Memory

First Love

“Oh, Sungjin-ah. Wae?”

 

“Ya Jung Jihoon. Minhwan baru saja mengalami kecelakaan mobil. Dan tangan kanannya patah”

 

“Mwo??!!”

 

“Dia harus beristirahat sampai benar-benar pulih. Jadi, dia tidak bisa tampil di acaramu”

 

“Gwenchana. Semoga dia cepat sembuh. Lalu, apa mereka sudah mencari pengganti Minhwan?”

 

“Jangan kawatir. Mereka sudah menemukan drummer pengganti yang tepat. Dan segera mulai berlatih”

 

~~~

 

Kang Minhyuk memasukkan satu persatu pakaian dan beberapa benda ke dalam tas.

 

Sejenak, laki-laki bertubuh tinggi itu memandangi sebuah benda yang menjadi benda kesayangannya. Stik drum.

 

“Chingu! Ayo kita bekerja keras!” Minhyuk mencium dan memasukkan benda terakhir itu ke dalam tas.

 

Kemudian pandangan Minhyuk jatuh pada bingkai foto seorang gadis berparas jelita tersenyum, sedang bermain piano. Minhyuk meraih bingkai itu dan menatap beberapa saat.

 

“Minhyuk-ah, kenapa kau belum pergi juga?” Ibu Minhyuk datang dan memegang pundak putra satu-satunya itu.

 

“Eoh, Eomma. Aku juga akan pergi setelah ini” Minhyuk meletakkan bingkai itu ke tempat semula.

 

“Mianhae, Minhyuk-ah. Gara-gara omma sakit, mimpimu untuk menjadi drummer hebat, gagal. Bahkan omma tidak bisa membiayaimu lagi. Jeongmal mianhae” Suara wanita paruh baya itu bergetar. Dan perlahan air mata menetes di pipinya.

 

“Eomma. Sudah ku bilang jangan katakan itu lagi. Kau tidak bersalah, Eomma” Minhyuk menghapus air mata ibunya kemudian tersenyum.

 

“Sepertinya kau sangat merindukan dia. Benar, kan?” Wanita itu melirik bingkai yang Minhyuk pegang tadi, suaranya kembali normal.

 

 

 

“Ne, omma. Aku tidak bisa melepaskan dia begitu saja. Dia sudah menjadi bagian dari hidup kita” Minhyuk menghela nafas dan menatap ke bawah.

 

“Pergilah, Minhyuk. Cari dan temui dia. Jangan lupa sampaikan salamku padanya. Aku juga merindukan gadis cantik itu”

 

“Tapi kau harus berjanji padaku, omma. Selama aku pergi, kau harus meminum obat dengan benar. Jangan terlambat makan. Jangan melakukan hal berat apapun. Banyaklah beristirahat. Dan kalau kau butuh sesuatu, kau bisa bilang ke Donghae Hyung. Aku akan kembali secepat mungkin. Dan membawa gadis itu kemari”

 

~~~

 

“Kau yakin ingin pergi ke Seoul?” Donghae menutup pintu rumahnya lalu duduk di sebelah Minhyuk.

 

“Ne, Hyung. Mereka akan memberiku banyak uang, jadi aku bisa membawa ibuku ke rumah sakit, membelikan dia obat, melunasi semua hutang-hutangku padamu, dan membayar semua yang belum bisa ku bayar”

 

“Gwenchana, Minhyuk-ah. Pikirkan kesehatan ibumu. Dan kesehatanmu juga. Kau tidak boleh memaksakan diri”

 

“Gomawoyo, Hyung. Sebenarnya aku tidak ingin meninggalkan ibuku karena sakitnya semakin parah. Tapi dia selalu menyembunyikan rasa sakit itu dan berusaha kuat di hadapanku”

 

“Aku akan selalu mengawasinya. Tenanglah”

 

“Jeongmal gomawoyo, Hyung”

 

“Soojungie. Apa kau juga akan mencarinya?”

