(PART2) SYDNEY Saranghae

SYDNEY Saranghae - TWOSHOOT

Minho masih berdiri kaku menatap gadis barat dihadapannya, kedua matanya menatap tajam dan menerawang sembari sibuk dengan pikiran yang ada didalam kepalanya.

"Minho are you alright?" Tanya gadis bermata biru dihadapannya, gadis tersebut melangkah lebih dekat padanya dan mengelus wajah tampannya.

"Wow! I'm sorry!" Minho melepaskan tangan gadis tersebut dari wajahnya secepat mungkin. "I think i was wrong about the address" Ujarnya, "thankyou!"

Dengan cepat ia pergi dari rumah tersebut, meninggalkan gadis yang sepertinya mengenal minho cukup dekat tersebut kebingungan.

 

"Waeyo?" Tanya yoona saat minho muncul dan masuk kedalam mobil.

"Kurasa alamatnya salah! Sepertinya orang tersebut kelirus saat menulis alamat pacaramu.." Minho menatap yoona tepat di kedua matanya, ada tatapan marah terbesit didalam mata minho.

Dahi yoona berkerut saat mendapat tatapan seperti itu dari lelaki dihadapannya, gadis kurus tersebut lantas bingung dan kikuk dibuatnya.

"Waeyo?" Tanya yoona polos.

"Huuh..." Minho menghembuskan nafasnya dalam dalam, ia mengurungkan niat untuk menceritakan apa yang sebenarnya ia tahu dan memilih hanya diam. Lelaki tersebut membenarkan posisi duduknya, lalu menyalakan mesin mobil sport miliknya.

"Kita cari ke tempat lain!" katanya ketus dan mobilpun melaju. Yoona menatap lelaki yang tengah mengemudi disampingnya masih di posisi yang sama dan raut wajah yang sama raut wajah tak mengerti.

 

***

 

Mobil sport berdenyit saat minho menginjak pedal remnya, ban bergesekan cukup kuat dengan jalan aspal dan membuatnya berhenti berputar. Minho membuka sabuk pengaman yang ia pakai dengan kasar dan turun dari mobilnya tanpa berbicara apapun. Yoona yang kebingungan segera mengikuti kemana perginya lelaki tersebut.

"Excusme.." Ujar minho pada salah satu pekerja berseragam biru yang tengah mencuci sebuah taksi yang berwarna sama dengan pakaiannya. "Yes, may i help you?" Balasnya

"barang saya tertinggal di bagasi salah satu taksi yang ada disini, where can i found it?" Tanya minho dengan aksen inggrisnya yang fasih.

"Kamu bisa melaporkannya didalam" tangannya menunjukan ke arah meja resepsionis, setidaknya yoona mengerti maksudnya dari pergerakan tangan yang dilakukan lelaki paruh baya tersebut.

"Thanks" jawab minho, dengan segera ia berjalan masuk kearah yang ditunjukan tersebut. Yoona dibelakangnya masih diam dan hanya mengikutinya.

"Good afternoon mr, can i help you?" Tanya si wanita yang berdiri di belakang meja resepsionis dengan ramah. Wanita berambut coklat kemerah merahan, yang kira kira hampir memasuki unur 30 tahun.

"Saya meninggalkan sebuah koper didalam bagasi salah satu taksi disini, tapi saya tidak yakin dengan nomor taksinya" jelas minho, yoona hanya diam disampingnya mendengarkan dengan tak mengerti.

"Kalau boleh saya tahu, kapan kau naik taksi kami dan dimana?" tanya kembali sang resepsionis.

"Kemarin siang, saya naik taksi dari bandara mungkin sekitar pukul 2 siang" jawab minho. Sang resepsionis mendengarkan sembari mengetik laporan kehilangan tersebut.

"Bisakah saya mengetahui deskripsi koper milikmu? Misalnya warna? Bentuk dan tanda tanda lainnya?" tanya perempuan tersebut.

"Jelaskan ciri ciri kopermu" ujar minho pada yoona, aksen inggrisnya seketika hilang, kali ini kembali minho si lelaki korea.

"Ne?" Yoona menatap minho polos.

"Ciri ciri koper milikmu! Warna atau bentuk atau apapun agar dia bisa mencarinya" ujar minho.

"Aaaa...

 

Minho berjalan cepat kembali kedalam mobilnya, namun tiba tiba saja yoona menghentakan kakinya dan berhenti ditempat. Minho yang terkejut dengan otomatis membalikan badan dan menatap yoona tak mengerti.

"Waeyo?" Tanyanya dengan sebelah alis terangkat.

Yoona hanya diam dengan dahinya yang berkerut dan kedua alis yang hpir menjadi satu.

Minho berjalan lebih dekat kearah yoona, "ada apa denganmu?" Tanya minho, kali ini tatapan dan nada suaranya melembut.

"Sebenarnya...." Yoona menggigit ujung bibirnya, kedua mata minho menampakan tatapan bertanya. "Sebenarnya perutku lapar minho ssi" yoona tersenyum dengan menggigit seluruh bibir bawahnya.

"Mwo?!" ujar minho terkejut.

 

 

Minho dan yoona berjalan bersamaan menyisiri jalan dikota sydney yang dipenuhi butik butik terkenal dengan beberapa cafe kecil disepanjang jalannya. Mobil sport minho sengaja di parkir di beberapa blok dari restoran kecil yang akan mereka kunjungi sekarang.

"Minho ssi, apakah ini restoran korea?" Yoona menatap minho tak percaya saat mereka berdua berdiri didepan sebuah restoran yang dominan kayu di setiap desainnya. Restoran tersebut terlihat dipenuhi oleh pengunjung, tak banyak meja yang tersisia baik didalam restoran maupun di luarnya.

Minho mengangkat kedua bahunya, dan menarik lengan yoona "kajja! Kita tak akan mendapat tempat jika berdiri disini saja!" mereka masuk kedalam restoran tersebut.

"Good afternoon.." Sapa si pelayan dibalik mesin kasir berbentuk lcd. "Bro!!"teriak lelaki tersebut saat melihat minho dihapadannya, mereka ber-high five layaknya seorang teman dekat. Yoona menatap kedua lelaki tersebut dengan wajahnya yang polos.

"Kemana saja kau! Tak pernah datang kemari, kabar pun tak ada!" Ujar si lelaki yang memakai celemek di tubuhnya tersebut.

"jika ku jelaskan akan menambah panjang antriannya" minho menunjuk kearah belakangnya dengan ibu jari.

"Aaahh.. Arraseo!" Jawab lelaki tersebut, "kau ingin memesan apa?" Tanyanya.

"Kau mau makan apa?" Tanya minho pada yoona, gadis tersebut masih diam terpaku dengan mulutnya yang menganga. Matanya terlihat tak percaya, ia menatap minho dan temannya bergantian.

"aahh.. yoona ini kimbum temanku orang korea dan kim bum ini yoona wisatawan dari korea baru 1 hari di sydney" jelas minho.

"annyeong aggashi, kimbum imnida" kim bum tersenyum dengan memperlihatkan lesun pipinya, "noemu yeppoyo!" Godanya.

"Kamsahamnida, im yoona imnida" balas yoona dengan membungkuk.

"sebaiknya kau pesan sekarang jika tidak orang orang dibelakang akan memprotes kita!"bisik minho.

Hmmm...baiklah, aku ingin bimbimbap, kimci dan spicy chicken" ujarnya, yoona menatap minho dengan puppy eyesnya. minho hanya menggeleng gelengkan kepalanya.

"Sudah kau catat?" Tanya minho pada temannya si pemilik restoran tersebut. "Ditambah ramyun satu, berapa semua?" Tanyanya.

"Hari ini khusus gratis untuk kalian" ujar kimbum setengah berbisik, "khusus untuk wisatawan cantik ini, dan sahabatku yang sudah lama hilang" ujarnya sembari mengedipkan sebelah matanya pada yoona.

 

"Huwaaa.. Restoran korea milik temanmu penuh juga, ternyata banyak yang menggemari makanan kita yaa..." Yoona menyeringai polos pada minho yang duduk dihadapannya sembari serius menatap layar ponselnya.

"Mungkin..." Jawab minho singkat sembari mengangkat bahunya. Yoona terlihat kegirangan dengan suasana malam yang begitu indah malam ini, langitnya di penuhi bintang yang berkelap kelip bergantian. Belum lagi jalanan yang dipenuhi lampu hiasan di jalanan ini memberi kesan sedang berada di sebuah festival.

"Minho ssi" tiba tiba saja yoona memanggil lelaki yang baru dikenalnya hampir 2 hari tersebut. Minho mengalihkan tatapannya dari layar ponsel. "Jika boleh ku tahu, rumah yang kita kunjungi tadi rumah siapa? Aku melihat kau berbicara dengan wanita penghuni rumah tersebut cukup akrab" wajah yoona yang polos membuat minho bingung dan kembali marah saat mengingat kejadian siang tadi.

"Orang yang kukenal" jawab minho singkat, "yoona ssi, sebenarnya apa tujuanmu datang kemari?" minho menatap yoona serius. "Jika kau hanya ingin bertemu dengan pacarmu mengapa kau tidak langsung saja menghubunginya dan memintanya menjemputmu?" minho terlihat geram.

"Jika aku bisa menghubunginya mungkin aku tak akan bertingkah konyol datang ke tempat sejauh ini" yoona memandang sepasang sepatu yang saling menginjak satu sama lain bergantian.

"Maksudmu?" Tanya minho tak mengerti.

"Aku dan kai sudah pacaran sejak kami sma, mungkin hampir 5 tahun. Kami baik baik saja sampai ia memutuskan untuk meneruskan kuliah di sydney" yoona menatap langit langit malam. "aku tak menentang keputusannya walaupun aku sedih tapi aku tak punya hak untuk menentang mimpinya, ini soal masa depan, benarkan?" yoona menatap minho yang tengah mengangguk anggukan kepalanya pelan. "Namun sejak hari kepergiannya ia hilang, tak ada kabar maupun berita tentang kai 2 tahun ini aku tak tahu dia dimana, sedang apa, bagaimana kuliahnya, dan bagaimana kita" yoona menundukkan kepalanya lemas.

"lalu apa lagi yang kau inginkan? Bukankah semuanya sudah jelas? 2 tahun waktu yang cukup untuk menjelaskan bahwa semuanya berakhir" kata minho.

Yoona menggeleng pelan, "walaupun hubungan kami berakhir, aku ingin mendengar langsung dari mulutnya" jawab yoona. "Aku tak berhubungan begitu saja dengannya, jadi saat semua harus berakhi tidak berakhir begitu saja aku harus mendengar penjelasan darinya"

"Jadi kau sudah siap jika semuanya tak seperti apa yang kau inginkan?"

"Kehidupan tak selalu jalan seperti yang kita inginkan bukan?" Yoona mengangkat kedua bahunya sembari tersenyum, wajahnya terlihat kembali berseri walapun sedikit terlihat kesedihan di matanya. Minho menatap yoona dengan rasa bersalah dalam dirinya, secara tak langsung ia tahu sedikit kenyataan tentang kai pacar yoona dan walaupun ia tak menginginkannya tapi minho sudah masuk kesalam permasalahan ini.

"Besok kita akan mencarinya lagi" ujar minho penuh keyakinan, "sembari menunggu kabar soal kopermu, aku akan mengajakmu ketempat tempat yang sering dikunjungi orang orang di sydney mungkin saja kita akan bertemu dengan pacarmu kai" kata minho.

"Jinjja?!" Nada yoona bersemangat, minho mengangguk mengiyakan. "Huaa joengmal kamsahamnida minho ssi" gadis tersebut tertunduk malu, "maafkan aku jika aku tiba tiba datang dan menyusahkanmu, aku hanya tak tahu harus meminta bantuan siapa" ujarnya kembali lemas.

"Kau meminta maaf nanti saja, karna besok kau masih akan merepotkankukan" canda minho,

"Ne?" Kedua alis yoona terangkat polos,

"Kajja.. Hahaha" minho berjala pergi sembari terkekeh geli melihat wajah yoona, yoona yang kebingungan mengikuti lelaki tersebut dibelakangnya.

 

***

 

Yoona berdiri tepat didepan sebuah gate taman hiburan dengan kepala badut besar yang tengah tersenyum kepadanya, luna park begitulah tulisan yang tertera disana. Minho berdiri di samping yoona sembari membenarkan letak kacamata hitam diwajahnya, mata hari siang ini menyorot tak kenal kompromi.

"Kajja!" Minho berjalan masuk, belum sempat selangkah kakinya bergerak yoona menarik lengan minho mengentikannya.

"Waeyo?" Tanya minho, ia mengintip dari balik kaca matanya.

"Bukankah hari ini kau mau mengantarkanku mencari kai?" Tanya yoona.

"Betul!" Jawab minho yakin.

"Lalu kenapa kita datang kemari?" tanya yoona polos.

minho kembali membenarkan kaca mata hitamnya dan menegakkan tubuhnya, "Saat weekend seperti ini, kebanyakan anak muda akan menghabiskan waktunya di luna park entah untuk menikmati wahana maupun kerja part time disini. Lupa park cukup terkenal dikalangan mahasiswa kampusku" jelas minho santai, "apakah kau ada ide lebih baik untuk mencari kekasihmu?" Sahut minho dengan tampang menyebalkan namun tak melunturkan ketampanannya.

Yoona menggeleng pelan, "baiklah ayo kita masuk!" Yoona menghembuskan nafasnya mengembalikan semangatnya yang sempat hilang. "Kajja!" Ia menarik lengan minho, menyeret lelaki tinggi tersebut bersamanya.

 

"AAAAA..." Teriak yoona histeris saat rollercoaster melaju dengan kecepatan penuh, ia berteriak sembari mengangkat kedua tangannya untuk menikmati hembusan angin kencang yang datang menyerbu dirinya. Minho yang duduk dikursi sampingnya melirik kearah yoona sembari tersenyum.

 

"Sebaiknya kita mencari di bagian mana lagi?" Tanya yoona begitu bersemangat setelah turun dari wahana rollercoaster. Minho terlihat seperti lelaki yang tengah menemani adik kecil yang begitu bersemangat menghabiskan waktu di taman hiburan.

"Terserah kau saja.." Ujar minho pasrah.

"Bagian utara sudah kita kelilingi.." Yoona menatap kertas kecil di tangannya, sebuah map taman hiburan luna park. "Kajja kita kesebelah sini" yoona menarik minho untuk ikut bersamanya.

 

"Wuhuuu!!" Yoona bertepuk tangan kegirangan saat minho berhasil menembak kaleng soda dengan senapan mainan ditangannya. "Kajja! Kau membutuhkan satu lagi!" Bisik yoona penuh semangat. Minho terlihat sangat tampan saat tengah fokus untuk menembak satu kaleng soda lagi di hadapannya. Ia harus menjatuhkan 3 kaleng soda agar mendapatkan hadiah sebuah boneka teddy bear di salah satu games yang ada di luna park.

'PLETAK!' senapan mainan mengeluarkan pelurunya yang terbang tepat kearah kaleng soda di hadapan minho.

"YEAAH!" yoona loncat kegirangan, mereka berdua ber-high five merayakan kemenangannya. Satu boneka teddy super besar menjadi milik yoona.

"Huwaaaaa boneka ini menutupi seluruh tubuhku" ujar yoona, gadis kurus tersebut berjalan sembari memeluk teddy super besar yang menyembunyikan hampir seluruh bagian tubuhnya.

"Kau bisa membawanya tidak?" Tanya minho yang terlihat khawatir.

"Aku bisa..!" Jawab yoona masih sangat antusias. "Ngomong-ngomong kita sudah mengelilingi taman hiburan ini tapi tak ada tanda tanda keberadaan kai" yoona menghentikan langkah kakinya, ia menatap minho dari balik teddy jumbo dipelukannya.

Minho membuang cola yang sudah habis ditangannya ke tempat sampah yang ada didekat mereka, dengan gantle minho membawa teddy dipelukan yoona.

"Kalau begitu kita cari ke tempat lain, mungkin ia tidak disini" minho menyelipkan teddy besar tersebut di lengan kanannya, teddy tersebut tak terlihat begitu raksasa saat di genggam minho.

"Kajja!" Minho menarik lengan yoona dengan lengannya yang bebas.

Tubuh kurus gadis tersebut mengikuti kemana pegangannya melangkah pergi.

 

"Minho-ssi!" Teriak yoona, "mengapa kita mencari kai disini?!" Suara yoona yang berteriak terdengar sayup karna bebunyian kendaraan motor yang lumayan bising di Sydney Harbour Bridge.

Dengan beberapa orang yang lain dalam kelompoknya, minho dan yoona menaiki sydney harbour bridge. Berjalan di satu tangga ke tangga lain, mendaki hingga ke puncak tertinggi lengkung aussie tersebut.

"Jalanlah.. Jangan sampai tertinggal kelompok" sahut minho santai, ia tersenyum bahagia melihat wajah yoona yang nampak pucat. Mereka berjalan  dengan berbaris rapi, minho berada di barisan paling belakang dengan yoona di depannya.

"Jinjja! Apakah kita bisa menemukan kai disini?!" Rengek yoona.

Seluruh kelompok dalam barisan berpakaian seragam berwarna biru dongker dan abu dengan celana dan lengannya yang panjang, percis seperti seragam teknisi bengkel namun tak ada noda oli yang mengotori pakaian mereka. Mereka mendaki dengan pakaian aman menurut standar yg telah ditetapkan, dengan semacam ikat pinggang yang melingkari tubuh mereka dan sebuah tali pengaman yang merekatkan masing masing dengan kerangka besi yang membentuk jembatan tersebut.

"Kupikir kaimu itu tengah memiliki masalah makanya ia jarang datang kekampus dan menghilang begitu saja" minho mendekat kearah yoona, wajahnya ia dekatkan dengan telinga yoona sehingga tak perlu berteriak saat berbicara dengan gadis tersebut. Mendadak yoona terdiam dan terpaku, seakan ada pengerat antara kaki dan besi yang ia pijaki saat ini.

"Mak..maksudmu?" Jawab yoona gugup.

Minho mengangkat kedua alis dan dagunya, seolah menunjukan kesuatu arah yang dapat menjawab kebingungan yoona. Gadis tersebut memalingkan tubuhnya, ia melihat sebuah jarak antara ia dan rombongannya yang lain tentu saja bukan itu maksud minho. "Wohooooooo....!" Terdengar teriakan sayup sayup dintara deruan angin kencang di puncak sydney harbour bridge. Seseorang melakukan bungee jumping tepat dipuncak lingkar aussie tersebut.

Tiba tiba saja kedua mata yoona terbuka lebar, jika mampu terjatuh saat ini kedua bola matanya mungkin menggelinding entah kemana.

Yooba membalikkan tubuhnya menghadap minho, "tidak tidak, kita cari ketempat lain" kedua kaki yoona yg gemetaran mencoba melangkah mundur melawan arah rombongan yang lain.

"Wae wae..." Minho terkekeh geli, kedua tangannya menggenggam bahu kurus milik wanita cantik tersebut. "Kwaencana..." Minho memutar kembali tubuh yoona, menyelaraskan arahnya dengan rombongan yang lain. "Kajja!!" Minho mendekap lembut bahu gadis cantik tersebut, mendorongnya untuk memiliki keberanian memanjat hingga ke puncak.

Yoona hanya terdiam tanpa mengatakan apa apa, tubuhnya lemas. Ada dua hal yang menyebabkannya seperti itu, yang pertama karena yoona terlalu takut berada di atas sini dan membayangkan ia harus meloncat turun dengan seutas tali 'aman' untuk sampai ke bawah dan yang kedua karena dekapan hangat minho yang membuat degup jantungnya berlari kencang.

"Anniya..anniya..anniyaa..." Yoona komat kamit sembari tak berani membuka kedua matanya. "...haaa jinjja jinjja..jinjja!" Gadis itu terus berbicara pada dirinya sendiri. Minho yang berdiri tepat dibelakangnya hanya tertawa melihat gadis yang kini kakinya telah terikat bersamanya. Seseorang guide tengah sibuk mengecek kembali tali tali pengaman yang diikatkan pada tubuh minho dan yoona.

"Minho-ssi! Apakah kita harus meloncat dari sini? Apakah itu jalan satu satunya untuk turun?!" Ujar yoona, wajahnya terlihat pucat dan kedua matanya masih tertutup rapat.

"Apakah kau sudah siap?" Teriak minho.

"AHH TUNGGU TUNGGU!!" Histeris yoona, kedua tangannya memegang keras besi besi tempat meluncur yang ada di sampingnya.

Minho terlihat begitu girang menahan tawa, "tenanglah kita jatuh bersama" kedua tangan yoona digenggam minho begitu erat. Perlahan minho melepaskan jeratan yoona dari kerangka besi disamping mereka, dengan lembut dan sopan ia meraih pinggang kurus milik yoona. Seketika aliran darah yoona mengalir dua kali lebih cepat, matanya sontak melotot saat merasakan tangan hangat yang dengan lembut meraih pinggangnya. Yoona mendadak lupa akan ketakutannya dengan ketinggian, aliran setrum bagai tengah menyengat seluruh tubuhnya.

"Mianhae... Maafkan aku.." Bisik minho,

"Ne?!...AAAAAAAAA" Minho dan yoona meluncur keudara, dengan kedua kaki yang diikat bersamaan. Mereka menggantung gantung diudar. "WOHOOOOO.." Terdengar teriakan minho yang sepertinya menikmati bungee jumping mereka.

 

"Huh..hah..huh..hah" wajah yoona terlihat begitu pucat, matanya menatap kosong, dadanya naik turun dengan cepat. Ia terduduk lemas di atas aspal.

"Kwaencanayo?" Tanya minho yang berdiri disampingnya, dua orang petugas terlihat sibuk melepaskan beberapa tali perekat yang diikat di tubuh minho dan yoona.

"Kurasa aku masih bisa merasakan detak jantungku" jawab yoona terengah-engah.

Minho menahan tawa sembari meneguk botol minum ditangannya, ia memberikannya kepada yoona setelah meneguk setengah isi didalam botol tersebut. Yoona menerima air segar milik minho yang mungkin saja dapat memulihkan pikirannya kembali seperti semula.

"Eoh! Tunggu!" Gadis kurus tersebut berdiri dari tempatnya dan menatap kaget ke salah satu arah.

"Minho ssi bukankah itu orang orang dari kelompok yang sama seperti kita?" Yoona menunjuk kearah sekelompok orang yang jumlahnya setengah berkurang dari sebelumnya.

"Benarkah?" Tanya minho santai.

Yoona mengangguk yakin, ia menatap rombongan tersebut yang tengah menuruni anak tangga satu persatu secara bergantian mengakhiri perjalanan mereka mengitari lingkar aussie tersebut.

"Jika mereka bisa turun tanpa terjun, mengapa kita melakukan itu?" Yoona menatap minho dengan tatapan memelas sekaligus marah.

Minho dengan santai tersenyum sembari mengangkat kedua bahunya "entahlah..." Lelaki tampan tersebut menahan tawa.

Dan yoona baru sadar bahwa ia sedang di kerjai oleh lelaki dihadapannya saat ini.

 

***

 

"Hey hey.. Waeyo?" Minho mempercepat langkahnya mengejar yoona yang berjarak beberapa langkah didepan. "Hey kau marah padaku?" Minho terlihat tengah menahan tawa.

Yoona membuang muka, ia tak membalas tatapan minho.

"Hahaha.. Come on.." Goda minho. Wajahnya terlihat manis.

"Kau kira menakut nakuti orang seperti tadi lucu?!" Ujar yoona ketus.

"Arraseo arraseo" minho menghentikan tawanya, "mianhae, aku minta maaf.." Minho memperlihatkan tatapan hangat dan tulus miliknya. Dan yoona luluh dengan tatapan itu.

Gadis cantik tersebut menghembuskan nafas panjang, "arraseo.. Lupakanlah, lagi pula sudah terjadi.." Yoona menggembungkan pipinya sebal.

"Kajja!" Minho meraih lengan yoona, sebelum tubuhnya ditarik pergi yoona menahannya. "Waeyo?" Tanya lelaki tampan tersebut.

"Mau kemana? Sekarang aku harus tahu dulu kita mau kemana dan melakukan apa!"

"Opera house, sedang ada pertunjukan musik klasik dipelatarannya" ujar minho, "aku ingin mengajakmu makan hotdog terenak di sydney sembari mendengarkan musik klasik dan menyaksikan matahari tenggelam, apakah itu sudah memenuhi rasa ingin tahumu?" Minho mengangkat sebelah alisnya sembari tersenyum jahil.

Yoona menatap kedua mata minho menyelidiki apakah lelaki itu sedang jujur atau hanya ingin membohonginya lagi.

"mungkin kita bisa menemukan pacarmu disana, kau tidak mau?"

Yoona diam dengan wajah kebingungan, bungee jumping dari ketinggian lingkar aussie tersebut sepertinya sudah melunturkan nama kai dari kepalanya. Gadis tersebut hampir saja lupa tujuannya datang kemari.

"Baiklah kalau begitu kita kem..."

"Aku mau!" Jawab yoona memotong pembicaraan minho, "tentu saja aku mau! Aku lapar.." Rengek manjanya.

Minho tersenyum memperlihatkan lesun pipi diwajahnya. "kajja!" minho memggenggam telapak tangan yoona, menariknya dengan lembut. Yoona seakan terbang, ia tak merasakan telapak kakinya berjalan di aspal. gadis tersebut terasa seperti berjalan diatas langit dengan deruan angin yang lebih normal dari deruan angin saat ia terjun sebelumnya.

 

"kau tunggu disini, aku akan membelikan hotdog untukmu" perintah minho, "jangan pergi selangkahpun! mengerti!" jari telunjuknya terangkat tepat didepan wajah cantik yoona.

"Ne arraseo.." Jawab yoona penuh penekanan.

Yoona berdiri, diantara megahnya bangunan opera house dibelakanhnya. Tak henti hentinya yoona berdecak kagum memandang pemandangan langit yang berwarna keemasan kontras dengan warna disekitarnya saat ini. Wangi hamparan air dapat ia rasakan dari deruan angin yang menghampirinya. Sepasang matanya berkeliling, mengamati segala yang ada di sekitarnya. Kumpulan orang yang menjadi titik perhatian saat ini tengah sibuk menyiapkan alat alat musik yang sepertinya akan digunakan untuk pertunjukan musik klasik seperti yang dikatakan minho. Sebuah stage sederhana dengan background hamparan sungai dan tenggelamnya matahari, hal seperti ini hanya ada dalam bayangan yoona.

"Eoh?!" sesuatu menarik perhatian yoona. seorang wanita blonde, merangkul mesra lelaki di sampingnya. Tak asing di mata yoona, lelaki tersebut menarik perhatiannya. "jong in?" bisiknya pelan.

Ada dorongan dari dalam dirinya untuk mengikuti dua orang yang terlihat seperti sepasang kekasih tersebut. Yoona mempercepat langkahnya, mengurangi jaraknya dengan kedua orang didepannya. entah mengapa yoona mendapat keyakinan bahwa lelaki yang bersama gadis bule tersebut adalah kai. Yoona hapal betul pacar yang sudah bersamanya hampir 5 tahun tersebuy dan ia yakin ia tak mungkin salah. Pasangan tersebut masuk kedalam sebuah coffee shop yang letaknya tak jauh dari opera house. Yoona berdiri tepat didepan coffe shop dengan jendela besar yang tranparan. Ia mengamati kedua orang tersebut dari luar coffee shop. Matanya tak lepas menatap lelaki yang ia yakin bahwa lelaki tersebut adalah pacarnya kai.  Hingga lelaki tersebut duduk di salah satu tempat duduk yang tepat berada di sebelah jendela.

"Kim Jong In!" kata yoona dengan yakin. Jelas lelaki tersebut adalah kainnya, yoona tak salah lagi. Tanpa sadar kakinya melangkah masuk kedalam coffee shop yang dimasukki kai. Perasaan yoona terlalu campur aduk, rindu, lega, lelah dan marah bercampur menjadi satu.

"Kim..kim jong in.." Panggil yoona lembut saat ia berdiri tepat di samping kursi kainya. Kai duduk sendiri, perempuan yang bersamanya sebelumnya terlihat tengah memesan di meja kasir.

Kai menatap yoona membelalak, seolah ia tak percaya yang dihadapannya saat ini benar-benar yoona yoejachinggunya. Kai lantas bangkit dari kursinya, ia menatap yoona tanpa mengatakan sepatah katapun.

"Aku mencarimu, kemana saja kau kim jong in?" Kata yoona lemas, ada perasaan marah dan sedih dari nada yang di keluarkan yoona.

"Honey.. Who is she?" Gadis bule bermata biru datang menghampiri mereka berdua dengan nampan berisi 2 frappuchino diatasnya.

Kai kembali menatap yoona, "my friend, she is my old friend from korea" kata kata tersebut keluar dari mulut kai. Yoona membelalak menatap kai, hatinya terasa terhantam hebat, 'friend?'

"Bisakah kau menungguku sebentar? Aku ingin berbicara dengan temanku" ujar kai. "Well! It's okay.." Sahut gadis bule tersebut dengan mengangkat kedua bahunya. Kai melangkah keluar dari dalam coffee shop dan yoona mengikutinya di belakang.

Kai menghentikan langkah kakinya, yoona mengikutinya dengan berdiri beberapa langkah dibelakang kai. Gadis cantik tersebut menatap kai menuntut penjelasan, wajahnya terlihat merah dengan air mata yang menumpuk diujung matanya.

"Apa yang kau lakukan disini? Apakah kakakmu tahu kau pergi sejauh ini?" Tanya kai, raut wajahnya tak dapat ditebak. Ia terlihat berbeda dari terakhir yoona bertemu dengannya di bandara 2 tahun lalu. Yoona kembali mengingat ingat kainya yang dulu, kainya yang di korea bukan di sydney. Gadis tersebut meyakinkan dirinya dalam hati bahwa yang ia lihat saat ini bukan kai! Bukan kim jong in!

"Kim jong in.. Aku merindukanmu.." Bisik yoona pelan, terdengar sedikit harapan dari nada suara yoona.

"Im yoona! Jawab aku! Mengapa kau pergi ke tempat sejauh ini, bersama siapa kau datang kemari?" Tukas kai, nadanya terdengar dingin.

"Jonginnie.." Yoona memanggil panggilan sayang untuk kai, "kemana saja kau selama ini? Mengapa kau tak pernah memberikan aku kabar, apakah kau mendapat kesulitan di sini? Apakah kuliahmu baik baik saja?"

"Yoona kita sudah berakhir!" Tiba tiba saja kata kata tersebut keluar dari mulut kai dan mengantam yoona begitu keras. Air mata yoona terjatuh saat itu juga, dadanya terasa sesak dan kepalanya terasa begitu sakit.

"Hubungan kita sudah berakhir.." Tambah kai, nadanya terdengar lebih lembut dari sebelumnya.

"Apa sebenarnya yang sedang kau katakan? Ada apa dengamu?" Yoona terisak.

"Aku tak bisa lagi menjalani hubungan ini bersamamu, aku sudah memiliki jalanku sendiri disini dan kau pun harus menjalani jalanmu sendiri" ujar kai, wajahnya terlihat dingin.

"Apa maksudmu? Mengapa kau seenaknya mengatakan hal tersebut kepadaku? Mengapa kau bisa memilih jalan yang kau inginkan, sedangkan aku harus menjalani apa yang tak ingin kujalani?" Air mata mengalir semakin deras di wajah cantik yoona. "Apa alasan kau seperti ini?" desak yoona.

"Kembalilah yoona, jangan membuat kakakmu khawatir" kata kai, ia berjalan mendekat kearah yoona dan mengecup singkat kening indahnya lalu pergi meninggalkan yoejachinggu yang ia pacari selama 5 tahun di pinggir jalan, di sebuah negara asing dan sendirian.

Tubuh yoona lemas, seketika ia terjongkok di tempatnya. Nangisnya semakin menjadi dari sebelumnya.

 

Minho yang sedari tadi tanpa disadari menyaksikan adegan kai dan yoona terlihat geram. Dadanya kembang kempis akibat lelah berlarian mencari yoona yang hilang di tempat awal mereka berpisah, nafasnya yang menderu tersebut juga akibat ia terlalu emosi melihat yoona menangis kerena lelaki mantan pacarnya yang kurang ajar tersebut. Lelaki tersebut berjalan cepat setengah berlari, ia mengikuti ke tempat kai pergi. Minho masuk kedalam coffee shop melewati yoona yang menangis tepat didepan coffee shop tersebut. Lelaki tampan tersebut mempercepat langkahnya untuk menghampiri kai.

"Excusme..." minho menarik bahu kai cukup keras sehingga lelaki tersebut berbalik 180 derajat menatap minho 'BHAK!' Minho menonjok wajah kai sangat keras hingga lelaki tersebut terkapar diatas ubin. Adegan tersebut sontak membuat sesisi coffee shop menatap mereka berdua.

"Minho!" Teriak wanita bule yang berlarian dari kursinya saat melihat adegan tersebut, wanita yang bersama kai tersebut wanita yang sama yg minho lihat saat ia tengah mencari alamat kai bersama yoona. Ia berlarian menghampiri kai yang terkapar di ubin dengan ujung bibir yang mengalir darah segar.

"What's wrong with you?!" Teriaknya histeris saat melihat wajah kai yang tak baik baik saja.

"I'm sorry, aku hanya sangat ingin memukulnya!" Minho mengeluarkan dompet dari saku belakang celananya, ia mengeluarkan 2 lembar dolar dan ia simpan diatas salah satu meja kosong di coffee shop tersebut. "Ini untuk mengobati luka di wajahmu" ujarnya "..dan lukamu itu untuk menyembuhkan luka seorang gadis yang tengah menangis diluar sana" minho menggunakan bahasa korea saat mengatakan itu. Kai mengkerutkan dahinya saat mendengar minho mengucapkan bahasa korea.

"And you.." Ujar minho kepada gadis bule yang tengah khawatir menatap keadaan pacar barunya, "jangan lupa untuk membawa semua barang barangmu dirumahku, kau sudah mendapatkan tempat tinggal baru bukan?" Minho terlihat santai, ia mengangkat sebelah alisnya sembari mengangkat sebelah ujung bibirnya.

"I'm happy for you both!" Minho menunjuk kedua orang di hadapannya sembari tersenyum. Lelaki tampan tersebut lantas pergi keluar dari coffee shop tersebut tanpa menghiraukan seisi coffee shop yang memperhatikannya.

Seseorang tengah berdiri tepat di depan pintu coffeeshop menunggu minho keluar dari dalamnya. Sepasang mata yang lembab menatap nanar kearah lelaki tampan tersebut. Gadis kurus dengan wajah yang kacau, menatap minho dengan tatapan yang bodoh. Minho menghembuskan nafasnya pelan sembari membalas tatapan yoona dengan tatapan hangat dan menenangkan khas miliknya. Minho mendekat kearah yoona dan mendekap gadis tersebut, memeluknya erat. Yoona kembali menangis sejadi jadinya dalam dekapan minho, ia menangis karena menyadari betapa bodohnya dirinya dan betapa menyedihkannya kenyataan tentang kai yang sangat ia harapkan lebih dari ini.

 

***

 

"Kau sudah tahu semuanya bukan?" Tanya yoona pada minho. Mereka berdua duduk di salah satu kursi kayu dengan pemandangan sungai dan sydney bridge di belakang mereka. Angin menghembus semakin malam semakin kencang.

"Gadis yang kita temui di rumah itu adalah pacar barunya bukan?" tanya yoona lagi, tatapannya memandang ke sembarang arah.

Minho hanya menghembuskan nafasnya untuk menjawab pertanyaan yoona.

"Pada saat itu, kita tidak datang ke alamat yang salah kan?" Yoona menatap minho menuntut penjelasan.

Minho tersenyum teduh, ia menganggukan kepalanya pelan. "Akhirnya kau mengetahuinya sendiri" jawabnya, "mianhae" ujar minho.

"Waeyo?" Tanya yoona, "akulah yang salah, bukan kau" yoona tersenyum walau terlihat terlalu jelek untuk disebut tersenyum.

"Maafkan aku untuk memukul wajah mantan pacarmu" canda minho, kata katanya penuh penekanan. Yoona terkekeh walau sebentar.

"Seharusnya kau tak perlu melakukan itu" ujarnya.

"Wae?!" Tanya minho.

"Akulah yang harus melakukannya" balas yoona sembari menggepalkan tangannya ke udara, "hahaha.." Minho terkekeh geli.

"Tapi aku tak mampu melakukannya.." yoona kembali lemas dan gepalan tangannya terjatuh kepangkuannya. "Apakah aku terlihat bodoh?" yoona membalikan tubuhnya menatap minho. "Apakah aku terlihat seperti wanita idiot?" ujarnya.

Minho tersenyum pada yoona dan mengelus pangkal kepalanya lembut, "kau hebat!" Kata katanya terdengar tulus.

Wajah yoona mendadak memerah dan terasa panas, gadis tersebut merasakan detak jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Yoona bahkan serasa dapat mendengar detak jantungnya yang selalu tak biasa saat karena lelaki ini. mereka saling bertatapan, secara tak sadar mereka berdua hanyut dalam tatapan masing masing. Yoona dan minho saling menatap, sama sama larut dalam diri mereka masing masing.

"HACIIIM!" Tiba tiba saja yoona bersin tepat dihadapan wajah minho, dengan cepat yoona menutup mulutnya dan menatap minho penuh rasa bersalah. Minho mengerutkan wajahnya, ia menutup kedua matanya. "Mianhae minho-ssi" ujar yoona tak enak. Minho membuka sebelah matanya perlahan, takut takut ia mendapat semburan dadakan lagi dari gadis dihadapannya. Dengan cepat yoona merogoh isi tasnya, ia mengeluarkan sapu tangan kain sutra berwarna biru langit miliknya. Perlahan ia mengelap wajah minho hati hati, tiba tiba saja tangannya digenggam oleh lelaki tersebut, lelaki tampan tersebut masih terpejam namun genggamannya begitu kuat pada lengan yoona.

Yoona kembali dibuat tersipu malu oleh lelaki tersebut, "minho-ssi" bisik yoona lembut.

Minho membuka kedua matanya, tatapannya menatap yoona jahil. "Apa kau baik baik saja?" Tanyanya. Minho menyadari perubahan wajah yang terjadi pada yoona.

"Ne?!" yoona kikuk, ia salah tingkah. Dengan paksa ia melepaskan tangannya dari genggaman minho. Ia membalikan tubuhnya menjauhi tatapan minho yang dapat membuat ia lebih salah tingkah.

Minho tersenyum, ia membuka jaket yang ia pakai dan ia kenakan ke tubuh yoona. Gadis tersebut kembali dibuat tersipu oleh minho.

"Kamsaham...HACIIM"

Minho terkekeh geli, "kajja kita pulang... Bisa bisa kau benar benar terkena flu" minho menggenggam tangan yoona dan membawanya kembali kerumah sebelum gadis tersebut bersin untuk kesekian kalinya.

 

***

 

Minho terbangun dari tidurnya, sofa favorit yang ternyata cukup empuk untuk membuatnya mimpi indah semalam. Ia bertukar tempat dengan yoona, lelaki tampan tersebut membiarkan yoona tidur di kamar tidurnya. Minho menggeliat kecil lalu terduduk di atas sofa, ia mengusap wajah tampannya dan berusaha mengadaptasikan kedua matanya dengan seberkas cahaya yang menyilaukan yang masuk dari taman kecil di belakang rumah miliknya. Minho berjalan kearah kamar mandi untuk mencuci mukanya, namun langkahnya terhenti saat melihat meja makan kecilnya sudah dipenuhi makanan diatasnya. Ia berjalan dan melihat apa yang terjadi. Sebuah post card menempel di atas meja didekat kumpulan makanan korea yang sepertinya masih hangat.

 

Aku berhutang banyak kepadamu, masakan korea buatanku kujadikan DP untuk membayar kerepotanmu atas aku. Kurasa aku tak akan pernah melupakanmu, lelaki tampan pelindungku. Annyeong:)

p.s : semoga takdir mempertemukan kita lagi disuatu tempat.

IM YOONA

 

Minho berlari setelah membaca surat kecil yang ditinggalkan yoona tersebut, ia mengecek kedalam kamarnya dan tak ada yoona disana. Kamarnya sudah bersih dan rapi seperti ia lihat sebelumnya. Lelaki tampan tersebut berlari tergopoh gopoh keluar dari dalam rumahnya, ia berlari menggunakan celana tidur, kaos oblong dan tanpa alas kaki. Ia tak mempedulikan penampilannya saat ini, ia hanya ingin mencari gadis yang ia kenal beberapa hari kemarin sebelum ia terlambat. Minho keluar dari pagar rumahnya, ia berhenti sejenak untuk memutuskan kearah mana ia harus pergi mencari yoona dan tak butuh waktu lama untuk memikirkan hal tersebut. Seorang gadis terjongkok di depan trotoar rumah orang, gadis kurus tersebut seperti tengah memainkan sebuah batu kecil yang ia gesek gesekan ke aspal layaknya tengah menulis sesutu diatasnya. Minho menghembuskan nafasnya lega, ia berjalan perlahan menghampiri gadis tersebut, gadis yang hampir saja hilang dari pandangannya.

"Kenapa kau duduk disini?" Yoona tertegun mendengar suara tersebut, ia menghentikan kerjaannya mencoret coret aspal dengan batu dan bangkit dari tempatnya.

"Kk..kau sudah bangun? Maafkan aku.. Aku tadinya mau pulang hari ini tapi aku ingat koperku belum ketemu dan aku kebingunan harus mencarinya kemana... Maafkan aku" yoona menundukan kepalanya.

"Bagaimana bisa kau pergi begitu saja setelah merepotkanku seperti ini?" Ujar minho terdengar marah dari nada bicaranya.

"..mianhae... Joengmal..." Kata yoona setengah berbisik.

"Kajja..!" Minho menggenggam tangan yoona dan mengajaknya kembali kedalam rumah.

 

***

 

"Kita mau kemana minho-ssi?" tanya yoona didalam mobil sport milik minho, lelaki tampan tersebut sudah siap di kursi kemudinya dengan menggunakan kacamata hitam miliknya. Ia sudah terlihat tampan dengan kemeja jeans berlengan panjang yang sengaja ia gulung dan memperlihatkan otot otot tangannya. Minho memberikan kacamata lain untuk yoona.

"pakailah.. aku ingin membuatmu benar benar tak akan melupakan sydney sebelum kau kembali" ujar minho. "Setelah itu aku akan mengantarkan kau ke bandara" minho menatap yoona dari balik kacamata hitamnya. Walau yoona tak melihat kedua sorot mata minho secara langsung tapi hatinya lagi lagi berdetak dibuatnya. "kau siap nona im yoona?" Sebelah alis minho terangkat bersamaan dengan senyumannya.

Yoona mengangguk dengan membalas senyum minho, "ne..!"

 

Mobil sport melaju cukup kencang, melewati deretan hutan forest di kanan dan kiri jalan. Cuaca begitu indah bahkan terlalu indah hari ini, minho sengaja membuka atap mobilnya agar udara segar bebas menyambar tubuh mereka. Yoona terlihat terlalu menikmati udara dan perjalanan mereka hari ini.

"Apakah kau malu jika aku mengeluarkan tanganku?" Yoona menatap minho meminta izin.

"Kuberi kau waktu 5 menit" jawab minho tak melepas pandangan dari jalanan.

"Arraseo!" Jawab yoona kegirangan, sebelah tangannya ia keluarkan sedikit dari badan mobil, ia dapat merasakan angin yang menerjang begitu lembut di tangannya. Yoona ingin sekali menggapai udara udara tersebut dan ia bawa pulang kekorea untuk sesekali ia hirup jika ia merindukan moment ini. Yoona diam diam menatap minho, Lelaki tampan tersebut terlalu menawan hari ini. Berat hati yoona untuk berpisah dengannya secepat ini.

"Jangan melihatku lama lama, atau kau akan menyesal" ujar minho tiba tiba, lelaki tersebut sadar tengah di perhatikan.

"Ssiapa yang melihatmu.." Yoona memalingkan wajahnya dari minho, dan menyembunyikan wajahnya yang merona merah.

Minho terkekeh diam diam, menahan tawa.

 

"Huwaaaaaaa..." Yoona berteriak sesaat mereka sampai di blue montaint. Sebuah tebing dengan pemandangan pegunungan indah dengan pantulan sinar matahari berwarna biru akibat dari minyak pohon ekaliptus. sangat memanjakan mata. "Kukira tempat seperti ini hanya ada di negeri dongeng" ujar yoona merengek rengek pada minho. "indah sekali minho ssi" yoona menarik narik lengan minho mengajaknya ke ujung tebing, point view disini.

"Arraseo..arraseo.." Minho berakting malas menanggapi kenorakan gadis tersebut.

"Huwaaa.. Apakah kita bisa menaiki itu minhossi?" Tanya yoona pada minho. Yoona menunjuk keret sebuah kereta gantung atau yang dinamakan scenic skyway. Kereta yang menggantung di atas ketinggian 720 mdpl yang berjalan melewati lembah blue mountain.

"Kau mau menaikinya? apakah kau berani? Itu tinggi sekali loh.." kata minho menggoda yoona yang takut akan ketinggian.

"Eiiiiy.. Aku berani! Kajja!!!" Yoona berlarian ikut mengantri bersamaan orang orang yang akan memasuki kereta gantung blue mountain, gadis polos tersebut dengan percaya diri memasuki kereta gantung itu tanpa mengetahui apa yang akan terjadi.

 

Yoona dia berdiri ditengah tengah kereta gantung yang tengah berjalan diatas langit. Kakinya gemetar menginjak dasar kereta gantung yang terbuat dari kaca bening, yang sengaja dibuat agar pengunjung dapat memandang jauh ke bawah sana dari ketinggian kereta gantung ini. gadis tersebut memegang ujung kemeja minho sangat keras dengan tangannya yang gemetaran. Air mukanya tampak sangat ketakutan dan seperti ingin menitikan air mata.

Tiba tiba saja minho melepaskan kaitan tangan yoona dari kemejanya, ia menggantinya dengan menggenggam tangan gadis tersebut di antara ruas ruas jemarinya. Minho menggenggam lengan yoona sangat kuat, tangannya yang hangat seperti dapat terasa ke setiap aliran darah yoona. Hal tersebut berhasil memacu detak jantung yoona, gadis tersebut dibuat kaget olehnya.

"Nikmatilah pemandangannya, kau kan yang ingin naik ini" minho tersenyum sembari mengelus pangkal rambut yoona dan kembali melihat lihat pemandangan lembah blue mountain dari ketinggian ini.

Yoona tersipu malu, ia mencoba mengalihkan pandangannya dari jari jemari minho yang menggenggam jari jemarinya. Ia tegang sekaligus senang, gadis tersebut merasa sedikit terganggu namun enggan untuk melepaskan genggaman tersebut. Yoona membalasnya dengan mengeratkan jari jemarinya di tangan minho. Lelaki tampan tersebut sontak tersenyum saat merasakan genggaman yoona yang semakin kuat.

 

"Kau bisa mengeluarkan semuanya.." Minho mendekap kedua bahu yoona dan membawa gadis yang berdiri tepat didepannya ke tepian tebing berpagar besi didepan mereka.

"Ne?!" yoona membalikan tubuhnya, namun ditahan oleh dekapan minho. Tubuh yoona di bawa hingga ke dekat pagar besi. "Kau bisa mengeluarkan semuanya, agar kau kembali ke korea tanpa ada beban lagi" minho membisikan kata katanya tepat ditelinga yoona, deruan nafasnya hangat hingga menghembus ditelinga gadis cantik tersebut.

"Bisakah aku melakukan itu?" Tanya yoona.

"Tentu saja" balas minho.

"Apakah aku tidak akan memalukanmu?" yoona bertanya polos.

"Hahaha.. tentu saja iya.." Canda minho, "tapi aku akan mengatasinya.." Tambahnya lembut.

"AAAAAAAAA..." Teriak yoona tanpa aba aba, "MWOYA!" Keluh minho yang terkejut mendengar yoona berteriak begitu kencang. Mereka tertawa bersama sama.

"AAAAAAAAAAAAAAAA..." Yoona berteriak sejadi jadinya, ia menangis di akhir teriakannya. Gadis tersebut terisak, dengan lembut minho membalikan tubuhnya dan membawa gadis kurus tersebut kedalam dekapannya.

"Kwaencana.. Semuanya sudah berakhir, semuanya baik baik saja" bisik minho lembut, lelaki tersebut mengusap usap punggung yoona mencoba menenangkannya. "Kwaencana... Menangislah" minho merekatkan pelukannya pada yoona.

 

***

 

"Untuk apa kita mampir kesini?" Tanya yoona saat minho mengajaknya ke the rocks market. Sebuah pasar yang menjual kerajinan seni di ujung utara george street, sydney harbour bridge.

"Kau tak boleh lupa menyogok temanmu itukan? Kita belikan dia sesuatu disini" minho melihat lihat kesetiap stand stand ethnic yang dirancang khusus menjadi ciri khas the rocks market yang kental.

"aaahh! kau benar juga, aku haru membuatnya berhenti cerewet dengan membelikan oleh oleh" yoona menggaruk garuk kepalanya yang tak gatal.

"Kajja!" Minho kembali menggenggam tangan yoona, hal tersebut seperti sudah biasa diantara mereka dan yoona pun sudah tak lagi terlihat gugup ia terlihat sangat menikmatinya.

"Minho-ssi!" Yoona menghentikan langkahnya dan menarik minho ke sebuah stand yang menarik perhatiannya.

"Waeyo?" Tanya minho kebingungan.

"Kyeopta.. Kicci?" yoona meraih sebuah gelang silver dengan sebuah lingkaran ditengah gelang tersebut.

"Hmm.." Minho mengangguk anggukan kepalanya.

"Gelang takdir" ujar sang penjual dengan menggunakan bahasa inggris, minho memperhatikan gadis muda yang menjual barang barang silver dan perak tersebut. "Bandul lingkaran yang berada di tengah menggambarkan bola dunia, dua orang yang ditakdirkan bersama dari manapun mereka berpisah jika mereka berjalan pada arah yang sama mereka akan bertemu pada satu titik, seperti lingkaran yang tak berujung. Pertemuan tersebut pasti terjadi" jelas gadis tersebut membuat yoona kebingungan, sedangkan minho terlihat serius memperhatikan penjelasannya.

"This is couple bracelet, jika kau dan pasanganmu memakai gelang ini. Niscaya sejauh apapaun kalian dipisahkan suatu hari kalian akan kembali bersama and happily ever after" ujarnya.

"Apa yang ia katakan?" Yoona menyenggol minho meminta penjelasan. Tiba tiba saja ponsel yoona berbunyi, ia merogoh isi tasnya dan mengeluarkan ponsel dari dalamnya. "Changkkaman.." Ujar yoona, gadis tersebut berjalan menjauhi minho untuk mencari suasana yang lebih tenang untuk mengankat telfon. Minho mengangguk mengiyakan.

"How much is it?" tanya minho pada si gadis penjual gelang, minho mengangkat sepasang gelang yang yoona lihat sebelumnya.

"$50 dolar for two" jawabnya.

 

***

 

Yoona menundukan kepalanya sesaat setelah ia kembali dari loket untuk membeli tiket penerbangan ke korea. “Kau mendapatkannya?” tanya minho yang menuggunya dengan koper berwarna pink muda disampingnya,  koper yang telah mereka ambil sebelumnya di kantor taksi tempat koper tersebut tertinggal.

Yoona menganggukan kepalanya lemas, “30 menit lagi boarding” ujarnya lemah.

“waeyo?” minho menundukan kepalanya memandang yoona, “Kwaencanayo?” tanyanya.

Yoona mengangguk, berat hati ia memandang wajah minho.

“kau tak ingin berpisah denganku?” goda minho sembari menahan tawa.

“bicara apa kau ini..” yoona menyenggol tubuh minho dan melangkah duduk di kursi tunggu sebelum ia harus masuk ke ruang boarding. Sulit baginya untuk mengatakan selamat tinggal pada lelaki asing ini, lelaki tampan yang kini berhasil memikat hatinya sehingga berat bagi yoona untuk meninggalkan kota ini. Hampir 15 menit mereka habiskan dengan berdiam diri, mereka berdua duduk bersebelahan dengan gugup. Baik minho maupun yoona terlihat kikuk satu sama lain.

Tiba tiba saja sebuah pengumuman terdengar di pengeras suara, pengumuman berbahasa inggris tersebut mengatakan bahwa penumpang pesawat yang dinaiki jurusan Sydney-incheon di harapkan untuk segera masuk ke ruang boarding dan bersiap ke gate penerbangan karena sepertinya pesawat tersebut akan take off beberapa menit lagi.

“kajja” minho berdiri dari kursinya, “ne?” yoona menatap tak mengerti.

“pesawatmu akan segera take off, kau harus bersiap siap” minho mengatakannya dengan berat hati.

“jinjja?” yoona terlihat terkejut, “arraseo..” jawabnnya sedih. Yoona mempersiapkan barang bawaannya tak bersemangat. Minho membantu mendorong kopernya ke depan pintu boarding.

“hmmm..” yoona terlihat kikuk untuk mengucapkan selamat tinggal, ia tak berani menatap kedua mata minho ia yakin akan ada tetesan air mata yang keluar nantinya. Sedangkan minho terlihat sedikit lebih tenang walaupun air mukanya terlihat sama sedihnya.

“hati hati dijalan..” kata minho memulai kata kata perpisahan antara mereka, “jangan sampai ada sesuatu yang tertinggal” tambahnya dengan tersenyum hangat.

Yoona mengangguk sembari menundukan kepalanya, “kamsahamnida.. joengmal kamsamahnida” suaranya lemah, tetesan air mata mengalir sedikit demi sedikit dari kedua matanya. “maafkan aku terlalu banyak merepotkanmu..” yoona pasrah, ia mengangkat wajahnya untuk menatap minho terakhir kalinya. Ia membiarkan minho melihat wajahnya yang tengah menangis sekali lagi.

“maafkan aku yang tiba-tiba datang dan menyusahkanmu, aku benar-benar berterima kasih padamu jika tidak ada kau…” kata-kata yoona terhenti saat bibir tipisnya dibungkam oleh kecupan manis dari minho. Dengan lembut lelaki tersebut mencium yoona, ciuman begitu dalam dan penuh arti. Yoona memejamkan kedua matanya membiarkan ciuman minho mengalir hingga aliran darahnya.

Perlahan minho melepaskan bibirnya dari bibir yoona, kedua tangannya mendekap lembut pipi gadis tersebut dan membelainya. Minho tersenyum di akhir ciumannya.

Lelaki tersebut merogoh kantong belakang celananya, mengeluarkan sebuah gelang dan memakaikannnya di lengan yoona. gadis tersebut hanya diam menatap minho memasangkan gelang di tangannya.

“percayalah kita pasti akan bertemu lagi..” ujar minho, yoona mengangguk sedih.

Minho mengusap air mata yang membasahi wajah cantik yoona, ia menatap kedua mata yoona hangat dan begitu pula sebaliknya.

“aku akan menemukanmu” bisik minho, ia mengecuk dahi yoona.

“kau janji?” tanya yoona penuh harap.

Minho mengangguk dengan yakin, ia mengusap lembut pangkal kepala yoona “Aku janji!”

 

Yoona duduk di dalam pesawat, dengan kursi yang berdekatan dengan jendela pesawat. Ia memandang jauh keluar jendela, memandang pelataran lapangan terbang nanar. Semua bayangan awal ia datang kesini hingga sedetik sebelum ia ada di pesawat ini berputar kembali didalam kepalanya. Cintanya yang hilang dan kini kembali tumbuh di Negara ini.

“Annyeong Sydney…” bisiknya sembari menggenggam gelang yang diberikan minho di lengan kanannya.

 

***

6 month later

 

Yoona menyandarkan kepalanya di salah satu bangku kayu yang ada di taman sebuah universitas terkenal di korea. “huuuh..” hembusan nafas gadis tersebut diikuti uap yang keluar dari mulutnya.

“wae..wae..wae..” sooyoung tiba tiba saja datang dan membuyarkan lamunan yoona, “lagi lagi menunggu kabar, menunggu kabar dan menunggu kabar” protes sooyoung.

Yoona terkekeh geli, ia membenarkan duduknya dan menatap sahabat yang ada disebelahnya.

“waeyo?” jawab yoona santai.

“kau masih saja menunggu pangeran penolongmu di Sydney itu?” ujar sooyoung, yoona mengangguk penuh semangat. “Aish perempuan ini benar-benar gila” komentarnya.

“yaa Im Yoona kau tak bosan menunggu? Setelah kai sekarang dia?” ujarnya, “kau itu belum lama kenal dengannya, kau kira omongan seperti ‘aku akan menemukanmu’ dan ‘kita akan bertemu lagi’ dapat dipercaya dari seorang lelaki yang baru kau kenal hanya 3 hari?” sooyoung memulai ocehannya.

“kali ini hatiku mengatakan berbeda” yoona tersenyum sembari memandang gelang yang diberikan minho. Gelang tersebut tak pernah lepas walaupun sedetik dari lengannya.

Tiba-tiba saja ponselnya berdering, yoona merogoh kantong jaket yang ia kenakan dan mengeluarkan ponselnya.

Sebuah pesan masuk, pesan tersebut dari oppanya yang berisi:

 

Yoona bisakah kau menjemput sahabatku di bandara?

Aku ada rapat dadakan, dan kurasa akan sangat terlambat jika aku yang menjemputnya.

Sahabatku datang dari London, pesawatnya akan landing sekitar pukul 1 siang.

Ongkos taksi akan ku ganti dirumah, tolonglah kakakmu yang tampan ini yoong.

SaranghaeJ.

 

“waeyo?” sooyoung terlihat penasaran melihat yoona yang sangat serius menatap layar ponselnya.

“aku harus segera pergi soo..” yoona menatap jam tangan yang ia kenakan, sudah menunjukan pukul 12 siang. Ia bergegas bangkit dari tempatnya untuk segera melakukan perintah oppanya.

“hey kau mau kemana?” tanya sooyoung kebingungan.

“oppa memintaku untuk menjemput temannya di bandara, aku hanya ada waktu satu jam sebelum terlambat” jelas yoona tergesa-gesa.

“Ne?!” sooyoung ikut bangkit dari tempatnya, “kita kan masih ada kelas yoong..”

“ku rasa aku akan melewatkannya soo.. aku pergi eoh? Anyyeong” yoona mencubit pipit sooyoung dan berlarian meninggalkannya.

“ya im yoona sakit tau!” protes sooyoung setengah berteriak, yoona membalas dengan melambaikan tangan setinggi tingginya tanpa berhenti berlari.

 

“tuan kim, kau tunggu disini saja nanti aku kabari lagi jika aku sudah bertemu dengan teman oppa..” ujar yoona.

“arreseo..” jawab tuan kim dengan sopan, “hati-hati nona..”

“nee..” yoona meluncur turun dari mobilnya dan berlarian mencari gate kedatangan luar negeri, ia mengitari incheon airport tergesa gesa karena jam ditangannya sudah menunjukan pukul 1.30 siang. Jalanan seoul yang amat ramai membuatnya terlambat sampai ke aiport.

“aissh! Aku lupa menanyakan namanya pada oppa” gerutu yoona saat berniat untuk membuat papan pengenal di secarik kertas. “bagaimana aku bisa mencari teman oppa?” yoona gelisah, akhirnya ia menulis ‘sahabat im wo bin dari london’ di secarik kertas di tangannya.

Gadis cantik tersebut beberapa kali mengangkat kertas tersebut kesetiap orang yang keluar dari gate kedatangan luar negeri. Sudah hampir setengah jam yoona berdiri disini dan tak ada satupun orang yang menghampirinya.

“sebenarnya seperti apa rupa teman oppa itu? Apakah ia bule atau korea?” ujar yoona pada dirinya sendiri.  Yoona sudah mulai kelelahan, tak ada lagi orang yang keluar dari gerbang dihadapannya. Ia putus asa dan memutuskan untuk mengakhiri pencariannya, ia mengeluarkan ponsel dari kantong jaketnya berniat untuk menghubungi kakaknya. Yoona berjalan pergi sembari mencoba menghubungi kakaknya lewat telfon.

“Excusme.. apakah kau adik im wo bin?” seseorang menghentikan langkahnya, yoona mematikan ponselnya dan berbalik ke arah seseorang yang berbicara dengannya.

“aku sudah menunggumu hampir satu jam” ujar lelaki tampan tersebut dengan koper berwarna silver di sampingnya. Yoona tertegun menatap lelaki tersebut, sejenak ia terdiam isi kepalanya seperti tengah melakukan loading bak software yang error.

“k..kau teman oppa?” suara yoona seperti hembusan angin, lelaki tersebut tersenyum ia menatap yoona dengan tatapannya yang tajam namun hangat. Khas seperti milik seseorang yang dikenal yoona.

Lelaki tersebut mengangguk meyakinkan yoona, “anyyeong..” sapanya.

“….minho-ssi” air mata menetes membasahi wajah yoona.

“ini aku..” ujarnya, suaranya yang lembut yang sudah lama tak yoona dengar. Tatapan matanya yang begitu yoona rindukan.

“kenapa lama sekali..” yoona mengusap air mata dari wajahnya, minho memeluk tubuh yoona kedalam dekapannya.

“mianhae..” bisiknya lembut, deruan nafasnya yang hangat menggetarkan hati yoona. gadis tersebut sangat merindukannya. “aku tak akan kemana mana.. mulai saat ini aku akan selalu disisimu” minho melepaskan pelukannya. Ia membelai lembut wajah yoona, dan mengecup bibirnya mesra. Ciuman dalam yang mereka lakukan percis seperti saat di Sydney dulu. Bedanya kini ciuman tersebut merupakan bukan ciuman selamat tinggal dan sampai bertemu lagi, kini ciuman tersebut berarti ciuman selamat datang dan tetaplah disisiku.

 

“Sejauh apapaun kalian terpisah suatu hari kalian bertemu kembali, hidup bersama dan bahagia selamanya”

 

***



Akhirnya aku bisa menyelesaikan cerita ini :):) terima kasih buat chingu yang mau membaca dan menunggu ff pairing baru pasangan lee min ho dan im yoona favoritku ini selain kyuhyun dan yoona. Hihihi berawal dari melihat mereka di beberapa commercial bersama dan aku semakin berharap mereka lebih dari itu walau yoona sudah bersama lee seung gi seenggaknya ingin banget liat mereka main drama bareng semoga suatu saat terjadi:) terima kasih sekali lagi chingu loveyouuuuuuuuu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Marlenadan52
#1
Chapter 2: I loved it
selfyselfong #2
Chapter 2: Serius ini bakal jadi ff favorit hehe keren banget thor :D
selfyselfong #3
Chapter 1: Pleasw thooor update sooonnnnn! Ini bikin penasaran banget :(
Aku tunggu thor hihi
kuropurple
#4
Chapter 1: AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA next part dong aqhduqdbjhwdbjhedb demi apa ya baru ketemu ff ini sekarang huhuhuhuhuhuhu ;____; update soon, and anyway, happy new year, author-nim!!!!
qartyana #5
maunya kyuna...hehe tapi gpp deh.. ff selingan pkoknya bkin ff kyuna juga ya ;)