu melirik Jongin yang masih tersenyum menatap Bunganya. Kyungsoo kembali menarik tangan Jongin. fotolah dan buat ini menjadi kenangan barumu.” Ucap Kyungsoo semangat dan kembali menarik untuk semakin mendekat kearah bunga mataharinya.

Untuk beberapa saat Jongin terdiam menatap kagum bunga yang ada dihadapannya. Dengan cepat dia memposisikan dirinya di tempat yang bagus untuk mencari angle yang tepat agar bisa dia bidik. ‘klik’ Jongin mendapatkan dunia baru di kameranya.

Jongin menatap puas hasil potretannya dan untuk beberapa saat dia menatap bunga tersebut. Sangat indah. Bahkan untuk pertama kalinya dia melihat warna seindah ini diantara halamanya yang hanya berwarna hijau. Beberapa detik kemudian Jongin melirik Kyungsoo yang kini mulai menyiram tanaman bunganya. Terasa berbeda. Ketika dia kembali menatap bunga hasil potretannya dan kembali menatap Kyungsoo. Kini Jongin mulai sadar. Dunia barunya ada dihadapannya saat ini–Kyungsoo.

***

Juny, 19. 2012

Musim semi telah berganti digantikan dengan musim panas yang bernuansa cerah. Semakin lama keadaan Jongin semakin baik. Meski tidak dapat dipungkiri. Kadang perasaan depresinya itu selalu datang dan membuat perasaannya sangat tidak baik. Namun keadaan buruk itu tidak akan berlangsung lama. Kyungsoo yang begitu sangat sabar selalu memberikan seluruh perhatiannya kepada Jongin sehingga Jongin bisa mengatur emosinya juga meminum obatnya secara baik juga teratur.

Bahkan untuk jarak waktu sebulan ini. Berkat Kyungsoo. Pola makan Jongin bisa berangsur membaik. Jongin mulai berani memakan sayuran meski pada akhirnya dia harus kenyang juga karena dia harus meminum air sebanyak-banyaknya untuk menghilangkan rasa buruknya dari rasa sayuran. Jongin masih ingat saat Kyungsoo benar-benar memarahinya kala itu dia berkarta bila Jongin terus seperti ini. Semua organ tubuhnya tidak akan berfungsi dengan baik. Kyungsoo selalu mengatakan hal-hal menakutkan ketika dia tidak ingin makan. Seperti seorang ibu yang menakuti anaknya memang. Hingga pada akhirnya Kyungsoo menemukan cara untuk membuat Jongin benar benar berani memulai makan sayuranya.

“Makanlah.” Kyungsoo sudah tidak sabar lagi menunggu hingga akhirnya dia menyimpan sup yang biasa dia buatkan untuk Jongin. Jongin menatap kesal supnya dan bersikeras untuk tidak memakannya. Tapi Kyungsoo langsung memberikan segelas air kepadanya.

“Makanlah satu suapan lalu kunyahlah dengan nasi. Setelah itu kau minum airnya. Terus lakukanlah hal yang sama itu berulang-ulang kali. Dan setelah aku kembali. aku ingin melihat kau benar-benar menghabiskan makananmu.” Ucap Kyungsoo langsung melangkah menjauh.

Awalnya Jongin terus merajuk, merasa kesal bahkan hampir membuang makanannya. Namun dorongan kuat muncul didalam diri Jongin saat itu. Sehingga membuatnya terpaksa memulai makan sayurannya untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun lamanya dia tinggalkan. Rasa aneh, pahit muncul diantara mulutnya dan Jongin langsung meminum air putihnya. Untuk beberapa saat Jongin berpikir ini tidak akan berhasil. Tetapi dorongan kuat didalam hatinya terus saja bergejolak. Dan memaksanya untuk kembali memakan sayurannya sampai habis. Satu dorongan itu adalah dia tidak ingin membuat kecewa Kyungsoo.

***

Seseorang mengetuk pintu pelan rumah Jongin. dan dengan langkah cepat Jongin membuka pintu rumahnya dengan disertai senyum yang tergambar diwajahnya. Namun saat dia membuka pintunya. Senyumnya menghilang digantikan raut wajah kebencian didalam hatinya.

“Untuk apa kesini?” Tanya Jongin kepada sosok pria yang kini berdiri dihadapannya dengan disertai senyum ramahnya. Kim Jongdae. Kakak kandungnya.

“Kau. Apa kabar? Saat itu kau tidak datang ke peringatan kematian Eomma. Aku hanya memastikan kau baik–baik saja.” Ucap Jongdae.

“Aku baik. Seribu kali lebih baik sebelum kau datang kesini.” Ucapnya seraya mencoba menutup kembali pintu rumahnya. Namun knop pintunya ditahan oleh Jongdae sehingga Jongin gagal untuk menutup pintu rumahnya.

“Kita harus bicara.”

Jongin mendesis kesal. “Tentang apa?”

“Eomma.” Ucapnya singkat. Jongin hanya memandang remeh sosok Jongdae yang kini berdiri dihadapannya. “Kau belum pernah sekalipun hadir diperingatan kematian Eomma. Bahkan kau tidak pernah mengunjungi tempat Eomma disemayamakan bukan. Datanglah. Pikirkan perasaan Eomma.”

Jongin menatap kesal kakaknya. “Bukannya kalian yang tidak memikirkan perasaanku?” Ucap Jongin yang membuat Jongdae menatap marah. Jongin mendesis. “Kau ingin memukulku sekarang. Pukulah! Selagi aku baik sekarang!” Ucapnya kasar dengan nada tinggi dan Jongdae tidak bisa lagi menahan amarahnya. Dan satu tamparan kini melayang keras kearah pipi Jongin.

“Sadarlah! Apa yang kau katakan itu salah! Kami semua memikirkan keadaanmu. Kami memikirkan kesehatanmu. Dan kami masih peduli padamu!” Teriak Jongdae.

Jongin hanya diam. Menahan Kesal dengan apa yang dilakukan Jongdae kepadanya. Dan kembali dia merasakan pukulan dari kakkanya sendiri saat ini. Sangat menyakitkan. Bahkan rasanya dia ingin menangis sekarang.

“Kau egois Jongin! Apa didunia ini hanya kau saja yang menderita? Tidak! Masih banyak orang diluar sana yang lebih menderita darimu termasuk aku. Pikirkan itu!” Ucap Jongdae kembali yang berjalan kesal meninggalkan Jongin yang masih diam diambang pintu menahan rasa kecewanya.

Jongin sekilas menatap kepergian Jongdae. Menahan airmatanya yang mungkin akan turun lalu berjalan masuk membanting pintu rumahnya. Dan terduduk bersandar dibalik pintu masuk nya. “Aku –egois.” Ucapnya lirih mengulang apa yang dikatakan Jongdae kepadanya.

***

Kyungsoo menatap aneh rumah Jongin. Tidak biasanya rumah Jongin sangat gelap malam ini. Terakhir kalinya dia melihat rumah Jongin dengan keadaan seperti ini adalah saat pertama kalinya dia pindah kerumah barunya. Malam ini memang Kyungsoo baru pulang karena dia baru menyelesaikan tugas prakteknya di Rumah Sakit. Dia masih berada diluar dan niatnya untuk memasuki rumahnya dia urungkan dan melangkah menuju rumah Jongin untuk memastikan keadaanya yang baik-baik saja.
Kyungsoo mengetuk pelan pintu rumah Jongin dan tidak ada balasan sedikit pun dari sang pemilik. Dengan  rasa takut Kyungsoo memutar Knop pintunya. Tidak dikunci. Dia pun berjalan masuk perlahan seraya memanggil nama Jongin pelan.

Sangat gelap dan sepi saat ini dia rasakan. Dia masih memanggil pelan Jongin. Mencari sosok sang pemilik rumah. Dia berjalan kearah ruang tengah dan tetap masih kosong. Dia berjalan. Beranjak naik kelantai dua rumah Jongin dan melangkahkan kakinya  menuju kamar Jongin. Dari kejauhan dapat dia lihat pintunya terbuka. Jongin pasti ada didalam kamarnya.

Kyungsoo berjalan semakin cepat dengan langkah yang hati-hati. Melirik kedalam dan melihat sosok yang dicarinya tengah duduk menghadap sisi tembok memunggungi Kyungsoo. Kyungsoo bernafas lega melihat Jongin karena menandakan bahwa dia baik-baik saja. Namun beberapa detik kemudian pikirannya terhempas ketika dia mencium aroma lain diantara kamar Jongin. Aroma asap Rokok dan Soju.

Kyungsoo melangkah cepat dan menarik tangan Jongin. Betapa terkejutnya dia ketika dia melihat puntung rokok itu masih menyala terpajang disela jari Jongin dan Jongin hanya menatap tak peduli Kyungsoo yang menatapnya terkejut. “Kau merokok?”

Untuk beberapa detik Jongin terdiam hingga akhirnya dia menarik tangannya dan membuatnya terlepas dari genggaman Kyungsoo. Kyungsoo masih menatap tidak percaya ketika belasan Puntung rokok bekas telah berserakan dilantai diantara kaki Jongin dan beberapa botol arak yang berada disampingnya.

Kyungsoo kembali menarik Jongin untuk menatapnya. “Jongin! Lihat aku!” Ucap Kyungsoo berteriak tegas. Dan kembali Jongin menatapnya tidak peduli. “Sejak kapan kau mulai merokok dan minum-minum? Kenapa aku baru mengetahuinya?” Tanya Kyungsoo. Sungguh dia sangat marah saat ini melihat keadaan Jongin yang sebelumnya terlihat sangat baik. Tapi faktanya setelah dia melihat ini. Keadaan jongin yang seperti ini jauh dikatakan Baik. Bahkan lebih dikatakan lebih buruk.

“Aku sudah lama melakukannya. Dan hyung tidak perlu peduli kepadaku tentang hal ini.” Ucap Jongin lirih.

Kyungsoo menatap wajah Jongin yang sebenarnya telah sangat berubah. Wajahnya begitu pucat dan sayu. “Ada apa?”

Jongin hanya memalingkan wajahnya dan menatap kembali foto-foto yang terpajang didinding kamarnya dan kembali dia pandanganya tertuju kearah foto keempat Kucing yang sedang bergumul itu. “Aku hanya tidak bisa tidur. Maka dari itu aku merokok dan minum arak.” Ucap Jongin tanpa rasa bersalah.

Kyungsoo menghela nafasnya kasar. “Tapi tidak seperti ini!” Kyungsoo kembali membentak Jongin. Dan Jongin hanya diam menundukkan dirinya tidak berani menatap Kyungsoo yang tengah menatap marah dirinya. Kyungsoo dengan cepat membuang rokok yang dipegang Jongin saat ini. Menginjaknya sampai benar benar mati dan kembali menarik tubuh Jongin untuk menghadapnya.

“Dengar kan aku. Ini tidak benar. Umurmu masih 19 tahun. Ada baiknya kau melakukan ini setelah usiamu telah mencapai 23 tahun. Dan aku mulai saat ini akan melarangmu untuk mulai merokok dan minum-minum lagi.”

Jongin hanya diam. Lalu kembali meraih sebuah botol arak yang tak jauh berada ditempatnya duduk saat ini. Kyungsoo merasa kesal dan menepis tangan Jongin untuk mengambil araknya. “Kenapa kau menjadi seperti ini Jongin?” Tanya Kyungsoo merasa kesal dengan apa yang dilakukan Jongin saat ini.

Hanya keheningan yang kini menyelimuti seluruh kamar Jongin hingga akhirnya sebuah isakan terdengar dari telinga kyungsoo saat ini. Jongin menangis.

“Kenapa aku harus hidup seperti ini hyung?” Bisiknya lirih.

***

Dia masih menatap kosong layar Laptop yang ada di depannya. Dia mengabaikan materi belajarnya, buku-buku yang terbuka disekitar mejanya hingga Balpoint-nya pun hanya dia mainkan dengan mengetuk-ketukan di  tepi meja. Hingga selarut ini Kyungsoo masih belum bisa melepaskan bayangannya akan cerita yang baru didengarnya dari Jongin. Kisah hidupnya yang memilukan yang lebih menuju ke sebuah kesengsaraan. Dia benar-benar orang yang hidup sendirian selama bertahun-tahun. Tidak pernah terpikir olehnya Jongin bisa hidup melewati semua kesulitan hidup yang mengitari dunianya.

Malam ini Kyungsoo benar-benar tidak bisa menutup matanya sempurna. Bukan karena tugas-tugas kuliahnya. Dia juga di hadapkan dengan masalah yang selama ini diderita Jongin. Beberapa kali Kyungsoo memfokuskan dirinya menatap buku-bukunya. Tapi akhirnya selalu gagal ketika suara Jongin keluar membayangi pikirannya selama 5 jam terakhir ini. Seakan lelah karena terus dihantui cerita Jongin. Kyungsoo menjatuhkan Kepalanya hingga Menyentuh Keyboard Laptop-nya dan menekan beberapa tombol secara sembarang.

***

Kyungsoo terus mengusap perlahan tangan Jongin yang kotor juga sebagian kecil luka bakar yang terdapat dijari-jarinya yang Kyungsoo yakin itu merupakan bekas luka bakar dari Rokok yang tidak dia hisap sehingga dia biarkan terpajang begitu saja dan membakar diantara jarinya. Dengan handuk basah dan cekatan Kyungsoo membersihkannya. Sang pemilik tangan itu hanya diam menatap kosong kesisi lain tak ingin menatap Kyungsoo yang tengah merawatnya meskipun sesekali dia meringis merasakan perih karena luka bakarnya itu disentuh oleh sehelai handuk basah.

Jongin sama sekali tidak mampu untuk marah. Setelah apa yang dilakukan Kyungsoo yang membuang dan membakar habis semua rokoknya. Membuang arak-arak yang selama ini dia sembunyikan. Juga seperti saat ini. Merawat luka yang ada di tangannya. Jongin terlalu lelah bila dia harus berdebat kembali dengan Kyungsoo karena perbuatannya meski secara sadar Jongin tahu bahwa yang dilakukannya memang salah.

“Maafkan aku hyung.” Ucap Jongin sangat lirih yang membuat Kyungsoo menghentikan aktifitasnya dan menggantungkan tangannya. Dia menatap lekat dengan penuh tanda Tanya wajah Jongin yang saat ini sama sekali tidak meliriknya.

“Hidupku sangat tidak pantas didunia ini. Bahkan aku merasa tidak pantas mendapatkan perhatian darimu. Pria sepertiku seharusnya dibiarkan begitu saja. Hidup sendirian dan kesepian. Sengsara dan tidak mempunyai keluarga bahkan teman. Aku pantas mendapatkan ini semua.”

Kyungsoo masih tetap diam. Dia mencoba untuk menahan mulutnya sendiri untuk tidak berucap sedikitpun. Menatap Jongin. Menahan emosi nya sendiri untuk tidak berkomentar tentang hidup Jongin yag menurutnya sangat tidak berguna. Jongin menolehkan pandangannya dan menatap Kyungsoo yang juga masih menatapnya penuh tanda Tanya.

“Keluargaku sangat buruk bahkan telah hancur berantakan. Aku tidak mempunyai siapa-siapa.”

Keheningan yang tercipta saat ini. Bahkan Kyungsoo tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Begitupun dengan Jongin. Mereka hanya saling menatap satu sama lain. Hingga Jongin yang membuang pandangannya pertama. Ada sedikit jeda diantara perkataannya. Hingga Jongin kembali membuka suaranya dan tanpa paksaan apapun. Dia mulai menceritakan kehidupannya yang kelam. Tentang Keluarganya yang hancur. Tentang hidupnya yang menjadi seorang penderita ODB. Tentang teman dan sahabatnya yang menjauhi dan meninggalkannya. Dan tentang hidupnya yang telah dia jalani selama 8 tahun ini sendirian. Dibawah tekanan Bipolar, rasa sakit, rasa takut dan juga rasa cemas yang sangat berat dia hadapi dengan obat-obatan untuk membuatnya terlihat baik.

Kyungsoo tidak dapat melawan rasa sedihnya ketika mendengar apa yang diceritakan Jongin malam itu. Dia beberapa kali menutup matanya dan mengusap beberapa tetesan air mata yang mungkin akan keluar dengan punggung tangannya. Dia tidak ingin membiarkan air matanya jatuh begitu saja didepan Jongin. Kyungsoo menatap Jongin lekat. Ada satu hal lagi yang ingin dia ketahui yang membuat Jongin begitu sangat membenci keluarganya termasuk Ibunya sendiri.

“Kau mengatakan Eommamu telah meninggal. Kenapa kau belum pernah datang ke tempat peristirahatannya yang terakhir?”

Jongin merasa tersentak dan menatap Kyungsoo lekat. Kyungsoo tahu pasti Jongin kali ini merasa marah kepadanya karena berani menanyakan hal itu. Tapi itu semua tidak dapat kyungsoo sembunyikan lagi. Kyungsoo ingin mengetahui semuanya.

“Kenapa kau membenci Eommamu sendiri?” Ucap Kyungsoo sangat halus tidak ingin membuat Jongin merasa tersinggung ataupun membuatnya marah.

Namun berbeda dengan apa yang dibayangkan Kyungsoo. Jongin menundukkan kepalanya dan menjawab apa yang ditanyakannya.

“30 Maret 2010.” Ucapnya lirih. Ada sedikit jeda hingga akhirnya kembali dia membuka suaranya. “Dia pergi. Dengan menggunakan mobil. Dia pergi seorang diri. Aku tidak tahu kemana dia akan pergi. Namun malam itu. Saat cuaca tengah buruk. Aku tidak mengerti kenapa dia nekad untuk menerobos jalan yang sudah sangat jelas tidak boleh dilewati. Hingga akhirnya–“ Jongin menghela nafas menceritakan sosok ‘Dia’ yang jelas itu adalah ibunya. Jongin sedikit terisak. Dan mengangkat wajahnya. “Mobilnya tergelincir karena jalanan yang licin. Mobilnya tidak terkendali dan menabrak pembatas jalan membuat mobil itu langsung jatuh ke laut lepas yang ada di tepi jalan dan tenggelam. Dan.. dia..” Jongin kembali menatap Kyungsoo “Kau pasti tahu apa yang terjadi kepadanya.” Kyungsoo menatap sedih Jongin dan Jongin kembali membuka suaranya. “Kau bertanya kepadaku kenapa aku sangat membencinya bukan?” Kyungsoo hanya diam tidak menjawab. Dan dengan Senyum yang dipaksakan Jongin membuka kembali suaranya. “Dia telah mengingkari janjinya ketika aku mulai percaya kepadanya.”

Kyungsoo sempat ingin menanyakan apa itu. Namun dengan cepat Jongin memotong pembicaraannya. “Pulanglah hyung. Aku sudah merasa baikan sekarang. Jangan khawatirkan aku. Aku baik-baik saja.” Jongin membaringkan tubuhnya diatas kasurnya. Memunggungi Kyungsoo yang masih menatapnya sedih.

Kyungsoo tidak dapat melakukan apapun. Ingin sekali Kyungsoo menghapus airmata Jongin. Namun Kyungsoo mengurungkan keinginannya. Jongin hanya membutuhkan ketenangan saat ini. Hingga akhirnya Kyungsoo melangkahkan kakinya pergi ketika melihat Jongin benar-benar telah menutup matanya dan terlelap dengan nyamannya.

Kyungsoo menutup pelan pintu kamar Jongin. menatap diam pintu tua dihadapannya. “Kau salah. Kau membutuhkan orang yang mendengarkanmu untuk membuatmu tenang Jongin.” Ucapnya lirih. Dan berbalik untuk pergi karena dia harus segera menyelesaikan tugas-tugas yang telah menunggunya malam ini. Meskipun pada akhirnya. Pikirannya kembali kosong karena terus membayangkan semua cerita Jongin yang dia ceritakan kepadanya.

