BABY FEET

BABY FEET

BABY FEET

.

.

.

.

.

Sesuai dengan nama neneknya, begitu lahir bayi Kris diberi nama Sofia. Sebenarnya Kris sudah menyiapkan nama yang ia rasa akan cocok untuk bayi perempuannya. Tapi mendengar permintaan ibunya ia merasa tak tega untuk menolak. Istrinya pun setuju-setuju saja.

Bayi kecil mereka benar-benar menuruni bola mata kristal berwarna biru milik neneknya dulu. Hingga umurnya kini sudah memasuki tiga bulan, rambut-rambut halus mulai tumbuh di kepalanya.

“Kris..”

“Iya sayang?”

Kris menoleh dan memperhatikan istrinya sedang...

“Kau sedang apa?”

Pria manis itu menarik lengan besar Kris. Mereka mendekat pada box bayi Sofia yang tengah tertidur. Kris memandangi wajah mungil bayinya dan ia kurang mengerti kenapa Jong In mengajaknya mengamati bayi mereka.

“Kenapa dengan Sofia?” tanya Kris penasaran.

“Apa kau tidak sadar kalau rambut Sofia mulai tumbuh?”

Kris mengamati kepala putri kecilnya dan ia menemukan sesuatu yang baru saja dikatakan Jong In. Rambut-rambut Sofia mulai tumbuh rupanya. Kris tersenyum begitu antusias dengan perkembangan anaknya.

“Rambutnya pirang Kris..”

Jong In setengah berbisik takut membangunkan tidur putri kecil itu. Tangannya senantiasa mengusap kepala mungil Sofia dan sesekali mengecupnya sayang.

“Haha..putrimu benar-benar mirip dengan nenek.”

.

.

.

.

.

Sofia, bayi kecil lucu itu masih bermain dengan selimutnya sementara mulutnya tetap menyuarakan gigle-gigle kecil yang terdengar sangat lucu.

Oh...

Sepertinya bayi kecil itu sedang bermain sendirian di kamar, di atas ranjang ukuran orang dewasa, tanpa bantal di kanan kirinya! Bagaimana kalau sampai ia terjatuh?!

Kemana orang tuanya? Atau setidaknya sang ibu?

Sosok ibunya tengah tertidur rupanya. Lima belas menit yang lalu Jong In berniat memandikan Sofia yang setelah itu harusnya tidur siang. Namun rasa kantuk menyerangnya selepas menjemur pakaian-pakaian bersih yang sudah ia cuci tadi pagi. Setelah meletakkan Sofia di atas ranjangnya, ia hanya berniat akan merebahkan sebentar kepalanya yang sedikit pusing namun keinginan untuk tidur lebih dominan ia rasakan dan voila...

Putri kecilnya bermain sendirian sejak tadi tanpa dimandikan apalagi tidur siang.

“Jong In – sayang...”

Seorang pria tinggi membuka pintu kamar dimana Jong In dan Sofia berada. Ia sedikit terkejut mendapatkan putrinya yang sedang mencoba berguling di atas kasur dan sesosok lagi tengah tertidur dengan menumpukan kepalanya pada ujung ranjang sedangkan tubuhnya masih terduduk di lantai.

Ia mendekat, tanpa ragu mengangkat tubuh sosok itu dan membaringkannya di atas kasur. Kris, pria itu, memandang wajah lelah Jong In, istrinya. Ia mengambil lembaran tissue di meja nakas dan dipakainya untuk membersihkan peluh pada wajah Jong In. Pasti istri manisnya sangat lelah hari ini hingga tidak sadar sudah tertidur.

Kris beralih mengamati tingkah menggemaskan Sofia yang masih sibuk meremas-remas kain selimutnya. Bayi mungil itu, Kris sangat merindukannya.

“Sofia...putri kecil ayah..” Kris mendekati tubuh mungil Sofia lalu mengangkatnya tinggi-tinggi membuat bayi itu tertawa sangat nyaring. Sepertinya Sofia menyukai perlakuan Kris hingga kedua telapak mungilnya saling menghentak.

