(PART1) SYDNEY Saranghae

SYDNEY Saranghae - TWOSHOOT

"Huuuuh.." Hembusan nafas berat seorang gadis di salah satu bangku taman sebuah kampus yang cukup terkenal di korea selatan. Gadis kurus berparas cantik itu tengah menyandarkan kepalanya di sandaran kursi kayu yang ada di taman tersebut, dengan kepalanya mengadah kelangit-langit taman siang itu. Matanya sedikit kesusahan menatap langit karena sinar matahari yang menyilaukan matanya.

Pemandangan langit yang dipenuhi biasan matahari siang itu kini berganti menjadi pemandangan awan yang indah yang ada didalam layar ponsel milik gadis tersebut. "rrrgh.. Kai! Kai! Kai! Dimana kauuuu" gumam gadis tersebut tak sabar sembari menekan-nekan layar ponselnya yang tengah ia angkat keudara dengan kedua tangannya.

Berkali-kali gadis tersebut mengecek kotak masuk didalam ponselnya. Namun  berkali-kali juga hanya kekecewaan yang ia dapat, karena tak ada satupun pesan masuk untuknya dari lelaki yang sangat ia harapkan tersebut.

"Yoona!" Seorang gadis lain mengejutkannya dengan menyambar ponsel yang sedari tadi digenggam oleh gadis yang ia panggil 'yoona' tersebut.

"Yaaa!!" Teriak yoona, "kau ini apa-apaan sih kembalikan ponselku" protesnya sembari berusaha mengambil kembali ponsel miliknya dari tangan sahabatnya itu.

"Ya.. Ya.. Ya!! Choi sooyoung!" Bentak yoona, menyerah.

Bukan mengembalikan ponsel sahabatnya tersebut, sooyoung malah terkekeh jahil menatap yoona yang tengah terduduk lemas ditempatnya dengan muka yang pasrah.

"Yaaa.. Berhentilah mengharapkan kai mu itu!" Ujar sooyoung, gadis jangkung tersebut duduk disebelah sahabatnya sembari menatap khawatir seolah dapat membaca raut wajah yoona saat ini. "Sudah hampir setahun sejak ia pergi ke sydney, dan sampai detik ini dia tak memberimu kabar apa-apa" jelasnya. "Apa lagi yang kau harapkan yoong? Bukankah itu sudah jelas bahwa hubungan kalian telah selesai"

"Rrrgh.. Kembalikan ponselku" yoona menyambar ponsel yang ada di tangan sooyoung, lalu kembali menatap layar ponselnya. "Kau tak mengerti soo kau tak mengerti.." Keluh gadis tersebut.

"Ya memang! Aku tak mengerti dengan sikapmu yang bodoh itu" sahut sooyoung kesal. "Kau ini sudah dibutakan oleh cintamu pada kai si bodoh itu! Yoona setahun itu bukan waktu yang sebentar! Pasti banyak yang dia lakukan di sana dan kau tak tahu! Mungkin saja dia sudah menemukan wanita lain"

"ANDWAE!" Teriak yoona sembari menatap sahabatnya tersebut dengan puppy eyenya. "Tidak boleh! Dan tidak mungkin! Aku tahu betul kai hanya mencintaiku soo.. Sebelum ia pergi, dia mengatakan kalau dia sangat mencintaiku" yoona menunduk sedih setelah mengatakan hal tersebut, memori-memori tentang kai berputar kembali dikepalanya.

"pabo! lalu kemana sekarang lelaki yang katanya sangat mencintaimu itu?!" Gerutu sooyoung kesal, ia memalingkan wajahnya dari sahabatnya tersebut menatap ke sembarang arah.

"Hanya masalah waktu soo.. Ya masalah waktu" yoona tersenyum, kepalanya kembali terangkat seolah sebuah semangat kembali muncul didalm dirinya.

"Hah! Terserah kau lah, aku bosan berdebat denganmu soal lelaki bodohmu itu! Kenapa kau tak langsung saja mencarinya ke sydney sana! Agar semuanya jelas" tukas sooyoung marah.

Tiba-tiba hening, setelah sooyoung mengatakan seluruh kekesalannya ia tak mendengar respon apa-apa dari sahabatnya tersebut. Perlahan gadis jangkung tersebut memutar kepalanya, berniat mengecek sahabat karibnya yang sudah ia kenal sejak balita tersebut dan memastikan bahwa yoona masih berada di tempatnya.

"Yoona kwaencana?" Ia mendapati yoona yang tengah menatapnya sembari menyeringai lebar dengan wajahnya yang penuh arti.

"Sooyoung, kau benar-benar sahabat baikku!" Tiba-tiba saja gadis tersebut merangkul sooyoung erat.

"Ya.. Lepaskan aku" dengan sedikit kesusahan sooyoung melepas tangan yoona dari tubuhnya dan menatapnya tak mengerti. "Apa maksudmu?!" Sooyoung mengernyitkan dahinya menatap yoona, menunggu penjelasan.

"Seperti yang kau katakan, aku akan menyusul kai ke sydney" yoona mengatakan niatnya tersebut dengan penuh semangat.

"MWO?!" Sooyoung berteriak terkejut, ia benar-benar tak percaya dengan yang dikatakan sahabat kesayangannya tersebut.

"Muaaah.." Yoona mengecup kilat pipi chubby sooyoung, "gomawo yoongi, saranghae" ia beranjak dari tempatnya, berjalan riang dengan setengah meloncat-loncat seperti anak umur 5 tahun yang baru saja mendapat sebungkus ice cream kesukaannya.

Kedua mata besar sooyong membelalak hebat, rahangnya terbuka lebar. Ia menatap tak percaya pada gadis bodoh yang berjalan mulai menjauh dari hadapannya, ia benar-benar tak percaya akan ide bodoh sahabatnya tersebut.

"Ya Im yoona!" Teriak sooyoung, ia bersiap-siap berdiri untuk menyusul sahabatnya tersebut. "Yoong aku tak serius dengan perkataanku! Yoona!!" Ia berlari mengejarnya.

 

***

 

"hmmm.. Oppa" yoona mencoba membuka suara ditengah-tengah acara makan malamnya bersama kakak laki-laki satu-satunya tersebut di meja makan.

"Hmmm.." Lelaki dewasa yang duduk dihadapan yoona memalingkan wajahnya, menatap adik kecil dihadapannya. "Ada apa yoong?" Tanyanya sembari mengunyah makanan di dalam mulutnya.

"Hmmm...hmmm oppa.." Ujar yoona takut-takut,

Lelaki tampan tersebut menatap adiknya bingung, dahinya mengernyit, alisnya hampir menyatu, ia dapat mencium sesuatu yang tak beres dari adiknya. "Kau ingin mengatakan apa?" Tanyanya sekali lagi.

Yoona terlihat segan untuk meneruskan kalimatnya, ia tahu betul kakaknya im woo bin tak akan mengizinkannya untuk pergi ke sydney sendirian apalagi jika ia berkata jujur bahwa ia pergi untuk mencari kai, namja chingunya yang tak diketahui oleh kakaknya tersebut.

Yoona dan kai menjalani hubungan secara backstreet dari kakaknya im woo bin. Woo bin memang sangat protektif pada yoona, ia sangat menyayangi adik kecilnya satu-satunya itu. yoona satu-satunya keluarga yang ia miliki saat ini dan menjadi tanggung jawabnya untuk mengurus serta menjaga adik kecilnya tersebut setelah mereka ditinggal kedua orang tua mereka yang meninggal akibat sebuah kecelakaan pesawat.

“Ada apa yoong?” tanya woo bin tegas, namun tatapannya tetap hangat.

“mmmh… tidak, tidak jadi” yoona mengurungkan niatnya, ia tak punya keberanian untuk mengatakan idenya untuk pergi ke Sydney kepada kakaknya. Ia sama sekali belum pernah pergi ke tempat sejauh itu sendirian sebelumnya, pergi ke jeju bersama teman-teman sekolah saja setengah mati ia memohon-mohon untuk diberikan izin bahkan sooyoung yang sudah kenal baik dengan kakaknya tersebut ikut memohon agar yoona dibolehkan ikut.

“bagaimana kau ini” gumam lelaki tersebut, ia meneruskan kembali melahap makan malamnya. Namun tak lama ia menyimpan kembali sumpit yang ada ditanannya ke atas meja dan kembali menatap adik kecilnya tersebut.

“ah iya yoong, hampir saja aku lupa” ujarnya setelah menelan semua makanan yang ada didalam mulutnya, yoona mengangkat kepalanya dan memperhatikan kakaknya tersebut.

“minggu depan aku harus berangkat ke jepang, ada sesuatu yang harus ku kerjakan atasanku memintaku untuk pergi” jelasnya, “apa kau tak keberatan?” tanyanya hati-hati,

Yoona diam sejenak, ia menatap kakaknya dengan wajah yang tengah berpikir sesuatu.

“Tapi jika kau keberatan aku bisa…”

“TIDAK! TIDAK!” bantah yoona secepat mungkin, kedua tangannya melambai ke arah kakanya member tanda bahwa ia tak keberatan sedikitpun. “Tidak kak, kau pergilah ke jepang!” tambahnya penuh semangat.

Melihat respon adiknya tersebut sedikit membuat woo bin bingung. Ia menatap adiknya tak mengerti, mencoba menerka-nerka pikiran yang ada didalam kepala adiknya itu.

“aku pergi selama seminggu loh yoong, benar tidak apa-apa?” tanyanya sekali lagi.

“mmm!!” angguk yoona yakin. “kau pergilah oppa” yoona menyeringai bahagia, terlihat deretan giginya yang putih.

