indonesian version

Ooops!! I am trapped

“Dongwoon-ah, pakailah kalung ini. kalung ini akan membawamu menemui cinta sejatimu.” Pesan sang kakek.

Dongwoon mengingat kata-kata sang kakek saat melihat sebuah kalung di dalam kotaknya. Kalung yang berbentuk seperti lempengan koin dengan coak yang cukup besar sehingga membentuk sebuah huruf C. Kalung tersebut diberi oleh kakeknya waktu dia kecil. Dongwoon segera mengenakan kalung tersebut. Dia juga segera berpakaian. Pakaian lengkap dan rapi. Hari ini adalah hari pertamanya memimpin perusahaan, menggantikan ayahnya yang sudah meninggal.

“para dewan direksi yang terhormat, perkenalkan namaku Son Dongwoon. Mulai hari ini aku  yang akan menggantikan posisi ayahku. Mohon bimbingan kalian semua.” Sapa Dongwoon yang sedang berada di ruang rapat direksi.

Son Dongwoon, seorang anak pemilik perusahaan Son Dam Group, salah satu perusahaan terbesar di Korea-Amerika. Ayahnya telah meninggal dunia 3 bulan yang lalu di amerika. Kini dia tinggal sendirian di Korea untuk mengurus cabang perusahaan keluarganya itu. Sedangkan ibunya mengurus perusahaan yang ada di Amerika. Karena parasnya, orang sering mengira dia keturunan korea-arab, padahal Dongwoon keturunan asli korea. Karena itulah, Dongwoon sangat membanggakan ketampanannya tersebut. Bahkan dia dengan bangganya, menyebut dirinya sendiri dengan sebutan Arabic Prince.

 

“argh! Tidak! Aku terlambat!” panikku saat melihat jam tangan menunjukkan angka 8. Aku terburu-buru memasuki gedung kantor. Ini adalah hari pertamaku bekerja. Mulai hari ini aku akan bekerja sebagai karyawan perusahaan Son Dam Group.

“semuanya, hari ini kita kedatangan teman baru. Perkenalkan, ini adalah Baek Ji Eun. Mulai hari ini dia akan bekerja bersama dengan kita.” Ucap ketua tim.

“salam kenal dan mohon bimbingannya” sapa Ji Eun

Baek Ji Eun, seorang gadis biasa yang berjuang untuk hidupnya sendiri. Ayah dan ibunya sudah meninggal dalam sebuah kecelakaan sejak dia remaja. Karena itulah, dia sudah terbiasa bekerja dibeberapa tempat dalam sehari demi mempertahankan hidupnya.

Setelah jam pulang kantor, Ji eun segera menuju restorant tempat dia bekerja paruh waktu. Disana dia bekerja sebagai pelayan restorant dan dibayar per jam. Dia bekerja di restorant tersebut hanya 4 jam setelah itu dia pergi ke sebuah club. Di club tersebut, dia bekerja sebagai pelayan juga.

“mari kita bersulang. Cheerrss!!!” ucap salah satu dewan direksi.

Dongwoon dan para dewan direksi sedang mengadakan pesta penyambutan untuk Dongwoon di salah satu ruang VIP club tersebut. Ditemani beberapa gadis penghibur yang cantik-cantik, mereka berpesta ria malam itu hingga mabuk berat.

“kau mau kemana, Dongwoon?” tanya Pak Jang dengan setengah sadar.

“toilet. Aku mau ke toilet.” Jawab Dongwoon yang setengah sadar juga.

Dongwoon berjalan keluar ruangan dengan sempoyongan. Menuju ke arah toilet. Karena dia mabuk berat, membutuhkan waktu untuk bisa mencapai toilet. Beberapa saat dia menyandarkan diri di dinding atau di railing agar pandanganya bisa fokus. Di tengah perjalanan, Dongwoon ditabrak seseorang hingga dia terhuyung-huyung ke arah tangga. Ji eun, yang baru keluar dari salah satu ruangan VIP, berusaha menangkap Dongwoon agar tidak jatuh dari tangga. Namun, kekuatannya tidak mampu menopang Dongwoon yang tidak bertenaga itu. Hingga akhirnya Dongwoon dan Ji eun terjatuh dan terguling dari atas. Pengunjung club pun menjadi gempar.

“Ji Eun!!! Sadarlah!!” panik Ha na, teman kerjanya Ji eun. Dia mendapatkan Ji eun dalam keadaan tidak sadar dan keningnya terluka. Mengeluarkan banyak darah.

“tuan Dongwoon!! Bangun tuan Dongwoon!!” panik sekretaris pribadinya Dongwoon yang bernama Yoon Doojoon. Mabuknya hilang seketika saat mendapatkan kabar bahwa Dongwoon terjatuh dan tidak sadarkan diri.

“cepat bawa mereka ke rumah sakit!” perintah manager pengelola club.

Setibanya di rumah sakit, Dongwoon dan Ji eun dimasukkan ke dalam ruang gawat darurat agar segera mendapatkan pertolongan. Ternyata mereka tidak mengalami luka serius. Namun, mereka masih belum sadar karena terkejut. Lalu mereka dipindahkan ke kamar pasien. Tidak dalam satu ruangan, melainkan berseberangan.

 

Keesokan paginya, Dongwoon mulai sadar. Dia membuka kedua matanya. Dilihatnya langit-langit atap rumah sakit.

“hm? Ini bukan kamarku, dimana aku?” pikir Dongwoon

Dongwoon berusaha untuk bangun tapi kepalanya pusing sekali. Ditambah dengan rasa sakit pada luka di keningnya.

“Eo?? Rumah sakit?? Ada apa denganku??” tanya Dongwoon bingung.

Lalu Dongwoon berjalan ke kamar mandi. Namun, dia berhenti tiba-tiba. Tunggu dulu! Dia merasa ada yang aneh dengan sosok bayangan yang ada di dalam cermin kamar mandi. Dongwoon menoleh perlahan-lahan menghadap cermin.

Dongwoon membelalakan matanya. Dia terkejut dengan bayangannya di cermin. Dia memukul-mukul wajahnya yang berparas wanita. Dia berharap ini hanya mimpi. Dia melongok ke dalam kerah bajunya.

“AAAAAAAGHHHHH!!!!!!” teriak Dongwoon dan Ji eun di kamarnya masing-masing.

Mereka berdua sangat terkejut mendapati tubuhnya berubah. Dongwoon menjadi seorang wanita, sedangkan Ji eun berubah menjadi seorang pria.

“apa yang terjadi denganku?? Kemana wajahku yang tampan itu??” tanya Dongwoon shock.

 “siapa pria ini?? Mengapa aku jadi begini?? Mengapa aku jadi seorang pria??” tanya Ji eun panik.

Dongwoon dan Ji eun bergegas keluar dari kamar untuk mencari dokter atau perawat. Mereka ingin bertanya mengapa terjadi seperti ini. Mengapa mereka bisa berubah. Dongwoon dan Ji eun membuka pintu kamar pasien secara bersamaan.

“AAAAAAAAAGGGGHHH!!!!!” sekali lagi mereka berteriak.

Mereka sangat terkejut karena dapat melihat sosok dirinya sendiri berdiri di hadapan mereka.

“a, ada apa tuan Dongwoon?? Ada yang sakit??” tanya Doojoon panik saat mendengar Ji eun berteriak.

“siapa kau??” tanya Ji eun

“sekretaris yoon!” panggil Dongwoon

“nona siapa?? Bagaimana tahu namaku??” tanya Doojoon bingung. Bagi Doojoon, yang memanggilnya adalah seorang wanita, bukan Dongwoon.

“ini aku dongwoon” ucap Dongwoon

Doojoon hanya mengernyitkan dahinya. Heran. Menurut Doojoon, gadis itu sudah gila.

“ha.. haha.. hahaha.. nona jangan bercanda. Tidak lucu.” Ucap Doojoon

“YA!! KAU!!” marah Dongwoon

Doojoon bergegas membawa bosnya masuk dan mengunci pintunya agar gadis gila itu tidak melukai Dongwoon.

“pheww.. gadis gila.” Gumam Doojoon

DUKK. DUKK. DUKK.

“YA!! Sekretaris yoon!! Buka pintunya!!” teriak Dongwoon dengan menggedor-gedor pintu kamar tersebut. Dia berusaha agar dapat masuk ke kamar tersebut.

“hmm, bagaimana dia tahu namaku??” gumam Doojoon bingung

“tuan, siapa gadis itu?? Kau mengenalnya?? Mengapa dia mengaku-aku sebagai dirimu?? Apa dia mantanmu??” tanya Doojoon

“kau siapa?” tanya Ji eun bingung

“tuan Dongwoon, ini aku, sekretaris yoon, sekretaris pribadimu.” Jawab Doojoon bingung

“Dongwoon?? Siapa itu??” tanya Ji eun lagi

Doojoon hanya diam. Bingung dan bertanya-tanya. Ada apa dengan atasannya tersebut.

Sementara itu, Dongwoon yang masih berteriak-teriak dan menggedor-gedor pintu diamankan oleh pihak security karena mengganggu kenyamanan rumah sakit. hal tersebut disaksikan oleh orang-orang yang ada di sekitar. Dongwoon dibawa ke kamarnya kembali dan diberi suntikan penenang oleh perawat.

 

“dokter, apa bos saya terkena amnesia?” tanya Doojoon yang menemui dokter yang menangani Dongwoon.

“tidak, dia baik-baik saja. Hanya luka ringan.”

“lalu kenapa dia tidak mengenal dirinya??”

“mungkin saraf otaknya masih shock sehingga membuat dia tidak bisa mengingat dengan baik. Tapi itu bukan masalah karena akan segera membaik.”

 

Ji eun sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Begitu pula dengan Dongwoon, namun dia masih belum sadarkan diri.

“saya siapkan mobil dulu. Tolong tunggu sebentar disini.” Ucap Doojoon. Ji eun hanya menganggukkan kepalanya.

Lalu setelah Doojoon meninggalkan kamar pasien, Ji eun mengintip dari balik pintu untuk melihat apakah Doojoon sudah pergi jauh. Setelah memastikan keadaan, Ji eun menyebrangi kamar. Kamar dimana Dongwoon sedang terbaring. Dengan tubuh Dongwoon yang tinggi tegap, Ji eun menggendong Dongwoon dan meletakkannya di kursi roda. Lalu kabur dari rumah sakit tersebut.

Dongwoon mulai sadarkan diri. Dibuka kedua matanya perlahan-lahan. Tapi bukan langit-langit rumah sakit yang dilihatnya. Sebuah kamar.

“hmm? Dimana aku??” pikir Dongwoon

“kau sudah sadar” ucap Ji eun saat masuk ke kamar

Dongwoon terdiam. Terkejut melihat dirinya berbicara dengannya. Sejenak dia teringat kembali apa yang sudah terjadi.

“YAA! Kau harus tanggung jawab. Kenapa aku bisa ada di dalam tubuhmu??” tanya Dongwoon dengan mengguncang-guncangkan Ji eun

“urghh! Lepaskan! Aku mana tahu.” jawab Ji eun

“bohong! Kau pasti menggunakan ilmu hitam untuk  mengguna-guna aku!” ucap Dongwoon. Ji eun melotot padanya.

“lalu kita harus bagaimana?” tanya Dongwoon pasrah. Ji eun hanya mengangkat kedua bahunya, tanda bahwa dia juga tidak tahu harus berbuat apa.

RRRR.... RRRR....

“tuan, kau dimana?? Daritadi kutelepon tapi tidak dijawab. Segeralah pulang, tuan.” Ucap Doojoon di telepon.

“baiklah” jawab Ji eun

“orang ini dari tadi meneleponmu terus. Pulanglah.” Ucap Ji eun ke Dongwoon

“mana bisa aku pulang kalau aku seperti ini?”

“ah, benar juga. Kita tidak tahu apa yang terjadi dengan kita, mengapa kita bisa seperti ini, dan bagaimana caranya untuk kembali seperti semula. Mulai sekarang kau adalah aku dan aku adalah kau.” Kata Ji eun. Dongwoon mengangguk-anggukkan kepalanya.

“alamat rumahmu.” Pinta Ji eun

“buat apa?” tanya Dongwoon bingung

“aku kan harus pulang ke rumahmu.” Jawab Ji eun

“lalu aku?”

“kau tinggal disini. Ini kan rumahku.”

“tidak mau. Rumah ini terlalu kecil untukku. Bahkan tidak ada setengah dari kamar mandi rumahku.”

“ya sudah kalau begitu. Kamu pulang saja ke rumahmu yang besar itu.”

Dongwoon memanyunkan bibirnya. Dia tahu dia tidak bisa pulang dengan tubuh ini.

Dengan terpaksa, Dongwoon memberikan alamat rumahnya. Sedangkan dia harus tinggal di rumah yang sangat kecil ini.

 

“tuaannn! Kau kemana saja? Aku mencarimu di rumah sakit.” cemas Doojoon

“aku lelah. Aku mau tidur. Dimana kamarku?” tanya Ji eun

Doojoon segera menunjukkan kamar Dongwoon. Doojoon sebagai sekretaris pribadinya Dongwoon harus tinggal di rumah Dongwoon. Itu merupakan perintah dari ibunya Dongwoon agar ada yang menemani dan mengawasi Dongwoon, baik di perusahaan maupun di rumah.

RRRR... RRRR....

“halo?”

“YA!! Ini rumah atau sarang kecoak??” protes Dongwoon. Padahal hanya ada dua ekor kecoak yang numpang lewat.

“semprot saja dengan obat pembasmi serangga.” Ucap Ji eun santai lalu menutup teleponnya.

“tuutt.. tuttt..”

“cewek ini benar-benar... aishh..!” geram Dongwoon kesal. Dia mengepalkan tangannya ke arah handphonenya.

Lalu Dongwoon memakai masker dan menyemprotkan pembasmi serangga sebanyak-banyaknya di ruangan tersebut agar tidak ada serangga lagi yang berkeliaran.

RRRR... RRRR...

“ada apa lagi?!!” tanya Ji eun kesal

“rumahmu tidak ada AC, kulkas juga tidak ada isinya, tidak ada TV. Bagaimana kau bisa hidup selama ini?” tanya Dongwoon

“mati saja kau!!” kesal Ji eun lalu menutup teleponnya. Dia lempar handphonenya ke kasur.

“ah~ aku lapar~” keluh Doojoon memegangi perutnya lalu meringkuk.

“lebih baik aku mandi” ucap Ji eun. Lalu langkahnya terhenti. Dia baru sadar bahwa ini bukan tubuhnya. Seketika matanya terbelalak. Menyadari sesuatu. Dia segera meloncat ke kasur dan meraih handphonenya.

“halo” jawab Dongwoon lemas, masih dengan posisi meringkuk.

“ya! Kau belum mandi kan?” tanya Ji eun

“belum, waeyo?” tanya Dongwoon. Tak lama, Dongwoon tersenyum. Evil smile. Muncul sebuah ide brilian di kepalanya. Dia segera duduk kembali dengan semangat.

“jangan mandi! Kau tidak boleh mandi!” larang Ji eun

“apa kau gila? Mana bisa aku tidak mandi. Sudah ah, aku mau mandi.” akting Dongwoon. Dia tertawa tanpa mengeluarkan suara.

“ANDWE!!! Tetap disitu!! Aku akan menjemputmu!” perintah Ji eun lalu menutup teleponnya dengan segera.

“wkwkwkwk” tawa Dongwoon. Tawa kemenangan.

Tak berapa lama, Ji eun kembali ke rumah Dongwoon. Tentunya bersama Dongwoon.

“tuan, kenapa kau membawa gadis gila itu??” bisik Doojoon. Ji eun terpaksa tersenyum.

“sial, orang ini mengataiku gadis gila.” Geram Ji eun dalam hati. Walau yang gila itu adalah Dongwoon, tetap saja Ji eun tidak terima tubuhnya dibilang gadis gila.

