Bab Dua : Kekhawatiran Kris

Hanami ( Based of Novel By Fenny Wong )

 

" Kyungsoo? Apa kau mendengarkanku?"

"Ah?" Kyungsoo terkesiap. Ia mengalihkan mata dari jalan yang berpendar karena lampu-lampu mobil dan sorot cahaya bulan. Kris di sampingnya, mengendarai mobil, sesekali melempar tatapan yang khawatir ke arah Kyungsoo.

" Apa kau benar-benar tak apa-apa?"

Kyungsoo menggeleng lemah. " Maafkan aku."

Kris menarik napas panjang, mengendurkan dasinya dengan satu tangan. Alunan musik jazz yang lembut memenuhi isi mobil sport itu, yang perlahan-lahan meninggalkan pinggiran Daejeon yang sepi.

Kyungsoo kehilangan seleranya untuk berkaraoke dan ia setengah lega melihat mobil Kris terparkir di depan tempat karaokenya tadi sore. Setengah lagi karena perasaan bersalah membuat Kris berlari ke arahnya pada pandangan pertama, berteriak kepadanya bahwa ia khawatir kepada Kyungsoo.

" Apa yang kau pikirkan? Apa kau berusaha membuatku mati ketakutan?!"

Kris mengeluarkan teriakan yang jarang ia suarakan.Luhan, Baekhyun, dan Xiumin terpaku di pinggir setengah tertunduk. Napas Kris tidak teratur seolah ia telah berlari ke segala penjuru.

" Aku mencari mu kemana-mana... mereka bilang kau hilang ketika mencari telepon umum. Aku menyetir secepat mungkin ke sini, ku kira terjadi sesuatu."

Kyungsoo menyandarkan kepalanya di dada Kris, terdiam dalam kesunyian. Kedua tangan yang meraih kembali tubuh Kris terasa agak bergetar. Secarik foto yang ia miliki di dalam kantongnya terasa ganjil, ia tak menjawab apa-apa sesudahnya. Setelah sadar, ia telah melangkahkan kakinya menuju mobil Kris, menembus cahaya sore, pulang ke rumah.

" Apa yang terjadi ketika kau mencari boks telepon itu? Aku menemukan satu dekat sana, apa rusak? Apa kau tadi tersesat?"

Kris bertanya, memecah keheningan di mobil. " Apa namja-namja yang karaoke bersamamu itu mengganggumu?"

Kyungsoo masih belum menjawab, tangannya membuka ikatan kain pembungkus, membuka kotak bekal da dalamnya. Ia mulai mengunyah nasi kepal buatan Kris yang belum sempat tersentuh sejak pagi tadi.

Kris menghela napas panjang. " Sudah kuduga akan jadi begini jika kau mengikuti hal-hal seperti itu. Namja seusiamu sedang nakal-nakalnya, kukira aku pernah mengatakan hal ini kepadamu dan melarangmu pacaran. Tapi kau masih saja mengikuti kencan grup dan tidak mendengarkanku."

Kyungsoo masih tak menjawab. Ini membuat Kris memanfaatkan kesempatan saat mobil berhenti di perempatan, menoleh ke arah Kyungsoo sedikit lebih lama. Kini, suara Kris terdengan lebih khawatir, ia tidak bisa berhadapan dengan Kyungsoo yang sedangmerajuk seperti ini. Suaranya lembut dan cepat, diiringi kepanikan untuk menenangkan Kyungsoo, " Bukannya aku melarangmu pacaran, tapi, aku hanya khawatir. Jika hal seperti ini selalu terjadi ketika kau kencan, dengan cepat aku akan kehilangan pekerjaanku karena-- "

" Kris... "

Kyungsoo memotong, meletakkan sisa nasi kepal di tangannya ke dalam kotak kembali, " Aku bebas melakukan apapun yang aku mau.... Aku sudah tujuh belas, alasan apa yang akan kau gunakan untuk melarangku ini-itu?"

Kris terkesiap. Mobil-mobil di belakangnya beradu klakson tidak sabar menunggu Kris menginjak gas melewati lampu hijau yang kini sudah menyalah, " Ada apa denganmu?"

Kyungsoo mengernyit, menahan tangis yang hampir keluar, " Aku tidak tahu. Aku hanya tiba-tiba merasa sangat kesal, kau selalu melarangku ini, menjagaku agar tidak melakukan itu, seakan menginginkaku untuk dirimu sendiri, sementara aku tak tahu kau itu siapa."

Ditodong dengan begitu banyak tuduhan dengan suara serak menahan tangis, Kris kelagapan. Perlahan, ia menginjak rem setelah merapat ke dalam garasi rumah mereka. Kris menahan napas, ketika menatap mata bulat Kyungsoo yang biasanya berbinar kini dibasahi airmata.

" Apa kau marah karena aku terlalu mengaturmu?"

Kris bertanya selembut mungkin berusaha tidak membuat Kyungsoo takut atau terancam, " Aku hyung-mu."

" Kalau benar hyung-ku dan sayang kepadaku, Kris, maka beri tahu aku sekarang, karena mendengarnya dari orang lain terasa jauh lebih mengagetkan dan menyakitkan daripada yang bisa kau bayangkan." Kyungsoo menelan kembali isakannya.

" Kau dengar apa dari siapa Kyungsoo?"

" Beri tahu aku... Aboeji... , apa dia membuangku?" Kyungsoo menyeka airmatanya dengan punggung tangan.

" Siapa yang berkata begitu?"

" Apa Appa membuangku?"

Kris mendesah panjang, ia hanya menjulurkan tangannya meraih kepala Kyungsoo untuk mengelusnya, mencoba menenangkannya. Dengan satu entakan Kyungsoo menepis tangan Kris, kesal karena mendapat 'diam' sebagai jawaban.

Kris memukul stir mobilnya ketika Kyungsoo berlari ke dalam rumah. Baik Kris maupun Kyungsoo tahu, bahwa 'diam' berarti 'ya' .


 

" Aboeji... Maaf saya telat menelepon."

Di belakang Kris suara shower kamar mandi yang sedang di gunakan Kyungsoo terdengar jelas.  Kris sendiri baru selesai mandi, tetesan air dari rambutnya masih menetes ke pundaknya yang penuh tato karena ia hanya menggunakan celana panjang.

" Bagaimana kabarnya? baik-baik saja? " Suara di ujung sana bertanya, diselingi batuk-batuk kecil.

" Ya Appa.... " Kris menjawab, " Tadi saya menjemputnya ke sekolah, ia sempat hilang beberapa saat, dan tampaknya terpukul. Tampaknya ia diganggu oleh namja di tempat karaoke, saya kurang tahu. Dan, kini, ia merajuk kepada saya, entah apa yang membuat suasana hatinya berubah begitu drastis."

" Yang penting ia baik-baik saja... Tentang bagaimana ia merajuk, seharusnya kau sudah terbiasa." Suara itu menjawab setengah tertawa , setengah menenangkan. " Apa uang yang kukirim sudah kau terima?"

" Ya Appa, terima kasih, saya memang memerlukannya untuk proyek kali ini." Kris menjawab sesekali menoleh ke arah kamar mandi, memastikan suara shower masih terdengar. Ia tidak ingin terpergok oleh Kyungsoo dalam percakapan telepon ini.

" Ingatlah bahwa tugas utamamu adalah menjaga Kyungsoo. Kau tidak perlu khawatir dengan urusan kantor, bukankah kau sudah mempunyai anak buah untuk menanganinya? jangan sampai kau mengabaikan Kyungsoo karena proyek barumu itu, mengerti?"

" Ya.  ... Aboeji?" Kris berkata memberi jeda pada kalimatnya. Suara itu menunggu pertanyaan yang Kris tahan. " Apa saya benar-benar tidak bisa memberi tahunya tentang Aboeji?"

Di ujung sana suara itu tidak menjawab, satu-satunya hal yang membuat Kris yakin sambungan telepon itu belum terputus adalah bagaimana suara batuk-batuk kecil masih tertangkap oleh telinganya.

" Ia bertambah bingung setiap harinya. Hari ini ia menangis kepada saya, bertanya apakah Aboeji membuang dirinya."

" Bukankah itu hampir benar, Kris?" Suara itu tertawa pahit, " Tapi setidaknya ada kau di sampingnya selama ini, seorang kakak yang baik. Kyungsoo tidak membutuhkan seorang Appa."

Tidak lama, setelah bertukar salam penutup, percakapan telepon itu diputus. Kris memijat pelipisnya, tiba-tiba merasa amat lelah.

Ia berjalan ke balkon untuk menutup tirai, sekejap merasakan pandangan yang menusuk dari luar jalan. Ia memicingkan matanya waspada. Tidak menangkap pergerakan apapun selalin kucing yang lewat. Kris mengunci kaca balkon rapat-rapat, menutupnya dengan tirai.


 

" Iya, jadi aku mau meminta maaf karena memaksamu kemarin. Tapi kami benar-benar kaget, hyung-mu datang begitu cepat! Dia pasti melanggar semua lampu merah di jalan untuk sampai secepat itu... " Luhan berkata, diiringi anggukan dari Baekhyun.

Mereka berempat duduk berkumpul di atap sekolah, memakan bekal sambil saling berbagi. Kyungsoo hanya tersenyum tipis mendengar permintaan maaf dari Luhan. Baekhyun berkata sebelum Kyungsoo sempat berkata apa-apa.

" Tapi hyung-mu yang tampan itu tidak memarahimu kan?"

Kyungsoo tertawa kecil, ia merasa lebih baik dari kemarin. Entah karena ia dikelilingi oleh teman-temannya, atau karena bekal telur gulung manis yang dibuatkan oleh Kris. Ia berkata seraya main-main dengan tutup bekal milik Xiumin, " Tidak apa-apa kok. Dia tidak benar-benar memarahiku."

" Tidak benar-benar dimarahi? Kini, aku benar-benar iri kepadamu." Baekhyun menatap Kyungsoo tidak percaya.

" Yah, kalau dia marah aku akan pergi ke kamar dengan wajah cemberut, lalu dia akan memaafkanku. Lalu, membuatkanku bekal telur gulung manis." Kyungsoo tersenyum senang, menyumpit gulungan telurnya ke mulut.

" Pantas kau tumbuh jadi seperti ini." Xiumin terpukau mendengar perkataan Kyungsoo. " Kurasa, di bumi ini tak ada orang yang lebih manja dan polos di banding kau."

" Apa itu pujian?" Kyungsoo tertawa, kini mengunyah kimchi-nya.

Xiumin mengangkat alis. " Apa ada manusia lain diangkatan kita yang tidak pernah pacaran, tidak pernah pergi kencan, tidak pernah---"

" Hei!" Kyungsoo memotong, cemberut. " Kurasa, Taemin-ssi yang adalah anggota OSIS itu tidak pernah."

Sontak, ketiga temannya tertawa. Tidak melihat tanda-tanda mereka akan berhenti. Kyungsoo melanjutkan lagi, kini nada suaranya agak kesal, " Kris tidak membolehkanku. Aku tidak ingin membuatnya khawatir dengan pacaran main-main seperti yang selalu kalian lakukan."

" He?" Luhan berkata, tangannya merapikan gulungan kemejanya. " Kukira, kau tidak khawatir dengan apa yang dikatakan hyung-mu. Jika ia memarahimu karena pacaran, kau tinggal masuk ke kamar dengan wajah cemberut 'kan?"

" Yah, itu juga benar, tapi... " Kyungsoo ragu-ragu untuk menyelesaikan kalimatnya. " Walaupun dia tidak pernah marah, tapi dia sering sedih, aku paling tidak tahan jika ia sedih."

Kyungsoo menghindari pandangan mereka bertiga yang tertuju padanya. Baekhyun, Luhan, dan Xiumin mendesah bersama, " Awww~! "

" Dia terlalu imut!" Luhan menekan pelipisnya sendiri.

Baekhyun tertawa kecil melihat kelakuan teman-temannya. " Sungguh pemborosan untuk membiarkannya sendiri selama ini. Secara tidak sadar, mungkin sudah puluhan namja yang ia bunuh perlahan-lahan. "

" Eh, ini serius, bukankah Choi Minho dari kelasmu itu mengajakmu bicara berdua selepas pulang sekolah?" Xiumin mengerjap-ngerjap memandang Kyungsoo. " Semua anak di kelasku membicarakannya. Kau tahu, Choi Minho yang anak dari klub basket itu."

" Oh, dia." Kyungsoo menanggapi dengan tidak semangat. " Dia terlalu... kekanak-kanakan. Aku tidak suka."

" Kekanak-kanakan?" Xiumin mengulang, menahan tawanya. " Lalu kau ini apa? Dewasa?"

" Ini gila. Choi Minho? Minho yang itu?! Kau akan menerimanya kali ini Kyungsoo. Tidak, aku tidak menyarankan ini padamu, aku menyuruhmu untuk menerimanya. Harus! Pacar pertamamu!" Baekhyun berbicara dengan berapi-api, mengguncang pelan kedua bahu sempit Kyungsoo.

Kyungsoo hanya merengut, kini menelan gulungan telurnya dengan semangat yang berkurang.


 

Choi Minho berjalan di samping Kyungsoo, satu tangannya di pinggangnya sendiri, yang lainnya pada pinggang Kyungsoo. Hidungnya seakan bertambah panjang beberapa senti. Orang-orang di samping mereka menatap dengan penasaran, dan Kyungsoo mulai menyesali keputusannya untuk menuruti Baekhyun. Perjalanan dari gerbang sekolah ke stasiun kereta terasa berabad lamanya.

Salah satu yang Kyungsoo benci dari Minho adalah cara bicaranya yang panjang lebar. Walaupun Luhan juga termasuk salah satu yang berkata tanpa bisa mengerem, Luhan tidak pernah semenyebalkan Minho. Perbedaan terbesarnya adalah, Minho tidak pernah bisa menutupi kesombongannya. Sedikit pun.

Minho memulai, " Kyungsoo-ah, sudah kuduga kau akan menerimaku. Bagaimanapun, aku memang lelaki terpopuler di sekolah ini, andalan tim basket. Beberapa temanku mengatakan kau sering menatapku dari lapangan tenis, jadi aku menaruhkan keberanian dan menyatakan perasaanku. Kurasa, kau memang menaksir kepadaku untuk waktu yang lama 'kan?"

Memperhatikannya dari lapangan tenis? Kyungsoo mengernyit, mengulang dalam hati. Lalu, ia sadar apa yang Minho katakan. Ia memang sering memandang kosong ke lapangan basket di samping lapangan tenis. Namun, ia melakukannya hanya untuk menunggu mobil Kris yang datang menjemput, yang dapat terlihat jika ia menatap ke luar melewati lapangan basket.

Kyungsoo mendesah panjang, sadar ini tidak akan berhasil. " Choi Minho-ssi," Kyungsoo memulai, masih memanggil sopan Minho dengan nama keluarganya, " Kurasa untuk hari ini aku... "

" Kyungsoo-ah, ayo kita nonton film sebelum pulang! Ada sebuah gedung bioskop baru di Kyounglidan." Minho memotong, entah tadi mendengarkan perkataan Kyungsoo atau tidak. " Aku takkan membiarkanmu pulang begitu saja, setelah aku mendapatkan seorang Do Kyungsoo yang tak bisa diraih sembarang orang. Aku akan memamerkanmu pada dunia."

Minho tidak berhenti bicara bagaimana ia memenangi banyak pertandingan basket, dan bagaimana Kyungsoo adalah satu-satunya namja yang pantas untuknya. Dia juga berbicara tentang rumah dan villanya,  tentang adik dan anjingnya... Semuanya sangat membosankan hingga Kyungsoo hampir tertidur ketika mereka hampir sampai di Kyounglidan, Dojo.

Kyounglidan itu sendiri membuat Kyungsoo terperanjat. Ia menggenggam kain pembungkus bekalnya sedikit lebih erat ketika melihat bar dan hotel di sekitar mereka. Di hari-hari biasanya, Kyungsoo tidak pernah pergi ke manapun lebih jauh dari rumah dan sekolah. Pemandangan asing Kyounglidan membuat Kyungsoo takut, dan ia memustuskan untuk menarik tangan Minho, menghentikan langkahnya.

Kyungsoo memotong di antara kata-katanya yang tidak berhenti, " Minho-ssi, kurasa... kurasa aku berubah pikiran."

" Kau tidak ingin menonton film di sini? kurasa di Kyounglidan, sebenarnya banyak yang bisa dilakukan... Walaupun matahari belum sepenuhnya tenggelam, kurasa-- ..."

" Minho-ssi maafkan aku, sebenarnya... " Kyungsoo memotong sebelum Minho mengatakan paragraf lain, " Tadi aku menerimamu, karena, Baekhyun berkata itu adalah ide yang baik. Tetapi aku sama sekali tidak merasakan apa-apa ketika bersamamu. Maafkan aku." Kyungsoo merengut.

Minho terperanjat, mengguncang kedua bahu sempit Kyungsoo kasar, " Apa-apaan kau?! Mempermainkanku?!"

Kyungsoo mendekap tangannya di dada, hampir memekik ketakutan, sebelum ada sepasang tangan kekar berbalut kemeja lengan panjang menyela di antara mereka lalu mendorong Minho jauh. Kyungsoo hanya bisa melihat punggung penyelamatnya, tetapi sejurus kemudian ia bisa mendengar langkah kaki Minho yang menjauh dengan cepat dari Kyungsoo.

Kyungsoo mendesah lega, menunggu penyelamatnya terbalik sebelum membungkuk dan berterima kasih padanya. Namun, sebaliknya, jantung Kyungsoo seperti berhenti berdetak ketika melihat orang yang menyelamatkannya.

Kyungsoo sudah terbiasa melihat tato di sekujur badan Kris, Ketika kecil, ia sering menggosok punggung yang penuh tato itu saat mandi, dan tidak merasa takut. Kilatan mata Kris sama sekali tidak terasa berbahaya, dan senyumnya selalu lembut, seakan ia akan menjaga Kyungsoo sepenuh hatinya. Namun, ketika namja di hadapannya menyingkap lengan kemejanya memeperlihatkan ujung tato di bawahnya dan memberikan cengiran mengerikan ke arah Kyungsoo, ia bisa merasakan bulu kuduknya merinding.

" Hey, adik manis, kau bukan penghibur berkostum seragam,... tapi anak SMU betulan kan?" Katanya, pandangannya membuat Kyungsoo mengambil langkah mundur setiap ia maju. " Kau seharusnya tidak berada di daerah ini ... kau tahu tempat apa daerah ini kan?"

Kyungso mundur tanpa memperhatikan langkahnya, ia terjerembap ke belakang, blazernya terkena cipratan lumpur. Bayangan bar di sampingnya menyadarkan Kyungsoo kalau ia terpojok ke sebuah gang kecil.

" Biarkan ia pergi."

Di tengah kepanikannya, Kyungsoo menoleh ke belakang. Awalnya, di tengah semua bayang-bayang itu, Kyungsoo tidak bisa melihat dengan jelas, tapi sejurus kemudian, cahaya matahari sore sampai pada sosok bayangan itu, membuat antingnya memantulkan sinar ke segala arah. Namja itu mengacak poninya yang menyembul dari balik topi, tangannya tidak berhenti mengupas kentang dengan pisau kecil. Ia mengangkat pisau kecil itu, dan berkata dengan tenang pada namja bertato di hadapan Kyungsoo, " Dia milik barku... bukan anak SMU!"