***

Kyungsoo membuka matanya. Dengan mata yang sedikit berair. Dia membuka matanya meskipun sedikit perih. Dia tidak ingat kapan dia tidur. Yang jelas dia tidur sangatlah larut karena cerita Jongin terus menghantui pikirannya. Dengan perlahan dia mengangkat tubuhnya. Sedikit ada rasa sakit karena dia tidur dengan posisi terduduk dan kepala bersandar di meja. Kyungsoo menyandarkan tubuhnya senyaman mungkin di kursi. Sedikit merenggangkan otot-otot tubuhnya. Memijat tangannya pelan secara bergantian seraya melirik kearah jam dindingnya. Sudah cukup siang. Rasanya dia sangat malas bila untuk berangkat ke universitasnya hari ini. Kalau bukan karena hari ini ada Ujian. Kyungsoo mungkin akan bolos untuk masuk hari ini. Dan dengan malasnya dia bangkit dari duduknya beranjak dari tempat duduknya. Untuk bersiap-siap. Karena sungguh. Selama semalaman ini Jongin benar-benar membuat kepalanya sakit karena semua cerita Jongin yang semakin lama secara tidak langsung membuat Kyungsoo ingin lebih jauh hidup disekeliling Jongin dan membuatnya berubah.

***

Kyungsoo sudah sangat terburu-buru karena dia benar–benar sudah terlambat untuk pergi masuk ke kampusnya. Kalau bukan karena tetangganya yang membuatnya mengalihkan perhatiannya. Mungkin Kyungsoo akan langsung berangkat menggunakan mobilnya sendiri yang sangat jarang dia pakai.

Kyungsoo berjalan Pelan menuju Pintu halaman depan Rumah Jongin. Berdiri di balik pagar. Menatap sosok yang kemarin begitu sangat berantakan kini serius menata tanaman Kaktusnya kembali. Kyungsoo tersenyum Ringan. Sungguh sangat lega bisa menatap Jongin bisa kembali seperti saat ini. Begitu sangat tenang. Cukup lama Kyungsoo menatap sosok tetangganya yang sedang membersihkan rumput-rumput liar yang tumbuh disekitar kaktus miliknya. Hingga akhirnya dia tersadar ketika Jongin telah mendapatinya yang tentunya tengah memperhatikan kegiatan Jongin pagi ini. Jongin tersenyum menatap Kyungsoo yang berekspresi yang dia tahu pasti dia sangat terkejut.

“Selamat pagi hyung.” Teriak Jongin ramah kepada Kyungsoo yang berdiri mematung dibalik pagar dan Kyungsoo. Dia hanya bisa tergugup, membalas senyuman Jongin ragu dan menganggukan kepalanya ringan. Sungguh kali ini Kyungsoo benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa.

Jongin kembali mengalihkan pandangannya dan kini beralih menyirami tanaman Bunga Matahari milik Kyungsoo. “Kau tahu hyung. Mungkin mulai saat ini bunga Matahari adalah bunga kesukaanku.” Ucap Jongin tanpa melirik sosok yang diajaknya bicara.

Kyungsoo tersenyum senang dengan apa yang dikatakan Jongin. Entahlah. Kyungsoo merasa Jongin terlihat lebih baik hari ini. Bahkan dia lebih banyak tersenyum ceria.

Cukup lama Jongin menyirami tanamannya hingga beberapa saat kemudian Jongin melirik matahari yang kini mulai beranjak naik semakin tinggi. Jongin melirik Kyungsoo kembali yang ternyata masih berdiri mematung menatapnya. “Kau masih terdiam disana hyung?” Tanya Jongin kebingungan.

“Apa?” Tanya Kyungsoo kaget dan tidak kalah bingungnya.

“Tidak pergi ke Kampus?”

Kyungsoo mengerutkan dahinya bingung. Hingga beberapa detik kemudian tersadar ketika dia melirik Jam tangan yang dipakainya sendiri. “Ya ampun. Aku benar benar terlambat.” Ucapnya pelan. Kyungsoo kembali menatap Jongin yang sungguh karena dirinya Kyungsoo benar-benar terlambat untuk masuk ke kampusnya. “Aku pergi Jongin!” ucapnya berteriak. Berlari mencari Taksi dan melupakan rencana awalnya yang akan menggunakan mobilnya sendiri menuju kampus.

Jongin tersenyum dan beberapa detik kemudian dia tertawa. Jongin baru menyadari bahwa Kyungsoo adalah sosok yang benar-benar sangat lucu. Tidak pernah terpikirkan olehnya. Dibalik sikap Kyungsoo yang lebih mempunyai sifat keibuan itu bisa memiliki sikap yang sangat lugu dan lucu. Kyungsoo benar-benar bisa membuatnya tertawa hari ini. Hari baru dengan perasaan baru. Kyungsoo benar-benar mengisi sisi kosong Jongin saat ini.

***

Jongin selalu memperhatikan Kyungsoo yang setiap minggunya selalu menulis berlembar-lembar Surat yang mungkin lebih kepada Kyungsoo yang seolah menulis di buku Harian. Dan lembaran tulisan itu selalu dia kirimkan rutin kepada ibunya. Semenjak Kyungsoo selalu bersamanya dan menemaninya dirumah. Kyungsoo terkadang selalu sibuk sendiri dengan kegiatan rutinnya itu setiap akhir pekan. Ada suatu hari Jongin bertanya apa yang ditulis Kyungsoo sehingga mau menulis catatan begitu sangat banyak dengan tangannya. Dan Kyungsoo dia hanya menjawab apa yang dia ingin jawab.

“Apa Hyung tidak bosan harus menulis begitu banyak surat kepada Eommamu itu?” Tanya Jongin yang dia sendiri sibuk membersihkan kameranya.

“Tidak.” Ucap Kyungsoo sangat singkat dan tidak mengalihkan pandanganya dengan surat surat yang tengah dia tulis.

Jongin menghembuskan nafas beratnya perlahan. “Apa Hyung tidak mengenal tekhnologi? Untuk apa Ponsel, e-mail, bahkan Video call diciptakan kalau bukan untuk mempermudah komunikasi dengan seseorang yang sangat jauh?”

“Apa itu harus?” Kyungsoo tetap menjawab dengan nada datarnya.

“Tentu saja, dengan itu Hyung bisa bercerita sesuka hati secara langsung. Lagipula tangan Hyung bisa pegal bila harus terus menulis banyak.” Ucap Jongin tidak mau kalah.

Kyungsoo melirik Jongin. “Apa kau tidak pernah mendengar Istilah Goresan kecil sebuah tangan adalah cerita terindah seseorang untuk dikenang?” Dan Jongin dia hanya mengernyitkan dahinya Bingung. Kyungsoo kembali melanjutkan ucapannya. “Aku menulis bukannya aku tidak mengenal tekhnologi. Aku menulis karena aku akan mengenang setiap apa yang kutulis dengan tanganku sendiri. Bercerita langsung kepada orang yang aku kasihi dan kembali menerima tulisan tangannya yang membalas dengan penuh rasa senang. Itulah cara mengungkapkan perasaan rindu yang paling tepat dan cara untuk mendapatkan kebahagian.” Kyungsoo kembali menulis suratnya. “Lagipula kau juga sering melakukannya bukan? Seperti cerita yang kau tulis diantara foto-fotomu dan kau pajang dinding kamarmu. Kau mungkin bisa mencoba mengirimkannya kepada orang yang kau kenal. Mungkin teman atau Kakakmu.”

“Aku tidak mungkin melakukannya.” Ucap Jongin pelan.

“Jangan bercanda Jongin. Lakukan saja. Aku tahu apa yang kau alami memang sulit. Merasa sendirian? Tapi cobalah berubah. Dan kau akan menemukan kebahagiaanmu itu sendiri.”

Jongin hanya terdiam dengan apa yang dikatakan Kyungsoo. Jongin kembali menatap Kyungsoo yang tengah sibuk dengan kegiatannya sendiri. “Apa yang kau tulis di suratmu hyung?”

Kyungsoo melirik Jongin dan tersenyum. “Menceritakan apa yang aku lakukan dan yang aku rasakan setiap harinya. Menulis tentang apa yang kulihat dan apa yang aku dengar.”

***

20 August, 2012.

Depakote, Zyprexa. Perlahan-lahan Jongin sedikit mengurangi dosis obat yang dikonsumsinya setiap saat. Keadaannya sangat baik. Bahkan Psikiaternya pun memuji Jongin yang mampu berubah begitu sangat pesat dengan keadaanya yang jauh lebih baik sekarang. Jongin masih rutin untuk berkonsultasi dengan Dokter Psikiaternya. Meskipun nyatanya sosok yang membuatnya jauh lebih baik itu adalah Kyungsoo.

Meskipun begitu. Dokter membenarkan apa yang dikatakan Jongin. kehadiran Kyungsoo dalam hidupnya adalah sosok Penyemangat Hidupnya. Jongin sebelumnya pernah mendengar kalimat ‘Penyemangat Hidup’ beberapa tahun sebelumnya ketika dokter menyarankan dia untuk mencari seseorang yang peduli dan mampu mendengarkannya. Namun Jongin merasa itu tidak penting. Dia tidak bisa bergaul dengan siapapun. Dan tentu saja. Dia hanya mengandalkan Boneka kelinci putihnya. Dan itu adalah sahabat terbaik bagi dirinya.

Namun, dengan adanya Kyungsoo saat ini. Sosok Penyemangat hidup itu memang benar-benar ada. Perlahan. Jongin dapat menerima apa yang dilakukan kyungsoo. apa yang dia sarankan, apa yang dia katakan dan apapun segala yang Kyungsoo lakukan terhadap dirinya saat ini. Dan sampai sejauh ini. Jongin benar-benar lebih membutuhkan Kyungsoo dari siapapun.

Dengan perasaan cukup tenang Jongin berjalan Melewati setiap koridor rumah sakit untuk kembali pulang. Kalau bukan karena sebuah permen lollipop kecil ditangan Kyungsoo yang kini berdiri menghalangi langkahnya. Dia tidak akan berhenti untuk berjalan pulang.

Jongin menerimanya senang lalu mulai membuka bungkus plastik yang menutupi permen tersebut dan melahapnya senang.

“Kau Nampak berbeda ketika berseragam Dokter hyung.” Goda Jongin.

Kyungsoo hanya tertawa dan berjalan berdampingan dengan Jongin. “Ini belum resmi. Aku masih belum menjadi dokter.”

“Lalu kapan kau akan menjadi seorang dokter?” Tanya Jongin kembali.

“2 tahun lagi. Tapi.. ah.. aku ingin lulus secepatnya.”

“Kenapa? Apa karena ingin terus merawatku?” Tanya Jongin yang membuat Kyungsoo mendesis acuh.

“Aku Dokter bedah. Lagipula untuk apa aku merawat orang sepertimu. Apa harus setiap hari aku mengoperasimu dan menyobek setiap kulitmu dengan Pisau bedahku?”

“Kalau begitu kau lebih cocok menjadi seorang pengukir kayu Hyung.” Ucap jongin tertawa.

Kyungsoo melirik Jongin yang tertawa begitu sangat bahagia dan begitu tulus tersenyum kepadanya saat dia menyadari bahwa Kyungsoo akan tersinggung dengan apa yang dikatakannya. Tapi nyatanya kyungsoo sama sekali tidak bisa marah kepada Jongin. Dia hanya marah bila dia melakukan apa yang seharusnya salah. Seperti menyisakan sayuran disetiap makanannya.

“Sebaiknya lain hari kita pergi berjalan-jalan.” Ajak Kyungsoo.

Jongin melirik Kyungsoo. “Kenapa?”

“Tidak. Hanya saja aku bosan dengan kegiatanku akhir-akhir ini. Aku ingin meringankan pikiranku.” Kyungsoo melirik Jongin yang berjalan memandang lurus. “Ajak aku melihat duniamu.”

Jongin melirik kyungsoo tidak mengerti dan Kyungsoo hanya tersenyum bahagia. “Kau selalu bilang bahwa duniamu yang sebenarnya ada dibalik kamera bukan? Ayo. Ajak aku untuk melihatnya.”

Kyungsoo menatap penuh harap. Sesungguhnya Jongin tidak mengerti rencana apalagi yang akan dilakukan Kyungsoo saat ini karena setiap apa yang dia lakukan pasti ada maksud dibalik itu semua. Dan Jongin dia tidak bisa menolak. Dia hanya tersenyum yang mengatakan bahwa dia mengiyakan ajakan Kyungsoo. Lagipula dia sudah sangat lama tidak melihat dunianya tersebut. Dia butuh dunia baru meskipun sebagian dia telah dapatkan dari Kyungsooo.

***

Awalnya Kyungsoo berniat untuk mencari alat perkakas saja untuk membersihkan rumput liar yang tumbuh di halaman rumah Jongin. Namun, ruangan tertutup yang berada di gudang rumah Jongin membuatnya merasa penasaran. Pintu kayu tua yang tertutup rapat. Kyungsoo tidak berniat untuk membuka ruangan itu namun karena rasa penasarannya rasa takut itu berubah menjadi rasa ingin tahu.

