WAITING FOR THE SECOND MIRACLE

BABY FEET

WAITING FOR THE SECOND MIRACLE

By KanG and FAMILee

.

.

.

.

.

Cermin itu berukuran tidak terlalu besar, hanya sepantaran tubuhnya. Jongin mengangkat sedikit kaos abu-abu longgar milik suaminya. Tadinya kaos itu masih menutupi hingga batas setengah pahanya namun sekarang yang terpampang di hadapannya adalah garis horisontal berwarna coklat pudar yang menghiasi perut bagian bawahnya. Apa tidak bisa hilang? Pikirnya sambil mengelus lembut bagian yang sedari tadi ia pandangi. Perasaannya tidak lega melihat garis yang ia anggap noda pada tubuhnya. Ia takut noda itu bukan hanya meresahkan pikirannya namun bisa saja membuat Kris tidak lagi betah dengan keadaannya.

Tiba-tiba saja sepasang lengan panjang memeluknya dari belakang. Jongin ragu untuk mengangkat wajahnya. Cepat-cepat diturunkannya kaos itu untuk menutupi penyebab keresahannya berdiri memandang kulitnya di depan cermin. Kris tentu saja mengernyit. Seperti ada yang tengah disembunyikan istri cantiknya pagi ini.

“Hei cantik..”

Kekehan kecil lolos dari bibir Jongin. Kris sangat ahli dalam hal ini, membuatnya seketika berpaling dari apapun itu penyebab tingkahnya menjadi aneh di mata Kris.

“Ada apa tampan? Hm?”

Jongin berbalik mengangkat wajahnya, dan memandang tatapan teduh dari sang suami. Membuatnya lega entah bagaimana caranya. Mungkin karena Kris hingga detik ini selalu memberikannya tatapan memuja. Lelaki ini sangat lembut, menatapnya seakan tahu saja apa yang sedang diresahkannya. Kemudian tanpa sadar tatapannya selalu mengatakan “Semua akan baik-baik saja. Tenanglah.

Dan seperti itu maka Jongin merasakan ketenangan seketika. Hanya dengan tatapan lembut Kris.

“Merasa lebih baik?”

Jongin mengangguk. Tangannya terangkat mengelus rambut coklat terang sang suami yang sedikit berantakan, khas bangun tidur.

Namun demikian Kris dengan mudah menebak apa yang menjadi pusat lamunan Jongin pagi ini. Ia membalik tubuh yang lebih kecil dari tubuhnya itu untuk kembali menghadap pada cermin kamar mereka. Jongin sedikit kaget namun segera tenang saat sadar Kris tengah menyibak kaos di tubuhnya hingga mencapai batas atas perutnya. Heuh..Kris akan selalu tahu.

Begitu menempel, telapak tangan Kris yang besar hampir menutup seluruhnya pada garis coklat di perut Jongin.

“Inikah alasannya?”

Jongin tidak memberikan respon apapun. Ia meletakkan tangkupan tangannya di atas tangan Kris yang mulai mengelus perlahan perut rata itu.

“Aku..aku tidak tahu harus mengatakan apa, tapi terima kasih sudah mengerti.”

“Boleh kuminta ucapan terima kasihku?” Kris mengerling dan Jongin tahu apa maksudnya itu.

Tangannya terangkat lalu membawa telapak tangan Kris lebih jauh mengelus perutnya dengan gerakan naik-turun yang begitu lembut. Jongin tersenyum dan kembali membalikkan tubuhnya menghadap Kris. Ia berusaha agar kekehannya tidak sampai lolos dari mulutnya saat Kris sadar apa maksud tindakan Jongin.

“Kau-“ Matanya terbelalak.

Dan Kris tak dapat melanjutkan kata-katanya sebab bibir manis sang istri sudah merebut lebih dulu satu kecupan pagi di bibirnya.

“Baru enam minggu, sayang.”

Sekali lagi Jongin terkekeh saat merasakan pelukan hangat Kris yang sedikit membuatnya sesak. Pria ini memiliki tubuh yang kuat dan ototnya sungguh ketat. Jongin sangat menyukai itu. Ah, dia jadi sedikit merona memikirkan tubuh suaminya. “Kenapa tak mengatakannya padaku sejak awal?” Kris menenggelamkan wajahnya pada perpotongan leher Jongin, menghirup wangi lavender dari tubuh istrinya dan bertanya agak pelan agar Jongin tidak merasakan pertanyaannya sebagai sebuah paksaan.