“mulai hari ini, dia akan menjadi pelayan pribadiku” jawab Ji eun.

 

Mulailah hari dimana mereka harus berperan sebagai orang lain. Ji eun melakukan segala pekerjaan Dongwoon. Begitu juga dengan Dongwoon. Dia harus bekerja sebagai Ji eun di beberapa tempat, tempat dimana Ji eun bekerja. Kadang Ji eun membantunya. Dongwoon pun jadi tahu bahwa Ji eun salah satu pegawai di perusahaannya.

“wheww~ selera cewek ini jelek sekali.” Komen Dongwoon saat sedang memilih pakaian di dalam koper Ji eun. Koper tersebut berisikan pakaian Ji eun.

“aku tidak bisa pergi ke kantor dengan pakaian seperti itu.” Gumam Dongwoon

Dia berpikir sejenak. Lalu muncul sebuah ide. Dia segera pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa pakaian. Lalu berangkat ke kantor. Sesampainya di kantor, dia berjalan dengan bangga akan kecantikannya. Rekan-rekan kerja Ji eun tentunya terperangah. Ji eun yang biasanya ke kantor dengan kemeja, celana jeans, dan sepatu, kini datang dengan sedikit bermake up, mengenakan blouse dan rok mini, dan high heels. Semuanya terheran-heran dengan perubahan Ji eun yang drastis tersebut.

Ji eun yang kebetulan lewat, melihat kejadian tersebut. Dia pun terperangah melihat penampilan dirinya itu. Kemudian dia mencegat Dongwoon dan membawanya ke tempat sepi.

“YA! Apa yang kau lakukan pada tubuhku??” marah Ji eun

“tidak melakukan apa-apa. Hanya membelikan beberapa baju dan perawatan tubuh.” Jawab Dongwoon polos

“apa yang kau katakan?? Itu berarti kau telah melihat tubuhku??” tanya Ji eun. Dongwoon menganggukkan kepalanya dengan polos.

“YAAAA!!!” teriak Ji eun sambil melotot. Lalu Ji eun menjambak rambut Dongwoon. Dia sangat marah sekali.

“ouch! Sakit! sakit! ya! Sakiitt!!” keluh Dongwoon

“beraninya kau!! Rasakan ini!!” kesal Ji eun yang masih terus menjambak rambutnya Dongwoon. Dongwoon berusaha melepaskan cengkraman Ji eun dari rambutnya.

“YA! Kau sudah melihat tubuhku sedangkan aku tidak boleh. Itu tidak adil.” Protes Dongwoon saat terlepas dari cengkraman Ji eun dan merapikan kembali rambutnya sambil sesekali mengusap-usap kepalanya yang sakit.

“kapan aku melihat tubuhmu??” tanya Ji eun kesal

“saat kau berganti pakaian” jawab Dongwoon tidak mau kalah

“aku kan tidak melihatnya secara utuh” ucap Ji eun membela diri. Memang selama ini mereka menutup mata mereka jika mandi dan berpakaian. Hanya pemilik tubuh sebenarnya yang boleh melihat.

“aku juga. Kalau begitu, kita impas. Weekkkk!” ucap Dongwoon dengan penuh kemenangan. Tidak lupa dia memeletkan lidahnya ke Ji eun. Lalu kabur dari sana.

“Dongwoooonnn!!!” teriak Ji eun kesal.

“aku kan hanya ingin membantunya tampil cantik. Gezzz. Padahal dia punya tubuh yang bagus.” Gumam Dongwoon saat berjalan menjauhi Ji eun. Langkahnya kembali gagah.

 

Sudah beberapa minggu mereka terjebak seperti ini. Mereka pun masih belum menemukan jalan keluarnya. Untungnya tidak ada yang menyadari bahwa jiwa mereka tertukar.

“sekretaris yoon” panggil Dongwoon

“hmm??”

Belakangan ini, Doojoon mulai akrab dengan gadis gila ini. Doojoon pun tidak mengerti. Dia hanya merasa tidak asing dengan gadis ini.

“apakah kau percaya jika ada dua orang yang tertukar jiwanya?” tanya Dongwoon

“hahaha kau ini bicara apa. Mana ada hal seperti itu.” Jawab Doojoon

“hahaha iya ya” ucap Dongwoon dengan tertawa getir.

 

RRR... RRR....

“halo?” jawab Ji eun pada telepon masuk di handphonenya tanpa melihat nama si penelepon.

“ini ibu, nak. Bagaimana kabarmu?” ucap ibunya Dongwoon

“ibu?? Ibuku sudah meninggal.” Ucap Ji eun datar lalu segera menutup teleponnya.

“ibuku sudah meninggal?? MWOO??!! DASAR ANAK KURANG AJAR!!” maki ibu Dongwoon. Ibu Dongwoon kembali menelepon Ji eun namun tidak diangkat. Lalu dia menelepon Doojoon.

“sekretaris yoon!”

“ya, ada apa, nyonya?”

“mana anak kurang ajar itu??”

“tuan muda Dongwoon?”

“iya, mana dia?? Aku meneleponnya tapi tidak dijawab.”

“dia sedang rapat dengan dewan direksi, nyonya.”

“suruh dia meneleponku kembali. Segera!”

“ba, baik nyonya.”

Lalu pembicaraan di telepon selesai.

“ada apa dengan nyonya?? Mengapa dia marah-marah??” gumam Doojoon penasaran.

Karena Dongwoon tidak menelepon ibunya kembali, ibunya memutuskan untuk ke korea. Saat ini, di kediaman Dongwoon, Dongwoon dan Ji eun sedang bersantai di ruang keluarga.

“Woonie!!!” panggil ibu Dongwoon saat tiba di rumah.

“eo, eomma??” Dongwoon terkejut dengan kehadiran ibunya.

“siapa kau? Beraninya memanggilku eomma?” tanya ibunya Dongwoon heran.

“dia ibumu??” bisik Ji eun. Dongwoon hanya menjawab dengan lirikan matanya.

“eommaaaa~” panggil Ji eun manja lalu bergegas memeluk ibu Dongwoon. Tapi ibu dongwoon tidak membalas pelukannya, melainkan menjewer telinganya.

“aa, aaah, eomma.. sa, sakit...” ringis Ji eun.

Dongwoon panik melihat Ji eun dijewer oleh ibunya. Tapi dia juga bingung harus melakukan apa. Karena bagi ibunya, Dongwoon yang sekarang adalah gadis yang tak dikenalnya.

“dasar anak kurang ajar! Berani-beraninya kau bilang aku sudah meninggal. Ibumu ini masih hidup. Baru beberapa bulan di korea, kau sudah jadi anak kurang ajar.” Marah si ibu.

“i, iya. Maaf, ma.” Ji eun meminta ampun.

Dongwoon terkekeh. Ternyata itu penyebabnya. Biar Ji eun rasakan pembalasan dari ibu karena sudah berani-beraninya menjambak rambutku waktu itu.

Sudah beberapa hari ini, ibu Dongwoon menetap di korea. Dia ingin mengajarkan sopan santun kepada anaknya agar kembali lagi menjadi anak kesayangannya yang baik. Namun, setelah memperhatikan Dongwoon dengan baik, sepertinya ada yang aneh dengan anaknya itu. Tingkahnya jadi sedikit lebih gemulai dan merasa asing dengan ibunya sendiri.

“sekertaris yoon, apa yang telah terjadi dengan Dongwoon?? Dia terlihat sedikit aneh.” Tanya ibu Dongwoon. Doojoon pun menceritakan kejadian tersebut.

“sejak itulah, dia terlihat sedikit aneh.” Ucap Doojoon mengakhiri ceritanya.

 

“pelayan baek” panggil doojoon.

“hmm?”

“mengapa aku merasa familiar denganmu?? Apakah kita dulu pernah bertemu?” tanya Doojoon

“hmm, sepertinya tidak” jawab Dongwoon

“lalu apakah aku jatuh cinta padamu?? Aku merasa nyaman denganmu.” Ucap Doojon sambil menatap mata Dongwoon. Mencari jawaban. Wajahnya perlahan-lahan mendekati wajah Dongwoon. Dengan segera, Dongwoon mendorong Doojoon.

“YA! Kau sudah punya Jinny noona. Dasar playboy!” maki Dongwoon lalu pergi.

“tuh kan. Dia pasti mengenalku dengan baik. Dia tahu nama pacarku, Jinny. Siapa dia?? Apa dia seorang mata-mata yang diutus oleh Jinny??” gumam Doojoon yang ditinggal Dongwoon sendirian. (baca The Red Thread – kisah Doojoon dan Jinny)

“dasar playboy!! Nanti kulaporkan ke Jinny noona. Biar dia tahu rasa.” Gumam Dongwoon sambil berlalu. Dongwoon bergidik saat membayangkan apa yang dilakukan Doojoon padanya.

 

Karena perusahaan di Amerika tidak bisa ditinggal lama-lama, ibu Dongwoon kembali ke Amerika. Dia hanya bertitip pesan kepada Doojoon agar tetap terus memperhatikan dan menjaga Dongwoon. Selain itu, Dongwoon dan Ji eun pun semakin akrab walau kadang masih suka bertengkar. Mereka pun sudah terbiasa dengan tertukarnya jiwa mereka berdua.

Pukul 1 dini hari. Dongwoon dan Ji eun baru saja selesai bekerja di club. Sekarang mereka sedang dalam perjalanan pulang ke rumah Dongwoon. Namun, di tengah jalan, mereka dicegat oleh dua orang pria tak dikenal. Sepertinya mereka ingin menodong.

“mau apa kalian?” tanya Dongwoon

“woohh~ cewek pemberani” goda pria yang bertubuh gemuk.

Ji eun hanya diam saja sambil tetap mengawasi kedua pria tersebut.

“hei, kau! Pacar yang payah.” ledek pria yang bertubuh sedang sambil menepuk-nepuk pipi Ji eun dengan pisau belati.

“jangan sentuh dia!!” teriak Dongwoon melarang.

“hei, manis, kau diam saja disini denganku. Temani aku bermain.” Ucap pria gemuk itu sambil menggenggam kedua tangan Dongwoon dengan erat. Karena berada di dalam tubuh Ji eun, Dongwoon tidak sanggup melawan kekuatan pria tersebut.

“kalian mau apa??” tanya Ji eun melirik tajam ke pria bertubuh sedang itu.

“kami mau apa?? Kami mau uang dan gadismu itu hahaha” Jawab pria itu dengan tetap menodongkan pisaunya. Saat pria itu tertawa, saat itulah kesempatan untuk Ji eun. Ji eun menonjok perut pria itu sehingga pria itu terhuyung.

“hyung!!” teriak pria gemuk itu lalu menghampiri temannya.

“larii!!” perintah Ji eun lalu meraih tangan Dongwoon. Mereka berlari bersama.

“kejar mereka!” perintah pria bertubuh sedang itu.

Lalu kedua penjahat itu mengejar Dongwoon dan Ji eun. Mereka terus berlari tanpa arah. Yang terpenting, mereka dapat lolos dari kejaran kedua penjahat tersebut. Namun, keberuntungan tidak memihak kepada mereka. Dongwoon dan Ji eun menemui jalan buntu.

“hosh.. hosh..”

“bagaimana ini?” panik Dongwoon

“hahahaha.. kalian mau lari kemana lagi?” tawa penjahat itu. Merasa telah menang.

“serahkan uang kalian” perintah penjahat itu

Dongwoon berdiri di depan Ji eun untuk melindungi Ji eun.

“hahaha... hei manis, pacarmu itu tidak berguna. Lebih baik kau bersamaku.” Ucap pria gendut itu.

Lalu pria gendut itu berusaha menangkap Dongwoon. Dongwoon melayangkan tinjunya.

“cih. Makin sangar, makin membuatku tertarik hahaha...” ucap pria gendut itu dan terus berusaha menangkap Dongwoon.

 Ji eun tidak tinggal diam kali ini. Dia berusaha menyelamatkan Dongwoon dari cengkraman pria gendut itu. Perkelahian pun terjadi. Dongwoon dan Ji eun berusaha sekuat tenaga agar dapat lepas dari kedua penjahat tersebut. Ji eun tidak bisa berkelahi, sedangkan Dongwoon terperangkap dalam tubuh yang hanya memiliki kekuatan seorang wanita. Kedua penjahat itu juga tidak mau kalah. Mereka berusaha merebut benda berharga yang ada pada mereka dan menginginkan Dongwoon. Pria gendut itu berhasil mendapatkan Dongwoon. Kali ini Dongwoon tidak bisa lepas lagi. Ji eun berniat untuk menolong Dongwoon, namun dihadang oleh penjahat yang satu lagi. Pisau penjahat itu menancap di perut Ji eun. Ji eun perlahan-lahan tumbang.

“JI EUUNN!!!!” teriak Dongwoon yang melihat kejadian itu.

Kedua penjahat tersebut shock. Lalu mereka segera melarikan diri dari tempat itu. Dongwoon yang terbebas dari pria gendut itu, berlari menghampiri Ji eun yang sudah terbaring lemah di jalan. Banyak darah yang mengalir dari perutnya.

“Ji eun!! Bangun Ji eun!!” panggil Dongwoon.

Dongwoon dengan panik meraba-raba tubuhnya. Dia mencari handphonenya. Lalu dia menekan nomor darurat. Tangannya bergetar. Dia memanggil ambulance. Tak berapa lama ambulance tiba. Segeralah dibawanya ke rumah sakit. Dongwoon duduk di depan ruang UGD. Tidak tenang dan sangat khawatir. Tibalah Doojoon yang telah diberitahu oleh Dongwoon.

“pelayan Baek, bagaimana dengan tuan Dongwoon?? Apa yang terjadi?? Mengapa bisa seperti ini??” tanya Doojoon panik. Dongwoon hanya diam tak berdaya.

Perasaan ini muncul lagi. Perasaan dimana tidak ingin kehilangan seseorang yang disayanginya, seperti waktu kehilangan ayahnya.

“woonieee!!!” panggil ibu Dongwoon sedih saat melihat anaknya terbaring lemah di rumah sakit. setelah mendapat kabar tentang Dongwoon, ibunya segera terbang ke korea.

Dongwoon memeluk ibunya yang sedang menangis dan berusaha menenangkannya. Ji eun masih belum sadarkan diri dari semalam. Dongwoon terus menjaganya. Sementara itu, kedua penjahat tersebut sudah tertangkap atas laporan dari sekretaris Yoon.

“Ji eun, bangunlah. Kenapa kau tidak bangun-bangun?” ucap Dongwoon pada Ji eun yang terbaring lemah. Digenggamnya tangan Ji eun dengan lembut.

Tak berapa lama, Ji eun mulai membuka kedua matanya.

“ji eun! Kau sudah sadar?” girang Dongwoon

Ji eun pun akhirnya sadar dan sudah diperbolehkan pulang. Lukanya tidak cukup serius karena tidak mengenai organ vitalnya. Dongwoon memapah Ji eun berbaring di kamar. Kini mereka sudah berada di rumah Dongwoon.

Ji eun tertidur kembali setelah minum obat. Dongwoon tetap terus berada di sampingnya, menjaganya.

“ternyata wajahku memang tampan. Waktu tidur saja terlihat tampan.” Gumam Dongwoon bangga saat memandangi wajahnya yang sedang tertidur.

Lalu beberapa saat kemudian, Dongwoon pun tertidur di tepi tempat tidur. Lalu ibu Dongwoon masuk. Dia ingin melihat keadaan anaknya.

“hmm?? Pelayan Baek?? Sepertinya dia perhatian sekali dengan Dongwoon.” Pikir ibunya Dongwoon. Lalu ibu menghampiri Ji eun, dia usap-usap kepala Ji eun, dan kemudian mencium kening Ji eun.

“eomma” Ji eun menginggau. Ibu Dongwoon tersenyum mendengarnya. Lalu dia segera keluar dari kamar tersebut.

Setelah memastikan bahwa anaknya sudah membaik, ibu Dongwoon kembali ke amerika lagi. Ji eun semakin hari semakin membaik.

“pelayan Baek, mengapa kau perhatian sekali dengan tuan Dongwoon? Apa kau menyukainya??” tanya Doojoon

“mungkin karena rasa bersalah. Dia terluka karena aku.” Jawab Dongwoon

“iya, tidak mungkin aku menyukai cewek itu. Tidak feminim, pemarah, seleranya jelek.” Pikir Dongwoon

 

“hmm, pas sekali” gumam Dongwoon yang sedang bercermin di dalam kamar tamu, yang menjadi kamarnya sekarang. Dia merasa puas melihat bayangan tubuh Ji eun yang ada di cermin dengan pakaian yang dia belikan.

“Dongwoon, besok kita...” ucap Ji eun saat masuk. Dia tidak meneruskan kata-katanya.

Dongwoon terkejut dengan kedatangan Ji eun yang tiba-tiba. Ji eun lebih terkejut lagi mendapati tubuhnya. Saat ini, tubuhnya mengenakan baju tidur yang sangat minim. Baju yang tak pernah dia pakai seumur hidupnya. Baju tersebut memperlihatkan belahan dadanya dan pahanya yang mulus.

“YAA!! DONGWOON!!! APA YANG KAU KENAKAN PADA TUBUHKU??!!” teriak Ji eun marah besar. Dia menghampiri Dongwoon tapi Dongwoon melarikan diri karena takut dengan kemarahan Ji eun. Mereka berkejar-kejaran di dalam kamar. Beruntung memiliki kaki Dongwoon yang panjang sehingga Ji eun dengan mudahnya menangkap Dongwoon.  Kemudian Ji eun berusaha melepaskan baju kurang bahan tersebut dari tubuhnya.

“Dasar ONTA MESUM!!!”

“Agghh!!! Tidaaakk!!! Toloongg!!! Pelecahan seksual!!!" Teriak Dongwoon yang meronta-ronta di atas kasur.

“YAA!! MICHISEO??!” maki Ji eun yang terus berusaha membuka baju itu. Ji eun duduk diatas Dongwoon sehingga dia tidak bisa kabur lagi.

Dongwoon juga tidak mau kalah. Dia tidak mau dilecehkan oleh Ji eun. Dia tidak mau baju cantik ini lepas dari tubuhnya ini. Dengan sekuat tenaga, dia melawan Ji eun. Dongwoon memutar balikan posisi mereka. Kini Dongwoon yang berada di atas tubuh Ji eun. Dongwoon menahan kedua tangan Ji eun dan menatap wajahnya sendiri. Ji eun membelalakan matanya. Entah mengapa Dongwoon sangat menikmati moment ini padahal yang ditatap adalah wajahnya sendiri. Tapi sorotan matanyalah yang Dongwoon suka.

“ada apa, pelayan Baek??” tanya Doojoon yang masuk tiba-tiba karena dia mendengar kegaduhan dari dalam kamar.

Dongwoon dan Ji eun menoleh ke arah pintu yang terbuka, dimana Doojoon berdiri. Doojoon mematung saat melihat keadaan saat itu.

“a, ah, ma, maaf, saya mengganggu” ucap Doojoon lalu segera keluar kembali.

“phew~ ternyata mereka mempunyai hubungan seperti itu.” Komen Doojoon.

Sementara itu, Ji eun melihat peluang untuk bisa lepas dari cengkraman Dongwoon. Kini gilirannya yang menahan kedua tangan Dongwoon dengan satu tangan. Satu tangannya meraih baju seksi tersebut dan melepaskannya.

“jangan macam-macam dengan tubuhku! Araseo??!” ancam Ji eun dan memberikan baju tidur yang normal. Setelah itu, Ji eun kembali ke kamar utama.

“cihh, padahal sudah bagus pakai yang tadi.” Gerutu Dongwoon.

Sejak kejadian itu, Dongwoon merasa ada yang aneh dengan dirinya. Dia selalu ingin bercermin untuk melihat wajah Ji eun.

 

“mengapa cowok ini memiliki begitu banyak baju? Aku sampai bingung harus memakai yang mana, sigh...” keluh Ji eun saat berdiri di depan lemari pakaian Dongwoon.

“hmm?? Kotak apa itu??” gumam Ji eun penasaran saat melihat sebuah kotak yang tak sengaja dia jatuhkan.

“hm? Tidak ada isinya. Apa ini??” gumam Ji eun saat membuka kotak tersebut. Lalu dia menemukan secarik kertas yang tersembunyi dalam dasar kotak tersebut. Dibukanya kertas tersebut. Matanya terbelalak saat melihat isi surat tersebut lalu dia segera lari ke kamar dimana Dongwoon berada.

“tuan, mau ke... mana...?” tanya Doojoon saat berpapasan dengan Ji eun yang terburu-buru. Namun, Ji eun tidak memperdulikannya. Dia terus menuju ke kamar Dongwoon.

“gezz. Sebegitu inginnya bertemu dengan pelayan Baek. Aku telah diduakan. Sedihnya.” Gumam Doojoon kecewa sambil melihat Ji eun masuk ke kamar Dongwoon.

Saat berada di dalam, Ji eun langsung menyergap Dongwoon yang sedang berbaring di kasur. Tentunya Dongwoon terkejut olehnya.

“ada apa lagi?” tanya Dongwoon takut “aku sudah tidak macam-macam dengan tubuhmu lagi.”

Ji eun tidak menjawab. Dia menyingkirkan selimut yang menutupi tubuh Dongwoon. Lalu membuka kancing bajunya.

“ya!! Kau benar-benar ingin memperkosaku??!” protes Dongwoon

Ji eun terdiam. Dia memandangi kalung miliknya. Kalung yang berbentuk kunci nada G. Lalu dia mengeluarkan kalung yang bergantung dilehernya saat ini. Kedua kalung tersebut sangat mirip dengan gambar yang ada di kertas yang sedang dia pegang sekarang ini.

“lihat ini, Dongwoon!” perintah Ji eun sembari menyodorkan kertas tersebut.

“ini kan gambar kalungku.” Ucap Dongwoon bingung saat melihat isi kertas tersebut.

“ya, dan yang sebelahnya adalah kalungku.” Ucap Ji eun

“apa ini yang menyebabkan kita tertukar??” tebak Ji eun

“darimana kau dapatkan kertas ini??” tanya Dongwoon

“dari kotak kalungmu. Tadi tidak sengaja terjatuh lalu muncul kertas ini di dalamnya.”

“menjadi satu dan keajaiban akan terjadi” ucap Dongwoon membaca tulisan di kertas tersebut.

Dongwoon dan Ji eun saling memandang lalu melepaskan kalung mereka masing-masing. Mereka segera menyatukan kedua kalung tersebut. Berharap jiwa mereka dapat bertukar kembali. Cocok. Ternyata kedua kalung tersebut adalah sepasang kalung couple. Namun sayang, tidak terjadi apa-apa. Jiwa mereka masih tetap seperti itu.

“aargghh!!” kesal Ji eun. Dia uring-uringan di atas kasur. Pupus harapannya.

“weww..” Dongwoon menghembuskan napasnya. Kecewa.

“kenapa tidak terjadi sesuatu??” tanya Dongwoon bingung sembari tiduran di samping Ji eun yang uring-uringan.

“tahu ah” kesal Ji eun. Mereka berpikir untuk beberapa saat.

“apa kita harus berciuman seperti yang ada di film-film??” celetuk Ji eun tiba-tiba. Ide gila itu muncul di kepalanya.

“hahaha kamu kebanyakan nonton film. Tidak mungkin.” Tolak Dongwoon.

Namun Ji eun tetap bersikukuh dengan idenya itu. Dia tetap ingin mencobanya. Dia mendekatkan wajahnya.

“ma, mau apa kau?” tanya Dongwoon gugup. Dia tidak bisa kabur.

Ji eun terus mendekatkan wajahnya. Lalu mencium Dongwoon. CUP. Ciuman singkat. Mata Dongwoon terbelalak. Mematung. Jantungnya berdebar sangat kencang.

“tetap tidak terjadi apa-apa. Geezz.” Keluh Ji eun lalu kembali berbaring. Berpikir lagi.

“ini semua salahmu!” ucap Dongwoon tiba-tiba dan menindih Ji eun.

“Do, Dongwoon??” Ji eun terkejut.

Dongwoon hanya menatap Ji eun. Tatapan mata yang tajam, serius, sekaligus lembut. Membuat Ji eun tidak mampu melepaskan tatapan matanya. Begitu dalam. Hingga mampu menembus hatinya. Wajah Dongwoon semakin mendekat. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Hanya dapat mengepalkan kedua tangannya dan memejamkan kedua matanya. Dongwoon memejamkan matanya dan mencium bibir Ji eun. Dia melumatnya dengan lembut. Debaran jantung Dongwoon dan Ji eun menyatu. Mereka merasakan sebuah getaran hebat dan terus menikmatinya.

Hingga akhirnya mereka melepaskan ciuman mereka dan membuka kedua mata mereka. Mata mereka terbelalak. Mereka sudah tidak melihat wajah mereka sendiri. Jiwa mereka sudah kembali ke tubuhnya masing-masing. Dongwoon menyentuh wajahnya sendiri untuk memastikan. Begitu juga dengan Ji eun. Dia menyentuh setiap bagian tubuhnya.

“kyaaa~ sudah kembali!!!!!” teriak Ji eun girang.

Karena begitu senangnya, Ji eun mencium Dongwoon yang masih terbaring. Sekali. Dua kali. Lalu dia bangkit dan meloncat-loncat kegirangan di atas kasur. Tanpa memperdulikan Dongwoon yang masih mematung. Jantungnya berdebar kembali.

“aku sudah kembali~ aku sudah kembali~” girang Ji eun sambil berjoget-joget.

Tampaknya benih cinta sudah bersemi di antara mereka. Seperti kata kakeknya Dongwoon, kalung tersebut akan membawanya kepada cinta sejatinya. Kisah kalung tersebut menjadi misteri. Hanya Kakek Dongwoon dan orang tua Ji eun yang mengetahui. Bagaimana kalung couple tersebut bisa terpisah dan bagaimana kalung tersebut dimiliki oleh kakek Dongwoon dan orang tua Ji eun. Yang pasti, kedua hati Dongwoon dan Ji eun telah bersatu. Itulah yang membuat mereka kembali semula.

 

==================================================== THE END ==================================================

 

terima kasih sudah membacanya, silahkan di komen dan di subscribe ^^ dan jangan lupa baca FFku yang lain. ^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
DoubleJ
uyeeee~~!!! 100 readers ^^ thanks to my readers *bow*

Comments

You must be logged in to comment
lucynda #1
Chapter 2: cute :DDDDD