Pria itu menyadari bahwa Jong In belum sempat memandikan Sofia karena pakaian anaknya saja masih sama dengan tadi pagi saat ia berangkat ke kantor. Oh ya, hari ini Kris sengaja pulang lebih awal. Ia berencana mengajak keluarga kecilnya untuk berjalan-jalan, mungkin suasana di luar sana juga baik untuk perkembangan putri mereka. Tapi Kris mengurungkan niatnya saat melihat wajah lelah Jong In baru saja. Jalan-jalan masih bisa esok hari. Yang penting sekarang ia bisa cepat berada di rumah dan membantu istrinya menjaga putri kecil mereka yang sudah mulai aktif.

Dengan telaten Kris melepas pakaian Sofia lalu menggendong tubuh kecil itu sambil membawa pakaian kotornya ke keranjang cucian. Kris memasuki kamar mandi yang di sana sudah siap bak mandi ukuran kecil berisi air hangat kukuh. Ia meletakkan Sofia ke dalam air dengan menahan kepalanya agar tidak ikut terendam. Lalu telapak lebar Kris yang bisa menampung air lebih banyak dibanding milik Jong In segera membasuh pelan tubuh Sofia. Kris mengambil sedikit sabun khusus bayi dan kembali mengusap tubuh kecil putrinya.

.

.

.

.

.

Suara gigle bayi terdengar nyaring di telinga Jong In. Ia segera mengumpulkan segenap nyawanya yang tadi sempat melayang ke alam mimpi. Kepalanya refleks menoleh ke samping dan betapa ia sangat terkejut saat matanya tak menangkap kehadiran bayi kecilnya.

Jong In tergopoh-gopoh meninggalkan kamarnya dan beralih menuju kamar yang khusus diperuntukkan bagi Sofia.

Suara gigle itu semakin nyaring dan Jong In semakin was-was.

Jangan bilang seseorang sudah memasuki rumahnya dan sedang berusaha merayu Sofia agar bayinya tidak rewel ketika akan diculik. Oh jangan sampai itu terjadi!

Jong In membuka pintu kamar Sofia yang berwarna peach dengan cepat.

“Kris..”

Ia hanya bisa mematung ketika yang didapatinya tengah bermain bersama Sofia ternyata Kris, suaminya sendiri.

Merasa diperhatikan, Kris yg masih sibuk bercanda dengan Sofia melirik ke arah pintu dan menemukan Jong In di sana sedang menatap mereka.

“Oh hai sayang, kau sudah bangun?” Kris memberikan senyum terbaiknya pada Jong In. Melihat istrinya berjalan begitu lemas ke arahnya ia segera menangkap tubuh itu ketika hampir merosot ke lantai.

“Ada apa? Kenapa terlihat begitu lemas? Apa kau masih ingin istirahat?”

Ini dia satu kekhawatiran Kris. Jong In tidak begitu tahan terhadap rasa lelah, Sofia adalah anak pertama mereka otomatis itu adalah kehamilan pertama bagi istrinya. Dan beberapa bulan yang lalu Jong In baru saja beranjak dari usia ke-17. Masih terlalu muda sebenarnya bagi Jong In untuk melahirkan seorang malaikat kecil seperti Sofia. Kris takut Jong In terlalu memaksakan diri dan akhirnya jatuh sakit.

Jong In menggeleng, ia hanya berusaha menahan pelukan Kris agar lebih lama. Tubuhnya sedikit bergetar.

“Aku tidak apa-apa. Aku khawatir..tadi Sofia tidak ada di sampingku..”

Jong In menghela nafas pendeknya. Namun Kris masih sedikit kaget karena Jong In yang terlihat lain dari biasanya. Istrinya adalah seorang ibu yang ceria dan cukup aktif tapi sekarang dua penjabaran itu sejenak menghilang dari sosok Jong In. Kris melihatnya begitu bimbang saat ini.

“Sstt- semuanya baik-baik saja. Sofia bahkan masih tertawa kenapa ibunya cemas begini?” Kris kembali tersenyum dan segera menatap wajah Jong In. Mengecup sebentar bibir mungil istrinya lalu memeluknya untuk benar-benar meyakinkan Jong In bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Terasa di bagian dadanya, Jong In menghela nafas untuk kedua kalinya. Ia menarik kembali wajah Jong In memberikan senyum terbaik yang paling tulus.

Mereka berdua masih larut dalam suasana pelukan hangat sampai terdengar giggle dari mulut kecil Sofia. Jong In segera mendekat pada box bayi milik putrinya dan di sana gadis kecil itu segera mengangkat tangannya tinggi-tinggi begitu matanya menampak sosok sang ibu tengah tersenyum lembut padanya.

Jong In sangat senang anaknya tampak sangat aktif di bulan ketiganya. Ia meraih tubuh rentan Sofia dan menenggelamkannya dalam pelukan hangat seorang ibu. Bayi manapun pasti merasa sangat terlindungi begitu pelukan hangat ibunya melingkupi seluruh tubuhnya.

“Eoh..sayang kau sudah mandi? Harum sekali putri cantik ibu...”

Pria manis itu tertawa ketika Sofia berusaha membuat gelembung dari air liurnya.

“Hei..masih ada aku di sini. Sofia, bilang pada ibu kalau tadi kau merasakan mandi paling menyenangkan bersama ayah..hahaha.”

“Kau memandikan Sofia? Aku tidak percaya...” Jong In mencibir atas pengakuan Kris yang terlewat percaya diri. Ia kembali sibuk menimang tubuh putrinya yang semakin tertawa karena diangkat tinggi-tinggi.

.

.

.

.

.

Jong In mendengar tawa anaknya. Ia pikir suara-suara itu berasal dari mimpinya namun sepertinya tidak. Jong In membuka perlahan kelopak matanya dan suara itu tak sedikitpun berkurang volumenya. Itu berarti Sofia sedang terjaga.

Kedua kaki jenjang Jong In menapaki lantai marmer rumah mereka. Angin dingin sedikit membuat bulu romanya menegang. Kimono tidur yang membalut tubuh telanjangnya tak cukup melindungi dari hawa malam. Kulitnya masih tetap menggigil hingga ia tiba di kamar hangat putrinya, Sofia.

Tadi sebelum keluar dari kamar, ia mendapati bagian kasur Kris kosong. Mungkin suaminya ada di kamar mandi namun begitu melihat siluet tegak tengah menunduk ke dalam box bayinya, Jong In enggan untuk mengusik kebersamaan mereka. Sofia bayi mungilnya dan Kris suami terbaik dalam hidupnya. Jong In tersenyum kecil. Ia sangat jarang menemukan Kris terbangun dari tidurnya untuk memeriksa putri kecil mereka. Ia yakin rasa lelah yang mendominasi tubuh suaminya setiap pulang bekerja merupakan faktor utama mengapa Kris selalu menomorsatukan tidur malam sebagai waktu istirahat paling berharga.

Sebagai seorang istri yang tak pernah luput perhatian untuk suaminya, Jong In selalu memaklumi hal itu. Ia berusaha tetap berada dalam kondisi fit agar tidak merasa risih ketika harus terbangun di pagi buta untuk meladeni putri kecil mereka. Semuanya berjalan dengan baik dan Kris tidak pernah merasa terganggu dengan tangisan tengah malam Sofia karena Jong In dengan sigap akan mendiamkan bayi mungil itu secara mudah. Sofia sungguh terbuai dengan dekapan hangat dan lembut dari ibunya. Itulah mengapa bayi kecil itu tak pernah sampai membuat Jong In kerepotan. Meskipun kebiasaan menangis pada saat ibunya sedang bermimpi sudah seperti acara wajib keluarga kecil mereka, Jong In tak pernah mengeluh. Pria manis itu bahagia, dengan suara tangis Sofia itu artinya bayi kecilnya sungguh memerlukan perhatian ibunya setiap saat. Jong In sangat senang bisa mengasuh anaknya dengan usahanya sendiri, dengan kasih sayang yang tak pernah kurang sedikitpun karena ia tak ingin tangan lain yang memenuhi keperluan bayinya sehari-hari. Salah satu alasan kuat seorang Kim Jong In memutus pendidikannya di tengah jalan begitu ia mendapati dirinya tengah berbadan dua.

“Kalian sedang apa?” Jong In mendekati suaminya yang berdiri di sisi box Sofia.

Kris tak bergeming. Pria tinggi itu masih sibuk merunduk dan membuat rasa penasaran Jong In semakin menjadi-jadi ketika suaminya sama sekali tidak sadar dengan kehadirannya.

Lengan ramping Jong In memeluk pinggang Kris dari belakang. Ia menyembulkan kepalanya demi untuk melihat apa saja yang tengah dilakukan pasangan ayah dan anak itu.

Sofia semakin kuat menyuarakan tawa lucunya. Telapak kecil putrinya saling menepuk dan bola matanya tak lepas dari menatap ayahnya, sekali-kali bayi kecil itu harus menyipitkan kelopak matanya untuk meredam rasa geli yang berasal dari tindakan Kris.

Jong In melongok...

Ya ampun, dari mana pria dingin seperti Kris mendapatkan ide untuk menggelitiki telapak kaki putrinya? Rasanya Jong In tak bisa menahan tawa ketika Sofia memejamkan matanya lalu tertawa lebar setelah Kris menciumi jemari-jemari kecil kedua kakinya.

Kris mengangkat sedikit kaki-kaki Sofia dan memberikan banyak kecupan basah pada telapak serta jari kaki mungil anaknya. Gelak tawa Sofia tak henti mengisi ruangan kamarnya yang penuh dengan perlengkapan bayi.

Jong In melepas pelukannya pada tubuh Kris dan beralih lebih dekat pada sisi box bayi kecilnya. Ia memperhatikan bagaimana Kris dengan penuh cinta mengajak Sofia bercanda dan akhirnya bayi kecil mereka tak bisa menahan tawa. Gigle-gigle kecil kemudian berhasil meredam tawa itu setelah beberapa saat Kris mulai mengurangi intensitas kecupannya pada kaki mungil Sofia.

Kris meletakkan kembali kaki putrinya dan Jong In beralih merubah posisi berbaring Sofia menjadi agak menyamping. Sedikit tepukan pada punggungnya dan bayi itu kembali tertidur sambil mengemut ibu jari tangan kanannya.

Mereka belum juga beranjak dari memandangi Sofia yang sudah pulas tertidur. Tak satupun dari Kris dan Jong In ingin beranjak meninggalkan bayi kecil itu dan terus tersenyum di sisinya.

“Oh sayang..aku sangat bahagia.”

Hmm?

Jong In terdiam, menyuarakan pertanyaannya hanya lewat gumaman pelan. Tumben sekali pria yang sedetik lalu memeluknya ini tiba-tiba berkata bahwa ia sangat bahagia.

“Ada apa? Kenapa tiba-tiba pangeran tampanku merasa sangat excited malam ini?”

Jong In bertanya dan tentu tak sabar akan jawaban Kris.

“Aku sangat bahagia memilikimu sayang..”

Hihihi...

Hanya terdengar kikikan Jong In yang merasa sedikit geli dengan tingkah Kris. Berkata hal-hal romantis bukanlah watak seorang Kris terlebih tanpa pancingan. Kris biasanya akan membalas dengan kata-kata romantis begitu Jong In menggodanya dengan kalimat-kalimat cinta.

I love you Kris...”

Jong In membalik tubuhnya dan sekarang matanya sudah menangkap tepat pada bola mata Kris yang berwarna coklat cerah. Tangannya terangkat dan Kris membiarkan jemari istrinya bergerak lembut mengusap setiap bagian wajah tampan itu.

Beberapa saat kemudian Jong In menurunkan tangannya, mengundang Kris untuk kembali dari buaian lembut Jong In. Istrinya tengah tersenyum menatapnya, senyum yang begitu cantik dan anggun. Kris tergila-gila pada senyum itu, senyum yang membawanya dapat memiliki Kim Jong In, istri cantik yang tiga bulan lalu memberikan kebahagiaan luar biasa saat putri kecil mereka akhirnya melihat dunia.

Jong In tak perlu mendengar balasan atas ucapannya, karena tatapan Kris yang sarat cinta adalah satu-satunya jawaban atas pernyataannya.

Kris memberi kecupan hangat pada bibir Jong In. Membiarkan istrinya tahu seberapa besar cintanya, seberapa besar kebahagiaan yang sudah diberikan Jong In dalam hidupnya. Semuanya tidak lepas dari kesabaran mereka menjalin hubungan dulu. Bahkan mungkin sampai sekarang mertuanya enggan untuk bertemu muka dengannya.

Hah..sudahlah.

Dengan keadaan seperti sekarang, Kris berjanji akan setia mempertahankan kebahagiaan keluarga kecilnya. Suatu saat ia harus membuktikan pada orang tua Jong In bahwa hubungan mereka selalu dipenuhi rasa sayang dan cinta.

“Istirahatlah.. Sofia sudah minum susu tadi. Maaf aku takut membangunkanmu saat mendengar Sofia menangis..” Kris mempertahankan senyumannya meskipun Jong In dapat membaca jelas raut kelelahan yang sangat pada wajah Kris.

“Harusnya kau yang istirahat lebih banyak Kris. Aku tahu kau lelah dan aku tidak mau kalau sampai suamiku jatuh sakit.”

Jong In mengelus pipi pucat Kris yang sangat kontras berbeda dengan warna kulitnya yang agak tan.

Oh ayolah, bahkan semua itu terkesan seksi di mata Kris.

“Baiklah istri cantikku, ayo kita tidur.”

Kris dengan mudah mengangkat tubuh ringan istrinya, dan pria manis dalam dekapan suaminya itu tak segan-segan untuk menelusupkan kepalanya jauh lebih dalam pada dada Kris mencari kehangatan lebih banyak.

.

.

.

.

.

END

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
mpreggoland
#1
Chapter 3: KaiRis's moment was so details! I love it! ^^
I can't wait for the second baby to be born healthy...hehe
PatriciaEdward #2
Chapter 2: Awww!!! Ini tuh cute banget!!! Beda dari yang lain!! Update soon please!!
Christian_Wu
#3
jujur, cerita ini baguuuuss banget menurut saya.. It's so beautiful I just can imagine Kris and Kai having a baby girl. I can imagine them being all lovey dovey in their own ways. It's nice to read a kriskai fic that doesn't need in it (not that I'm complaining, I love kriskai no matter what lol) tp ini ky sesuatu yg fresh. serius sy sukaaa banget sm fic ini

saya harap jibyung-sshi mau melanjutkan ny.. sy lyat ff ini d ffn juga, sy heran kq dikit banget yg komen ny .__.

I do hope that you will keep writing fics. Sy suka sm bahasa yg kamu gunakan ;) sopan, baku dan..kesan ny halus apalagi pas sy baca ' Sofia.. putri kecil ayah' aaahh melting~

anyways, maaf ramble. but you deserves compliment ;) hwaiting~
persephonehmn #4
Chapter 2: kenapa digantung?akhirnya ada juga drabble kriskai yang berbeda.kekekke
harus dibuat banyak yah.bahasanya sopan dan baku.semangat ^o^ d=(´▽`)=b
mpreggoland
#5
Chapter 2: oh apa akan jadi seterusnya? kenapa ditamatkan macam tu aja? I hope Jongin was fine~
Ohshaadoh #6
GUYS ,f(x) comeback coming soon ,maybe this month .LETS Support them
ParkYeonRin #7
update soon ::))