Waltz in E minor

Music Box

Oppa!”

Luhan menoleh dan mendapati seorang gadis berambut panjang sebahu berlari-lari kecil menghampirinya. Luhan membuang napas keras dan berkacak pinggang. Untuk apa gadis ini datang kemari? Ya, gadis itu datang saat ia baru saja akan melangkah masuk ke dalam kantor kepolisian. Aish, ini sungguh tidak bagus.

Ada apa, Yeeun?” tanya Luhan dengan malas. Sesungguhnya ia malas berurusan dengan gadis ini tapi apa boleh buat. Ia tidak bisa bertingkah ia tidak mengenal Yeeun karena gadis itu adalah tetangga sebelah apartemennya. Tapi ia tidak suka bagaimana gadis itu selalu berusaha mencampuri urusannya. Dan tentu saja, ia tidak suka bagaimana gadis itu selalu mencoba membobol data kepolisian saat mereka masih mengurus kasus pembunuhan berantai. Luhan memang tidak suka mengungkit masalah yang satu itu di depan gadis ini, tapi menurutnya itu hal yang paling keterlaluan.

Kang Yeeun tersenyum lebar saat ia sudah berdiri tepat di depan Luhan. “Oppa.” Ia memanggil lagi, ia tidak berhenti tersenyum.

Apa? Apa yang kauinginkan?” balas Luhan kasar. “Apa yang kauinginkan dariku?”

Yeeun mengulum-ngulum senyum. “Aku tidak mesti datang kemari untuk meminta sesuatu darimu, bukan?” ia membalas dengan jenaka.

Jangan berbohong padaku. Aku tahu apa maksudmu bila kau datang padaku seperti ini.” kata Luhan gusar. “Kau ingin apa? Ingin aku membocorkan bukti-bukti dari TKP pembunuhan baru-baru ini?”

Yeeun mengibas-ngibaskan tangan dan tertawa-tawa. “Tidak seperti itu, Oppa. Aku benar-benar tidak sedang ingin mengurus tentang penyidik amatir kami.” Katanya.

Lalu mengapa kau datang kemari?” alis Luhan berkerut.

Aku hanya ingin bertemu denganmu. Oppa sepertinya sudah lama sekali tidak pulang ke rumah.” Yeeun terkikik. “Aku jadi tidak bisa melihatmu dari jendela kamarku.”

Entah kenapa Luhan begitu kesal mendengar tuturan gadis ini. Mungkin ia masih tidak percaya gadis ini datang hanya untuk melihatnya. Karena sebelumnya, gadis ini hanya datang jika ada keperluan yang berhubungan dengan kasus pembunuhan berantai yang sudah mereka selesaikan itu. Kasus itu memang sudah selesai dua bulan yang lalu, dan kini Luhan bingung mengapa Yeeun masih datang padanya. Tim penyidik amatir itu memang sepertinya benar-benar ingin diakui eksistensinya. Cih, Luhan tidak suka dengan ide itu. Ia mungkin akan mengakui keberadaan tim itu jika tim itu tidak kesana-kemari mencuri bukti di kepolisian.

Melihat ekspresi Luhan yang dingin, Yeeun membuang napas panjang. Dengan nada lelah ia menjelaskan,”Jika kau masih berpikiran aku datang kemari karena aku ingin mencari bukti, aku akan menjelaskannya. Aku tidak sedang melakukan hal yang berhubungan dengan penyelidikan hari ini.”

Luhan mengerutkan alis. “Bagaimana aku bisa percaya padamu?” ia mendelik.

Yeeun membuka tasnya dan memperlihatkan isinya. Ada dompet, kotak kacamata, bedak, botol parfum kecil, lipstik, dan cermin lipat. “Lihat, aku tidak membawa buku catatan dan pena. Aku juga tidak membawa kamera. Berarti aku tidak sedang ingin mencari bukti. Lihat, lihat.” Ia semakin menunjukkan isi tasnya.

Luhan tertawa hambar. “Mungkin bukti yang ingin kau cari adalah bukti yang tidak perlu dicatat dan difoto. Bukti digital, kau mengerti apa maksudku, bukan? Bukti yang sudah jadi. Dan mungkin kau akan mengambil semua bukti di website kepolisian dengan username dan password yang kaucuri, jika bukan dariku, pasti dari polisi yang lain.” Cerocosnya tanpa ampun. Ia sudah hapal betul apa yang akan Yeeun lakukan.

Oppa, kau terlalu curiga padaku.” Balas Yeeun pelan, ia tertawa ringan.

Aku hanya tahu apa yang akan kaulakukan.” Jawab Luhan pendek.

Tapi sungguh, aku tidak datang untuk penyelidikan apapun.” Yeeun mencoba meyakinkan Luhan. “Aku datang untuk, yah, makan siang bersama denganmu. Kau tahu banyak hal yang belum kuceritakan padamu. Kau sungguh menghilang dan tidak pulang ke rumah.”

Luhan kadang berpikir sejak kapan ia dan Yeeun bisa menjadi dekat. Kau tahu terkadang kau tidak begitu mengenal baik orang yang tinggal di sebelah rumahmu karena kau begitu sibuk. Ia sudah tinggal di rumah sebelah rumah Yeeun sejak ia dipindahtugaskan ke Seoul. Saat itu Yeeun duduk di bangku sekolah menengah. Mereka tidak pernah begitu dekat, karena Luhan selalu sibuk bekerja dan Yeeun sibuk dengan sekolahnya. Namun keadaan berbalik saat Yeeun masuk universitas dan mengikuti klub penyidik amatir itu. Yeeun menjadi penasaran dengan segala hal-hal berbau kriminal dan ia sering menanyakan tindak kriminal apa saja yang diusut polisi kepada Luhan. Ia pernah datang ke kantor polisi, ke TKP, ke rumah sakit tim forensik, dan semuanya untuk mengetahui bagaimana polisi bekerja. Ia pernah berkata kepada Luhan bahwa ia ingin menjadi detektif polisi, namun menurut Luhan itu sangat tidak berhubungan dengan jurusan yang ia ambil sekarang. Yeeun adalah mahasiswa ilmu matematika. Tapi bagaimana pun orang-orang dalam tim penyidik amatir itu memang datang dari jurusan yang berbeda-beda.

Bukankah aku memang jarang di rumah? Mengapa kau mendadak mencariku? Kau sungguh mencurigakan, Kang Yeeun.” Luhan mendecakkan lidah.

Yeeun membuang napas lebih panjang. “Oppa, dengar, jika kau mencurigaiku tentang aku yang datang karena ingin mengambil bukti dari kepolisian, kau salah.” Ia menegaskan kembali. “Ini sungguh menyulitkan, tapi tidakkah kau tahu tim penyidik amatir kami sudah tidak bekerja seperti dulu?”

Luhan menaikkan alis. “Apa maksudmu tidak bekerja seperti dulu?”

Kau tahu kami kehilangan salah satu anggota kami dalam kasus terakhir dua bulan yang lalu.” Kata Yeeun. “Sejak saat itu tim kami berusaha untuk tidak terlibat banyak, dan mungkin hanya bertugas membantu tugas polisi.”

Luhan tertawa. “Bukankah kalian ingin bekerja lebih baik dan cepat dari kami para polisi?” ia mencemooh.

Yeeun sekilas tampak menahan napas, namun akhirnya ia berkata. “Kehilangan satu anggota sudah merupakan kehilangan besar bagi kami. Kau mengerti, kami hanya mahasiswa.”

Ya, ya. Seharusnya kalian memang tidak terlibat begitu jauh.” Luhan menimpali. “Tapi tugas polisi memang beresiko seperti itu. Kalian seharusnya sadar sejak awal.”

Yeeun mengangguk pasrah. Kemudian ia menatap Luhan dengan senyum cerah. “Oppa sudah mengerti alasanku yang sebenarnya, bukan? Ayo, kita makan siang bersama!” Yeeun sudah menarik Luhan pergi.

Yah, Kang Yeeun! Aku harus bekerja!” Luhan berseru, namun Yeeun tidak mengindahkan kata-kata Luhan itu dan terus menarik Luhan ke restoran favoritnya.

 

 

 

 

Jiali berusaha menikmati acara yang sedang ditontonnya di televisi ini. Ia sudah lupa kapan terakhir kali ia menonton televisi, ia sudah tidak ingat. Selama ia terbangun di rumah sakit, ia tidak pernah menonton televisi. Apakah saat terakhir kali ia menonton televisi adalah sebelum kejadian itu menimpanya?

Ia membuang napas perlahan. Kejadian yang satu itu, apakah ia bisa lupa? Kejadian yang membuatnya harus tertidur lama di ranjang rumah sakit, membuatnya kehilangan teman dekatnya. Semua kejadian itu terasa cepat, namun imbas dari kejadian itu begitu lama. Ia tidak pernah mengetahui bahwa Lee Mia memang sudah tidak bisa diselamatkan, ia baru mengetahuinya ketika ia sudah bangun dari tidur tiga tahun setelahnya. Menyedihkan memang, saat Jiali terbangun, ia tidak punya kawan lagi. Mia satu-satunya sahabat yang ia miliki.

Kejadian sore itu ia ingat sekali. Saat itu, Mia sudah selesai latihan memanah. Ia dan Jiali berencana untuk makan malam bersama, tapi mereka memutuskan untuk berjalan-jalan dulu. Semuanya berjalan menyenangkan dan normal, sampai akhirnya ada seseorang tak dikenal yang tiba-tiba menusuk Mia dengan belati perak tepat di depan Jiali. Jiali begitu shock dan ketakutan, namun ia berusaha menyerang balik orang yang telah menusuk sahabatnya tanpa alasan yang jelas itu. Pertikaian itu malah membuatnya terhempas ke jalan raya, dan saat itu ada mobil datang dan menabrak tubuhnya.

Dalam komanya, Jiali tidak ingat banyak hal. Ia seperti bermimpi, namun ia tidak bisa mengingat apa mimpinya. Ia tidak pernah memimpikan untuk terbangun, ia tidak pernah memimpikan untuk tetap hidup. Dalam hari-hari setelah ia terbangun, setelah ia tahu bahwa Mia telah tiada, ia terkadang berpikir apakah lebih baik ia mati saja. Ia bisa saja mati saat itu, saat mobil itu menabraknya, tapi ia sungguh tidak mengerti mengapa Tuhan membiarkannya hidup. Hidup dengan semua selang menempel di tubuhnya selama berpuluh-puluh bulan, sungguh keajaiban ia bisa bertahan dan akhirnya benar-benar terjaga dari tidur panjangnya.

Apakah anda yakin?” samar-samar Jiali mendengar suara kakaknya yang sejak tadi berbicara di telepon dan tidak selesai juga dari ruang sebelah. Jiali tetap menonton televisi, namun diam-diam telinganya ia pasang untuk mendengar pembicaraan yang terdengar serius itu. Apa yang sedang Gege bicarakan dan Gege sedang bicara dengan siapa?

Pemindahtugasan itu…bisakah saya tidak dipindahkan dalam waktu dekat?...”

Apa? Kakaknya akan dipindahtugaskan? Mata Jiali melebar karena terkejut. Bagaimana bisa, kenapa bisa? Kenapa?

Tunggu, ia harus mendapatkan informasi detail mengenai hal ini. Ia harus tahu semuanya. Ia menajamkan pendengarannya.

Masalahnya adik saya baru saja keluar dari rumah sakit, dan saya adalah satu-satunya keluarga untuk adik saya.” Jiali mendengar kakanya berkata. “Ya, adik saya dalam tahap penyembuhan. Maka dari itu bisakah perpindahan itu diundur?”

Jiali tidak mendengar sisanya karena ia sudah terlanjur kecewa. Ia mengerti kakaknya sudah memiliki kemungkinan akan dipindahtugaskan. Ia pernah mendengar itu dulu, saat kakaknya tidak juga menemukan pelaku pembunuhan berantai. Tapi hal itu ia dengar tiga tahun yang lalu, dan sekarang kasus itu sudah ditutup meski pelakunya belum ditemukan. Tapi mengapa kakaknya masih harus dipindahtugaskan? Apakah kinerja kakaknya tidak bagus? Jiali mendengar bahwa kakaknya berusaha keras untuk menangkap pelakunya. Namun apakah alasan itu tidak cukup untuk membuatnya tetap bekerja di Seoul?

Ia paham perpindahtugasan itu bisa terjadi, namun ia rasa itu tidak adil. Ia baru saja bangun dan ia ingin menghabiskan waktu dengan kakaknya. Siapa lagi yang ia miliki di dunia ini? ia hanya memiliki kakaknya seorang. Apakah mungkin bila ia turut pindah? Namun ia benar-benar tidak bisa meninggalkan Seoul karena ia masih harus mengurus kuliah yang terbengkalai lama sekali. Lalu apa yang bisa ia lakukan bila kakaknya benar-benar dipindahtugaskan?

Kau mendengarnya?” tiba-tiba Kris sudah masuk ke ruang tengah dan membuyarkan lamunan Jiali.

Mendengar apa?” Jiali pura-pura tidak tahu apa-apa. Ia kembali memandang televisi.

Kris tersenyum kecut. “Aku tahu kau mendengarnya. Kau mengecilkan volume televisi dan sesaat kau tidak mengeluarkan suara apapun. Kau pasti sedang menguping.” Katanya jenaka.

Tidak, aku tidak menguping. Siapa yang menguping?” Jiali acuh tak acuh.

Kris mengacak-acak rambut adiknya dengan sayang. “Aku masih belum tahu hasilnya, tapi namaku memang termasuk dalam daftar polisi yang akan dipindahkan ke kota lain.” Ia menjelaskan tanpa ditanya. Jiali bersungut-sungut.

Ke kota mana?”

Daejeon.”

Oh.” Daejeon, itu cukup jauh. Jiali mulai merasa semakin sedih. “Untuk berapa lama?” katanya tanpa memandang kakaknya.

Tiga bulan, tapi aku belum tahu kepastiannya.”

Jiali terdiam mematung. Ia membuang napas panjang. Kris menyadari hal itu dan tertawa ringan.

Kenapa kau membuang napas seperti itu? Nampak seperti orang yang punya banyak masalah.” Kata Kris.

Kenapa Gege harus dipindahkan?” tanya Jiali ingin tahu.

Kris mengangkat bahu. “Aku tidak tahu.”

Tidak tahu?” Jiali tampak bingung. “Bukankah Gege bekerja dengan baik di kantor polisi?”

Aku sudah sering diancam oleh atasanku, kau tahu,” Kris tertawa kecil, seperti menertawai dirinya sendiri,”aku sudah sering disebut-sebut akan dipindahkan karena aku dan divisiku dianggap tidak becus dalam mengurus kasus pembunuhan berantai itu. Meski kasus itu sudah ditutup, para atasan tetap mempertimbangankan rencana mereka memindahkanku. Aku juga tidak begitu paham apa mau mereka.”

Jika Gege pindah ke Daejeon apakah aku harus pindah juga?” Jiali langsung bertanya.

Kris menggeleng cepat. “Kita sudah sepakat, Jiali. Kau bilang kau ingin meneruskan kuliahmu. Aku juga mendukung apapun keinginanmu, tapi kita sudah sepakat tentang hal ini.”

Jadi?” Jiali bertanya.

Kau harus tetap di Seoul.” Jawab Kris.

Lalu Gege ingin aku tinggal sendiri, begitu?” tanyanya pasrah.

Tidak, tentu tidak.”

Lalu?”

Akan kupikirkan solusinya.”

Pikirkanlah sekarang.” Desak Jiali.

Tidak, aku belum tentu akan dipindahkan. Aku punya feeling positif tentang ini. Jadi aku tidak akan dipindahtugaskan.” Kris menjawab dengan yakin.

Kenapa Gege begitu yakin?”

Aku tidak mengerti. Itu hanya sebuah feeling, kau tahu.”

Jiali tersenyum kecut dan kemudian tertawa. Kris menepuk-nepuk pelan kepala Jiali dan turut tertawa. Mereka kemudian menonton acara televisi bersama-sama.

Tunggulah sampai hari senin. Keputusannya akan diumumkan hari itu.”

Baiklah.”

Setidaknya sampai hari itu, Jiali bisa berdoa banyak-banyak agar kakaknya tidak jadi dipindahtugaskan. Semoga Tuhan mengabulkan doanya.

 

 

Sepertinya Tuhan masih menyimpan doa Jiali.

Pukul 4 sore di hari Senin, Kris mendadak pulang ke rumah. Wajahnya kalut dan kusut, ia memandang Jiali dengan bimbang. Jiali merasa sudah mendapat jawaban dari doanya.

Gege…apakah…” Jiali merasa lidahnya kelu dan ia tak sanggup bertanya.

Kris mengangguk pelan. “Ya.” Ia menjawab pendek.

Jiali membuang napas panjang. Apa yang harus aku lakukan?

Sebelum Jiali sempat berkata-kata, Kris sudah memotongnya,”Aku sudah meminta Yeonjoo untuk menemanimu. Ia akan tinggal di sini. Aku juga—“

Chief, apakah hanya ini barang yang harus dibawa dari kantor? Bukankah masih ada banyak barang yang tertinggal?” seseorang datang dengan membawa kotak kardus besar yang membuat wajahnya tertutupi.

Jiali memperhatikan orang yang kini sudah menurunkan kardus besar itu ke lantai. Luhan tampak sedikit kaget melihat Jiali, namun sedetik kemudian raut wajahnya berubah dingin.

Kris menoleh pada Luhan, lalu pada Jiali. “Ya, Luhan juga akan menemanimu di sini.”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
keyhobbs
#1
Chapter 2: whahahaha Luhan bakal tinggaql sama Jiali chukkae!! ^^
keyhobbs
#2
Chapter 2: hyaa~~~aku seneng bnget fanfic ini update,gomawo authornim!~^^ oh y,jd pelaku dr pembunuhan itu belum ketangkep yah??hemm...d tunggu update selanjutnya^^
ss501rocks99 #3
loved it...too nice