 

~~~

 

Di rumah Jihoon.

 

Sudah lama Soojung tidak berkunjung ke rumah besar itu semenjak memutuskan untuk bekerja dan pindah ke apartemen yang lebih dekat dengan tempat kerjanya, dan karena dia tidak ingin terus menerus menyusahkan Jihoon. Ayah Jihoon sekarang tinggal di San Fransisco untuk mengurus perusahaannya di sana. Sangat sepi bagi Jihoon.

 

Soojung beberapa kali mencoba memainkan lagu Can’t Stop dengan piano. Dan kebanyakan dari semua percobaan, gagal.

 

“Aah! Aku rasa aku tidak bisa memainkan piano lagi. Ottoke?!” Perempuan ini memukul kepalanya sendiri.

 

Tiba-tiba Jihoon muncul dari belakang dan menggenggam tangan Soojung. Mulai memainkan Can’t Stop.

 

Soojung teringat seorang Oppa yang ia sukai saat ia masih kecil.

 

Flashback

 

“Soojung-ah, aku tidak sabar melihatmu memainkan piano itu. Ayo, cepat mainkan! Kau pasti bisa!” seorang anak laki-laki yang lebih tua dua tahun dari Soojung, memberi semangat kepada seorang gadis kecil yang akan tampil bermain piano di pentas seni sekolah.

 

“Kemarin aku tidak berlatih, Oppa. Aku takut gagal” Soojung hampir menangis.

 

Tapi tiba-tiba tangan anak laki-laki itu menggenggam tangan Soojung dengan erat.

 

“Percayalah, Soojung. Kau pasti bisa!” Anak laki-laki itu memberikan dua jempolnya, tersenyum hingga menunjukkan eye smile-nya. Dan ini membuat Soojung mendapat semangat yang besar.

 

End of flashback

 

“Kau harus memainkan pianomu seperti itu, Soojung-ah. Tapi tidak apa-apa. Kau tetap terlihat cantik!” Jihoon menoleh, tersenyum. Mata Soojung agak membesar ketika wajah Jihoon tepat di depan wajahnya --terlalu dekat. Hanya bisa duduk terdiam, karena kalau bergerak sedikit saja Soojung bisa melakukan kesalahan besar.

 

Mereka saling menatap.

 

Kemudian hening.

 

 

Ting Tong. Ting Tong.

 

Bel rumah Jihoon berbunyi. Kemudian mereka langsung berdiri, Jihoon berjalan menuju pintu, membukanya dan mendapati Miyoung di sana.

 

~~~

 

Miyoung mulai menyiapkan alat-alat masak, merebus air, dan memotong sayuran. Soojung sedari tadi duduk bertopang dagu memperhatikan Miyoung melakukan semua itu dengan cepat dan membuat mulut gadis itu setengah terbuka.

 

“Ckckck. Aigoo. Kenapa kau cepat sekali, Eonnie?”

 

“Yah! Sampai kapan kau akan duduk di sana? Kau bilang ingin belajar memasak. Aish, jinjja. Kemarilah!” Miyoung mengambil lalu memakaikan apron coklat ke Soojung.

 

“So, what should I do, Eonnie?” Soojung berbicara dengan bahasa inggris. Ia terlihat antusias belajar memasak dengan Miyoung.

 

“You have to cut it like this” Miyoung menunjukkan cara memotong bawang dan Soojung memperhatikan dengan serius.

 

Dan mulailah pelajaran memasak dari Hwang Miyoung.

 

Jihoon duduk di ruang tamu dan memperhatikan apa yang mereka lakukan. Tidak. Jihoon memperhatikan Soojung.

 

...

 

Miyoung keluar dari toilet lalu melihat Jihoon membantu Soojung memasak, sesekali mereka tertawa dan Soojung selalu memukul Jihoon setiap melakukan kesalahan. 

 

Ada kesedihan di wajah Miyoung saat menyaksikan pemandangan itu. Hati Miyoung terasa sakit dan air mata mengalir ke pipinya.

 

Flashback

 

2013

 

Sore hari di bulan Desember. Miyoung menemui Jihoon di sungai Han. Wajah mereka tampak diselimuti kesedihan ketika saling menatap. Mereka tahu apa yang sedang terjadi dengan hubungan mereka saat ini.

 

“Mianhae, Oppa. Aku tidak bisa menghentikan pertunanganku dengan alasan apapun”

 

“Gwenchana. Lakukan saja apa yang harus kau lakukan. Aku juga tidak bisa melakukan apapun, karena orang tua mu memang tidak pernah menyukaiku. Aku takut kalau aku paksakan, kaulah yang akan terluka. Mianhae”

 

Miyoung meneteskan air mata, hatinya sakit.

 

“Oppa… Apa kau akan mencari penggantiku?”

 

“Tentu saja! Aku akan mencari penggantimu secepat mungkin” Jihoon tersenyum, tapi berpura-pura. Dia mencoba bahagia. Meskipun sebenarnya tidak rela Miyoung bertunangan dengan  lelaki pilihan orang tua Miyoung.

 

End of flashback

 

Jihoon melihat Miyoung berdiam diri di sudut. Sementara Soojung melanjutkan memasak.

 

Miyoung menghapus air mata setelah menyadari Jihoon melihatnya. Jihoon tahu Miyoung menangis.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet