Man In Love

EXO SongFiction

Man In Love by INFINITE

When a man’s in love, he wants to stay by your side, there’s always so much he wants to do for you. When I’m in love, I want to give everything in my life to you, with just one expectation, your heart. When I’m in love.

Sungjong as Baekhyun, Dongwoo as Kris, Woohyun as Lay, Sungyeol as D.O, Hoya as Kai, L as Sehun, Sunggyu as Luhan and The Girl as all of you lol

Based on Man In Love Music Video. Pernah di post sebelumnya di sini dan di sini. Ada beberapa yang di-reedit juga :D

 


Suatu hari di akhir pekan...

 

Baekhyun

Pagi yang cerah menyambut kota Seoul yang selalu sibuk di akhir pekan. Ya, sekarang akhir pekan. Saat dimana orang-orang biasa menghabiskan waktu bersama-sama, entah dengan keluarga, teman ataupun pacar. Sama seperti seorang lelaki yang sedang bersiap-siap mempersiapkan acara akhir pekannya sendiri. Tiba-tiba terdengar suara langkah dari luar kamarnya, ia pun memutuskan untuk keluar dari ruangannya dan membuka pintu, terlihat tetangga kamarnya, Kris sedang berjalan melalui tangga ke lantai atas. Matanya terpaku oleh suatu benda yang tergeletak didepan pintu kamarnya. Sebuah box berbentuk hati dengan warna merah yang sangat cantik. Ia berjongkok dan membuka isi box itu. Munculah seekor anjing kecil berwarna putih salju yang sangat lucu, tak terasa senyum dibibir Baekhyun merekah dengan sempurna, ia mengangkat anjing lucu itu dari box, membopongnya dan membawanya ke dalam kamar.

“Ah lucunya..” gumamnya terus membopong anjing itu dikedua tangannya. Anjing itu kemudian menggonggong dan meloncat dari gendongan Baekhyun, menuju ke dapur. Anjing itu menggonggong lagi kearahnya, lalu Baekhyun menangkap sesuatu dari gonggongan anjing itu.

“Ternyata kau lapar ya..” ucapnya pelan seraya mengambil beberapa makanan di dalam kulkas yang sekiranya bisa dimakan oleh anjing lucu itu.

Ia berjongkok dan menyuapi anjing itu. Anjing kecil itu yang telah melahap makanan dari Baekhyun pun menjilati tangan Baekhyun dan Baekhyun merasa geli karenanya, lalu ia mengelus-elus kepalanya sayang.

Kemudian ia teringat sesuatu yang hampir ia lupakan. Ia berbalik dari dapur dan kembali kedepan lemarinya, anjing lucu itu mengekor dibelakangnya. Setelah membuka lemari ia mengeluarkan baju yang ada didalamnya satu per satu. Ia harus menemukan baju yang tepat untuk ia kenakan. Anjing itu hanya bertengger dengan manis di atas ranjangnya. Sesekali ia berguling-guling sendiri dan membuat Baekhyun yang melihatnya menjadi gemas.

Segemas hatinya sekarang yang sedang merasakan sensasi yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ini semua karena gadis itu, gadis yang selalu sukses membuat jantungnya berdetak dengan cepat setiap kali ia melihat senyumannya. Dengan gadis itulah Baekhyun akan menghabisakan waktunya untuk akhir pekan ini.

Baekhyun terus mengeluarkan semua bajunya, berlenggak-lenggok didepan kaca dengan menempelkan baju ditubuhnya, mencari baju yang tepat untuk dipakai. Setelah semua baju keluar dari lemarinya, ia tak menemukan baju mana yang akan ia kenakan. Ia ingin terlihat sempurna dihadapan gadis yang sangat ia cintai.

Baekhyun menghela napas pasrah, tak tau harus berbuat apa karena merasa baju yang dicobanya tadi tak ada yang sesuai denga keinginannya. Ia mendudukan tubuhnya dilantai kamar yang penuh dengan baju berserakan. Ia memandanginya dengan lesu. Ia harus pergi tiga puluh menit lagi, tapi tak ada satupun baju yang membuatnya terpikat.

Sampai akhirnya anjing lucu seputih salju itu turun dari ranjang dan menghampiri Baekhyun. Ia menubruk Baekhyun dan membuat Baekhyun terjengkang hingga terlentang dari duduknya di atas lantai. Anjing itu menjilati wajah Baekhyun dan yang dijilati hanya tertawa senang. Sedetik berikutnya anjing itu menarik celana Baekhyun dengan gigi-gigi kecilnya.

Anjing itu mengantarkan Baekhyun pada sebuah baju berwarna coklat muda dengan pin berbentuk hati, anjing itu menggonggong kecil dan mendorong baju itu kearah Baekhyun, mengisyaratkan Baekhyun untuk mengambilnya. Baekhyun hanya terbengong dan mengambil baju itu.

“Kau ingin aku memakainya?” tanya Baekhyun pada anjing itu yang hanya dijawabnya dengan gonggongan lembut. Baekhyun tersenyum dan menempelkan baju itu ke tubuhnya di depan cermin.

“Sepertinya baju ini luput dari perhatianku, aku belum mencoba baju ini sebelumnya. Dan baju ini terlihat cocok.” ujarnya dengan senyum-senyum tak jelas di dalam cermin.

Ia mencoba baju itu dan meliukan tubuhnya di depan cermin, mempersembahkan senyum terbaiknya. Sangat cocok untuk dipakainya.

“Bagaimana menurutmu? Apa aku terlihat cantik tampan?” Baekhyun bertanya pada anjing yang masih setia duduk menunggunya berdandan. Anjing itu menggonggong pelan dan Baekhyun mengangkatnya ke udara. Ia terlihat sempurna sekarang, semua ini demi gadis yang ia cintai, gadis yang selalu membuat jantungnya berdebar dengan tak terkontrol. Baekhyun sedang jatuh cinta, seperti itulah ketika ia jatuh cinta.

 

Kris

Kota Seoul di pagi hari saat akhir pekan memang berbeda dengan hari-hari biasanya. Ada seorang lelaki yang sudah rajin mengangkat beberapa buku bekas dari halaman lantai bawah pun terlihat sangat antusias melakukan kegiatannya. Wajahnya terus tersenyum dan menebarkan kebahagiaan yang tergambar diwajah tampannya itu. Ia daki beberapa tangga untuk sampai di lantai yang ia tuju, melewati beberapa kamar dan terus berjalan dengan kebahagiaan.

Tangannya terus membopong setumpuk buku dan kali ini meletakkannya diatas tumpukan buku lainnya ketika ia sampai dilantai yang ia tuju. Terlihat banyak buku yang tergeletak disana. Ia pun mendudukkan tubuhnya diantara tumpukan buku dan mulai membalik satu per satu kertas yang menempel disuatu buku. Ternyata itu adalah buku puisinya. Puisi yang selalu ia buat setiap saat. Hanya satu hal yang membuatnya selalu lancar membuat puisi dengan sempurna. Inspirasinya. Seorang gadis yang telah menaklukan hatinya dan membuat inspirasinya semakin luas. Membuat baris demi baris puisi karyanya menjadi lebih menyentuh.

Gadis itu selalu memenuhi pikirannya. Membuat apapun yang ia pikirkan di otaknya selalu tersambung  denga gadis yang sangat ia cintai. Kini ia mulai menulis bait demi bait untuk gadisnya. Suatu saat ketika waktunya telah tiba, ia akan menujukkan semua ini padanya. Menunjukkan betapa ia sangat mencintai gadis itu dan akan membuat gadis itu hanya menjadi milik Kris.

Kali ini tangannya beralih pada kotak berisi garis-garis tipis yang menjadi guratan warna jika disatukan dengan kertas yang ada digenggamannya. Ia pun mulai menggoreskan benda tipis itu keatas kertas dengan sepenuh hati, menggambarkan seperti apa perasaannya saat ini. Senyum terus terpatri diwajahnya yang sangat menawan.

Setelah semua tumpukkan buku dan kertas ia jelajahi dengan cekatan, akhirnya ia selesai membuat semua kebutuhan yang diperlukannya.

“Selesai…” ucapnya dengan penuh kegirangan.  Ia pun kembali membopong semua kebutuhannya itu kesebuah tempat yang tinggi. Atap gedung.

Ia duduk ditepi atap gedung dan mendudukkan tubuhnya disana, membiarkan kakinya tergelantung. Ia meletakan semua bawaan di sampingnya. Meraih satu demi satu kertas yang ia buat dengan sepenuh hati. Puisi, gambar, lukisan, kata-kata cinta tak luput dari perhatiannya.

Kris melipat-lipat kertas itu sehingga menjadi sebuah bentuk pesawat terbang dan bentuk lainnya. Dari atas sana ia mulai menerbangkan kertasnya satu per satu. Ia tahu gadis yang ia cintai akan membacanya ketika ia menatap jendela nanti. Segera ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebongkah ponsel dan mulai menekan beberapa nomor yang ingin ia tuju.

Terdengar sahutan dari nomor yang ia tuju tadi.

“Lihatlah keluar jendelamu… ” ucapnya singkat dan menutup teleponnya. Ia tersenyum penuh kemenangan dan kebahagiaan, dengan terus menerbangkan beratus-ratus kertas yang hanya ia persembahkan untuk cintanya. Terlihat jendela dibawahnya terbuka dan melihat gadis itu memungut satu persatu pesan cintanya. Untuk gadisnya, gadis yang selalu memberinya cinta dan inspirasi yang tak bisa terbayarkan. Kris sedang jatuh cinta, lelaki yang sedang jatuh cinta.

 

Lay

Akhir pekan. Saat untuk menghabiskan waktu untuk liburan, tapi tidak dengan salah satu lelaki yang menetap di kota Seoul yang padat akan penduduk itu. Baginya liburan hanyalah waktu untuk mengerjakan hal yang belum ia kerjakan, hal yang selama ini belum tersampaikan untuk ia lakukan termasuk menjadi guru les piano disebuah rumah di pinggir kota Seoul. Ia memutuskan untuk datang ke tempat itu daripada ke tempat ramai di kota Seoul. Tentu bukan hanya itu alasannya untuk datang kesana. Ada alasan lain yang membuat Lay menyampingkan kesibukkannya dengan kebahagiaan yang sedang ia rasakan saat ini.

Menjadi guru les piano memang alasan yang ia pakai untuk datang ke tempat les pianonya, tapi lebih dari itu ia mengumpulkan semua tujuannya hanya untuk menemui gadis yang ada dihadapannya kali ini. Gadis yang membuatnya merasakan betapa hebat sensasi yang ditimbulkan diperutnya, bagaikan seribu kupu-kupu terbang didalamnya. Ia terus tersenyum dan mengingat untuk tidak lupa menarik napas dengan baik. Jantungnya berdetak dengan cepat dan membuatnya tak mengerti kenapa tiba-tiba ia terserang penyakit gagap mendadak.

Ia sampai tak bisa berkata-kata dan membuat permainan piano yang biasanya terdengar sangat indah menjadi sangat fals dan tidak enak didengar. Ia pun menarik napas dan kembali menunyukkan jari-jarinya di atas tuts piano dihadapannya. Kedua anak kecil yang bisa dibilang sebagai ‘murid’nya pun hanya menutup telinga mereka masing-masing, pertanda mereka tak menyukai permainan pianonya.

Sedangkan gadis yang ada dalam ruangan yang sama dengannya hanya tersenyum geli. Tak terasa mata Lay dan gadis itu bertemu dan seketika seribu kupu-kupu itupun menggelepar lagi didalam perut Lay, membuatnya susah bernafas. Wajah gadis itu kemudian memerah dan tak lupa wajah Lay yang semakin merah padam. Akhirnya ia mulai berkonsentrasi dan kembali mengajari muridnya bermain piano dengan benar.

Setelah beberapa saat, ia mengedarkan pandangannya diseluruh ruangan dan tak menemukan gadis itu. Ia memutuskan untuk keluar dari ruangan itu dan mencarinya. Setelah ia berkeliling ke sekitar rumah dan sekitar taman bunga yang selalu dijaga dengan baik oleh gadis itupun ia masih tak bisa menemukannya.

Ia putuskan untuk kembali kedalam ruangan dan mendapati kedua muridnya itu telah menghilang di gantikan dengan sesosok lelaki yang sedang bermain dengan piano yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya. Lay mendekati lelaki itu. Permainan pianonya sama sekali tak layak untuk didenga. Lalu Lay memandang lelaki itu, lelaki yang dipandangnya hanya gelagapan dan buru-buru meninggalkan piano yang sedang dimainkannya tadi.

Lay mengawasinya dengan keheranan. Ia adalah saudara gadis yang ia cintai. Lay hanya tersenyum miring. Kemudian ia berbalik dan menemukan sebuah boneka beruang berukuran besar berwarna putih dengan pita pink di lehernya sedang duduk manis di atas lemari kaca. Tanpa pikir panjang ia mengambil boneka itu dan mendudukannya di tempat duduk di samping piano yang akan ia mainkan.

“Aku akan memainkan sebuah lagu untukmu my love…” ucapnya pelan dan kemudian menekan jari-jarinya di atas tuts hitam dan putih yang terjejer rapi. Tak lupa suaranya yang merdu pun mengalun dengan indah memenuhi seluruh ruangan, senyum terus mengembang menunjukkan lesung pipinya yang sangat menawan. Satu lagu pun ia selesaikan dan berakhir dengan riuh tepuk tangannya sendiri yang kemudian menyambar boneka beruang besar itu ke dalam pelukannya. Memeluknya dengan erat dan memutar-mutar tubuhnya sendiri. Putarannya diakhiri dengan bibirnya yang mencium bibir boneka beruang besar itu dengan bahagianya.

“Muaahhh…” suaranya bergema keseluruh ruangan dan aura kebahagiaan memenuhi seluruh tubuhnya.

Kemudian ia berbalik dan matanya menemukan sosok yang luar biasa baginya, gadis yang selalu membuat beribu kupu-kupu didalam perutnya terus terbangun. Lay hanya memegang tengkuknya dengan salah tingkah. Lay sedang jatuh cinta, mencintai gadis yang selalu membiusnya dengan segala tingkah lakunya.

 

D.O

“Baiklah chagiya, tunggu sampai aku selesai membereskannya…” ucap seorang lelaki pada lawan bicaranya di telepon berwarna merah yang sedang digenggamnya itu.

D.O pun menutup teleponnya dan menghela napas dengan semangat kedepan barang-barang yang akan ia jamah selanjutnya. Akhir pekan yang telah ia putuskan untuk menghabiskan waktu membuat sesuatu yang spesial untuk gadis yang sangat ia cintai. Ia akan menunjukkan kemampuannya dalam memasak makanan. Hanya itu yang bisa ia persembahkan secara spesial untuk gadisnya selain cintanya yang begitu besar pada gadis beruntung itu.

Sayangnya, ia sempat ragu untuk membuat makanan yang sedang ia rencanakan akan dibuat. Ini pertama kalinya ia membuat kue spesial, berbeda dengan masakan yang biasanya ia masak dengan sesuka hati. Ia terlalu biasa untuk memasak tanpa resep. Tapi demi gadis yang sangat ia cintai, ia rela melakukan segala percobaan sampai kesempurnaan hinggap dimasakannya.

Dengan senyum yang terus mengembang di bibir tebalnya, D.O mulai memasukkan beberapa barang yang dibutuhkan. Butuh waktu yang tidak lama untuk memasukkan beberapa tepung dan adonan lainnya. Tapi ia kewalahan saat memisahkan putih telur dengan kuning telurnya. Sudah berkali-kali ia gagal untuk mencobanya, tetapi semangatnya tak pernah pudar. Ia penuhi perasaannya yang gagal itu dengan rasa cintanya yang menggebu pada gadis yang sedang menunggu masakannya. Diolahnya beberapa adonan dengan adonan lainnya. Dengan semangat cinta, akhirnya ia menyelesaikan adonannya yang hampir jadi, dengan sentuhan seseorang yang sedang dipenuhi cinta tangannya meliuk-liuk membentuk adonan itu menjadi sempurna. Sentuhan terakhirnya ia datarkan dengan memasukkan beberapa ucapan kata cintanya pada seberkas kecil kertas dan memasukkannya kedalam adonan yang berbakal menjadi kue cantik.

Setelah merasa semuanya terlihat lengkap, D.O pun memasukkan adonan itu kedalam oven dan menunggu hasil jadinya. Sambil menunggu hasil jadinya ia pun melangkahkan kakinya keluar dari dapur, menuju taman bunga indah yang tertata rapi,, hasil kerja saudara perempuannya yang sangat cekatan. Ia terkesima dengan alam yang begitu indah dan berlalu kedalam ruangan piano.

Kini ia duduk di bangku dan mulai meletakkan jari-jarinya diatas tuts piano. Ketidaktahuannya akan bermain piano hanya membuatnya meletakkan jari dengan sembarang tanpa memperhatikan suara yang dihasilkannya. Baginya hasil jari-jari tangannya tetap indah untuk didengar, ya begitulah ketika orang sedang jatuh cinta, tak peduli apa yang akan orang lain rasakan hanya perasaannya yang diperhatikan. D.O tersenyum bahagia sampai ia tak menyadari ada seorang lelaki yang sedang berdiri disampingnya. D.O menebak ia adalah pengajar les anak kakak laki-lakinya. Ia pun segera beranjak dengan terburu-buru dan menuju dapur, menyusul hasil karyanya.

Terdengar bunyi ting yang menunjukkan kue buatannya telah jadi. D.O tersenyum riang menuju oven dan mengeluarkan harta-hartanya yang berharga itu. Menyusunnya dalam bentuk hiasan yang menggiurkan dan mengepaknya dengan sangat hati-hati. Ia pun mencoba salah satu kue karyanya itu, membuka bagian tengahnya dan menemukan secarik kertas bertuliskan ‘I Love You’ dengan sangat indah. Seyumnya semakin lebar dan ia bersiap untuk menemui gadis yang dicintainya.

“Semoga kau menikmati semua ini.. ” ucapnya lirih dan berlalu dari dapur. D.O sedang jatuh cinta, hingga rela melakukan hal apapun demi gadis yang ia cinta.

 

Kai

Berjalan-jalan di kota Seoul yang ramai memang paling tepat dilakukan ketika akhir pekan. Itulah yang dilakukan oleh seorang lelaki tampan seorang diri di jajaran toko kota Seoul. Matanya menerawang keseluruh toko, mencari sesuatu yang menarik perhatiannya.

Matanya tertumbuk pada sebuah toko yang sangat terang dan berdekorasi indah. Ia pun memasuki toko itu dengan langkah yang bersemangat. Ia tersenyum pada pelayan toko sesampainya didalam. Ia sedang mencari sesuatu yang sangat disukai oleh para gadis. Tapi apa? Ia tak tau apa yang disukai oleh perempuan. Ini pertama kalinya ia mencari barang-barang perlengkapan perempuan. Ia melakukan semua ini demi gadis yang telah merubah hidupnya. Gadis yang telah membuatnya mengerti apa arti kehidupan dan menjalani waktu hidupnya sebaik mungkin. Membuat hidupnya bersinar.

Ia berkeliling keseluruh penjuru di dalam toko dan tetap tak menemukan jawaban apa yang ingin ia dapatkan. Ia menyentuh seluruh barang yang terpajang disana. Tangannya menuntunnya pada sebuah sepatu heels berwarna putih dan mengambilnya. Tanpa ia sadari tubuhnya terduduk dibangku yang kosong dan tersedia disebelah rak, ia mencopot sepatunya sendiri dan mencoba sepatu itu dikakinya.
Apa ini cocok dan pas untuk gadisku? Kai membatin.

Dan tentu saja sepatu itu tidak muat di kakinya. Ia menggelengkan kepala dan mengerucutkan bibirnya bingung akan memilih barang apa.

Kemudian ia berjalan kesisi lain dan memperhatikan beberapa baju yang tergantung dirak baju, ia mengambil beberapa dress berwarna soft blue dan pink, ia menyeret baju itu ke depan cermin di kamar pas. Menempelkannya di tubuhnya dan ia merasa aneh, baju ini tak sebagus yang ia inginkan.

Tanpa menyadari lingkungan disekitarnya, Kai mulai canggung sekarang, ia baru tersadar bahwa sedari tadi ia berperilaku aneh dengan menjajal semua barang-barang wanita itu. Ia hanya tersenyum getir pada semua orang yang memandangnya dengan perasaan aneh dan membungkuk meminta maaf.

Orang disana hanya berbisik-bisik lirih dan membuat Kai semakin salah tingkah. Ia hanya menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. “Maafkan aku, aku sedang mencari hadiah untuk pacarku, maafkan aku.” Kai terus meminta maaf karena telah membuat pengunjung di toko itu merasa tidak enak hati. Kai kemudian berlalu dan kembali ke ruangan depan.

Lalu matanya menangkap sesuatu yang bersinar, bersinar karena pantulan lampu yang menerangi tempat itu. Kai menyipitkan mata dan mendapati sebuah kalung dengan liontin berbentuk hati dan beberapa permata dari kristal.

Ah, mungkin ini bisa mewakili dirinya sendiri. Benda ini bersinar seperti cintanya yang menyinari hidupku, gumamnya dalam hati.

“Tuan... tolong bungkuskan kalung ini untukku.” pinta Kai pada pelayan yang berjaga di sana.

“Baik Tuan, tunggu sebentar..” setelah menunggu beberapa lama pelayan itu pun keluar dengan kotak berwarna blue sky, lalu memberikannya pada Kai.

Kai tersenyum bahagia, tak bisa mengungapkannya dengan kata-kata. Ia melangkah pergi, berniat menghampiri gadis yang ia cintai itu. Kai sedang jatuh cinta, hidupnya yang kini bersinar semakin berarti dengan adanya gadisnya didalam hati.

 

Sehun

Langkah lesu seorang lelaki menandakan bahwa hatinya sedang tidak enak hati. Sekarang akhir pekan, tapi nasibnya tidak terlalu bagus. Ia mendapat pengganti mata kuliah di EXO University, universitas yang sedang ia diami untuk menuntut ilmu. Wajahnya terlihat sangat kusut menghadapi kegiatan yang akan ia lakukan itu.

Drrttt..drrrtt… ponselnya bergetar didalam saku celananya. Ia mengambilnya dan melihat nama yang tertulis disana. Ternyata pesan dari seseorang. Seketika wajah Sehun, lelaki yang berwajah lesu tadi berubah menjadi senyuman yang sulit diuraikan. Senyumnya mengembang membuat pipinya yang tirus terlihat sedikit menggembung.

Ia terus melihat layar ponselnya, membaca pesan dari sang pengirim yang tak lain dan tak bukan adalah pacarnya. gadis yang sangat ia cintai. Gadis yang tak pernah membuatnya kesepian dalam keadaan apapun, sekalipun sekarang ia sedang sangat tidak enak hati harus mengikuti mata kuliah pengganti dipelajaran fisika, pelajaran yang kurang ia sukai. Tapi apa boleh buat, demi masa depannya ia harus melaluinya. Dan itu terbayar dengan sangat mahal karena akhir pekan yang ia gadang-gadang bakal ia habiskan dengan gadis yang sangat ia cintai itu ternyata gagal.

Gadisnya sangat tau bagaimana harus bersikap dengannya. Mengingat Sehun yang sangat kekanak-kanakan dan sangat cocok dengan gadis dewasa seperti pacarnya sekarang. Walau gadisnya bersikap dewasa tapi umur mereka sebaya bahkan masih lebih tua Sehun. Tapi seperti itulah cara mereka masing-masing untuk saling mencintai.

Kini wajah Sehun yang telah berubah merekah seperti bunga yang mekar dimusim semi pun mulai melupakan kegundahan hatinya. Tangannya terus memegang ponselnya, memandangi wajah gadisnya yang tersenyum manis di wallpaper ponselnya sementara ia terus melangkah ke dalam kelas.

Ia sempat terlambat masuk kedalam kelas, tapi ia tetap masuk dan duduk di atas kursi. Ia mengeluarkan bukunya dan membukanya lembar demi lembar, tapi pikirannya hanya teringat dengan gadis yang ia cintai. Dosen di ruangan bagian depan terus berbicara dan Sehun memandang papan tulis yang berisi coretan-coretan angka yang sama sekali ia tak mengerti.

Ia menghela napas dan menunduk, melihat layar ponselnya lagi dan mendapati senyum yang sama, senyum yag membuatnya tenang. Matanya kembali tertuju ke papan tulis di depan dan betapa mengejutkan ketika Sehun melihat tulisan angka sebelumnya berubah menjadi gambar-gambar berbentuk hati dan pelajaran berubah menjadi pelajaran cinta bukan pelajaran fisika, Sehun pun menikmatinya walau ia tau ia pasti sedang melantur tapi tetap saja ia lanjutkan dan membuatnya tersenyum-senyum sendiri tak jelas.

Karena Sehun tidak terlalu memperhatikan dengan apa yang terjadi didalam kelas, ia sampai harus menerima lemparan kapur dari dosen pengajarnya dan membuyarkan Sehun dari lamunan. Dosen itu menyuruh Sehun keluar dari ruangan dan Sehun hanya bersikap salah tingkah dan keluar dari ruangan dengan wajah yang masih tak mengerti. Ini semua bukan salahnya, ini semua karena cintanya yang besar terhadap gadisnya itu.

Sehun yang keluar dari ruangan secara paksa hanya melenggang lemah kesusunan tempat duduk dipinggir gedung. Sehun memutuskan untuk duduk disana dan meraih ponselnya lagi, menerima pesan dari gadisnya lagi dan lagi-lagi sukses membuat hatinya tenang dan merasa tak kesepian walau ia sedang sendiri saat ini. Karena terlalu sibuk dengan ponsel ditangannya membuatnya tak menyadari banyak pasangan yang tengah duduk disusunan bangku yang ia duduki juga.

Sehun mengedarkan pandangan kesekitarnya dan menemukan pasangan-pasangan yang sedang berbahagia walau bernasib sama sepertinya, harus pergi ke universitas padahal sedang akhir pekan. Tapi Sehun hanya terenyum bahagia, ia tak merasa kesepian lagi dengan adanya gadis yang ia cintai saat ini. Sehun sedang jatuh cinta dan itu membuatnya tak pernah kesepian dalam keadaan apapun.

 

Luhan

Sore telah melambai dan mulai menyibukkan Luhan yang sedang serius dengan kegiatan yang dikerjakannya. Tangannya membopong sekardus penuh berisi bola-bola lampu yang beraneka warna. Sekarang akhir pekan, saat tepat untuk melakukan hal-hal yang romantis. Senyum tak pernah lepas dari lelaki yang kini berjalan dari toko perlengkapan itu. Kakinya berjalan cukup jauh tapi sama sekali tak merasakan lelah. Diperjalanan ia bertemu dengan seorang mahasiswa aneh yang sedang tersenyum-senyum sendiri dengan menggenggam ponselnya. Luhan terheran-heran dengan lelaki itu.

Mungkin ia sedang jatuh cinta, batinnya. Lelaki itu menyadarkannya akan dirinya sendiri, mungkinkah ia juga berperilaku sama dengan lelaki itu? Luhan terus bertanya-tanya dalam hati. Mungkin iya, tebaknya.

Ia juga tak jauh beda dengan lelaki yang berpapasan dengannya barusan, ia sama-sama tersenyum sendiri dan ia merasa sedang jatuh cinta juga sepeti lelaki itu.

Luhan hanya kembali tersenyum mengingat kesamaan mereka berdua. Kembali melanjutkan perjalanannya yang masih dengan setia membopong kardus itu menuju tempat yang ia tuju.

Setelah menaiki puluhan anak tangga yang menuntunnya sampai di tempat tujuanya ia meletakkan semua barang bawaannya. Ia memandang kota Seoul dari atap rumahnya. Menghirup udara sore yang segar dan mengehembuskannya dengan pelan. Ia pun mulai melakukan kegiatannya. Mulai dari meluruskan kabel-kebel dan mengencangkan bagian-bagian tertentu. Ya, ia sedang membuat dekorasi bertema terang diruangan terbuka yaitu di atap gedung dengan memanfaatkan lampu-lampu banyak warna yang dibawanya tadi. Ia akan membuat kejutan untuk gadis yang sangat ia cintai, gadis yang memberinya kelembutan yang membuatnya menjadi orang yang berarti.

Luhan melakukan seluruh kegiatannya dengan gembira dan tak pernah melepaskan senyuman manis diwajahnya yang sempurna itu. Setelah beberapa waktu berlalu dengan cepat, kini tersisa sentuhan-sentuhan terakhir dari tangan Luhan. Langit telah menunjukkan kesenjaannya dan bola lampu terakhirpun telah terpasang dengan sempurna ditempatnya.

Saatnya Luhan membawa gadisnya menuju tempat yang telah ia persiapkan.

Luhan merogoh ponsel di saku celananya, menekan beberapa angka dan berbicara dengan teleponnya.

Chagi… naiklah kea tap gedung, aku ada disana..” ucapnya singkat dan menutup teleponnya.

Luhan menunggu gadisnya segera datang dengan bahagia dan berlompat-lompat kegirangan. Ia memandangi kota Seoul yang mulai menggelap dan merentangkan tangannya lebar-lebar, menikmati sensasi angin malam yang menembus baju tipisnya.

Terdengar suara langkah dari bawah sana dan Luhan siap dengan tangan yang memegang saklar.

Chagiya…” panggil gadis itu dari bawah sana, saat kepalanya menyembul dari balik tangga,

Klek!

Luhan menyetel saklar yang dipegangnya dan membuat bola-bola lampu yang disusunnya dengan sempurna menyala dan bersinar dengan indahnya.

Gadis yang kini ada dihadapannya hanya memandang sekitarnya dengan tatapan tak percaya, antara senang, takjub, terpana dan bahagia.

“Selamat malam gadisku..” ucap Luhan pelan membuat gadisnya itu tak bisa berkata-kata.

Luhan sedang jatuh cinta dan membuatnya melakukan segala hal yang membuatnya bahagia.

 

 


A/N: HAHAHA. Aduh nggak bakat bikin fluff ;;-;; seadanya aja ya kkkk~ kucingnya Sungjong aku ganti pake anjingnya Baekhyun pas di teaser pre-debut. Kampusnya jadi EXO University lol dan cast yang nggak kebagian, maaf ya, jatahnya cuma tujuh sih huhuhu :D hope you enjoy it ^^o

Jadi… ya gitu deh, para lelaki ternyata begitu kalo lagi jatuh cinta, nggak jauh beda sama cewek XD leave comment, subscribe, upvote please :p thank you ♥

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sunggaeul #1
Chapter 1: pas bgt bias ku di infinite jdi luhan--bias ku juga..
^^
kpan-kpan bikin songfic Black Pearl ya kak.. Atau 'dont forget me' nya gils day