Part 1

Never Ending Song
Please Subscribe to read the full chapter

“Hngggg….”

Lenguhan kecil terdengar dari balik selimut, bersamaan dengan gerak sepasang lengan panjang terjulur menyibak selimut yang menutupi wajah seorang namja. Sinar hangat matahari pagi yang menerobos melalui tirai jendela membuat sepasang mata besar itu terbuka. Kelopak matanya bergerak naik turun, berusaha menyesuaikan bias cahaya yang masuk ke pupil matanya.

Sekali lagi dia menguap, seraya meregangkan otot-otot tubuhnya. Seharusnya tubuh tingginya sudah bisa beradaptasi dengan ‘tempat tidur’ barunya. Mengingat, sudah cukup lama dia tidur dengan posisi meringkuk di atas sofa, berhubung sofa itu tidak cukup besar untuk menampung tubuh jangkungnya.

Bukannya dia terlalu miskin sehingga tidak memiliki uang untuk membeli tempat tidur yang layak. Bukan pula karena dia terlalu sayang dengan sofa tua itu, hingga mengabaikan kasur empuk yang ada di dalam kamarnya. Dia tidak sebodoh itu. Hanya saja, sejak seminggu yang lalu dia merelakan ‘zona nyamannya’ itu untuk dihuni oleh seorang namja yang ditolongnya saat hujan salju malam itu. Dia sendiri juga tidak tahu dimana akal sehatnya berada, saat dengan santainya dia mengajak namja itu untuk tinggal bersama dengannya, seperti memungut kerikil yang bertebaran di jalanan.

Dan entah alasan apa yang membuatnya bersikeras menyuruh namja itu untuk tinggal, ketika namja asing itu terlihat ingin menolak tawarannya. Tentu saja, siapa pun pasti akan berpikir seribu kali untuk menerima tawaran seperti itu, apa lagi orang yang menawarkan hanyalah seorang namja biasa yang memiliki kehidupan biasa-biasa saja. Tidak ada bagian dari dirinya yang bisa menjadi alasan untuk menghidupi orang lain. Sungguh, menghidupi dirinya sendiri saja bukanlah hal yang mudah.

Yah, memang sebuah pilihan yang tidak masuk akal. Dilihat dari sudut manapun, keputusan itu sangat berisiko. Tidak ada yang bisa menjamin, bahwa namja yang telah ditolongnya itu tidak akan berbuat hal-hal yang buruk padanya. Dia bahkan tidak tahu sedikitpun informasi tentang namja asing itu, termasuk identitasnya. Padahal dia sangat yakin kalau namja itu tidak menderita luka di kepala yang bisa menyebabkan gangguan pada memorinya. Namun, kenapa ia bahkan tak mengingat namanya sendiri?

Tapi, semua asumsi itu tidak mampu meredam keinginannya untuk mengambil tanggung jawab terhadap namja asing itu. Sebuah tanggung jawab untuk melindungi namja itu. Seorang namja yang sejak semalam ‘resmi’ menyandang sebuah identitas baru.

Lay

Identitas yang diberikan oleh seorang namja tinggi yang masih bergelung di balik selimut, di atas sofa. Seorang namja tampan bernama…

Park Chanyeol

Masih dalam keadaan setengah sadar, Chanyeol menegakkan punggungnya, lalu duduk bersandar pada sofa. Tangannya bergerak mengusap matanya yang masih terasa berat. Sambil mengacak rambut coklat gelapnya, dia bergerak meninggalkan sofa. Kaki panjangnya melangkah ke arah dapur kecil. Di sana dia melihat sosok lain tengah sibuk menyiapkan sarapan.

“Selamat pagi, Lay…” sapa Chanyeol sembari menarik kursi, kemudian mendudukkan tubuhnya disana.

Mendengar namanya disebut, sosok itu membalikkan tubuhnya. Dia lantas mendekati meja makan sambil membawa dua cangkir teh hangat.

“Selamat pagi, Chanyeol-ssi…”ucap Lay, setelah meletakkan cangkir yang dibawanya di atas meja makan. Dia menatap Chanyeol yang sedang sibuk memijat bahunya sendiri. Meskipun namja tinggi itu selalu terlihat ceria dengan senyumannya, Lay masih bisa melihat gurat keletihan di wajah tampan itu. Dan Lay merasa, kalau dirinya lah yang menjadi penyebab meredupnya sinar di wajah Chanyeol pagi itu.

“Chanyeol-ssi…” panggil Lay, tanpa menatap wajah Chanyeol.

“Ehmm…”gumam Chanyeol, lalu menatap Lay yang berdiri diseberang meja makan.

Lay mengigit bibir bawahnya,”Sebaiknya, kau tidur di kamar saja. Biar aku yang tidur di sofa”ujarnya pelan.

“Tidak perlu, Lay. Kau adalah tamuku. Tidak mungkin aku membiarkan tamu ku tidur di sofa. Aku tidak sekejam itu sebagai tuan rumah”

Walaupun sebenarnya kata ‘tamu’ tidak tepat untuk Lay, mengingat dia sudah hampir seminggu tinggal di tempat Chanyeol. Waktu yang cukup lama untuk bertamu di rumah orang yang tidak mempunyai hubungan apapun dengannya.

“Tapi—“

“Tidak perlu dipermasalahkan lagi. Aku sendiri yang ingin melakukannya, jadi kau tidak perlu merasa bersalah” potong Chanyeol. Matanya tidak pernah lepas dari Lay yang sejak tadi tidak mengangkat wajahnya.

“Aku tetap merasa tidak enak padamu. Meskipun kau hanya ingin membantuku, tidak seharusnya aku menjadi beban untukmu. Tidak seharusnya aku merepotkanmu. Kau sangat baik hingga mau menampung orang asing seperti ku di dalam rumahmu. Aku sama sekali tidak meragukan niat tulus mu, Chanyeol-ssi. Hanya saja aku…merasa tidak pantas untuk menerima semua kebaikan darimu”

Sejenak Chanyeol terpaku. Mungkin ini adalah kalimat terpanjang yang pernah diucapkan Lay sejak tinggal bersamanya. Karena biasanya Lay hanya menjawab singkat setiap pertanyaan Chanyeol, meskipun dia lebih banyak menjawab dengan terdiam.

Chanyeol menghela napas. Ini bukan kali pertamanya mereka membahas ini.

“Apa yang membuatmu merasa tidak pantas menerimanya?”

Pertanyaan Chanyeol membuat Lay mengangkat wajahnya. Hanya menatap sekilas, namja berwajah manis itu kembali menunduk.

“Kau tidak mengenalku… Aku pun juga tidak mengenalmu. Aku adalah orang asing untukmu, begitupun sebaliknya. Tidak ada alasan yang membuatmu harus menolongku…”

Chanyeol menyisir rambutnya yang berantakan dengan jemarinya. Dia tak langsung menjawab. Sesaat menyimak wajah namja dihadapannya. sementara di detik yang sama, benaknya disibukkan oleh usaha untuk menyusun kalimat yang tepat untuk menanggapi pernyataan Lay. Dia tidak habis pikir, namja manis itu senang sekali membuat otaknya bekerja lebih keras dari biasanya.

“Ya, memang benar aku tidak tahu apa-apa tentang dirimu. Dan aku juga tidak punya alasan khusus untuk menolong orang asing seperti mu. Tapi… apakah ada larangan untuk menolong orang lain? Apakah aku harus tahu seluk beluk orang yang akan aku tolong? Apakah rasa kemanusiaan tidak cukup menjadi alasan untuk memberikan pertolongan, bahkan untuk orang asing sekalipun?”

Mata mereka kembali bertemu. Kali ini lebih lama dari sebelumnya. Membuat Chanyeol memiliki banyak waktu untuk menilik lebih dalam ke sepasang mata coklat itu. berharap dia bisa membaca apa yang sedang berkecamuk dalam pikiran Lay.

Namja tinggi itu yakin, kalau Lay sesungguhnya memahami setiap deret kalimat panjang yang diucapkannya. Hanya saja kebisuan namja manis itu, mengatakan bahwa masih ada segores keresahan di hatinya.

“Lay…” Suara berat itu kembali menyebut nama itu.

“Ehmm… Anggap saja saat ini kau tinggal bersama seorang teman. Kau tidak perlu merasa sungkan padanya, karena dia adalah temanmu. Dan seorang teman tidak akan menuntut balasan apapun atas semua kebaikannya. Karena itu lah gunanya teman…” ucap Chanyeol yang diakhiri dengan sebuah senyuman khasnya.

Lay terpaku,” Chanyeol-ssi…”lirihnya.

Sorot mata namja manis itu berubah bingung. Dia tidak tahu, apakah Chanyeol terlalu baik atau terlalu bodoh, hingga bisa mengatakan hal seperti itu tanpa pertimbangan sedikitpun. Cukup lama Lay tinggal bersama Chanyeol, tapi tetap saja dia belum terbiasa dengan pola pikir namja itu yang terlalu…polos. Hal itu membuatnya semakin merasa bersalah. Dia merasa seperti memanfaatkan kebaikan namja tampan itu. walaupun dalam hati, dia juga tidak menginginkan Chanyeol menyuruhnya untuk pergi. Dari pada terlantar dijalanan dengan resiko yang sangat besar akan ‘tertangkap’ oleh pria-pria berjas itu, Lay lebih memilih alternative paling ‘aman’, yaitu dengan bersembunyi di tempat Chanyeol.

“Bagaimana? Kau mau mengaggapku sebagai temanmu?”

Suara Chanyeol membuat Lay tersadar dari lamunanya. Sekali lagi dia menatap wajah Chanyeol yang masih setia dengan senyumnya. Hingga akhirnya,”Aku mau, Chanyeol-ssi…”

“Kalau begitu mulai dari sekarang jangan panggil aku ‘Chanyeol-ssi’, panggil saja namaku. Itu terdengar lebih baik…”

“Tapi—“

“Kau menganggapku sebagai seorang teman kan?”

Lay mengangguk.

“Kalau begitu tidak ada alasan bagimu untuk menolak permintaanku”

Lay menghela napas. Dia tidak punya jawaban lain, selain…

”Baik…Chanyeol-ah”

Senyuman di wajah Chanyeol semakin melebar.

“Ayo sarapan…”ujarnya bersemangat.

***A_V***

Suhu udara yang mulai naik, membuat langit kota Seoul tidak lagi menjatuhkan butiran-butiran putih seperti kapas. Melainkan butiran-butiran bening berbentuk kristal cair yang akan menimbulkan suara yang cukup nyaring ketika mendarat di permukaan bumi.

Dari bingkai jendela, Lay menatap ke luar dengan gelisah. Sesekali matanya melirik ke arah jam yang tergantung di dinding, lalu kembali menatap ke luar jendela. Hujan yang turun semakin deras membuat pandangannya buram. Langit yang berwarna hitam pekat, membuat suasana malam itu terasa mencekam.

“Chanyeol-ah…” gumam Lay.

Gurat kecemasan terlukis dengan jelas di wajah namja manis itu. Malam semakin larut, tapi Chanyeol belum juga pulang. Tidak bisa dipungkiri, kalau Lay merasa sangat khawatir tentang namja tinggi itu. Dia lantas mengambil payung, lalu bergegas menuju pintu. Dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

Kreekk…

“Aku pulang…”

Belum sempat tangan Lay menyentuh gagang pintu, pintu itu terdorong masuk memperlihatkan sosok namja yang basah kuyup. Kedua tangannya memegang tas gitar yang digunakan sebagai ‘payung’ di atas kepalanya.

“Chanyeol-ah…!!” seru Lay. Reflex dia menarik tangan Chanyeol untuk masuk ke dalam rumah. Tetes air yang mengalir dari tubuh Chanyeol membasahi lantai.

“Hujan di luar benar-benar mengerikan…”ujar Chanyeol seraya menaruh tas gitarnya di lantai. Namja tinggi itu lantas melepas mantelnya yang terasa berat karena terlalu banyak menyerap air hujan. Sebelah tangannya mengusap wajahnya yang basah akibat tetesan air yang mengalir dari sela-sela rambutnya yang basah. Tetesan itu terus mengalir menyusuri leher Chanyeol, hingga menghilang dibalik t-shirt putih yang kini tampak transparan. Membuat lekuk tubuh bagian atas namja tinggi itu terlihat.

Sreett…

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
xingiefan #1
Chapter 7: Bakal ngira happy ending ama chanyeol
Ternyata sama kris
Daebakk lah ceritanya buat ane ampe nangis
JauziaYusiHN
#2
Chapter 7: ah, pliss... jgn pisahkan ChanLay couple... T_T suer, aku nangis beneran ngebaca ni ff. keren dah ceritanya. walau agak kecewa karena berakhir dgn KrAy couple. tp nggak papa lah. biar Chanyeol buat Hyoyeon eonni #HyoChanShipperjuga atau nggak buat aku #Plakk , hehe... nice story! thank you, thor for this fanfiction. kami selalu mendukungmu! muah :* <3

*NB:sering2 buat ff chanlay couple ya thor. atau sekali2 buat HyoLay sama HyoChan couple, hehe #readerngelunjak :v
MaiXingYeol1027 #3
Chapter 7: Wow,sedikit terlambat untuk membacanya.sebenernya aku udh baca sampe chapter 4 di blognya kak author tp karena chapter 5 nya di password jadi gk tek lanjutin,hehe..
Untuk endingnya menurutku masih sedikit menggantung,karena menyisakan cukup banyak pertanyaan,seperti 'kenapa kris dulu ninggalin lay?' 'Bagaimana bisa chanyeol selamat?''apa yg membuat lay kabur waktu itu?'.harapanku sih dibikin sequel biar semuanya jelas,tuntas,dan tdk ada kesalahpahaman yg berkelanjutan/?.yg terakhir good job kak author,keep writing ya.sering2 aja bikin ff pair nya ChanLay,mereka bias aku semua soalnya,hehe.. :D
Tikakyu #4
Chapter 7: Hah??? Kenapa LAY malah balik ke kris, pdhal aku harap selamanya bersama CHANYEOL.

Hah sangat disayangkan mereka bubar......:(:(:(
styleunicorn #5
Chapter 7: chapter 7 : nice story...
padahal aq berharap yixing truz bareng ma chanyeol..tp trnyta sma kris ya.
hilwani #6
Chapter 7: tak adakah niat untuk membuat sequelnya??? sungguh...saya penasaran kenapa yixing jadi benci gitu ama kris??? apa alasan kris meninggalkan yixing dulu?? knapa yixing kabur dari rumahnya.....masa lalu kris ama yixing itu gimana....ah....terlalu banyak yah pertanyaan saya ^__^
lukailukai8
#7
Chapter 7: TuhanKu....ini Nyesek lho demi Apa -,-

sequel thor :D
florezzta #8
Chapter 7: verita nya bagus . gag nyangka ending nya bakalan kray bukan nya chanlay .. sempet nangis juga ..
XiahKy #9
Chapter 7: jadi.. ttp kray kan.. kan udh ada baekkie gantiiin lay.. xD nice story
sorahsorah
#10
Chapter 7: Mama.... Ceritanya bagus.
Aku selalu bilang kalo aku suka gaya bahasa tulisan kamu.
Rasanya beda gitu, kaya' punya kelas sendiri, singkat kata nggak kacangan.
Bagus bagus. Aku suka.
Semangat ya! Makasih