Final

Pluviophile

-London-

 Aku merapatkan jaket yang ku kenakan sambil berlari-lari kecil. Titik-titik air mulai berlomba-lomba memasuki bumi. Kalau bukan karena si Kai hitam sialan itu, pasti sekarang aku sudah duduk manis di apartemenku.  

Samar-samar aku melihat sebuah café. Daripada basah kuyup, lebih baik aku berteduh di café itu.

Kuedarkan mataku ke seluruh penjuru café ini. Syukurlah café ini tidak terlalu ramai. Kulihat ada 1 meja yang masih kosong di pojok dekat jendela, tempat yang bagus sepertinya. Tak lama ada seorang pelayan menghampiriku.

“May I have your order, sir?” Tanyanya ramah.

“Strawberry cheesecake and Americano, please,” jawabku dengan senyuman.

Aku terdiam memperhatikan titik-titik air hujan yang mengalir di jendela.

Entah kenapa hujan selalu mengantarkan ingatan ku kepada gadis itu.

 Ini terasa seerti déjà vu, berlalri di tengah hujan karena sahabatku yang mambuatku pulang terlambat dan memaksaku memasuki sebuah café untuk berteduh. Bedanya saat itu aku masih berada di Seoul, dan saat itu pula aku bertemu dengan seorang gadis yang sukses membuatku gila beberapa tahun belakangan ini.

 

 

-Seoul-

Aku berlari berusaha menembus titik-titik air yang berjatuhan. Jaket yang melekat di tubuhku mulai terasa dingin karena diterpa oleh titik-titik air itu. Padahal rumahku tinggal beberapa blok lagi, tapi hujan semakin deras. Mau tak mau aku harus mencari tempat untuk berteduh. Untunglah posisiku tak terlalu jauh dari café yang lumayan sering aku kunjungi.

Dentingan bel terdengar ketika aku membuka pintu kaca terebut. Mataku menerawang keseluruh penjuru café. Entah kenapa pandanganku tiba-tiba terfokus pada seorang gadis yang duduk sendiri di pojok ruangan.

Gadis berambut brunette sebahu yang membuatnya terlihat manis, dengan mata sipitnya yang indah serta hidung mancung dan bibir cherry pink-nya yang seolah mempertegas keindahan wajahnya. Tanpa ba-bi-bu aku langsung berjalan ke arahnya.

“Boleh duduk di sini?” tanyaku.

Gadis manis itu hanya mengangguk mengiyakan.

Tanpa aku sadari kedua sudut bibirku terangkat mengingat pertemuan kami.

Strawberry cheese cake & latte.

Itu adalah menu favoritnya. Sayangnya aku lebih menyukai kopi seperti Americano, bukan yang manis seperti latte. Dan cheese cake itu satu-satunya caraku untuk mengingatnya.

Tapi, apa dia masih mengingatku?

 

 

Ah sudahlah.

 

Lengkingan suara dari handphone-ku memaksaku bangun dari tidurku yang damai. Dengan mata masih terpejam, tanganku berusaha menggapai benda tipis menyebalkan yang ada di atas meja dengan asal.

“Hallo,” sapaku dengan suara serak.

“Hallo,” nada suaraku mulai meninggi.

“Kalau kau tidak mau bicara akan kututup,” tetap tidak ada jawaban sedikitpun.

Tak lama terdengar suara benda menyebalkan itu lagi. Aku membuka mataku melihat benda yang sedang kugenggam, ternyata tempat kaca mataku.

“Sial, ini bukan handphone-ku,” gerutuku kesal.

Dengan malas, ku raih benda yang ternyata ada di sebelah bantalku. Di layarnya tertera nama Dara noona, mau apa noona menelfonku sepagi ini?

“Yeoboseyo noona,” sapaku datar.

“Yeolieeeeeeeeeee~” teriakan khas itu terdengar dari seberang sana.

“Aish, noona ada apa? Kau tahu, di sini pukul 3 pagi,” gerutuku kesal sembari menjauhkan handphone-ku dari telinga ku.

“Ish, jadi kau tidak merindukan noona, eoh?” tanyanya.

“Bukan begitu noona, astaga…” jawabku sembari mengacak-acak rambutku.

“Miaaaaaaan~ Yeollie~”

“Hmmm….gwenchana noona. ada apa noona menelfonku sepagi ini?”

“Hehehe…noona lupa kalau kau itu tinggal di London, oh iya bagimana dengan ujianmu?”  tanyanya.

“3 hari lagi noona, ada apa?”

“Oh, bagus kalau begitu, pernikahan noona dipercepat jadi minggu depan.”

“Jinjja?” tanyaku kaget

“Iya Yeollie, tak usah kaget seperti itu. Eh Yeol, berisik sekali sih, apa di sana sedang hujan?” tanya Dara noona, sepertinya ia mendengar suara hujan di luar.

“Iya, sejak tadi sore di sini hujan deras noona,” jawabku santai.

“Aigoo….Aku heran kenapa kau bisa tidur disaat hujan seperti itu, dasar yoda raksasa aneh.”

