Joining
Under Ground
MINZY
"Ya!! Bisakah kau berhenti mengikutiku?" Ok, aku sudah muak dengan semua ini. Lelaki aneh berhoodie itu terus membuntutiku sejak pagi tadi, aku sudah mengetahui sejak awal tapi kudiamkan saja toh tidak merugikanku. Namun jika sampai jam 8 malam dia masih mengikutiku, itu cukup membuatku naik darah.
Kutolehkan kepalaku kebelakang untuk kembali melihat apa dia masih mengikutiku. Dia masih ada. Lelaki itu hanya memutar tubuhnya memunggungiku, berusaha berpura-pura? Bermimpilah!
Segera saja aku berlari dengan cepat diantara pejalan kaki dijalan yang tengah kulalui, tak kuhiraukan umpatan kesal mereka ketika beberapa tak sengaja tertabrak olehku. Aku berbelok disebuah gang untuk menunggu apakah dia masih membuntutiku.
Aku melihatnya dari kejauhan tengah kebingungan mencariku. Cih, dia keras kepala juga. Dia bahkan melepas hoodienya untuk memperjelas pandangannya. Woah, dia lumayan. Eh tunggu, apa yang kau pikirkan Gong Minzy?
Dia kini berjalan pelan kearah tempatku bersembunyi sambil tetap mengedarkan pandangannya mencariku.
"Permisi tuan, ada yang bisa saya bantu?" Aku muncul tepat didepannya begitu dia sampai ditempatku bersembunyi, dia terkesiap kaget melihat kemunculanku namun dengan cepat dia kembali mengubah ekspresinya.
Dia masih diam saja tak menjawab pertanyaanku tapi malah memandang tajam kearahku.
SOMEONE
Ketemu! Ck, gadis ini berani menghadangku? terlalu berani. Pasti ia sudah tahu jika aku tengah mengikutinya sejak pagi tadi.
"Nona, kau memang berani." Pertanyaan mengejeknya tadi hanya kubalas dengan apa yang tengah kupikirkan. Ia memutar matanya jengah lalu kembali menatapku.
"Itu bukan jawaban. Katakan atau aku mematahkan lenganmu sekarang juga." Dia melipat tangannya didepan dada dan menatapku tajam. Gadis ini benar benar, dia berani mengancamku dengan gertakan seperti itu?
"Gong Minzy, 21 tahun menyukai bela diri dan dance, menguasai taekwondo, jiu jitsu, dan karate. Tidak mempunyai orang tua maupun saudara kandung, bekerja disebuah café, sangat tertutup dan pemarah. Oh, dan lagi kau tidak punya teman, sama sekali." Dia menatapku marah setelah aku mengatakan sebagian informasi yang kuketahui tentangnya. Dia terlihat tengah menahan amarahnya dengan menggigit bibir bawahnya.
"Perlu kukatakan lebih banyak?" Aku menunjukkan seringaianku untuk memancingnya lebih marah dari ini.
Bukannya menjawab dia malah mencengkeram kerah leherku.
"Siapa kau?" Nadanya terdengar lebih mengancam dari sebelumnya. Baiklah, rencanaku berhasil.
"Kau tahu tentang kehidupan bawah tanah bukan? Well, kau pasti tahu ayahmu salah satu dari mereka." Minzy langsung melepaskan cengkramannya dari leherku begitu mendengar ayahnya disebut.
Dia memalingkan wajahnya lalu beranjak pergi meninggalkanku tanpa mengucapkan sepatah katapun tapi ekspresinya sedikit mengeras ketika dia melewatiku. Dia kembali mengacuhkanku ketika aku kembali mengikutinya, aku yakin dia tahu apa tujuanku menemuinya saat ini.
Ada apa dengan gadis ini? Sudah berjam jam dia hanya berjalan berputar putar ditengah kota, sebenarnya apa yang dipikirkan gadis ini.
Minzy
"Begini," Baiklah baiklah, ini sudah cukup. Kubalikkan badanku untuk menghadapnya yang masih tetap mengikutiku sampai selarut ini.
Dia bahkan tak menanggapi ucapanku, hanya ekspresi dingin yang diperlihatkannya untuk beberapa saat.
"Aku tak menerima penolakan. Kau harus bergabung dengan kami, jangan mencoba mengatakan kau tidak mengetahui apapun soal kehidupan mafia. Aku tahu ayahmu memberikanmu salinan data data yang ia punya sebelum kematiannya itu." Dia mengatakan dengan enteng? Tangannya bahkan dimasukkan kekantong celananya seakan dia tengah membicarakan hal biasa. Sialan.
Kutatap matanya tajam, tak ada ekspresi apapun disana. Yang ada hanyalah perasaan dingin yang justru mengintimidasiku. Tunggu, Gong Minzy, seharusnya kau bisa mengintimidasinya seperti kau mengintimidasi orang lain tapi kenapa justru dia yang mengintimidasi dirimu?
"Ehem," aku berusaha menetralkan diriku dari auranya dengan berdehem kecil.
"Aku memang mengetahuinya," Aku kembali berjalan mencari bangku yang agak sepi setelah memberinya isyarat untuk ikut denganku.
Aku akhirnya memilih duduk dibangku tua yang terletak dibawah sebuah bayangan pohon besar agar terhindar dari pandangan orang orang yang masih berada diluar rumah dijam segini. Oh damn! Kenapa aku tidak sadar jika ini sudah jam 11 malam? Sial.
"Begini, jika kau bermaksud meminta data milik ayahku silahkan. Aku akan menyerahkannya dengan senang hati, tapi harus ada imbalannya." Langsung to the point, untuk apa aku berbasa basi dengan orang sepertinya.
"Kekeke" Kenapa orang itu malah terkekeh geli mendengar ucapanku, dasar gila.
"Kau kira aku susah mengikutimu seharian ini hanya untuk meminta data-data milik ayahmu? Jika hanya untuk itu aku hanya tinggal menyuruh orangku untuk mengambilnya tanpa aku harus turun tangan sendiri Gong Minzy." Setelah beberapa detik terkekeh ia langsung kembali serius menatap tajam kearahku.
Kurogoh saku celanaku begitu merasakan handphoneku bergetar, tertera nomor yang tidak kuketahui dilayarnya.
"Hallo," Kutunggu beberapa saat namun tidak ada balasan dari seberang, kurang kerjaan. Aku berniat menutup telephonenya ketika kudengar suara bisikan sebagai balasan. Aku mengangguk setelah memahami apa yang dikatakan penelfonku.
"Aku mengerti, aku akan segera kesana." Kujawab asal karena enggan menanggapi lebih lanjut perkataan penelphone itu.
"Jadi bagaimana?" Dia bertanya padaku setelah aku menjauhkan handphone dari telingaku.
"Apa?" Bahkan aku tidak mengerti arah pembicaraannya.
"Kau mau bergabung dengan kami?" Dia menggantungkan ucapannya lalu mencondongkan tubuhnya mendekatiku.
"Kembali kedunia dimana seharusnya kau berada." Aku tersentak kaget mendengar menuturannya, disamping karna dia mengucapkannya dengan jarak yang sangat dekat dia juga mengambil handphoneku lalu menutup sambungannya.
"Kau menyadarinya? Hebat, kalau begitu kurasa aku akan bergabung." Kuanggukkan kepalaku mantab untuk ikut masuk kedunia bawah tanah, memang sebenarnya ini yang aku inginkan sejak dulu meskipun ayah tak pernah mengijinkanku. Jadi, untuk sekarang kenapa tidak
"Perkenalkan, Xi Luhan."
TBC
Comments