Seperti ini, meskipun sedang tidak dalam masalah Kris sangat menjaga perasaan Jongin. Ia tak ingin membuat ibunya Sofia itu merasa tidak nyaman dengan keberadaannya.

“Kejutan!”

Mereka kemudian menatap satu sama lain dan berakhir dengan tawa kecil. Kris bahagia, sangat bahagia...

.

.

.

.

.

“Ibu..”

Kaki-kaki mungil itu menapak penuh semangat, terdengar dari suara langkah kakinya yang menghentak di sepanjang ruangan berlantai kayu itu.

Kris sampai kewalahan mengejar Sofia yang dengan riangnya menubruk kaki ibunya di ujung ruangan. Anak-anak seumuran Sofia yang juga sedang berada dalam ruangan yang sama sedikit terkejut. Sebagian besar pasang mata menatap pada sosok asing Sofia yang memang baru pertama kali mengunjungi gedung tempat Jongin bekerja.

“Sofia!”

Jongin memekik senang mendapatkan putri kecilnya yang baru berumur empat tahun tengah bergelayut layaknya kucing di kaki jenjangnya. Sepasang lengan kecil Sofia memeluk lembut tungkai kaki Jongin dan mengecupnya beberapa kali. Hal ini membuat ibu muda itu merasa kegelian. Ia tertawa kecil kemudian mengangkat tubuh Sofia ke gendongannya.

Wajah mungil itu segera bersembunyi di balik ceruk leher sang ibu ketika sadar tidak hanya mereka yang ada di ruangan tersebut. Bibir mungilnya terangkat karena malu sesaat setelah sang ibu menyuruhnya menyapa anak-anak lain yang berkumpul di hadapan Jongin.

“Kris...”

Kemudian Jongin sadar bahwa tidak mungkin Sofia dengan mengandalkan diri sendiri bisa muncul secara ajaib di tempatnya bekerja. Tentu saja ayah gadis kecil itu yang akan mengantar. Kris menatap Jongin sebentar sambil tersenyum lalu begitu tahu kode dari istrinya untuk segera mengambil alih tubuh kecil di dekapannya. Kris meraih Sofia yang dengan tenang beralih ke gendongan ayahnya.

Sambil memperhatikan apa yang dilakukan ibunya, Sofia tidak kalah antusias untuk mengikuti pula berbagai gerakan balet sederhana yang Jongin ajarkan pada sekumpulan murid-muridnya.

Ya. Jongin sekarang menjadi salah satu pengajar di sebuah tempat les tari balet yang cukup terkenal di kota tempat mereka tinggal. Menjadi seorang yang betul-betul mencintai seni tari khususnya balet menurutnya adalah sebuah kesia-siaan jika bakat alami yang sudah mendarah daging padanya itu tidak lagi dilanjutkan. Lagi pula pekerjaannya tidak benar-benar menyita waktunya dalam mengurus keluarga. Nenek Sofia sering datang untuk menemani putri kecilnya itu jika tiba waktunya Jongin berangkat kerja. Tentu saja karena suaminya tidak punya cukup waktu untuk menjaga Sofia. Pagi hari Kris berangkat ke kantor dan akan pulang menjelang malam hari. Namun karena takut Sofia bisa saja merasakan kurang diperhatikan olehnya, Jongin hanya mengambil kelas yang diadakan tiga kali seminggu sehingga ada hari dimana ia akan merasa bebas bermain dengan anaknya seharian penuh.

.

.

.

.

.

“Sofia ibu bersenang-senang hari ini sepertinya. Hehe...”

Gadis dalam rangkulannya tertawa geli karena sedari tadi ia sibuk mengecup pipi berisi gadis itu.

Jongin mengalihkan tatapannya pada Kris yang sedang fokus menyetir mobil. Ia tersenyum dan pria di sampingnya cukup sadar bahwa sang istri tengah menatapnya saat ini. Setelah menunggu setidaknya satu setengah jam sampai jam les balet di tempat Jongin bekerja selesai, Kris memutuskan untuk segera mengantar mereka pulang. Rencana makan malam keluarga kecilnya harus tertunda karena Jongin yang mengeluh lelah. Kris sangat paham akan hal itu dan tak dapat menolak setelah melihat sendiri tubuh Jongin yang sedikit lemas. Mungkin hari ini sangat melelahkan untuk istrinya.

Sofia sudah tertidur pulas dalam dekapan Jongin beberapa saat lalu. Namun mata Jongin tidak lepas dari menatap sosok sang suami yang sudah memindahkan salah satu tangannya untuk menggenggam tangan Jongin. Kris meremasnya lembut dan mengirimkan lirikan serta senyum tulus pada Jongin kemudian ia kembali menatap ke depan.

Tubuh putri kecilnya sedikit terhalang karena perut Jongin sudah mulai kelihatan di akhir bulan ketiga usia kandungannya. Jongin mengelus perlahan rambut panjang Sofia yang berwarna pirang. Betul-betul putri kecil ayahnya...

Ia sering merenggut kecil karena merasa bahwa Sofia tidak memiliki sedikitpun kemiripan fisik darinya. Sofia benar-benar duplikat Kris. Tetapi Jongin tetap bahagia, ia memiliki putri yang sangat cantik dan mirip dengan tokoh-tokoh princess dalam kartun disney. Suatu kebanggaan bagi Jongin tentunya.

“Sayang...”

“Hmm?” Kris menjawab panggilan Jongin tanpa mengalihkan tatapannya dari jalur menyetir.

“Bisa menepi sebentar? Aku ingin pindah ke jok belakang, Sofia terlihat tidak nyaman dengan posisi tidur seperti ini.”

Kris mengiyakan dengan mengangguk. Sebelum Jongin beralih untuk membuka pintu mobil, Kris sudah terlebih dahulu keluar memutari kap depan mobil lalu membukakan pintu mobil dari luar untuk Jongin. Terima kasih, Jongin bergumam sambil menatap suaminya yang balas tersenyum. Lalu Kris mengambil alih Sofia dari dekapan Jongin dan kembali membukakan pintu mobil pada jok belakang. Jongin masuk terlebih dulu dan menyusul tubuh Sofia yang Kris baringkan kepalanya pada pangkuan Jongin.

Setelah kembali di depan kemudi, Kris melajukan mobil dengan hati-hati menuju rumah mereka. Jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh, mungkin hanya sekitar 20 menit dan Jongin lega akan segera merasakan kasur empuk di kamar mereka setelah seharian beraktivitas.

“Tidurlah lebih dulu, biar aku yang membawa Sofia ke kamarnya.” Kris mengusap pucuk kepala Jongin lalu kembali mengambil tubuh putri mereka dari dekapan sang ibu.

Beberapa menit kemudian Kris memasuki kamar yang terasa sangat tenang. Jongin terlihat memangku sebuah buku sambil meminum segelas susu di atas ranjang. Kris mendekat pada sisi ranjang lalu mengecup pipi istrinya sebelum Jongin berbalik menatap senyum lembut Kris yang membawa mereka pada sebuah kecupan hangat. Ciuman selamat malam.

Kris meraih sepasang piama tidur yang sudah dipersiapkan Jongin saat tadi suaminya sedang mandi. Tanpa segan ia memakai pakaiannya di hadapan sang istri. Jika saja mereka belum pernah saling ‘melihat’ mungkin Jongin akan menjerit karena seorang pria dewasa tengah mempertontonkan tubuh indahnya di hadapan seorang remaja sepertinya. Itu dulu, sebelum mereka menikah. Dan sekarang Jongin merasa tidak pernah terusik dengan kejadian semacam itu, ia malah terlihat sangat fokus pada bacaannya sehingga hampir melupakan keberadaan Kris dalam kamar mereka.

“Buku apa yang kau baca? Sepertinya kau sangat menikmatinya..”

Ranjang yang sedikit bergolak membuat perhatian Jongin tersita. Ia menatap Kris yang sudah memposisikan tubuh di sampingnya, bermaksud ingin tidur. Namun mengetahui sang istri ternyata lebih tertarik dengan bacaannya Kris seolah ingin ikut tahu isi buku di tangan Jongin.

“Oh bukan apa-apa, aku sedang membaca buku tentang gerakan yang dapat mempengaruhi janin.”

Kris melihat binar di mata Jongin. Istrinya sangat antusias menjalani kehamilan yang kedua. Tentu saja ia ikut bahagia. Tanpa aba-aba tangan kokoh Kris meraih tubuh Jongin lalu memposisikannya di antara kakinya yang ia buka sedikit. Punggungnya ia sandarkan pada kepala ranjang dan Jongin tidak mempermasalahkan hal ini. Tubuh Jongin dengan nyaman bersandar pada dada Kris di belakangnya. Ia kembali terdiam ketika dirasa sudah cukup nyaman dengan posisi duduknya sekarang.

“Kris..”

“Hmm?” Kris bergumam sambil menghirup wangi yang menguar dari rambut Jongin. Wangi kesukaannya.

“Aku rasa akan mengambil cuti hamil mulai bulan depan. Kasihan baby kalau aku terus bergerak karena aktifitas padat.” Jongin mengelus perutnya lembut bahkan tidak henti-hentinya tersenyum menyadari bahwa kurang dari enam bulan kedepan bayi keduanya akan segera lahir.

“ide yang bagus, sayang. Aku juga mulai khawatir jika sampai kau kelelahan dan itu tidak akan baik untuk baby.”

Kris menatap Jongin yang berbalik lalu menyentuh puncak hidung istrinya dengan jari telunjuk yang panjang. Jongin dibuat terkekeh oleh tingkah manis Kris. Keduanya lalu duduk bersila saling berhadapan. Jongin menutup matanya dan tak lupa kedua tangan ia rentangkan ke belakang. Telapak tangannya menjadi tumpuan posisinya yang agak condong ke belakang dan telapak tangan Kris yang lebar sudah bertengger manis di atas perutnya. Dimulailah kebiasaan sebelum tidur.

“Baby, apa kau sudah tidur di dalam sana? Apa ayah mengganggumu? Hehehe...”

Diam-diam tanpa sepengetahuan Jongin, Kris sering mencari informasi mengenai perlakuan yang baik untuk bayi yang masih di dalam kandungan. Tentu saja melalui internet. Bisa malu pria itu jika istrinya tahu. Kris kadang masih suka mempertahankan gengsi meskipun itu di hadapan istri yang sudah tahu luar dalam mengenai dirinya.

Menurut informasi dari salah satu website dokter kandungan yang sempat ia baca beberapa minggu yang lalu bahwa bayi di dalam kandungan akan mengenal baik suara yang sering berada di sekitar ibunya. Dan ia ingin menjadi salah satu yang dikenal oleh calon bayi mereka, selain Jongin dan kakaknya-Sofia. Pada akhirnya metode inilah yang ia pilih, berbicara dengan sang bayi sebelum waktu istirahat Jongin. Karena kesibukannya pada pagi hingga sore hari, Kris memilih waktu sebelum tidur selain katanya agar bayi mereka selalu memimpikan suara ayahnya. Ya, Kris mengatakan itu dengan penuh percaya diri dan berhasil membuat istrinya terbahak.

Meskipun begitu, ada saatnya dimana ia cukup menyesal tidak melakukan hal ini sejak dulu. Pada kehamilan pertama Jongin, saat Sofia berada dalam kandungan, Kris bahkan hampir tidak sempat bertemu istrinya yang masih terjaga di malam hari karena kesibukan di kantor yang tidak bisa ia abaikan. Saat itu, ia masih seorang Pria di ambang kemudaan yang pertama kalinya berperan menjadi seorang calon ayah. Ia buta soal menjaga istri yang sedang hamil atau bagaimana cara memenuhi seluruh kebutuhan ibu hamil dan lain sebagainya. Ia akan merasa lebih tenang jika ibunya atau ibu mertuanya yang menemani Jongin di saat ia tak sedang di rumah.

Sampai dimana putri kecil mereka lahir, hal pertama yang ia lakukan adalah menangis. Memiliki seorang bayi mungil yang masih merah di tangannya saat Jongin masih belum sadar dari pengaruh obat bius pasca operasi. Kris tidak memiliki pengalaman dengan hal itu namun satu hal yang ia lakukan adalah menciumi bayi kecil mereka yang bahkan belum dibersihkan dari cairan darah. Ia terus mengatakan bahwa ia akhirnya menjadi seorang ayah, ayah yang paling bahagia.