Kyungsoo menatap kunci-kunci yang diberikan Jongin. Perlahan Kyungsoo tanpa rasa ragu mencoba membuka pintu itu dengan kunci-kunci yang dimiliknya. Hingga akhirnya dia menemukan Kunci yang tepat hingga pintu itu terbuka.

Sangat Gelap. Keadaannya benar-benar pengap. Tanpa rasa takut Kyungsoo masuk perlahan namun langkahnya terhenti karena dia menabrak sesuatu. Sepertinya perutnya menabrak benda tumpul. Kyungsoo mengeluarkan Ponselnya. Dan cahaya dari ponselnya adalah satu-satunya sumber cahaya saat ini. Kyungsoo sedikit menerawang dan dia langsung dihadapkan dengan rasa keterkejutannya.

Sebuah Mobil terpakir dihadapannya. Dan kyungsoo baru menyadari bahwa apa yang ditabraknya sebelumnya adalah Sebuah Kaca spion milik mobil tersebut. Dengan cepat Kyungsoo mencari saklar Lampu diantara dinding dengan penerangan minim tersebut. Hingga akhirnya dia menemukan saklar lampu dan menyalakan Lampu ruangan tersebut. Untunglah lampu itu masih bisa menyala dengan baik. Dan kembali Kyungsoo terpukau dengan apa yang dilihatnya. Sebuah mobil mewah berwarna merah. Dia yakin bahwa mobil ini adalah mobil Sport.

Dengan hati hati Kyungsoo mengamati setiap detail mobil yang ada dihadapannya ini meskipun memang sangat kotor dan berdebu tapi tetap, mobil ini masih terlihat bagus dan terawat dengan baik. Ferrari F340. Mobil yang dia yakini adalah mobil yang ada sekitar tahun 2008. Mobil mewah dengan kap mobil yang bisa terbuka. Berwarna merah dan semakin menegaskan sisi Sport mobil tersebut. Kini Kyungsoo menyadari. Bahwa ruangan ini bukanlah ruangan biasa. Ini adalah sebuah bagasi. Dan dia baru sadar. Bahwa Jongin adalah orang dari keluarga Berada.

Kyungsoo langsung kembali keluar. Beranjak naik dari tempat yang dia singgahi tadi dan pergi menghadap Jongin yang tengah duduk menatap foto-foto lamanya.

“Aku baru tahu kau mempunyai mobil.” Ucap Kyungsoo yang tentunya membuat Jongin menatap bingung. Ekspresi wajahnya pun berubah. Yang tadinya tenang kini berubah dengan wajah yang Nampak seperti orang ketakutan.

Kyungsoo tidak menyadari akan perubahan ekspresi Jongin saat itu dan langsung duduk berhadap-hadapan dengan Jongin dilantai.

“Kau bisa mengendarai mobil?” Tanya Kyungsoo pelan.

“Tidak lagi.” Ucap Jongin singkat.

“Kau tidak pernah mengendarai mobilmu lagi? Kenapa? Itu mobil yang sangat bagus.” Ucap Kyungsoo antusias.

Jongin beberapa saat terdiam dan menatap Kyungsoo. “Umur 16 tahun aku sudah mengendarai mobil sendiri tapi sekarang tidak lagi.” Ucap Jongin datar. “Kau tidak tahu apa yang sebenarnya kurasakan hyung. Menjauhlah dari mobil itu.” Ucapnya lagi yang langsung beranjak pergi dengan wajah gusar. Meninggalkan Kyungsoo yang menatapnya bingung. Jongin langsung masuk kedalam kamarnya tanpa basa-basi apapun.

Dan Kyungsoo menatap aneh Jongin. mengernyitkan dahinya dan baru menyadari bahwa jongin berbeda. Kyungsoo menyalahkan dirinya sendiri. “Apa aku berkata salah lagi saat ini?”

***

Beberapa hari berlalu sejak Kyungsoo menemukan apa yang ditemukannya di bagasi. Jongin menjadi sedikit berbeda. Dia seolah menghindar ketika Kyungsoo kembali bertanya tentang mobil yang Jongin miliki. Ketika kyungsoo akan mulai bertanya. Hanya sebuah raut ketakutan yang tergambar dari wajah Jongin. Dan bila Kyungsoo sudah melihat ekspresi Jongin saat itu. Kyungsoo tidak berani untuk melanjutkannya. Dia akan memilih diam dan mengalah pada dirinya sendiri.

Dan hari ini. Jongin dan Kyungsoo telah berencana untuk pergi kesuatu tempat yang sudah mereka rencanakan sejak jauh-jauh hari. Melihat dunia seorang Kim Jongin. Jongin sendiri telah bersiap-siap dengan Kameranya yang sudah sangat lama dia tidak gunakan. Mood nya sangat baik. Namun, suara deruman mobil kini kembali membuatnya merasa tidak nyaman. Jongin mengenali suara mobil tersebut. Suara mobil itu sudah tidak asing lagi ditelinganya. Meskipun itu sudah sangat lama tidak dia dengar.

Jongin berlari keluar memastikan apa yang didengarnya. Dan Jongin terkejut ketika melihat mobilnya yang sudah bertahun-tahun dia tinggalkan di bagasi kini telah terparkir dihadapannya. Jongin sama sekali tidak berani mendekat. Dia masih tetap diposisinya saat ini. Menatap mematung dengan wajah ketakutan.

Kyungsoo yang sedang menghangatkan mesin mobil Ferrari itu pun keluar dari dalam mobil dan menatap Jongin bahagia. “Ini mengagumkan. Baru kali ini aku berada dibalik setir mobil sebagus ini. Kita pergi dengan mobilmu. Ya?” Ucap Kyungsoo meminta izin.

Namun jongin hanya menggelengkan kepalanya cepat. Dan kali ini Jongin benar-benar bingung harus melakukan apa. “Aku sudah bilang. Hyung harus menjauhi mobil itu.” Ucap Jongin tergugup.

“Kenapa?” Tanya Kyungsoo heran. Dan lagi-lagi Jongin semakin melangkah mundur menjauhi mobil tersebut. Kyungsoo yang merasa heran pun melangkah mendekati Jongin. Dan kini mereka saling berhadapan. “Apa kau lupa cara mengendarai mobil lagi? Aku bisa mengendarainya. Tenang saja.”

“Bukan itu Hyung.” Ucap Jongin parau dan Kyungsoo menatap lekat ekspresi Jongin yang benar-benar berbeda. Kyungsoo menyadari bahwa Jongin kini seperti orang yang ketakutan. “Apa kau tahu bahwa Bipolar juga dapat disebabkan oleh rasa Traumatik yang sangat menakutkan dan pernah dialami oleh penderita ODB itu sendiri?” Kyungsoo menggeleng pelan. “Itu adalah aku hyung. Aku salah satunya.”

“Kau pernah mengalami trauma oleh mobil itu?” Tanya Kyungsoo hati-hati.

“Bukan.”

“Lalu?”

“Aku hanya tidak ingin mengingat kejadian apa yang dialami oleh Dia.” Ucap Jongin lirih yang mengartikan bahwa Dia adalah seseorang yang meninggal dalam kecelakaan tragis beberapa tahun sebelumnya–Ibunya. “Selama bertahun-tahun aku meninggalkan mobil itu. Aku tidak pernah menaiki mobil jenis apapun. Aku hanya menggunakan Subway ketika aku berpergian.” Lanjutnya lagi.

Kyungsoo sedikit tercekat namun dia tidak mau melihat Jongin terus kalah melawan ketakutannya.sekali ini Jongin harus menang. Dengan paksa. Kyungsoo menarik tangan Jongin. mendekat kearah mobil tersebut dan terdiam didepan pintu yang sudah terbuka.

“Apa yang kau lakukan Hyung?” Teriak Jongin seraya melepaskan genggaman tangan Kyungsoo kasar.

“Kau tidak bisa selamanya terus-menerus seperti ini. Dan kali ini kau harus bisa mengalahkan rasa ketakutanmu!” Ucap Kyungsoo mengingatkan.

“Omong kosong.” Ucap Jongin datar dan berniat kembali melangkah meninggalkan Kyungsoo dan menjauh dari mobilnya. Namun tangan Kyungsoo menahan langkah Jongin. Kyungsoo menarik keras dan langsung mendorong Jongin untuk masuk dan duduk di balik kemudinya. Belum sempat Jongin untuk melawan. Kyungsoo telah lebih dulu menutup Pintu mobil dan Kyungsoo beralih dan masuk untuk duduk di sisi kursi mobil yang lain. berdampingan dengan Jongin.

“Lawan rasa ketakutanmu!” Ucap Kyungsoo tegas.

“Aku tidak bisa.” Ucap Jongin sangat pelan tanpa menatap Kyungsoo.

Kyungsoo mengarahkan pandangannya menatap lekat Jongin. “Dengarkan aku jongin. Bila kau terus seperti ini. Kau tidak akan pernah bisa sembuh. Selamanya kau akan kalah oleh rasa takutmu, Bipolarmu, oleh semua obat-obatanmu. Kau tidak ingin terus menderita bukan?” Tanya Kyungsoo.

Dengan nafas sedikit tersenggal Jongin berteriak dihadapan Kyungsoo. “Kau sama sekali tidak mengerti aku Hyung!”

“Aku mengerti dirimu!” teriak Kyungsoo membalas apa yang dikatakan Jongin. “Pegang setir mobilnya dan nyalakan mesinnya.” Ucap Kyungsoo santai.

Dan Jongin sama sekali tidak bisa melakukannya. Sepenuhnya dia merasa ketakutan. Nafasnya tersenggal sangat lambat. Tangannya bergetar saat mencoba memegang kemudi mobilnya namun dia tetap tidak bisa melakukannya. Namun dia terus mencoba melakukan apa yang dikatakan Kyungsoo kepadanya. Cukup lama Jongin semakin tidak fokus. Dia tidak bisa berpikir apa-apa selain membayangkan apa yang terjadi kepada ibunya beberapa tahun yang lalu. Nafasnya semakin tidak beraturan dengan keringat dingin terus jatuh diantara keningnya. Dan sungguh. Kini jongin tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Dia hanya mengerang kesal.

“Sudah kukatakan aku tidak bisa!” ucap Jongin berteriak kesal dan langsung membuka pintu mobilnya dan berlari keluar. Kembali masuk kedalam rumahnya.

Kyungsoo menatap terkejut Jongin dan ikut turun dari mobil yang dinaikinya. Keluar dan ikut berlari mengejar Jongin yang masuk kedalam rumahnya. Kyungsoo mengejar dan mendapati Jongin yang kini tengah mencari sesuatu diatara laci mejanya. Mencarinya dengan tergesa dan tidak memperdulikan Kyungsoo yang berteriak bertanya apa yang terjadi. Mengacak mejanya, isi lemarinya hingga Ranjangnya sendiri. Kyungsoo mencoba menghentikan apa yang dilakukan Jongin saat ini namun akhirnya dia mengurungkan niatnya ketika Jongin menemukan apa yang dicarinya yaitu Moodstabilizer–obatnya.

Jongin mengambil beberapa obatnya tanpa dosis yang dibenarkan. Langsung menelannya begitu saja tanpa air. Hingga akhirnya dia menjatuhkan tubuhnya sendiri berbaring diranjang dengan nafas yang masih tersenggal seraya menutup matanya perlahan. Kyungsoo menyadari apa yang dilakukannya tadi adalah sebuah kesalahan.

Tidak ingin mengganggu. Kyungsoo kembali turun dan berjalan keluar dari rumah Jongin. Menatap mobil sport model lama itu sangat lekat namun dengan tatapan lemah. Dia mendekat dan membuka pintu mobil milik Jongin tersebut. Terduduk lemah dengan tatapan yang sangat sayu. Mengusap pelan setir mobil itu sangat halus hingga tangannya berakhir mengambil Kunci mobil yang tadi terpasang. Melepaskannya dan menatap lekat kunci mobil tersebut sebelum akhirnya dia menggenggam erat kunci itu dan menangis terisak.

“Maafkan aku Jongin.”

***

Mereka sama sekali tidak saling bicara. Tidak ada sepatah katapun keluar dari mulut mereka meskipun mereka duduk saling berhadapan di meja makan. Jongin hanya diam menikmati makan malamnya dan Kyungsoo dia masih diam menatap Jongin yang menikmati makanan yang dibuatnya.

Untuk 2 hari ini mereka saling tidak bercakap seperti biasanya. Meskipun Kyungsoo sering sekali menemui Jongin tapi Jongin sendiri seolah tidak pernah menanggapi kedatangan Kyungsoo. Bahkan Jongin hanya menghargai ketika Kyungsoo memaksanya untuk makan. Kyungsoo menyadari apa yang dilakukannya kepada Jongin kemarin itu memang salah. Kyungsoo sangat menyesal akan itu. Berulangkali Kyungsoo mengungkapkan permintaan maafnya. Tapi hanya sebuah kebisuan yang dia dapatkan. Jongin benar-benar marah kepadanya.

Namun, hari ini Kyungsoo ingin mencoba lagi untuk meminta maaf. Dia yakin Jongin hari ini lebih baik keadaannya dari kemarin. Dengan hati-hati Kyungsoo mendekatkan tangannya dan menyentuh tangan Jongin pelan hingga sang pemilik hanya menatap datar dan berhenti dari aktifitas makan malamnya.

“Jongin. sungguh aku minta maaf.” Ucap Kyungsoo dengan tatapan memohon.

Hanya beberaa detik jongin untuk menatap kyungsoo dan selanjutnya dia kembali menundukkan kepalanya. Memusatkan perhatiannya kepada Sup kesukaannya yang sering Kyungsoo buatkan. Namun dia kembali tercekat ketika dia merasakan tangan kirinya di genggam dengan sangat erat. Dia mengekor tangannya yang digenggam Kyungsoo dan menatap wajah Kyungsoo dengan tatapapan memohon. Sungguh. Jongin tidak tahu harus melakukan apa. Dibalik rasa marahnya terhadap Kyungsoo. Jongin merasakan sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang tidak dapat dia artikan. Jongin tidak bisa menatap Kyungsoo seperti biasanya saat ini.

“Jongin.” Suara sayu Kyungsoo menyadarkan Jongin hingga akhirnya Jongin kembali menatap sekilas Kyungsoo.

“Ah.. makan malam yang menyenangkan. Terima kasih hyung.” Ucap Jongin tergesa yang langsung beranjak berdiri dari duduknya dan melepaskan genggaman tangan Kyungsoo begitu saja. Dan berjalan pergi menjauh dengan tergesa-gesa.

Kyungsoo menatap bingung bahasa tubuh Jongin dan dengan cepat Kyungsoo berteriak memanggil Jongin untuk berhent. Jongin berhenti tanpa membalikkan badannya sama sekali untuk menatap sosok yang telah memanggilnya.

“Apa aku benar-benar melakukan kesalahan dengan Mobil itu?”

Jongin hanya diam tergugup. Menghela nafasnya panjang sebelum dia membuka suaranya. “Hyung tidak salah. Aku hanya tidak menyukainya.” Ucap Jongin yang langsung kembali berjalan pergi menuju kamarnya. Dan menghilang dari pandangan Kyungsoo.

“Apa itu sama saja?” lirih Kyungsoo.

***

Jongin menatap langit-langit kamarnya yang menampakkan langsung dengan Angkasa luar dengan bintang dan cahaya bulan yang menyinari setiap sudut kamarnya yang gelap. Apa yang dipikirkan Jongin saat ini. Bukanlah seperti biasanya. Dia memikirkan seorang Kyungsoo. Dia tahu dan meyakini bahwa dia memang tidak bisa hidup bila tidak ada Kyungsoo di sisinya. Tapi selebihnya. Dia tidak yakin dengan perasaannya. Jongin yakin ini sangat konyol. Jongin tidak bisa hidup oleh tetangga yang baru beberapa bulan ini dikenalnya. Jongin terus mencari pertanyaan yang menyulitkan pikirannya sendiri. Dan Jongin merasa itu bukan Jawaban yang sebenarnya. Jawaban apa arti yang sebenarnya dia rasakan terhadap Kyungsoo.

Jongin bangkit dan mendudukkan dirinya. Mengarahkan boneka kelinci putihnya dihadapannya dan menatapnya lekat seolah meminta untuk mencari Jawaban yang sedang Jongin cari saat ini. Cukup frustasi memang. Jongin benar-benar tidak bisa berpikir dengan baik saat ini hanya karena seorang Kyungsoo.

Selama ini Kyungsoo lah yang membawanya ke kehidupan yang lebih baik. Kyungsoo yang merubahnya, yang menemaninya dan yang menasihatinya. Tapi, dari semua itu muncul rasa tidak ingin mengecewakan Kyungsoo dari diri Jongin sendiri. Beberapa Jam semalaman itu Jongin terus mencari jawaban apa yang sedang dia rasakan. Dia berdiri gelisah. Menatap sekeliling kamarnya. Mengekor setiap foto yang terpajang di dindingnya. Hingga akhirnya dia menemukan sebuah foto yang menarik perhatiannya. Jongin mengambilnya dan menatap lekat foto tersebut seraya mendudukkan dirinya sendiri di tepi ranjangnya.

Sepasang merpati. Entah dorongan darimana Jongin merasa tertarik dengan foto yang digenggamnya saat ini. Jongin membalikkan gambar fotonya dan menatap tulisan tangannya sendiri yang dia tulis di balik foto tersebut.

“…Manusia percaya. Merpati adalah lambang Cinta sejati. Merpati itu akan datang dan menemani Merpati yang lainnya. Karena Merpati ditakdirkan untuk hidup berpasangan…”

***

Pagi ini suara ketukan pintu menggema disetiap sudut rumah Kyungsoo yang dia huni seorang diri. Kyungsoo yang sedang membaca buku-bukunya pun langsung bangkit dan berlari mencari tahu siapa yang telah bertamu kerumahnya sepagi ini.

Dan didetik pertama ketika dia membuka pintunya. Kyungsoo hanya bisa diam terpaku. Menatap Jongin yang kini telah berpakaian rapi. Memakai Kemeja berwarna biru laut, celana jeans dan memakai sepatu berwarna hitam. Tidak lupa juga dia memakai Tas punggungnya yang berwarna hitam. Kyungsoo menatap bingung ketika Jongin menunjukkan senyumannya pagi ini. senyuman yang selama beberapa hari ini menghilang.

“Hyung. Ayo kita melihat duniaku!” Ajak Jongin dengan penuh rasa semangat sedangkan Kyungsoo dia masih diam bingung menatap Jongin yang terlihat begitu semangat pagi ini.

 

To be Continued~

***

Sorry for late update di Asianfanfiction. untuk yang ingin langsung baca kelanjutannya di Chapter 3 bisa cek akun FFN saya, blossomkimp https://www.fanfiction.net/s/10987909/1/I-Am-A-Bipolar Dan Terima kasih juga buat yang sudah reviews.. :)

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Maudyo #1
Chapter 1: bahasanya kece badai nih
oh ya di tag nya tambahin bahasa ato indonesia gitu chingu, biar yg nyari ff bahasa gampang. Awalnya aku tau di search twitter pas km promote tp kirain eng, n pas di post di ffn ternyata indo.
Lanjut cus ya hehe
flawlessdyo #2
woah ambil temanya bagus bgt :3 krna tnp disadari kita bisa aj pnya penyakit kejiwaan ini.. aaaa mungkinkah kyungsoo yg mengidap bipolar ? :3
tp setauku bipolar itu semacam perubahan mood yg ekstrim. contohnya skrg bisa senang tp detik berikutnya nangis meraung-raung.. hihu
so excited !! :3 fighting authornim~~