“Mwo? Aneh?” tanyaku membeo

“Iya, aneh,” jawabnya santai.

“Ishhh…..ada juga kau yang aneh noona,” ucapku.

“Aku tidak aneh tau, yang aneh itu yeoja yang waktu itu kau ceritakan, masa iya hujan bisa bikin tenang?” jawabnya memancing.

“Ya noona~ Jangan bahas itu lagi,” aku mendengus kesal

“Baikah baiklah….. jangan lupa ya Chanyeol, kalau bisa setelah ujianmu selesai kau langsung ke Korea saja ya, yasudah tidur lagi sana.”

“Baiklah noona, arasseo,” ucapku menurut.

“Jaga kesehatan ne? Bye,” ucap Dara noona.

“Bye,” jawabku singkat

 Entah kenapa pikiranku sangat sensitif dengan hujan. Aku selalu teringat lagi oleh gadis manis itu.

“Ketika hujan turun, entah kenapa aku selalu merasa tenang. Hujan juga bisa membuatku mengingat masa laluku, itulah kenapa aku suka hujan,”

 Ya, kau benar. Hujan selalu membuatku ingat denganmu. Masa lalu yang tidak ingin aku lupakan.

 

 

 

Seoul

Mataku terbuka perlahan. Perjalanan dari London menuju Seoul sangat melelahkan. Sayup-sayup kudengar suara dari kejauhan, entahlah itu apa. Aku menengok kearah jendela, hamparan gedung menyambut pandanganku. Aku pulang.

Suara gesekan roda koper dengan lantai bandara terdengar jelas seiring langkah kakiku. Mataku menangkap ratusan sosok manusia sibuk berjalan kesana kemari. Beberapa dari mereka terlihat kebingungan.

Aku terdiam menatap hiruk pikuk ibu kota tanah kelahiranku ini. Sudah 4 tahun aku tidak menginjakan kakiku di kota ini. Kota di mana aku bertemu dengannya.

“Hei raksasa. Sedang apa kau di sana?”

Suara Youngbae hyung membuayarkan lamunanku.

“Ayo kita pulang. Tapi ingat, jangan berjalan di sebelahku. Kau membuatku terlihat pendek,”

Well, kau memang pendek hyung.”

“Diamlah, yoda. Atau kau aku tinggal,” ancam Youngbae hyung, tunangan-atau-bisa-disebut-calon-suami-Dara-noona.

“Baiklah hyung, aku diam. Ayo kita pergi.”

Aku melangkahkan kakiku menuju taman yang tak jauh dari rumahku di Seoul. Sudah 4 tahun aku tidak mengunjungi taman ini.  Dulu, saat aku masih SMA, aku selalu pergi ke taman ini untuk mengerjakan tugasku atau sekedar menghilangkan penat. Pohon paling besar yang berada tepat di tengah taman ini adalah spot favoritku. Rasanya aku sangat merindukan tempat ini. Terlebih ini adalah saat itu aku berniat menyatakan perasaanku padanya, tapi sayang, dia tak datang.  Aku mempercepat langkahku menuju taman itu.

Sial, sepertinya aku terlambat. Seorang gadis dengan rambut hitam legam menempati singgasanaku di bawah pohon itu.

Ku perhatikan dengan seksama, wajahnya terlihat familier. Sepertinya aku mengenali gadis itu.

Mungkinkah gadis itu adalah dia?  Tapi seingatku rambutnya brunette. Aku mendekati gadis itu untuk memastikan siapa dia. 

Baru beberapa langkah aku mendekatinya, ia mengangkat wajahnya. Aku membeku menatap wajahnya. Benar dugaanku. Tanpa sengaja pandangan kami bertemu. Raut wajahnya berubah.

“Cha-Chanyeol…..” Ucapnya terbata, seakan tak percaya.

Aku tersenyum, ternyata dia masih mengingatku.

“Hai Baekhyun, long time no see. Kenapa waktu itu kau tidak datang?”

THE END

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
keyhobbs
#1
Chapter 2: whahaha manisnya~~ chanbaek ini....walaupun udh kepisah beberapa tahun tpi cintanya masih tetep utuh ya^^ suka..suka..^^
amusuk
#2
Chapter 1: *komenku entah kenapa kepotong* :(
sy lanjutin aja ya

ini ficnya lumayan manis, hehe. Yang kurang tuh......momen baekyeol-nyaa :D *maunya*
coba ditambahin lagi biar tambah fluffy ^^

terus jujur sy tertarik baca ini gegara judulnya sih *plok
penasaran karna kedengeran kayak nama bunga kalo bukan penyakit /nggak

Setelah tanya mbah google, baru ngeh. Hehe, bagus lah, nambah kosa kata saia :d

terus itu maksud chanyeol dgn "kenapa waktu itu kau tidak datang?" di ending itu maksudnya kapan. Apa mereka 1 sekolahan gitu ngadain reunian apa gimana ya.
Hehe jadi banyak nanya deh.

Keep writing ya~
amusuk
#3
Chapter 1: kyaa, kirain shounen ai, ternyata genderswitch.

Chanyeol-nya aww banget

/ngga jelas