AKU DAN DIA

Aku dan Dia

 

 

Main Cast : Demi (My Friend's Character)

Ryutta (OC)

Archiffa Keysha Owiqlay (OC)

Rated : T

Genre : Romance, sad/ happy ending

Length : continue

            “Archiii!!!!” Panggil seorang gadis dengan penuh harap seraya terus menggonyang-goyang lengan temang sebayanya yang tengah duduk memandang lurus ke depan. Gadis itu bukannya tidak tahu, di tahu dengan jelas bahwa teman baikknya ini tengah marah. Bukan Cuma marah saja, tetapi marah besar. Dia juga tahu bahwa penyebab kemarahan temannya ini adalah karena kebodohan dirinya. Tapi, dia hanya sedang berusaha untuk mengembalikan keadaan seperti semula. Lagipula dia sedang membutuhkan sandaran saat ini. “Archhhiiiiii....tengok sahabat mu inilahhh. Berhenti memandang jalanan ituuuu. Berhenti untuk tidak berbicara padakuuuuhhhh!!!” gadis itu terus mencoba untuk mengalihkan kemarahan teman sebayanya. “Kau tahu Demi? Terkadang aku suka heran dengan diriku ini.” Mulutnya yang semula diam kini mengeluarkan suara yang terlampau datar. “Hem, heran akan apa Archi?” Demi bertanya dengan hati-hati, khawatir membuat kemarahan temannya Archi meledak. “Harusnya kau tahu Dem. Ya. Harusnya kau tahu Demi.” Balasnya dengan nada yang berubah dingin dan acuh. Mendengar nada bicara Archi yang tak biasa membuat Demi yang ingin mengeluarkan sepatah kata pembelaan hanya bisa diam memandangi sahabatnya ini. “Aku tidak pernah keberatan jika kau memintaku untuk melakukan hal-hal yang menurutku aneh. Aku tidak akan pernah marah jika kau menjadikanku pelampiasan mu. Aku TI-DAK akan pernah membentak mu tanpa alasan. Kau tahu itu kan Dem?” sambung Archi dengan mata yang menatap tajam Demi. “Ya tentu saja. Kau tidak pernah melakukan hal yang membuat ku merasa tersakiti kok.” Ujar ku berusaha untuk tetap tegar mengahadapi tatapan tajam dari sahabat ku ini. Jujur saja, perasaan ku sungguh tak menentu saat ini. Aku seperti sudah melakukan tindakan paling memalukan seumur hidupku, dan mengenaskannya lagi, tindakan memalukan itu dilihat oleh sahabat ku. Oh Tuhann!!!!! Ampuni hamba mu ini. “Hssshh, satu hal yang aku tidak suka dari semua hal yang mungkin aku lakukan kepada mu. Aku benci kalau aku harus merasa lelah karena jalan fikiran mu. Dem, aku bukan malaikat yang bisa bersikap manis dan sabar dalam segala hal.” Archi berkata seraya memandangi lagit yang kini sudah berwarna gelap, sepertinya akan turun hujan. “Archi, aku mohon bantu aku untuk kali ini saja. Bisakah kau tidak terus bertanya kepadas ku, dan jangan keluarkan kekesalan mu dengan gaya tenang seperti itu. Aku hanya mengerti tentang gambar dan tidak menyukai sastra, aku mohon sekalipun kau merasa tidak enak. Tapi bentak sajalah aku, aku lebih faham dengan kata-kata frontal dan kasar mu.” Aku memohon dengan menggoyangkan tangannya yang ada di genggaman ku. Aku tidak menyukai situasi ini, Archi terlihat seperti sosok yang putus asa dan tak bersemangat. Hsshhh....aku benar-benar merasa bersalah saat ini.

            “Ck, kau ini!!! Heeiii!!! Kau tidak apa yang sudah kau lakukan huh?!! Aku tahu kau menyukainya, oh bukan... kau itu SA-NGATTT menyukainya. Bahkan tergila-gila pada anak jelek itu. Tapi, kau bisa pakai otak mu kan???!!! Mana ada perempuan yang diam saja diperlakukan seperti IITTTUUUUUU. OH ASTAGA DEMIIIII!!!!” archi tampak bersemangat sekali saat mengeluarkan semua keluh kesahnya, dan harus aku akui bahwa dia benar-benar marah saat ini. Huh, dan aku hanya bisa diam memandangi dirinya yang tengah berdiri dihadapan ku dengan kedua tangan di letakan dipinggannya. Dadanya tampak naik turun menahan amarahnya yang bergejolak ria di dalam sana. “Hosshhh...hosshh..HEIII!!! JAWAB AKU!!! JANGAN HANYA MEMPERHATIKAN KU DENGAN WAJAH JELEK MU ITUUU DEMIIII!!!!” “Archi, tak bisakah kau lupakan kejadian yang memalukan ta__” “Nah, kau tahu itu. Ck, kau menyadarinya bukan? Tapi kau kenapa hanya berdiam diri dan menonton ciuman menjijikan itu hah!!!! Apa kau sedang menikmatinya?” “Heiii, apa maksudmu?! Tentu saja tidak!!!! Kenapa aku harus menikmatinya, kan bukan aku yang menjadi pelakunya disitu.” “Oh, karena kau bukan orang yang ada di pangkuannya, karena bukan kau yang menjadi target ciumannya, dan karena hal itu kau merasa tidak bisa menikmatinya?” “Archi!!!! Berhenti memojokkan ku seperti itu! Kau tega sekali, aku tahu aku salah dan sudah membiarkan diriku tersakiti lebih banyak. Tapi sungguh aku tidak menik...hiks..ma..hiks..tinya” Aku tidak bisa menahan air mata ini untuk tidak jatuh. Sedih rasanya mendengar sahabat mu mengatakan hal yang tidak sesuai dengan dirimu. “Kalau begitu berhenti. Kau harus berhenti memandanginya. Berhenti menjadi stalkernya. Berhenti menyakiti dirimu, Dem.” Jelas Archi seraya memeluk Demi yang tengah terisak.