“kenapa sepertinya kau senang sekali?” tanya woo bin aneh.

“ANIYA!!” bantah gadis tersebut, “Tentu saja aku sedih oppa!” kini ia berusaha berakting sedih didepan kakaknya. “Tapi bukankah atasanmu yang memberikan tugas ini? Kau kan tak punya pilihan lain selain pergi oppa” kali ini ia memasang raut wajah sesedih mungkin demi meyakinkan kakaknya.

“hmm benar juga sih…” woo bin mengangguk-anggukan kepalanya, “lalu bagaimana denganmu?” tanya woo bin, “kau tak apa ku tinggal sendiri?”

“Bukankah ada sooyoung? Aku bisa menginap dirumahnya oppa, atau ku ajak dia menemaniku disini” wajah yoona semakin bersemangat.

“hmm baiklah kalau begitu, ku minta sooyoung untuk menemanimu” woo bin kembali meneruskan makannya, ia terlihat tenang kali ini. Hanya sooyoung yang ia percaya, sooyoung sudah ia anggap seperti adiknya juga apalagi yoona dan woo bin juga sangat dekat dengan ibu dan ayah sooyoung karena itulah yoona selalu menjadikan sooyoung sahabatnya tersebut sebagai alasan. Bahkan jika ia pergi berkencan dengan kai, ia selalu berbohong bahwa ia pergi dengan sooyoung agar mendapatkan izin untuk pergi dari kakanya yang protektif tersebut.

Yoona mengepalkan sebelah tanganya diam-diam tanpa ketahuan kakaknya, sembari tersenyum. Senyum sebuah kemenangan, ia tak perlu mengarang-ngarang cerita untuk mendapat izin pergi ke Sydney ia akan pergi tanpa sepengetahuan kakaknya. Yoona berniat pergi saat kakaknya pergi ke jepang dan kembali sebelum kakaknya kembali dari jepang.

 

***

 

"MWO?!" Teriak seorang gadis sejadi-jadinya. Mata besar milik gadis tersebut terlihat dua kali lebih besar dari bentuk normalnya, rahangnya terbuka lebar.

"Ya! Choi sooyoung tak usah berteriak seperti itu!" Protes gadis lain yang duduk dihadapannya.

"Kau ini sudah gila Im yoona?!" Sooyoung masih belum menurunkan nada suaranya.

"Sooyoungiee... Ayolah bantu aku! Sekali ini saja eoh?! Kumohooon sooo.." Pinta yoona sembari menyatukan kedua tangannya seperti seseorang yang tengah memohon.

"Tidak! Aku tidak mau membantumu!" Tolak sooyoung, "Kau jangan membawa-bawaku untuk ide gilamu ini yoong! Lagi pula aku juga tak mau berbohong pada woo bin oppa!" Jelas sooyoung.

"Sooo... Kumohon sooo, kau hanya mengatakan iya saat kakakku memintamu untuk menemaniku saat ia pergi! Hanya itu soo.. Aku akan berusaha secepat mungkin kembali sebelum oppa pulang dari jepang! Hanya itu saja?!"

"Hanya itu katamu!" Sooyoung mendorong kepala yoona dengan tangannya, "bagaimana jika ketahuan hah?! Atau terjadi sesuatu denganmu?! Aku juga ikut bertanggung jawab tau! Sirreo!!!" Jelasnya.

"Kupastikan tak akan terjadi apa-apa soo!! Bantu aku seo, kau tak ingin melihat sahabatmu ini sedih terus kan? Hanya dua hari kupastikan aku disana hanya dua hari bagaimana? Kau mau kan membantuku?" Yoona mendekatkan wajahnya kearah sahabatnya itu sembari memasang wajah memelas lengkap dengan puppy eyesnya.

"Kau janji hanya dua hari?" Tanya sooyoung sembari melipat kedua tangannya di dada.

"Mmm.." Yoona mengangguk manja.

"Aissh!!!! Baiklah! Awas saja jika kau tak menepati janjimu mati kau!" Ancam sooyoung.

"Aaaaaaaaaa...!!!! Kau memang sahabatku, aku mencintaimu Choi sooyoung! I love youuuuu" teriak yoona gembira sembari memberikan love sign ke arah sahabatnya tersebut. Saking senangnya ia tak menganggap tatapan-tatapan aneh dari pengunjung lain di dalam cafe yang tengah dikunjungi yoona dan sooyoung.

"Hey.. Hey jangan teriak seperti itu! Hentikan! Turunkan tanganmu!" Bisik sooyoung mecoba menghentikan yoona sebelum ia  merasa lebih malu dengan tingkah kekanak-kanakan sahabatnya tersebut.

 

***

 

"Aku minta tolong ya soo, aku sangat mengandalkanmu!"

". . . . ."

"Eiii tentu saja... Akan kubelikan oleh-oleh yang istimewa khusus untukmu! kau tenang saja!"

". . . . ."

"Ne... Kamsahamnuda soo! Oppa berhutang padamu!"

". . . . ."

"Ne... Anyyeong!"

 

Yoona menyeringai lebar dari balik pintu kamar kakanya, ia jauhkan tubuh serta daun telinganya yang sebelumnya menempel rapat dengan pintu tersebut. Setelah berhasil menguping semua pembicaraan kakanya dengan sooyoung, i berjalan mengendap-endap menjauh dari kamar tersebut sebelum kakanya menemukannya tengah menguping. Ia berusaha keras berjalan tanpa mengeluarkan suara sembari tersenyum sumeringah.

 

To : sooyoungie

Kau memang debbak soo! Kutraktir kau besok di kantin sepuasnya!!!

 

1 pesan terkirim dari ponsel berwarna shocking pink milik yoona, ia merebahkan tubuhnya diatas kasur favoritnya sembari menatap langit-langit kamarnya.

Tak lama ponsel yoona berdering, memberi tanda bahwa terdapat pesan masuk. Dengan cepat yoona  kembali mengecek ponselnya tersebut

 

From : Sooyoungie

Puas kau Im yoona!!

 

Yoona terkekeh geli melihat pesan balasan dari sahabatnya tersebut, ia membayangkan wajah sooyoung yang marah dengan kedua bola matanya yang hampir keluar. Ia benar-benar sangat berterima kasih pada sahabatnya tersebut, sahabat yang selalu membantunya dan rela memasang badan untuknya.

 

***

 

"Kau gila im yoona!!" Dumal sooyoung, "kau tahu jantungku hampir mau copot saat berbohong pada woo bin oppa!!" Gerutunya.

"Berhenti mengatakan aku gila terus menerus!" Jawab yoona santai, "actingmu bagus kok! Kakakku percaya padamu" tambahnya sembari menepuk-nepuk sahabatnya tersebut.

"Untung saja dia hanya menelfonku, bagaimana jika woo bin oppa datang langsung kerumahku! Bisa mati aku" cerita sooyoung dengan raut wajahnya yang serius.

"Hahahaha... kau jangan berlebihan begitu" yoona terkekeh geli menatap kelakuan sahabatnya.

"aish!! aku tak berlebihan yoona!" bantahnya, "jika aku benar-benar mati karena mu! Aku akan menggentayangimu tau!!" Sooyoung mengangkat kedua tangannya dan ia dekatkan kearah dagunya dengan memasang wajah seram kearah yoona.

"Hmm kyeopta.." Sahut yoona, "jika kau hantunya aku akan senang sekali sooo.." Ia malah memeluk sahabatnya tersebut dengan erat.

"Aish... Kau ini" ujar sooyoung pasrah.

Kedua gadis tersebut meneruskan perjalanan ke tempat tujuan mereka hari ini. Yoona meminta sooyoung menemaninya untuk mempersiapkan perjalanannya ke sydney nanti.

 

***

 

"WHOAAAA" bisik sooyoung takjub.

Kedua gadis tersebut berdiri didepan layar sebuah atm yang ada dihadapannya. Kedua pasang mata masing-masing gadis tersebut membuka lebar menatap takjub rentetan angka fantastis yang ada di layar atm tersebut.

"Yoona kau tak salah membuka atm kan?" Bisik sooyoung pada sahabat yang berdiri di sebelahnya. Tatapannya masih tak dapat berpaling pada layar atm di hadapannya.

"Entahlah soo.. Seingatku hanya ada satu atm di dalam dompetku" suara yoona terdengar sedikit lemas, ia masih takjub menatap saldo atmnya yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Rekening yang sengaja dibuka woo bin kakaknya khusus untuk yoona. Ia selalu menyisihkan sedikit dari gajinya untuk ia tabung di rekening adiknya tersebut, untuk yoona pakai sewaktu-waktu. Walaupun woo bin tetap memberi yoona uang jajan setiap harinya, tapi ia juga tak pernah absen untuk tetap menabung di rekening tersebut hingga kini yoona tak percaya rekeningnya sudah diisi banyak uang oleh kakaknya tersebut.

"Kelihatannya kakakmu benar-benar kaya eoh?! kenapa tak ada satupun wanita didekatnya?" ujar sooyoung ngawur.

"aish.. Kau ini bicara apa" dumal yoona. "Hmm.. Haruskah ku ambil setengahnya soo?" gadis tersebut menatap sahabatnya untuk menanyakan pendapatnya.

"Setengahnya ku rasa sudah lebih dari cukup" sooyoung mengangguk setuju.

"Arraseo!" Dengan segera yoona menekan tombol yang terdapat di mesin atm tersebut, untuk mengambil uang yang ia perlukan untuk pergi ke sydney.

 

***

 

"Satu tiket ke sydney atas nama nona Im YoonA" ujar seorang perempuan cantik yang merupakan seorang resepsionis salah satu jasa penerbangan international di seoul. Ia menyodorkan sebuah amplop berisi sebuah tiket penerbangan pada salah satu gadis yang duduk dihadapannya.

"Ne..." Ujar gadis tersebut sembari meraih amplop yang diberikan perempuan resepsionis dihadapannya. Kedua tangannya sangat bersemangat untuk meraih amplop dengan tiket didalamnya.

"Semoga perjalanan anda menyenangkan agashi" ucap resepsionis tersebut ramah, yoona beranjak dari tempatnya diikuti sooyoung disebelahnya. Ia menyungingkan senyuman gembira kepada sang resepsionis tersebut lalu membungkuk sopan. Sooyoung memperhatikan sahabatnya tersebut sembari mengulum senyum ia pun mengikuti yoona membungkukan tubuhnya kepada perempuan resepsionis tersebut.

 

"Whoaaaaa.... Sydney i'm comming!!!" Teriak yoona penuh semangat setelah keluar dari kantor jasa penerbangan tersebut.

"Keumanhae!" Protes sooyoung yang berdiri dibelakang yoona, gadis pemilik kaki panjang tersebut berjalan mendekati sahabatnya dan dengan cepat merangkul leher panjang yoona. "Kajja! Kau harus menepati janjimu menraktirku hari ini! Aku lapaaaar!!" Teriaknya kalap sembari menyeret tubuh kurus sahabatnya tersebut.

"Ya.. Ya.. Sakit tau! Choi sooyoung!" Protes yoona sembari meringis kesakitan.

 

***


1 minggu kemudian

 

Sebuah pelukan erat, mendekap tubuh kurus yoona. Yoona menenggelamkan wajahnya di dada bidang lelaki tinggi yang tengah mendekapnya saat ini.

"Oppa kau harus hati-hati" ujar yoona dengan nada manjanya,   Sejenak gadis tersebut memejamkan matanya dan mengeratkan pelukannya memeluk kakak laki-lakinya tersebut. Raut wajah bersalah terpancar dari wajah cantik miliknya, 'mianhae oppa' ujarnya dalam hati.

"kau juga hati-hati eoh?!" woo bin melepaskan pelukannya dan menatap adik kesayangannya itu. "jaga dirimu baik-baik! pastikan ponselmu selalu aktif untuk kuhubungi!" Jari telunjuknya terangkat kearah wajah yoona. "Kau mengerti?" tegasnya.

"Arraseo.." Yoona mengangguk patuh, sejenak woo bin kembali meraih tubuh kecil adiknya kedalam dekapannya.

"Dan kau sooyoung.." Kini lelaki tersebut menunjuk kearah sooyoung yang sedari tadi berdiri memperhatikan mereka, "kutitipkan si bodoh ini padamu eoh?" Woo bin mendorong kepala yoona pelan, yoona mengembungkan pipinya kesal.

"Kupercayakan dia ditanganmu soo" woo bin mengedipkan sebelah matanya memberi arti pada sooyoung.

"Yes sir!" Dengan sigap sooyoung menerima perintah woo bin, ia berakting sepeti seorang militer yang diberikan tugas oleh atasannya.

"Hahaha.. Kau ini" woo bin terkekeh geli sambil mengusap-usap puncak kepala sooyoung.

"Oppa jangan lupa pesananku eoh?" Ujar sooyoung sembari menatap woo bin penuh semangat.

"Eoh?" Sejenak woo bin seperti tengah mengingat-ingat sesuatu, "aaaah... Soal itu kecil! Kau tenang saja" ia menyeringai menatap sooyoung setelah mengetahui maksud sahabat adiknya tersebut.

"Kalian membicarakan apa?" Sahut yoona yang tak mengerti arah pembicaraan mereka.

"Kau ingin tahu saja!" Jawab woo bin ketus, sembari mengacak-acak rambut yoona.

"Yaa oppa! Rambutku berantakan" protes yoona.

Woo bin dan sooyoung tertawa geli melihat yoona yang kesal.

Sekilas woo bin menatap jam tangan yang terpasang di tangan kirinya, "sudah waktunya aku berangkat" ujarnya.

"Ingat kata-kataku im yoona eoh?!" Ujarnya kembali menatap yoona, "kalian berdua jaga diri kalian ya?" Tatapannya beragantian menatap yoona dan sooyoung dua gadis kecilnya.

"Arraseo" jawab yoona, sooyoung menjawab dengan mengangguk sembari tersenyum patuh.

"Kalau begitu oppa pergi ne?! Annyeong.." Woo bin melambaikan tanannya kearah yoona dan sooyoung. Sooyoung membungkuk sopan dan membalas lambaian woo bin sedangkan yoona melambai kearah woo bin dengan wajahnya yang lemas. ada sedikit perasaan bersalah berbohong pada kakak laki-lakinya tersebut, walaupun berbohong tak ia lakukan pada saat ini saja tapi rasanya kali ini ia benar-benar merasakan sangat bersalah pada kakaknya tersebut.

"Hati-hati dijalan oppa" teriak sooyoung tanpa berhenti melambaikan tangannya pada woo bin, woo bin berjalan semakin menjauhi yoona dan sooyoung. Ia hampir menghilang di kumpulan orang-orang yang berjalan kearah yang sama dengannya.

"Yoong" teriak woo bin, sembari mendekatkan tangannya kearah daun telinga kanannya memberi tanda kepada yoona agar gadis tersebut tak lupa untuk memberi kabar pada kakaknya.

Yoona menangguk cepat saat mengerti maksud kakaknya tersebut sembari mengangkat lambaian tangannya tinggi-tinggi dan akhirnya lelaki tampan tersebut hilang di kerubunan orang yang sama-sama masuk kedalam pintu keberangkatan.

 

"fiuuuuh..!!" Yoona membalikan tubuhnya cepat, ia menghembuskan nafasnya yang terasa berat.

"Kau baik-baik saja?" Tanya sooyoung yang mengkhawatirkan sahabatnya tersebut.

"Tentu saja!" Wajah semangatnya muncul, yoona menegakan kembali tubuhnya. "Kau bawa semua barang-barangku kan?" Tanyanya sembari menatap sahabatnya tersebut.

"Mmm.." Angguk sooyoung.

"Kajja" ia menarik tangan sooyoung dan membawa gadis tersebut bersamanya.

 

***

 

"Ini semua barang-barangmu" sooyoung membuka bagasi mobilnya, terlihat sebuah koper berwarna pink muda dengan tas ransel peach didalamnya. Barang-barang yang sebelumnya ia diam-diam titipkan pada sooyoung untuk ia dibawa pada hari keberangkatannya. Karena itu sooyoung sengaja datang terpisah dengan yoona dan woobin saat berangkat ke bandara,  agar rencana yoona tak diketahui oleh kakaknya woo bin.

"Kau sudah yakin tak ada yang kurang?" Tanya sooyoung memastikan.

"Mmm.." Yoona membuka tas ransel peach miliknya, mengecek peralatan-peralatan penting didalamnya memastikan tak ada yang tertinggal satupun. Ia meraih amplop putih yang berisi tiket pesawat beserta pasport miliknya dari dalam tas ransel tersebut.

"Sudah lengkap semuanya? dompetmu? Ponsel?!" Tanya sooyoung sekali lagi.

"Sudah ahjuma!!" Jawab yoona penuh penekanan, ia mencubit kedua pipi chubby sahabatnya tersebut.

"Kau ini!" Sooyoung melemparkan tatapan tajam miliknya. "Ingat sesampainya kau disana langsung menghubungiku?! Jangan di tunda-tunda! Kita harus sering berhubungan, jangan sampai ponselmu tak bisa kuhubungi! Awas saja!!"

"Arraseo.. Arraseo.." Jawab yoona santai, ia merangkul pinggang sahabatnya tersebut. "Kau tak perlu khawatir ahjumma!!" Ledek yoona sekali lagi, lalu memeluk pinggang kurus sahabatnya.

"Hey aku serius!!" Protes sooyoung.

"Ne!! Aku mengerti!" Jawab yoona sigap sembari hormat kearah sooyoung layaknya seorang militer.

"Aish.." Sooyoung memutarkan kedua bola matanya.

"Sebentar lagi aku take off, kau tak perlu mengantarkan aku kedalam soo.. Pulanglah"

"Waeyo?!"

"Tak apa, pulanglah" pinta yoona, "bukankah kau ada kencan dengan siwon oppa? Pergilah" yoona mendorong-dorong punggung sooyoung pelan.

"Hey.. Arraseo!" Yoona berhenti mendorong punggung sahabatnya tersebut, sooyoung berbalik menatap yoona.

"Kau hati-hati eoh?!" Ujar sooyoung sembari memeluk sahabatnya tersebut, "jangan melakukan hal yang bodoh! Semoga kau cepat mendapat kepastian dari kaimu itu dan cepatlah kembali!"

"Arraseo" jawab yoona, sembari melepaskan pelukan mereka.

"Ingat 2 hari! Hanya 2 hari!!!" Ancam sooyoung.

"Ya ya!! Aku ingat, pulanglah palliwa.." Yoona membalikan tubuh sooyoung dan kembali mendorong-dorong punggungnya.

"Ne.. Ne aku pulang" sooyoung berjalan kearah mobil jeep merah miliknya, ia masuk dan duduk di kursi kemudi. Tak lama terdengar gerungan mesin jeep tersebut yang cukup nyaring, sooyoung membuka sebelah kaca jendela mobil tersebut agar dapat melihat yoona dengan jelas.

"Hati-hati eoh?! Jangan lupa langsung hubungi aku!" Teriak sooyoung dari dalam jeep miliknya.

"Arraseo! Kau cerewet sekali" protes yoona dengan berakting sedikit kesal.

"Aish baiklah, aku pulang ya!! Annyeong" sooyoung melambaikan tangannya kearah yoona dan jeep merah tersebut pun segera melaju meninggalkan yoona yang masih terpaku di tempatnya dan masih menatap jeep tersebut sampai menghilang dari penglihatannya.

"Huuuh..." yoona menghembuskan nafasnya panjang, ia membalikan tubuhnya, "sudah waktunya berangkat! Kajja!!" Dengan semangat dan percaya diri ia melangkahkan kakinya kembali masuk kedalam airport untuk segera take off sembari menggeret koper pink mudanya dan menggendong backpack peach di punggungnya.

 

***

 

"nona... nona.." Seorang pramugari terlihat tengah berusaha membangunkan salah satu penumpang yang tertidur pulas disaat penumpang lain sudah keluar dari pesawar, tersisa gadis tersebut yang masih tertidur manis di kursinya.

"Nona.. Permisi kita sudah sampai" ujar pramugari tersebut terus berusaha membangunkan gadis berambut pirang tersebut.

Tak lama terlihat gerakan-gerakan kecil yang dilakukan gadia tersebut, ia tersenyum dengan kedua matanya yang masih tertutup rapat. Dadanya membusung, sepertinya ia hendak menarik nafasnya panjang-panjang dan menghembuskannya. Sedikit demi sedikit matanya terbuka, walau sedikit menyipit karena sinar matahari dari celah jendela disampingnya langsung menusuk kearahnya.

"Nona.. Kita sudah sampai" pramugari yang berasal dari korea tersebut tersenyum ramah kearah gadis yang kini tengah menatapnya.

"Kita sudah di sydney?" Tanya gadis  tersebut sembari mengernyitkan dahinya, ia masih mengumpulkan nyawanya kembali.

"Iya nona, pesawatnya sudah landing di sydney" jawab pramugari tersebut meyakinkan.

 

 

'Welcome to Sydney' Tulisan tersebut terpampang jelas dihadapan yoona, 'kingsford smith airport sydney' tulisanNya terpampang cukup besar dan dapat terbaca sangat jelas oleh gadis tersebut.

"WHOAAAA!!" Teriak yoona sangat bersemangat, "KIM JONG IN I'M COMMING" tambahnya antusias. Ia tak peduli pada beberapa pasang mata yang menatapnya aneh, yang ada didalam pikirannya hanya satu yaitu bertemu dengan kai alias  kim jong in namja chingunya.

"Aaw!" Erang yoona saat seseorang tak sengaja menyenggol bahunya.

"Im sorry" sahut lelaki tinggi yang baru saja menyenggolnya, terlihat ia tengah sibuk dengan telfon di telinganya seperti sedang berbicara dengan seseorang di balik sana. Ia berbalik kearah yoona sembari mengusap sebentar bahu kurus gadis yang tak sengaja ia senggol. "Really sorry" tambah lelaki tersebut, ia kembali meneruskan langkahnya yang terlihat sedang terburu-buru tersebut.

Yoona terpaku ditempatnya, lelaki tersebut menyita perhatiannya. Lelaki tinggi, dengan tubuhnya yang bidang dan kakinya yang jenjang, rambutnya yang hitam, serta hidungnya yang mancung tak ketinggalan kaca mata hitam yang ia pakai menambah kesan cool pada lelaki tersebut. Hanya satu yang ada dipikiran yoona tentang lelaki tersebut 'sangat tampan!'

"Aish.. Apa yang sedang kupikirkan" gerutu yoona sembari menggeleng-geleng kepalanya, mencoba membuyarkan lamunannya tentang lelaki yang menabraknya tersebut.

"let's gooo.." Ujar gadis tersebut sembari memakai kacamata hitam yang ia kaitkan di sela kemeja jeans yang ia pakai hari ini.

 

 

***

 

"Taxi!!!" Sebuah mobil kuning dengan tulisan 'taxi' yang  tertera diatasnya berhenti didepan seorang gadis yang tengah melambai-lambaikan tangannya mencoba menghentikan taksi tersebut.

Dengan cepat yoona membuka pintu bagasi taksi yang baru saja ia hentikan tersebut, dan memasukan koper pink muda kedalamnya. Belum sempat gadis tersebut menutup kembali bagasinya, ia melihat seseorang dengan cuek masuk kedalam taksi yang dihentikan yoona dan duduk didalamnya. Kedua mata yoona membuka lebar, ia menatap sosok lelaki yang sudah santai duduk didalam taksi yang notabene adalah miliknya karena ia yang menghentikan taksi tersebut.

Dengan tak sabar yoona membuka kacamata hitam yang terpasang di wajahnya dan mencoba untuk meraih kenop pintu taksi tersebut untuk melabrak seseorang didalam sana. Namun sayang niatnya terhenti saat taksi dihadapannya tiba-tiba saja melaju pergi tanpa ia ketahui.

"Mwo..mwo..mwoya!! Yaaa!!" Teriak yoona seketika saat ia sadar taksi tersebut melesat meninggalkannya, dengan koper miliknya yang ada didalam bagasi taksi tersebut. "Yaaa koperku yaaaaaaa!!!!" Teriak gadis tersebut sekencang-kencangnya saat ia tak bisa lagi mengejar taksi tersebut dan akhirnya menghilang dari padangannya.

"Aish!! Koperku! Aaaaa pabo! Pabo!!" Gerutu gadis tersebut sembari memukul-mukul ringan kepalanya sendiri. Gadis tersebut duduk ditengah-tengah jalan pelataran airport sembari menggerutu tak jelas. "Oettokhe.. Oettokhe.. Aaaaaa!" Rengek yoona sembari setengah menangis.

 

***

 

"Where are we going ms?" Ujar seorang lelaki dari balik kemudi, seorang supir taksi lain yang baru saja yoona stop.

"Eoh? Hmm.. Tjangkamman!" Yoona mengangkat tangannya kearah supir taksi tersebut memberi tanda agar ia menunggu, "wait.. Wait.." Ujar yoona sembari merogoh sesuatu dari dalam backpack miliknya yang tersisa setelah kopernya dibawa oleh taksi lain sebelumnya.

Yoona mengeluarkan smartphone miliknya, membuka aplikasi dictionary yang memudahkannya untuk berkomunikasi disini.

"Hmm i.. Want.. To.. Go to.. Sydney university.. Yes please.." Sahut yoona terputus-putus, ia menatap kembali wajah sang supir taksi dihadapannya sembari tersenyum. Senyuman diwajahnya terlihat bodoh.

"Do you mean.. University of sydney?" Ujar si supir taksi sembari mengangkat sebelah alisnya.

"Eoh? Yes yes.." Jawab yoona asal.

"Alright!" Dengan cepat si supir taksi tersebut membenarkan kembali posisi duduknya, kembali pada kemudinya untuk segera menjalankan taksi miliknya untuk pergi ke tempat tujuan yang yoona maksud.

"Aish! Awas laki-laki itu! Aku tak akan lupa wajahnya!!" Gerutu yoona kesal sembari mengingat-ingat insiden taksi yang membawa semua barang-barang didalam koper miliknya. Wajah lelaki yang seenaknya merebut taksinya tersebut masih teringat didalam kepala yoona, walaupun tak terlalu jelas tapi gadis tersebut yakin betul jika nanti ia bertemu dengan lelaki tersebut. Walaupun kecil kemungkinannya ia akan bertemu dengan lelaki tersebut di kota asing baginya ini. Ia kembali pada tujuan utamanya sekarang, yaitu bertemu dengan kai namja chingunya! Setelah bertemu kai, baru ia akan mengurus koper miliknya.

 

***

 

"Kamsahamnida.." Yoona membungkukan tubuhnya 90 derajat kepada supir taksi yang sudah mengantarkannya lebih dekat kepada namja chingunya, "thankyou..!!" Teriak gadis tersebut riang kearah taksi yang kini sudah melaju pergi meninggalkannya.

"whoaa.." rahang yoona hampir terjatuh terkagum-kagum memandang indahnya arsitektur bangunan dihadapannya. Kepalanya mengeliling sembari menatap takjub kesekeliling tempatnya sekarang.

"Kai benar-benar kuliah disini?!" Gumamnya sendiri, perempuan tersebut menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali mencoba mengembalikan kesadarannya. Ia kembali pada sosok kai namjachingunya yang menjadi alasannya datang sejauh ini.

Tiba-tiba sebuah senyuman bahagia muncul dari wajah cantik gadis tersebut, "kai aku datang" bisiknya pelan pada diri sendiri. Yoona menarik nafasnya panjang-panjang dan menghembuskannya. "Kajjaaaaa..." Ujarnya penuh semangat.

 

 

"Im sorry ms, saya tidak bisa mengizinkan anda masuk! Karena anda bukan salah satu mahasiswa disini" ujar seorang penjaga yang tengah berjaga di pintu utama kampus mewah tersebut bersama seorang penjaga yang lain.

"I have to meet someone, You know kai?! He is my boyfriend.. Yeah boyfriend!" Ujar yoona penuh penekanan.

"Im sorry, tetapi sudah menjadi peraturan di kampus ini untuk tidak membiarkan orang selain mahasiswa untuk masuk kecuali ada keterangan atau kepentingan" jelas penjaga tersebut dengan aksen inggrisnya yang membuat yoona kebingungan.

"Aish... Aku tak mengerti apa maksudmu!" Gerutu yoona, "biarkan aku masuuuuk!!" Teriak gadis tersebut kesal sembari memaksa masuk mencoba menghadang penjaga bertubuh besar tersebut dengan tubuh kerempeng miliknya.

"Sorry ms, I had no other choice!" ujar penjaga tersebut mulai gerang, ia menatap temannya yang lain memberi kode. penjaga satunya bangkit dari kursi menghampiri yoona kemudia mencengkram lengan gadis tersebut dengan kuat. kedua penjaga tersebut masing-masing mencengkram lengan yoona dan mengangkat tubuh gadis tersebut sehingga tak mencampai tanah.

"Hey.. Hey apa yang kalian lakukan!!! Yaaaa!!!" Teriak yoona. Kedua penjaga itu membawanya paksa keluar dari gedung tersebut. Dengan sekuat tenaga yoona berusaha lepas dari cengkraman kedua lelaki besar tersebut namun nihil, kekuatannya tak sanggup melawan kedua penjaga bertubuh kekar tersebut. Sampai akhirnya tubuh kerempeng yoona terjatuh diatas tanah.

"Yaaaa!!!!!! Kalian tidak sopan sekali" protes yoona seperti kesetanan. Kedua penjaga tersebut melepas cengkraman mereka sedikit kasar, membuat yoona terjatuh diatas aspal.

"get lost!" Ujar salah seorang penjaga yang sebelumnya sempat beradu mulut dengan yoona dengan wajahnya yang kesal. Kedua penjaga tersebut berbalik pergi meninggalkan yoona yang masih tergeletak di atas aspal jalan. Mereka pergi setelah menutup dan mengunci gerbang besi hitam yang menjadi batas terluar dari universitas tersebut, mereka menguncinya memastikan agar wanita yang menurut mereka aneh tersebut tak dapat kembali masuk.

Yoona bangkit dari tempatnya, kedua tangannya menggenggam erat pagar-pagar besi yang menjulang tinggi dihadapannya. "kaaaaaaaiiii.." Rengek gadis tersebut, isakan tangis terdengar diantara teriakannya.

 

***

 

To : KimJongIn <3<3

Aku di sydney. Balas pesanku jika kau membacanya.

 

 

Satu pesan terkirim, begitu keterangan yang ada di layar ponsel yoona. Bersamaan dengan keterangan tersebut, tiba-tiba saja ponsel yoona mengluarkan suara aneh. Bukan suara jika terdapat sebuah pesan masuk, ataupun suara saat ada panggilan. Suara tersebut sebuah pemberitahuan jika baterai ponsel milik yoona hampir dekat dengan 0%.

"Andwae! Andwae! Andwae!" Teriak yoona frustasi, ponsel digenggamannya medadak mati. Layarnya berubah hitam. Wajah gadis cantik itu mendadak lemas, ia tungkupkan kepalanya diatas meja sebuah kedai kecil yang terdapat di pinggir jalan kota sydney. Suasana sore kota sydney dengn langit senjany menjelang terbenam matahari, membuat siapa saja yang menikmatinya akan merasa damai. Terkecuali untuk gadis satu ini, gadis yang frustasi dengan suasana hatinya yang sedang kacau! Lengkap dengan goresan-goresan luka di tangan dan kakinya akibat perlakuan kasar dua penjaga di kampus kai.

"apa yang harus kulakukan" gumamnya tak jelas,

"one orange juice, and chesse burger comming" ujar seorang pelayan cantik dengan celemek bunga-bunga fullprint di tubuhnya. wanita tersebut sepertinya pemilik kedai kecil tersebut, hanya ada dia satu-satunya pekerja di kedai yang lumayan cukup ramai ini.

"thank you.." ujar yoona lemas.

"Everything alright?" ujarnya saat melihat wajah pelanggannya yang tak bersemangat tersebut.

"eoh?! yes.. yes hehe.." Sahut yoona asal.

"Anything else I can do for you?" wanita cantik tersebut menatap yoona mulai khawatir, yoona sedikit kelimpungan mencari-cari kata yang harus ia balas untuk menjawab pertanyaan wanita yang kelihatannya lebih tua darinya tersebut.

"Hmm.. No no.. Thank you" jawab yoona, sembari menyunggingkan senyuman agar ia terlihat baik-baik saja.

Wanita tersebut membalas senyuman yoona dengan senyum hangat dan ramah miliknya. "Oke" ujarnya lalu berlalu, kembali melayani pelanggan yang lain yang semakin lama semakin banyak berdatangan.

Yoona pun menyeruput segelas orange juice pesanannya yang baru saja diantarkan wanita tersebut. Dengan semangat ia menatap chesse burger favoritnya, tanpa berpikir lama ia langsung saja melahap burger tersebut dengan satu gigitan besar.

"Aaaa.. Enak sekali" gumamnya, senyuman kembali datang diwajah gadis tersebut. tak dapat dipungkiri hanya makanan yang bisa membuat mood gadis kurus tersebut kembali membaik.

"Excusme" teriak seseorang pelanggan lain tak jauh dari tempat yoona duduk. Terdengar dari suaranya seperti seorang laki-laki. Mendengar suara tersebut, yoona sontak menolehkan kepalanya kearah sumber suara. Masih dengan burger di tangannya, dan penuhnya yang belepotan oleh saos dan mayonaise.

Tiba-tiba saja matanya tertarik pada seseorang yang ia yakin adalah laki-laki yang teriak sebelumnya, sejenak ia berpikir keras mengingat-inat sesuatu.

"Eoh laki-laki itu" tiba-tiba saja ia teringat sesuatu, lelaki tersebut tak asing baginya. Matanya membesar, telunjuknya terangkat menunjuk lelaki tersebut. Tak lama lelaki tampan yang duduk bersebrangan dengan yoona itu, beranjak dari kursinya bersiap untuk pergi setelah membayar billnya.

"Ommo.. Bukankah dia laki-laki di bandara itu?" Gerutu yoona, ia masih meyakinkan ingatannya memastikan bahwa lelaki itu benar-benar laki-laki yang seenaknya merebut taksinya di bandara dan membawa koper miliknya. "benar kan dia laki-laki yang merebut taksiku!!"

"hey hey wait! Ajjushi.. Ah aniya mister! Mister!" teriak yoona sembari tergesa-gesa beranjak pergi dari tempatnya. Dengan terburu-buru yoona meraih dompet didalam backpacknya dan membawa beberapa lembar dolar untuk membayar pesanannya tanpa tahu berapa harga yang harus ia bayar. Matanya tak lepas mengawasi lelaki tersebut pergi,

"Excusme mam!!" Teriak yoona sembari menatap kearah wanita yang tengah sibuk dibalik meja kasir. Ia melambai-lambaikan beberapa dolar di tangannya saat wanita tersebut memperhatikannya, dengan cepat ia menyimpan uang tersebut diatas meja lalu pergi untuk menyusul lelaki yang sedari tadi menyita perhatiannya.

 

"Aku yakin laki-laki itu tadi lewat sini" gadis kurus tersebut memutar kepalanya 180 derajat, kekanan dan kekiri. Sesekali badannya ikut berbalik mencari sosok lelaki yang kini menghilang ditengah keramaian. Kini yoona sudah berada di sebuah central stasiun monorel di sydney, ia tak memperhatikan jalan saat menuju kesini. ia hanya mengikuti kemana lelaki tersebut pergi, dan alhasil lelaki tersebut menghilang dan kini yoona tak tahu harus kemana.

"Aish.. Kemana perginya dia?" Gerutu yoona kesal sembari meringis ketakutan. Ia tak tahu harus pergi kemana, ia benar-benar sendiri saat ini. Tak ada seorangpun yang bisa ia mintai pertolongan, ponselnya pun mati ia tak bisa menggunakan dictionarynya untuk bertanya pada seorang disekitarnya.

Yoona celingukan tak jelas, matanya masih mencari-cari lelaki yang ia ikuti dari kedai tadi. Lama kelamaan iya semakin ketakutan, ia benar-benar tak tahu harus pergi kemana sekarang. Gawatnya lagi beberapa pasang mata yang mencurigakan menatap aneh kearahnya, bukan tatapan yang menganggap dirinya orang aneh atau orang asing tetapi mata-mata yang mengancam keselamatannya.

Sekitar 4 orang lelaki dewasa berjalan kearahnya sembari berbisik satu sama lain, sesekali mereka tertawa jahil menatap yoona. Yoona tak tahu apa yang mereka tengah bicarakan, yang yoona tahu saat ini bahwa ia yakin gerombolan lelaki tersebut tengah membicarakannya. Semakin lama mereka berjalan semakin mendekat, tubuh gadis tersebut bergetar hebat ketakutan. Diluar hari mulai gelap, kakinya terasa berat ia kesusahan untuk lari dari tempatnya begitu pula dengan mulutnya tak sedikitpun kata yang dapat ia keluarkan mendadak bibirnya membisu ia berniat untuk meminta tolong tapi ia sangat ketakutan.

“What are you doing here girl?” ujar seorang lelaki yang paling tinggi diantara teman-temannya yang lain, tubuhnya kekar dan garis wajahnya terlihat keras.

“Are you alone?” Sahut lelaki yang lain dengan seringai khas di wajahnya.

“Are you lonely?” Goda lelaki tersebut disambut gelak tawa teman-temannya, yoona menghirup bau alcohol yang menyegak hidungnya. Sepertinya komplotan lelaki tersebut sedang mabuk, entahlah!

“I’m sorry” ujar yoona berusaha menghindar dari keempat lelaki dihadapannya.

“Hey..hey slow down..” ujar lelaki tinggi tersebut menahan langkah yoona dengan mendorong pelan bahu gadis kurus tersebut, jantung yoona semakin berdetak hebat. Gadis tersebut sangat ketakutan.

“Kami tak akan menyakitimu nona, asalkan kau serahkan uangmu?!” jelas lelaki tinggi yang terlihat seperti ketua dari komplotan tersebut dengan aksen inggrisnya. “Money! Your money!!” tambahnya penuh penekanan. Temannya yang lain tertawa tak jelas.

“I don’t have money!!!” jawab yoona ketus, ia memberanikan dirinya untuk melawan keempat lelaki besar yang jika jumlah yoona sebanyak mereka pun akan nihil untuk mengalahkannya. Dengan penuh keberanian, yoona memeluk erat tas backpack didadanya dan menabrak keempat lelaki tersebut dengan tubuh kurusnya. Ia berhasil melarikan diri dari keempat komplotan yang terlihat seperti preman tersebut, namun sayangnya mereka tak melepaskan yoona begitu saja dengan berlari gontai akibat mabuk keempat lelaki tersebut mengejar yoona tepat dibelakang gadis tersebut. Dengan sekuat tenaga yoona berlari secepat kakinya mampu berlari, ia mendengar sebuah pengumuman yang sayup-sayup terdengar dari pengeras suara stasiun tersebut bahwa kereta akan segera berangkat.

“gawat!” gerutu yoona pelan, sesekali gadis tersebut melirik kebelakangnya, keempat lelaki tersebut tak menyerah mereka terus mengejar yoona walaupun dengan langkah yang tak karuan akibat mabuk, lari mereka cukup cepat untuk mengejar yoona. Yoona berusaha lari lebih cepat, ia mulai merapat kearah kereta monorel. Mencari-cari pintu yang masih terbuka untuk bisa ia masuki, nafasnya mulai tersenggal-senggal, kakinya mulai sakit akibat berlari terlalu cepat sampai akhirnya ia merasakan kerah belakang kemejanya ditarik oleh seseorang. Tarikannya cukup kuat, sehingga tubuh kurusnya terbawa kearah tarikan tersebut. Jantungnya hampir berhenti berdetak, seseorang menariknya masuk kedalam monorel bersamaan dengan pintunya yang tertutup otomatis tepat di hadapan wajah yoona. gadis kurus tersebut mendadak lemas, ia terselamatkan dari komplotan preman-preman tersebut, kini monorel yang ia naikki sedikit demi sedikit berjalan menjauh. Ia dapat melihat keempat laki-laki dengan nafas mereka yang tersenggal-senggal mengumpat pada dirinya, mereka semakin menjauh tak lagi mengejar yoona.

“huuuh..” kini gadis tersebut dapat bernafas lega, ia menelan ludahnya berat. Sejenak ia mengistirahatkan dirinya, membenarkan kembali detak jantungnya.

“Are you ok?” Terdengar suara berat seseorang membuat yoona teringat kembali kepada seseorang yang menolongnya tadi. Dengan cepat gadis tersebut membalikan tubuhnya, menatap kearah sumber suara tersebut.

“Kau?!” mata yoona membulat penuh, kedua bola matanya hampir keluar dari tempatnya. Rahang gadis tersebut terjatuh, betapa terkejutnya yoona saat melihat sosok lelaki yang ada dihadapannya kini, menatapnya sedikit khawatir dengan senyuman hangat yang seolah member arti ‘kau kini baik-baik saja’

“everything alright?” tambah lelaki tersebut memastikan, ia menatap yoona sedikit aneh karena gadis tersebut tak membalas perkataannya. Kini tatapan anehnya berubah ngeri saat menatap raut wajah gadis dihadapannya yang mendadak drastis. Senyum menyungging dari wajah cantik gadis tersebut, ia menyeringai sumeringah memperlihatkan deretn gigi putihnya, tatapan matanya tak lagi membulat lebar seperti sebelumnya kini tatapannya berbinar seolah terdapat kerlingan-kerlingan cahaya dari puppy eyesnya.

Lelaki tampan tersebut menatap yoona dengan tatapan ngeri sekaligus jijik. Wanita yang baru saja ia tolong beberapa menit lalu, menatapnya aneh seperti itu seolah gadis tersebut adalah seorang macan betina yang menemukan rusa jantan untuk jadi santapannya.

"Hey.. Whats wrong?!" Ujar lelaki tersebut sembari mengambil satu langkah lebih jauh dari gadis dihadapannya.

"Mister..." Bisik yoona, matanya semakin berbinar menatap lelaki dihadapannya. "Akhirnya aku menemukanmu!" Tambah gadis tersebut, sembari melangkahkan kakinya lebih cepat. Tiba-tiba 'HAP!' kedua tangan yoona tanpa sadar mendekap erat pinggang lelaki tinggi semampai di hadapannya.

"Aaaaaa.. You're my hero! HERO!!" Teriak yoona kegirangan. Ia tak peduli lagi dengan orang-orang sekelilingnya yang menatap geli kearahnya, berbeda dengan lelaki yang tak tahu namanya siapa. Ia kelimpungan mencoba melepaskan dekapan yoona, ia sedikit tak nyaman dengan beberapa pasang mata yang kini memperhatikannya sembari senyum-senyum geli kearah dirinya dan yoona.

 

***

 

"Who are you!!" Ujar lelaki tampan dihadapan yoona, kedua manik kecoklatan tersebut menatap kearah yoona dengan tatapan yang sedikit kesal. Hidungnya yang mancung, bibir yang tipis, dengan kedua mata yang tajam membuatnya masuk kedalam kategori laki-laki diatas rata-rata bahkan berada di puncak kategori orang-orang tampan. Tataan rambutnya yang dibiarkan sedikit berantakan membuat kesan keren pada lelaki tersebut.

"Mmh.. Mister.. We met at airport this morning, do you remember me?" Yoona memulai kata-katanya, ia sedikit kesusahan untuk menggunakan bahasa inggris tanpa bantuan ponselnya. Ia mencoba berkomunikasi semampu dirinya.

Tak ada jawaban dari lelaki tersebut, ia mengernyitkan dahinya menatap yoona tak mengerti. Kemungkinan lelaki tersebut benar-benar tak ingat yoona, atau dia benar-benar bukan lelaki yang yoona maksud.

"You took my cab, and.. And you bring my suitcase in.. in.. Aish!!!!" yoona mengacak-acak rambutnya frustasi. "Aish dia ini mengerti tidak sih?! Kenapa diam saja!!" Gerutu yoona.

"apa yang harus kulakukan" gumam yoona kecil.

"Waeyo?! Apa ada masalah? Marebwa!" Sahut lelaki tersebut dingin.

Betapa terkejutnya yoona saat ia mendengar kalimat hangul dengan aksen korea yang sangat kental dari mulut lelaki dihadapannya. Rahang gadis tersebut terjatuh, ia benar-benar tak percaya.

"Kkkau.. Bisa bahasa korea?" Tanya yoona tak percaya.

"Kau bilang ingin bicara denganku? Tentang apa? Cepatlah aku tak banyak waktu" sahut lelaki tersebut sembari melirik arloji miliknya.

"Eoh? Ah nee.." Yoona teringat kembali tujuan utamanya mengejar lelaki tersebut, "tadi pagi di airport kau memakai taksi yang sudah ku panggil sebelumnya, didalam taksi tersebut ada koper milikku yang sudah kumasukan didalam bagasinya. Sekarang dimana koperku?"

"Mwo? Koper?" Wajah lelaki tersebut terlihat tengah mengingat-ingat sesuatu, "tadi pagi aku memang naik taksi setelah mengantar temanku ke bandara, tapi tak ada koper" jawabnya santai.

"Aku tak tahu dimana kopermu aggashi, mianhae" ujarnya cuek sembari membungkukan tubuhnya dan bersiap untuk pergi.

"Hey tunggu!" Yoona menarik tangan kekar lelaki tersebut, tangan putihnya sangat lembut, yoona dapat merasakan sebuah getaran aneh dalam dadanya. "Mmh.. Kkau harus bertanggung jawab" ujarnya sedikit gagap.

"Aku harus bertanggung jawab? Atas dasar apa?" Ujarnya datar.

"Karena kau telah seenaknya merebut taksiku dan sekarang menyebabkan koperku hilang!" Jawab yoona ketus

"Bukankah itu semua akibat kelalaianmu?" Nada lelaki tersebut tetap datar.

"Ehem.." Yoona berdeham, "ttapi.. kau kan bisa menanyakan terlebih dahulu apakah taksi itu sudah ada yang memiliki atau belum" ujar gadis tersebut teguh pada pendirinnya.

"Arraseo.. Mianhae aggashi aku telah merebut taksimu tadi pagi, untuk soal kopermu kurasa bukan urusanku. Kalau begitu aku duluan" ia membungkukan tubuhnya 90 derajat, melepaskan tangannya dari genggaman yoona dan berlalu pergi meninggalkan yoona yang masih tercengang di tempatnya.

"Ya!! Ajjushi! Ya.." Teriak yoona sembari kembali mengejar lelaki tersebut, mengikuti kemana arahnya pergi.

 

***

 

'Krryk...krryk..' Terdengar suara raungan hebat yang berasal dari dalam perut gadis kerempeng yang kini masih kukuh pada pendiriannya untuk mengikuti lelaki yang ia temui di stasiun kereta monorel. Lelaki yang merebut taksinya pagi tadi di airport, lelaki yang menghilangkan koper miliknya, lelaki yang juga menolongnya dari kawanan preman yang hampir membahayakan dirinya dan lelaki tersebut ternyata pandai berbahasa korea. Hanya lelaki tersebut satu-satunya yang dapat yoona mintai bantuan, ia tak mengenal siapa-siapa di sydney dan yoona percaya satu-satunya tempat ia dapat bergantung saat ini hanya lelaki yang  saat ini tengah berjalan berjaga jarak didepannya.

"Lapar sekali" gumam yoona kecil sembari mengelus-elus perutnya yang sakit, chesse burger terakhir di kedai tak bisa ia makan sampai habis karena sibuk mengikuti laki-laki yang sampai saat ini ia tak tahu namanya siapa.

Tiba-tiba saja lelaki tinggi tersebut menghentikan langkahnya sebentar, sedikit kepalanya ingin menoleh kearah belakang untuk melihat gadis yang terus mengikutinya namun ia urungkan niatnya.

"Huuh..!" Lelaki tersebut mendengus kesal, ia kembali meneruskan jalannya. Kali ini langkahnya semakin besar seolah ingin menghindar dari yoona. Tak ingin ketinggalan dan kehilangan jejak lagi, yoona juga mempercepat langkahnya agar tak ada jarak terlalu jauh dengan lelaki didepannya.

Tanpa mereka sadari semakin lama langkah mereka semakin cepat, hingga setengah berlari dan sampai akhirnya lelaki tersebut memutuskan untuk berlari karena frustasi.

"Ajjushi tunggu aku!" Teriak yoona tak mau kalah.

Tak lama dari adegan lari-lari mereka berdua, lelaki tersebut terlihat membuka sebuah pagar kayu sebuah rumah. Tak ingin ketinggalan, yoona menambah kecepatan larinya dan cepat-cepat meraih tangan kekar lelaki tersebut dan memeluknya erat.

"Ajjushi.." Rengeknya.

"Ya lepaskan aku!" Teriak lelaki tersebut kesal. Bukannya menuruti perintah lelaki tersebut untuk melepaskan tangannya, yoona malah semakin mempererat pelukannya. Mereka terhalang pagar kayu setinggi pinggang yoona. Yoona berdiri di luar pagar tersebut sedangkan lelaki itu berdiri didalam taman kecil dari rumah klasik yang ada dibelakangnya.

"Ya apa mau mu!" Ujar lelaki tersebut ketus, yoona melirik kearahnya tanpa melepas lengan lelaki itu.

"Izinkan aku menginap dirumahmu eoh? Semalam saja" pinta yoona dengan memasang wajah super manis plus puppy eyes andalannya.

"MWO?!" Teriak lelaki tersebut.

"Aku benar-benar tak punya kenalan di sini, aku tak tahu harus pergi kemana lagi. barang-barangku pun semuanya hilang, lagi pula ini kan sudah malam hehe.. Semalam saja kumohon, ne?" Ia mengedip-ngedipkan matanya lucu, ia memakai cara jitu saat menggoda kakaknya.

"hehehe.." lelaki tersebut menyeringai, "mianhae, tapi itu bukan masalahku!" Tari telunjuknya ia taruh di dahi yoona dan ia dorongnya kuat-kuat.

"eoh.. eoh ajjushiii" rengek yoona dari luar pagar rumah lelaki tersebut, seperti gadis kecil berumur 4 tahun kedua tangannya ia angkat keuadara sembari melambai-lambai kearah lelaki yang cuek berjalan tanpa menghiraukannya. "Ajjushii.. Uhu.. Hu.." Tubuh kurusnya terjatuh lemas keatas aspal, sembari masih dengan rengekan manjanya.

"Tega sekali dia.. Hiks" ujar yoona, ia menyndarkan tubuh kurusnya di pagar kayu rumah tersebut. Seolah tidak mau menyerah, sebelah tangannya terus berusaha memencet-mencet bel rumah lelaki tersebut berharap lelaki tanpa nama itu mau berbaik hati merubah pikirannya.

"Tet tet.. Tet.. Tet". "Tet tet.. Tet.. Tet" bunyi suara bel yang terus yoona pencet tanpa jeda, ia sengaja memainkan bel tersebut membuatnya menjadi berirama.

"Tet tet.. Tet.. Tet..". "Ajjushiiii!!!" Teriaknya sekali lagi, "hiks.. Hiks.." rengeknya.

 

"Tet tet.. Tet"

 

"YAAA!!! BERHENTI MEMAINKAN BEL RUMAHKU!" Teriakkan besar yang terdengar seperti sebuah raungan beruang yang kesal karena sarangnya diganggu seseorang tersedengar. Suara yang sedikit terdengar menyeramkan itu justru membuat yoona sumeringah, dengan cepat ia bangkit dari tempatny berdiri menatap penuh harap lelaki yang tadi menghilang dibalik pintu rumah klasik dihadapannya tersebut. Sekarang lelaki tampan tersebut tengah berjalan kearahnya, dengan raut wajah keras terlihat tengah menahan amarah. Namun hal itu juga tak membuat yoona ketakutan, ia justri menyeringai bahagia menatap lelaki tersebut.

"Ajjushi.." Ujar yoona lembut sembari tersenyum manis.

"DAN BERHENTI MEMANGGILKU AJJUSHI!" Ujar lelaki tampan tersebut ketus, garis wajahnya terlihat keras tak seperti saat yoona pertama bertemu dengannya.

"Mm..mian" sahut yoona lemah, ia membungkukan tubuhnya sembari kedua tangannya memain-mainkan ujung kemeja yang ia pakai.

"Huuuh..!" Dengus kasar lelaki tersebut, tiba-tiba saja terdengar suara pagar yang terbuka. Mendengar tersebut membuat yoona sangat antusias, ia mengangkat kembali wajahnya menatap lelaki tersebut dengan kedua matanya yang berbinar-binar sumeringah.

"Semalam! Ingat hanya semalam!" Ujar lelaki tersebut seolah mengerti maksud dari tatapan gadis di hadapannya itu.

Yoona mengangguk dengan cepat, "hanya semalam! Aku janji" ujar yoona sembari mengangkat jari telunjuknya dan menyeringai penuh semangat.

"Masuklah!" Ujar lelaki tersebut pasrah.

"KAMSAHAMNIDA!" Teriak yoona penuh semangat, ia membungkukan tubuhnya 90 derajat kearah lelaki tersebut sembari menyunggingkan senyuman yang paling manis seantero jagat raya.

 

***

 

"Whoaaa.." Tak henti-hentinya yoona menatap kagum keseiso rumah yang baru saja ia masukki. Rumah klasik dengan tembok bata yang ia lihat saat diluar berbeda sekali saat berada didalamnya.

Rumahnya tak terlalu besar, tapi sangat indah! Kesan hangat yang yoona rasakan saat pertama kali memasuki rumah tersebut. Terdapat lampu-lampu kuning di setiap ruangan membuat kesan yang sangat romantis, selain itu meabel yang memenuhi rumah ini tertata rapi sangat arsitektur.

"Rumahmu keren sekali" ujar yoona sambil melirik kearah lelaki yang berdiri tak jauh dari dirinya. "Whooaaa, kau seorang arsitek?" Tanya yoona antusias saat melihat deretan kertas sketsa yang tertempel rapih di blackboard besar yang ada di dapur kecil dirumah tersebut. Percisnya seluruh tembok di titik tersebut dipasangkan penuh blackboard, selain ada kertas sketsa di sampingnya juga terdapat beberapa coretan dari kapur-kapur putih yang memenuhi blackboard tersebut.

"Hmm.. Pantas saja rumahmu keren sekali" tambah yoona. Lelaki tersebut tak menghiraukan semua kata-kata yoona, ia hanya diam memperhatikan gadis tersebut. Tanpa dipersilahkan duduk, dengan pdnya yoona duduk di salah satu kursi di dapur tersebut sebenarnya terlihat seperti bar kecil pengganti meja makan yang tak terlihat dirumah tersebut.

"karna kamarnya hanya satu, makan mau tak mau kau tidur di sofa" ujar lelaki tersebut sembari menunjuk sofa berwarna putih gading dengan ukuran besar yang kelihatannya sangat empuk dan nyaman.

"Eoh?!" Ujar yoona sembari membesarkan kedua matanya.

"Kenapa? Kau tidak mau?!" Ujar lelaki itu ketus, "kamar satunya kupakai gudang, kau mau tidur disana?" Ujarnya.

"Hmm.. Aniya, di sofa lebih baik" ujar yoona pasrah, lelaki tersebut menatapnya tajam. "Ne! Aku tidur di sofa saja, kelihatannya sangat nyaman" tambah yoona semangat, ia tak ingin lelaki tersebut merubah pikirannya dan mengusirnya pergi.

"hanya itu pilihanmu" sahut lelaki tersebut ketus.

"Eoh tunggu!" Ujar yoona saat melihat lelaki tersebut hendak berjalan pergi.

"Ada apa lagi?" Tanyanya gerah.

"Hmm.. Bolehkah aku meminjam bajumu? Tubuhku penuh keringat, hehe..."

"Huuuh" lelaki tersebut menatap yoona tak berdaya, ia mengembungkan pipinya lalu meniupkan udara dari dalamnya.

"Baiklah! Tunggu!" Dengan malas lelaki tersebut masuk kedalam kamarnya dan tak lama keluar dengan baju didalamnya.

"Ini!" Dengan kasar ia melempar sehelai kemeja putih kearah yoona, kemeja tersebut mendarat diatas meja tak jauh dari tempat yoona duduk sekarang.