.

.

.

.

.

“Ayah dan ibu belum tahu apa kau laki-laki atau perempuan. Tapi ayah berharap kau akan selalu sehat di dalam perut ibu. Jangan nakal ya, kasihan ibu nanti kelelahan membawamu kemana-mana. Ayah dan ibu mencintaimu, nak.”

Satu kecupan penutup dan mata pria tampan itu sudah mulai meredup karena menahan lelah hanya untuk menanti saat-saat ia bisa berbicara pada bayi di dalam perut istrinya. Jongin tak bisa lebih bahagia lagi dari sekarang ini. Ia merasa sudah sangat cukup memiliki suami penyayang seperti Kris. Apalagi dengan hadirnya Sofia dan penantian akan bayi kedua mereka. Membuatnya tak kuasa menahan air mata bahagia.

Jongin membenahi posisi tidur suaminya yang terlihat kurang nyaman. Telapak tangan Kris masih menempel di kulit perut telanjangnya, suaminya tadi menyingkap sedikit piama longgar yang ia gunakan. Untuk yang satu itu Jongin membiarkannya. Tangan Kris seperti membungkus perutnya dengan kehangatan, ia sangat suka dengan kebiasaan Kris ini.

Posisi mereka yang berbaring saling berhadapan dengan tangan Kris yang menempel pada perut Jongin, menutup hari keluarga kecil Wu. Jongin menguap lalu ikut memejamkan mata menyusul Kris yang sudah lebih dulu tenggelam dalam tidurnya.

.

.

.

.

.

“Terima kasih sayang, aku mencintaimu...”

.

.

.

.

.

Guten aben...

Mungkin ada yang sudah tidak peduli dengan permintaan maaf saya yang sudah berulangkali.

Tapi saat ini,, saya sekali lagi harus meminta maaf yang sebesar2nya karena sudah hampir 5 bulan tidak lagi aktif untuk menulis FF.

Teman saya bilang “Semester 6 adalah saat2 dimana cewek teknik lebih memilih untuk dinikahkan orang tuanya, dan tidak sedikit yang meminta untuk dinikahkan...”

Saya merasakannya sendiri, sebagai pelampiasan karena kesibukan lab yang membuat kuliah saya sendiri terbengkalai. Kalau kuliah saya sudah memasuki ciri-ciri nilai ‘E’ maka kegiatan yang lain (termasuk menulis) akan berada di urutan yang kesekian.

Sekali lagi maafkan saya...

Have a nice day ^_^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
mpreggoland
#1
Chapter 3: KaiRis's moment was so details! I love it! ^^
I can't wait for the second baby to be born healthy...hehe
PatriciaEdward #2
Chapter 2: Awww!!! Ini tuh cute banget!!! Beda dari yang lain!! Update soon please!!
Christian_Wu
#3
jujur, cerita ini baguuuuss banget menurut saya.. It's so beautiful I just can imagine Kris and Kai having a baby girl. I can imagine them being all lovey dovey in their own ways. It's nice to read a kriskai fic that doesn't need in it (not that I'm complaining, I love kriskai no matter what lol) tp ini ky sesuatu yg fresh. serius sy sukaaa banget sm fic ini

saya harap jibyung-sshi mau melanjutkan ny.. sy lyat ff ini d ffn juga, sy heran kq dikit banget yg komen ny .__.

I do hope that you will keep writing fics. Sy suka sm bahasa yg kamu gunakan ;) sopan, baku dan..kesan ny halus apalagi pas sy baca ' Sofia.. putri kecil ayah' aaahh melting~

anyways, maaf ramble. but you deserves compliment ;) hwaiting~
persephonehmn #4
Chapter 2: kenapa digantung?akhirnya ada juga drabble kriskai yang berbeda.kekekke
harus dibuat banyak yah.bahasanya sopan dan baku.semangat ^o^ d=(´▽`)=b
mpreggoland
#5
Chapter 2: oh apa akan jadi seterusnya? kenapa ditamatkan macam tu aja? I hope Jongin was fine~
Ohshaadoh #6
GUYS ,f(x) comeback coming soon ,maybe this month .LETS Support them
ParkYeonRin #7
update soon ::))