            “Archi, maaf. Demi minta maaf. Archi benar, tapi itu gak mudah untuk dilalui. Susssssaaah rasanya kalau Demi harus membuang sebuah perasaan. Terlebih ini persasaan pertama Demi.” Ujar gadis manis dengan kacamata coklat yang membingkai mata indah bagai boneka miliknya. “Bisa kok, kau lupa bahwa kau memiliki sahabat super istimewa seperti diriku Hem? Aku akan membantu, kau tidak perlu mencemaskan hal itu.” Archi berkata seraya menepuk-nepuk punggung Demi, menyalurkan sedikit semangat.

~

Day 1 : Bersikap acuh terhadap semua adik kelas dalam club

            “Demiii!!!!!” Suara berat dengan nada rendah berteriak memanggil objek yang tengah berjalan di hadapannya. Senyum lebar lelaki pemilik suara berat ini sunggingkan tatkala sang objek menolehkan wajah kearahnya. “Hem” Jawaban pendek mengalun dari sang objek yang ada di hadapan laki-laki pemilik suara berat itu. Tanpa menunggu jawaban dari sang penyapa, gadis itu melangkahkan kakinya ringgan memasuki sebuah ruangan yang menjadi tujuannya.

            “Pagiii!!!! Terima kasih karena kalian sudah menyempatkan untuk datang ke club hari ini. Seperti yang ki__” “Ya!!! Demi, kenapa kau tidak menjawab sapaan ku?” Laki-laki dengan suara berat itu melancarkan protesnya keapada objek yang tidak menjawab sapaannya tadi. “Ehem, saya sedang akan menjelaskan hal penting disini. Dan kalau kau tidak berminat untuk mendengarkan, saya persilahkan untuk meninggalkan ruangan club.” Sahut Demi tegas dengan tatapan lurus kedepan. Dengan wajah yang sedikit kecewa, pemilik suara berat tadi memilih untuk duduk dan mendengarkan penjelasan dari sang objek sapaan yang tak lain adalah ketua club manga. Demi terlihat tenang dan dewasa saat ini. Wajahnya yang kerap kali dihiasi oleh senyum konyol menurut Archi kini berganti dengan mimik tegas dan senyum tipis seperti seseorang yang angkuh. Rambutnya yang hitam bergelombang dibiarkan menjuntai tanpa ikatan rambut. Jepitan besi kecil dengan gambar beruang tampak menghiasi sisi kanan rambut panjangnya. Kacamata berbingkai coklat masih setia menghiasi wajah cantiknya.

            “Oke, untuk saat ini. Hanya ini yang bisa saya sampaikan. untuk lebih jelasnya kalian bisa membaca brosur yang berisi formulir pendaftaran untuk mengikuti lomba. Formulir beserta brosur bisa kalian minta ke saya, karena untuk sementara wakil ketua club sedang sakit. Baik, dan sekarang kalian bisa meninggalkan ruangan club dan kembali ke kelas masing-masing.”  “Maaf kak, boleh aku minta brosurnya sekarang?” Tanya seorang siswa perawakan tinggi dan kulit putih  dengan jari telunjuk yang masih menganglat keatas. “Nanti saja ya, sepulang sekolah. Masih banyak yang harus saya tuntaskan untuk saat ini.” Jawabnya datar seraya melangkah pergi meninggalkan ruang club. “Hei, kau merasa ada yang aneh tidak dengan Kak Demi?” Tanya seorang siswi berkacamata tebal dengan bingkai warna emas. “Entahlah, tidak seperti biasanya.” Timpal salah seorang siswa dengan mata sipit yang menghiasi wajah tirusnya. “Heii, heii. Kalian tidak boleh membicarakan orang lain disaat orang tersebut tidak ada disini.” Ujar seorang siswa yang memiliki kulit sawo matang dengan senyum lebar yang menghiasi wajah tampannya. “Bukan seperti itu maksud kami Ryu, hanya saja Kak Demi memang terlihat berbeda.” Kilah siswa dengan mata sipit. “Hehehe, apapun alasannya, tetap tidak boleh. Mengerti?!”  “Baik, kami mengerti.”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet