Memories | 1 |

Memories

 

Apakah kau percaya dengan dongeng sebelum tidur?

Peterpan? Yang tak pernah tumbuh dewasa dan hidup di dunia yang abadi bernama Neverland?

Cinderella yang hidup sengsara tapi berakhir happily ever after?

Snow white yang memakan buah apel beracun bisa bangun kembali hanya karena ciuman dari seorang pangeran?

 

Aku percaya.. saat aku masih anak-anak.

 

Sekarang, setelah aku mulai melupakan semua dongeng-dongeng sebelum tidur itu,

Kenapa aku malah berharap aku menjadi salah satu tokoh dalam dongeng itu?

Aku ingin seperti Peterpan, yang selalu bermain-main tanpa tumbuh menjadi dewasa. Tak perlu cemas dengan kehidupan orang dewasa yang memusingkan.

Aku ingin menjadi Cinderella, yang akan hidup bahagia bersama seseorang yang dicintai, selamanya.

Aku ingin menjadi Snow White, yang menemukan cinta sejatinya hanya karena tertidur di tempat tidur kaca.

 

Kalian boleh tertawa,

Jika aku selalu meminta harapan seperti itu ketika aku melihat bintang jatuh.

Berharap suatu saat harapan itu menjadi kenyataan.

Dimana aku, menjadi tokoh utama dalam dongeng-dongeng sebelum tidur itu..

 

 

 

 

Kim Minseok menghela nafasnya saat mendengar suara serbuan air hujan terdengar jelas di indera pendengarannya. Kakinya bergerak melangkah mendekati jendela yang berada di seberang piano, tempatnya tadi berada. Ia mendudukkan tubuhnya di pinggir jendela, meringkuk dengan memeluk kedua lututnya. Kepalanya miring, menghadap kearah jendela yang menampilkan betapa derasnya air hujan turun.

 

Disaat hujan deras seperti ini, ini lah yang selalu ia lakukan. Mendengarkan suara air yang berjatuhan ke tanah. Menatap kearah jalanan di seberang kamarnya, yang pasti tak akan dilewati orang jika hujan turun selebat ini.

 

Minseok perlahan tersenyum tipis, saat merasa suara hujan itu mulai terdengar seirama di telinganya. Matanya mendadak berat, seolah air hujan itu tengah menina bobokannya.

 

Tapi sayang, kedua kelopak mata itu tak jadi menutup. Bola mata Minseok menatap lurus kearah jalanan, tepatnya dibawah jendela kamarnya. Di halaman rumahnya.

 

Ada seseorang yang berdiri disana.

 

Minseok segera berdiri dan mendekatkan wajahnya kearah jendela. Tapi pandangan matanya hanya diberikan sosok tak jelas karena embun di kaca jendela kamarnya. Dengan telapak tangannya, ia coba hilangkan sedikit embun yang menghalangi pandangannya.

 

Minseok kembali mendekatkan wajahnya kea rah jendela. Kali ini dengan embun yang sedikit menghilang. Dan penglihatan yang sedikit lebih jelas daripada sebelumnya.

 

Tapi, sosok itu sudah tak ada disana saat Minseok kembali menatap kea rah dimana sosok itu berada tadi. Sosok namja yang ia lihat tadi, menghilang entah kemana.

 

Hantu?

 

Minseok tertawa dalam hatinya ketika pikiran itu terlintas begitu saja di otaknya. Oh ayolah, ini masih siang bolong. Keadaan luar rumah yang terlihat gelap hanya karena cuaca mendung dan hujan turun. Lagipula, memangnya ada hantu mau hujan-hujanan? Hanya untuk menakut-nakutinya? Kalau begitu, kenapa ia tak langsung muncul saja di hadapannya dan menakut-nakutinya?

 

Minseok kembali ke posisi awalnya. Duduk di pinggir jendela sambil memeluk kedua lututnya. Tapi kali ini, menenggelamkan wajahnya diantara kedua lututnya.

 

Dejavu..

 

Minseok pernah mengalami hal yang sama seperti ini. Sosok itu, halaman rumahnya, hujan lebat, posisi duduknya, bahkan baju yang dikenakannya sekarang. Semua sama. Dengan mimpi semalam yang membuatnya tak bisa tidur hingga pagi hari. Sosok itu.. namja itu..

 

Jika ini merupakan kejadian reka ulang mimpinya, berarti sebentar lagi, pelayannya akan masuk ke dalam kamarnya dan memberitahu bahwa ia kedatangan tamu.

 

Tok tok tok

 

“Tuan muda Minseok?”

Pintu kamarnya terbuka sedikit. Cukup untuk orang berbaju pelayan memasukkan tubuhnya kedalam kamar Minseok.

“Maaf mengganggu tuan muda. Tuan muda kedatangan tamu yang menunggu di bawah.”

 

Minseok mengangkat kepalanya yang tadi bersembunyi di antara kedua lututnya. Menatap sosok paruh baya yang berdiri tak jauh dari pintu kamarnya. Pelan, Minseok menganggukkan kepalanya. sosok paruh baya itu membungkukkan badannya sedikit, sebelum keluar dari kamar Minseok.

 

Minseok berjalan menjauh dari jendela. Membuka pintu lemarinya, dan mengeluarkan sepasang baju dan celana dari dalam lemarinya.

 

Dengan langkah yang terkesan diseret, Minseok keluar dari kamarnya. Menuruni tangga dengan perlahan, dan berjalan menuju ruang tengah dengan langkah yang kembali terkesan diseret.

 

“Anyeong Minseok-ah!”

Minseok menatap orang yang dibilang adalah tamunya. Tamu. Sesosok namja dengan tubuh basah kuyup, tapi tersenyum hangat pada Minseok.

 

Hanya sampai itu, mimpinya semalam. Dan setelah ini, Minseok tak tau apa yang dilakukan tamu itu dirumahnya. Berharap semalam ia mimpi lebih lama lagi sebelum terjaga, agar tahu, apa maksud tamu asing ini datang ke rumahnya.

 

Menyingkirkan semua pikiran-pikiran yang berkelebat di pikirannya, tangan kanan Minseok mengulurkan pakaian yang ia ambil dari lemari pakaiannya tadi.

 

“Eoh?”

Tamunya menatap bingung tak mengerti. Pelayan yang sedari tadi berada di belakang Minseok menyodorkan buku dan pulpen pada Minseok. Membuat tangan Minseok mulai menggerakkan pulpen itu di atas buku yang tadi diberikan.

 

Gantilah bajumu. Kau bisa masuk angin. Pelayan Han akan menunjukkan dimana kamar mandinya.

 

Namja itu membaca kalimat yang tertulis diatas kertas itu. kemudian kembali menatap Minseok yang masih menyodorkan pakaian di tangannya. dengan senyum hangatnya, namja itu mengambil pakaian di tangan Minseok dan sedikit membungkukkan badannya.

 

“Gomawo Minseok-ah. Kau jangan kemana-mana ya? Aku akan kembali setelah ganti baju.”

Namja itu tersenyum dan mengacak-ngacak rambut Minseok. Sebelum berjalan pergi mengikuti pelayan yang akan menunjukkan dimana kamar mandinya. Meninggalkan Minseok yang berdiri mematung.

 

Kenapa namja itu bisa bertindak seenaknya pada Minseok? Mengacak-ngacak rambutnya? Selama ini, bahkan pelayan yang sudah sangat dekat dengannya tak pernah melakukan hal itu. tapi kenapa namja yang baru dilihatnya melakukan hal itu?

 

Tangan Minseok bergerak meraba bagian dada kirinya. Merasakan sesuatu yang berada didalamnya.

 

Jantungnya yang berdegup cepat seperti ini.. entah kenapa, Minseok mungkin bisa lupa bagaimana rasanya jika namja itu tak melakukan hal seperti tadi.

 

 

 

 

“Kukira kau meninggalkanku. Aku mencarimu ke seluruh rumah dan bertanya pada para pelayan di rumahmu. Ternyata kau berada disini.”

Minseok menolehkan kepalanya pada sumber suara. Namja tadi sudah berada disampingnya, dan sudah mengenakan bajunya.

 

Minseok kembali sibuk dengan buku kecil yang berada di tangannya. menuliskan sesuatu disana.

 

Maaf. Aku ingin melihat pemandangan sesudah hujan. Makanya aku pergi ke teras.

 

“Haha, gwenchana. Lagipula kau kan tuan rumahnya. Kenapa aku melarangmu?”

Minseok ikut tersenyum tipis, saat bibir namja itu mengeluarkan suara tawa.

 

Boleh kutahu namamu? Maaf jika menyinggungmu.

 

Minseok kembali menyodorkan bukunya ke hadapan namja itu. membuat mata bulat namja itu kembali membaca tulisan yang tertera diatas buku itu. sebelum mendapatkan senyuman hangat namja itu lagi. Yang entah kenapa, membuat Minseok kembali merasa jantungnya berdegup tak beraturan lagi.

 

“Xi Luhan imnida. Wajar kau tak mengingatku. Aku dan kau sudah tak bertemu lima belas tahun lamanya.”

Minseok menatap jari-jarinya. Lima belas tahun? Itu berarti saat Minseok berumur 5 tahun, saat itu lah ia bertemu Luhan?

“Kau ingat ini?”

 

Perhatian Minseok kembali teralihkan oleh Luhan, saat namja itu mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya.

 

Sebuah kalung dengan bandul bintang.

 

Tanpa sadar, tangan kanan Minseok meraih kalung yang terpasang di lehernya. Kalung yang sama yang berada di tangan Luhan.

“Setidaknya aku senang, kau masih menyimpan hadiah perpisahan kita. Kukira, karena kau sudah bertumbuh dewasa, dan kalung itu tak muat lagi di lehermu, kau tak akan menggunakannya lagi. Ternyata kau mengganti talinya agar tetap bisa terpasang indah di lehermu.”

 

Minseok rasa waktu seolah terhenti seketika. Saat tangan Luhan perlahan menyentuh bandul yang masih melingkar di lehernya.

“Aku akan membuatmu mengingatku lagi, Kim Minseok. Aku akan mengajakmu kembali kemana saat kau dan aku berusia 5 tahun.”

 

Kembali kemana saat kau dan aku berusia 5tahun..

 

 

∞TBC∞

 

NOTE : My friend told me to write something about this couple. Yeah, She’s really a hardshipper of XiuHunHan. I can’t write XiuHunHan, maybe I’ll help her with write about XiuHan. Actually, I’m Inspirit and WooGyu hardshipper. But I know anything about EXO because of my friend (who ship XiuHunHan the most). While wrote this, actually my friend texted me some idea. And taraaa~ this is the result! The worse ff XiuHunHan is coming~ Hope you mind reading until the end, not stopping in the half of story :’( because this is such a weird story *sobbing*

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Eka_Kuchiki
#1
I don't think so. It's pretty nice to me. Since my bias is Luhan... #slap
.
(Review Indonesia)
Aahh... jadi Xiuminnya tuna wicara ya? ;-; terus lupa ingatan juga? Sedih...
Yeah, karena masih chapter awal, jadi ga bsa komen banyak. Hing.
.
Yes, HanXiu (Luhan is seme right?) Is really cute and adorable~
Keep writing!XD
(Coba tebak saya siapa?) :3
guylian #2
Chapter 2: Aaaaa!!! Aku bingung alurnya/? Lanjut deh lanjut.
guylian #3
Chapter 1: Aaaaaaa!!! Ff Xiuhan pertama coyyy~ dan bikin penasaran gua! Plis lanjuttt!!! Oiya.. Luhan seme ya ?
xiaodeer
#4
Chapter 1: AKSJGBDLAKSDGJAS ME GUSTA
Scarlet_Legionnaire #5
Chapter 1: Gila, ini pertama kalinya aku baca fic Xiuhan dalam bahasa wkwkwkkw ;-; Feelsnya beda hahaha! Great job, lanjut yah :)))
Mokuji #6
Chapter 1: Lanjut ya, author-nim ...