Namja bertato itu terdiam sesaat, mengalihkan pandangannya kepada Kyungsoo dan pisau yang di pegang namja itu secara bergantian, " Cih!" Dia kemudian mengutuk lalu pergi dari tempat itu.

Kyungsoo masih terdiam di tempat, kakinya terasa terlalu lemas untuk berdiri. Namja berambut coklat itu membenarkan topinya yang turun, untuk sesaat terlihat bekas luka kecil di atas alis sebelah kirinya, kulitnya terlihat lebih gelap, tatapan matanya tajam seakan menghujam tepat ke jantung. Ia menaruh kentangnya ke dalam keranjang, lalu membuka pintu bar yang menyambung ke gang. Sebelum masuk ia berhenti dan menatap ke arah Kyungsoo.

" Hei?! apa kau tak bosan duduk di sana?" Ia bertanya mengangkat alisnya, " Anak SMU sepertimu tidak seharusnya ada di sini. Mengapa kau jalan-jalan ke Kyounglidan sendirian? Jangan berpikir aku menyelamatkanmu karena kasihan, aku hanya tidak suka dengan mafia kacangan seperti mereka."

Sejenak, namja itu terpana melihat Kyungsoo menangis, tetapi kemudian melangkah ke dalam bar dengan keranjang kentang tanpa melihat ke belakang. Topi namja itu terjatuh, membuat cipratan ketika bertemu dengan kubangan kecil. Kyungsoo tidak menghiraukannya, tangisnya tidak bisa berhenti. Ia berusaha meraih telepon genggamnya di saku. Nama Kris adalah satu-satunya hal yang ia pikirkan saat ini. Ia berusaha memencet nomor tapi tangannya tak bisa berhenti bergetar.

' Kris... Kris, aku takut...'

Rasa hangat tiba-tiba memeluk tubuhnya, membuat Kyungsoo terperanjat dan menoleh ke belakang. Jaket yang membalut tubuhnyaa dalah jaket yang terbuat dari bahan kulit dan berwarna hitam. Namja itu berjongkok di belakang Kyungsoo, kini hanya menggunakan kaus tanpa lengan dan celana jeans panjang. Topinya yang kotor telah di ambil dengan satu tangan.

" Terima ka-- "

" Hei." Dia memotong sebelum Kyungsoo sempat berterima kasih, " Cepat pergi dari sisni, sebentar lagi bar ini akan buka. Jika orang melihatmu dengan pakaian seperti ini dalam keadaan menangis, mereka akan mengira aku telah melakukan sesuatu padamu. Kau akan merepotkanku."

Berlawanan dengan kehangatan yang Kyungsoo terima dari jaket tersebut, kata-kata yang keluar dari mulut namja itu terdengar sangat dingin. Kyungsoo menopang tubuhnya dengan lunglai, lalu menarik lengan namja itu perlahan, berkata dengan suara yang hampir terdengar seperti bisikan. " Bisakah kau mengantarku ke stasiun kereta? aku.. takut."

Lelaki itu terpana, lalu mencibir. " Heh." dia mengangkat alisnya, menepis tangan Kyungsoo " Cepat pergi."

Kyungsoo berkaca-kaca mendengar penolakan itu. Ia berbalik menjauh dengan tangan menggenggam erat ponsel. Ia membukanya, tiba-tiba saja kehilangan keberanian untuk membiarkan Kris melihatnya dalam keadaan seperti ini.

" Hei."

Kyungsoo menoleh ke belakang, lega akhirnya mengetahui namja itu pun tidak bisa menolak permintaannya. Ia telah bersiap memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku. Jika penyelamatnya ia itu bersedia mengantarnya hingga stasiun, maka ia tak terlalu takut untuk naik kereta pulang ke rumah.

Namja itu menghentikan langkahnya, menatap Kyungsoo dari ujung kepala hingga ujung kaki.

" Jangan kembali lagi."


 

Kris terpana melihat blazer kotor yang di peluk Kyungsoo, jaket hitam kulit yang dipakainya, dan juga wajah yang penuh bekas air mata. Ia menghentikan gerakannya saat membersihkan meja makan, mematikan api kompor yang sedang memanggang ikan. Kris mengelap tangannya yang basah pada celemeknya, berdiri di samping meja makan menunggu Kyungsoo mengatakan sesuatu.

Setelah beberapa saat terlewati, Kyungsoo masih berdiam di ambang pintu, dengan perlahan Kris maju beberapa langkah ke arah Kyungsoo, ia ingin sekali bertanya kepada Kyungsoo, tapi teringat kata-katanya saat di mobil kemarin.

Kau selalu melarangku ini, menjagaku agar tidak melakukan itu, seakan menginginkaku untuk dirimu sendiri, sementara aku tak tahu kau itu siapa.

Kris melepas celemeknya, mengalihkan pandangannya dari Kyungsoo yang menatapnya. Ia berkata dengan setengah terbata. " Kau benar... kau sudah tujuh belas, dan sudah saatnya aku berhenti untuk terlalu mengurusimu dan menanyakan ini-itu. Cepatlah mandi dan kita akan makan bersama."

Kyungsoo masih tidak bergerak sedikitpun, matanya berkaca-kaca tapi sebisa mungkin ia menahan lelehan air matanya. Kris menatap Kyungsoo lagi, mendesah panjang. Tampaknya segala sesuatu yang aku lakukan dan katakan akan tetap membuatnya menagis, saat ini, ya?

" Kris.." Kyungsoo berkata, suaranya bergetar. " Aku takut... "

Sebelum badan Kyungsoo berguncang pelan, Kris telah melemparkan celemeknya ke meja makan, berlari ke arah Kyungsoo, melingkarkan lengannya pada badan Kyungsoo. Kyungsoo memeluknya balik, menjatuhkan tas dan bekal makanan yang sedari tadi dijinjingnya.

Kris ingin bertanya tentang segalanya, berlari ke tempat orang yang sudah membuat Kyungsoo menangis, dan membuat orang itu menyesal karena telah di lahirkan. Namun, dirinya sendiri tidak berani bertanya kepada Kyungsoo, apakah dirinya berhak menanyakan semua hal itu? Seperti yang Kyungsoo katakan walau menyakitkan hati, itu adalah faktanya : siapa dia untuk Kyungsoo?

" Kris.. Kris boleh memarahiku, aku takkan merajuk atau kesal, Kris boleh menanyakanku apa saja, melarangku melakukan apapun yang Kris tidak senang, tapi aku mohon..." Kyungsoo terisak, " Lindungilah aku..."

Kris menghela napas panjang melihat Kyungsoo dalam pelukannya, ia membenamkan wajahnya pada surai hitam Kyungsoo yang basah dan lengket akibat keringat, tangannya menepuk punggung Kyungsoo perlahan untuk menenangkan.

" Tadi aku ke Kyounglidan dengan Choi Minho, tiba-tiba ada ahjusshi bertato menyerangku, lalu ada yang menyelamatkanku. Semua terasa sangat mengerikan, ia begitu dingin dan aku berlari secepat mungkin ke stasiun kereta sebelum ada yang terjadi lagi."

Kyungsoo berkata dengan cepat, menjelaskan dengan terburu-buru, tidak peduli Kris mengerti akan detail kecil yang Kyungsoo bicarakan, Kyungsoo tetap bicara, " Sepertinya aku dihukum karena tidak mendengarkan kata-katamu. Kupikir tadinya menyenangkan untuk melanggar permintaanmu dan menerima Minho-ssi sebagai pacar. Maafkan aku."

Kris hanya bisa mendesah dan menenangkan dirinya sendiri setelah mendengar semua itu dari Kyungsoo. Sekarang, jantungnya berpacu lebih cepat, karena menahan amarah dan kekhawatiran yang begitu besar. " Choi Minho itu, membawamu ke tempat seperti Kyounglidan, aku akan--!"

" Hyung, mianhae.. jebal!" Kyungsoo berkata pelan, tetapi jelas.

Seketika Kris terdiam.

" Aku pernah berkata, bahwa Kris bukan siapa-siapa, tapi aku berbohong kepada diriku sendiri." Kyungsoo berkata sebelum Kris menjawab. " Ketika aku berjalan pulang kemari.. Aku memikirkan bagaimana Kris selalu ada untuk menolongku. Bukan hanya baru-baru ini, tapi sejak aku bisa mengingatnya, sejak aku masih kecil. Kris-hyung.. maafkan aku. Maaf... "

Kris mengecup puncak kepala Kyungsoo lalu melepaskan pelukannya dengan lembut. Jemarinya menyeka air mata di pipi Kyungsoo yang sekarang telah memerah akibat menangis, kemudian Kris tersenyum hangat padanya, " Aku sudah mengerti sekarang, Kyungsoo. Mandilah. Aku akan menyiapkan makan malam."


 

 

 

kicauan author :

jengjeng!!! hayooo siapa yang mau punya Oppa kayak Kris? kekekeke~ dan juga si pasangan utama Kyungie udah keluar.. hahaha...

Maaf, buat typo yang bertebaran di setiap bab, ngetiknya ngebut sih, punggungnya cepet nyeri.

Special Thanks buat Tante Fenny Wong atas novelnya yang menginspirasi banget, cerita ini bukan milik aku, aku hanya mengubah cameo, plot, dan genre jadi fiksi , cerita ini berdasarkan novel karya tante Fenny Wong dengan judul yang sama HANAMI.

Makasih juga buat yang udah ngerespon baik sama fiksi ini.. kayaknya mau hiatus sampe akhir bulan nunggu notebook baru turun, hehe :3

at last... yuk komen lagi, kritik, ataupun saran yang ngebangun aku terima kok di sini :3

juga.. Happy Kaisoo Month! Selamat Ulang Tahun buat Uri Kyungie~~ semoga selalu di beri kesehatan... #ActorKyungsooDay #ExoDyoDay #HappyKyungsooDay

*bow*

-Pansy- 140112

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Pandananaa
Hey?! Bab tiga udah di post lohh... mau baca?? #kedipkedip :3

Comments

You must be logged in to comment
hyun-an #1
Chapter 3: Kapan lanjutan ceritanya author????
woobinsgirl #2
Chapter 3: kapan update, author?? ;_;
lovedio #3
Chapter 3: keren keren keren, tapi lebih baik pakai kata pemuda atau lelaki daripada namja, lebih enak dibaca
dyofanz #4
Chapter 3: this is so cool! intereating. I'll wait for next chap
Eunhyeshi #5
Chapter 3: GREAT! saya sangat menanti bab selanjutnya.
Changchang #6
Chapter 3: LANJUUTTT ini kereeennn!!! >.<
suka pairing Krisoo omaigaattt >.<
aku suka karakter Kris yg sayang bgt sama Kyungsoo disini.
Jga sikap Kyungsoo yg sok kuat tp aslinya rapuh bgt :/
astagaaa selalu lanjutkan ff ini thor~~
sayang dianggurin...
semangat!!!
aprilliyahernaaa #7
Chapter 3: ahhh akhirnya dilanjut jugaa thor aku sudah lama menunggu hehe
makiin kereen thor tapi penasaran banget sama masa lalunya kris thor trus penasaran juga masalalunya kyungsoo trus kris siapanya kyungsoo? aahhh aku penasaran sangat thor cepetan dilanjuut ya jangan lamalama hehe
iphe_chocoluph
#8
Chapter 3: suwer deh..aq nunggu ini ff lamaaa bgt..
haha welcome back dahh..
update soon ya authornim.. :)
chispring #9
Chapter 1: Aa, chap 1nya baguss.
Sandara jadi ibunya kyungsoo? Hmm... /membandingkan wajahnya/
permisi baca chappie selanjutnya~