"Kamsahmnida" jawab yoona sedikit tertahan karena kesal. perlahan ia bangkit dari tempatnya berniat untuk pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang sudah lengket tak karuan.

“kau mau kemana?” tanya lelaki dingin tersebut menghentikan langkah yoona.

“ke kamar mandi” jawab yoona polos.

“Kamar mandi ke arah sini..” ujarnya sembari menunjukan arah yang berlawanan dengan arah yoona.

“ahh.. arraseo” wanita tersebut sedikit menundukan kepalanya karena malu, yoona bergegas berjalan kearah kamar mandi seperti yang ditunjukan lelaki tersebut padanya.

 

“ugh kenapa dia dingin sekali!” gerutu yoona sesampainya di kamar mandi, ia sedikit berbisik karena takut lelaki yang menurutnya menyebalkan itu mendengarnya.

“padahal ia tampan, sayang sekali..” gumamnya lagi, “eoh.. ada apa denganku!” tukasnya, dengan pelan kedua tangannya memukul-mukul bibir tipis miliknya. “Asal sekali mulutku ini! tetap kai yang paling tampan” ujarnya berbicara pada dirinya sendiri.

‘krrrrryk.’ Suara raungan dari dalam perutnya kembali terdengar, kali ini lebih beringas lagi suaranya ketimbang yang sebelumnya. Dengan cepat yoona menekan perutnya dengan kedua lengannya.

“aaah lapar sekali” keluhnya manja.

 

***

 

‘Ceklek..’ suara kenop pintu sayup-sayup terdengar oleh lelaki tampan yang kini sedang sibuk menyiapkan tempat tidur untuk perempuan asing yang tak sengaja ia kenal hari ini. entah mimpi apa ia semalam karena bisa bertemu perempuan aneh yang sampai detik ini belum ia ketahui siapa namanya. Tetapi ia cukup senang karena bisa membantu perempuan yang ia tahu berasal dari korea selatan tempat kelahirannya, hitung-hitung ia bisa kembali sedikit merasakan seperti pulang kampung karena bertemu dengan perempuan yang berbicara bahasa hangul yang sangat ia rindukan. Lagipula perempuan tersebut sepertinya memang sedang kesusahan, awalnya ia sedikit kesal karena perempuan tersebut tapi akhirnya ia benar-benar tak tega membiarkan perempuan tersebut sendirian di kota asing baginya ini.

Terdengar suara langkah kaki keluar dari kamar mandi yang letaknya tak jauh dari sofa yang berada di ruang tv tersebut, sontak lelaki tampan tersebut memalingkan wajahnya untuk menatap perempuan yang keluar dari kamar mandi barunya.

“Aku sudah…” tiba-tiba suaranya terhenti saat menatap gadis yang tengah berdiri didepan pintu kamar mandinya, rambut coklatnya yang basah, dengan kemeja miliknya yang terlihat kebesaran menenggelamkan tubuh kurus gadis tersebut celana pendek yang ia kenakan hampir tak kelihatan tertutup kemeja putih tersebut, ditambah lagi dengan wajah cantik yang membuat buyar konsentrasinya.

“kamar mandimu nyaman sekali, aku tak keberatan jika disuruh tidur di kamar mandimu” ujar gadis tersebut sembari menyunggingkan senyuman indahnya, kedua matanya menyipit saat tengah tersenyum menambah kesan cute pada dirinya.

Lelaki tampan tersebut benar-benar tak menghiraukan kata-katanya, kedua matanya masih fokus menatap gadis tersebut. Ia benar-benar terpana oleh kecantikannya.

“hello… kwaencana?” ujarnya polos.

“eoh.. EHEUM!” lelaki tampan tersebut berdeham berat, menutupi kegugupannya. “Aku sudah menyiapkan makan malam untukmu!” ujar lelaki tersebut dingin, padahal saat ini detak jantungnya tengah berlari cepat. Ia benar-benar tak tahu harus melakukan apa, ia mencoba memandang ke sembarang arah agar kegugupannya tak terlihat jelas oleh gadis tersebut.

“wah… ada makan malam?!” ujar gadis kurus tersebut antusias, ia berjalan sedikit berlari kearah dapur. “waaa... ini untukku?” tanyanya sekali lagi.

“hmm..!”

“waaa kelihatannya lezat! SELAMAT MAKAAAN..!”

“berisik sekali..” gerutu lelaki tampan tersebut.

“delicious!!” gumam perempuan tersebut sembari mengunyah gigitan besar sandwich keju yang disiapkan lelaki tersebut untuknya.

“kau tak mau makan?” tanyanya kepada lelaki yang kini tengah duduk santai di atas sofa dengan sebelah kakinya yang menopang di kaki yang lain sembari menonton sebuah acara di televisi.

“tidak” jawabnya singkat.

“hmmm..” yoona tak menghiraukan jawaban dingin lelaki tersebut, ia masih menikmati sandwich keju yang sangat lezat itu.

“Kau tinggal sendiri disini? Dimana orang tuamu?” tanya yoona, ia menunggu jawaban dari lelaki tersebut. satu sampai dua detik menunggu ia tak dapat jawaban dari lelaki tersebut. “apa kau sudah kerja? atau kau masih kuliah?” tanya yoona lagi dan tetap tak terdengar sepatah dua patah kata balasan dari lelaki tersebut.

“Kau orang korea asli? Kau tinggal dimana? Kalau aku dari Seoul, namaku Im Yoona” ia tak patah semangat untuk mengajak lelaki yang baru ia kenal hari ini untuk berbagi cerita dengannya, “Kau sendiri siapa namamu?” tambah yoona.

 

Tiba-tiba yoona melihat televisi yang tiba-tiba hitam, lelaki tersebut mematikan televisinya. Ia beranjak dari tempatnya dan menatap tajam kearah yoona.

"kau berisik sekali" tukasnya dingin, "cepat habiskan makanmu dan segera tidur! Besok pagi-pagi sekali kau harus segera pergi" jelasnya. "Aku sudah siapkan bantal serta selimut untukmu" tambahnya. Lelaki tampan tersebut bergegas masuk kedalam kamarnya dan menutup pintunya rapat-rapat.

"Aish.. Kenapa dia?!" Gerutu yoona kesal, "akukan tanya baik-baik, kenapa dia ketus begitu" yoona mengembungkan pipinya dan mengerutkan bibirnya kesal.

Ia kembali meneruskan makannya, menghabiskan sisa potongan sandwich di tangannya dengan sekali lahap membut mulutnya penuh dan sedikit kesusahan untuk menelan semuanya sekaligus.

 

***

 

"Hoaaaam..." lelaki tinggi semampai, dengan kakinya yang jenjang berbalut celana tidur panjang kotak-kotak berwarna biru dengan kaos oblong putih yang sedikit membentuk otot-otot tubuhnya terlihat tengah menggeliat didepan pintu kamarnya. rambut coklatnya terlihat sedikit kusut, matanya belum sepenuhnya terbuka, mulutnya menguap berulang-ulang kali.

"aaaah.. tubuhku kenapa pegal-pegal semua" ujarnya sembari meregangkan sebagian tubuhnya, ia berjalan kearah taman belakang yang ada didalam rumahnya untuk melakukan kebiasaannya untuk berolahraga kecil sembari menghirup udara pagi favoritnya. Namun langkahnya terhenti saat melihat sebuah pemandangan di sofa ruang tvnya, ia melangkahkan kakinya mendekat kearah sofa putih gading miliknya. Kedua tangannya ia masukkan kedalam saku celana tidurnya sembari menatap sinis kearah seorang gadis aneh yang baru dikenalnya kemarin tengah tertidur pulas dengan posisi tidurnya yang berantakan. Rambut panjangnya kusut, tertidur dengan selimut yang sudah terjatuh dari tubuhnya, kaki yang sebelah terangkat ke sandaran sofa, lengkap dengan mulutnya yang menganga.

"Weird!" Ujar lelaki tampan tersebut sembari menatap aneh gadis tersebut dengan sebelah alisnya yang terangkat.

Kini lelaki tersebut merendahkan tubuhnya, berjongkok disebelah sofa sembari menatap gadis dihadapannya dengan tatapan meneliti.

"Sebenarnya apa yang kau lakukan di sydney?" Tanyanya yang tak berniat untuk mendapatkan sebuah jawaban, "kenapa kau datang kesini jika kau tak mengenal siapa-siapa?". "Apa kau sedang berlibur?" Tambahnya lagi.

Lelaki tersebut menatap yoona sembari mencari-cari jawaban sendiri didalam kepalanya, menebak-nebak hal yang membuatnya sangat penasaran. Lama kelamaan tatapannya semakin dalam, kedua manik coklatnya tak dapat berpaling dari wajah cantik wanita dihadapannya tersebut. Rambut coklatnya yang bergelombang, kedu alisnya yang terbentuk tegas, matanya, hidungnya, bibir tipisnya, tiba-tiba saja dapat menyihir lelaki tersebut. ia merasakan getaran aneh didalam dadanya, entah apa itu artinya tapi jantungnya sekarang tengah berdetak begitu cepat ia tak dapat mengontrolnya.

"Ada apa denganku" gumamnya kecil, sebelah tangannya ia taruh di dada. Lelaki tersebut dapat merasakan detak jantungnya sangat jelas, berdetak tak seperti normalnya.

"Hmmmmh..." Gumam gadis yang sebelumnya terlihat masih didalam alam mimpinya, gadis tersebut melakukan gerakan-gerakan kecil dengan kedua matanya yang masih tertutup rapat.

Tersadar ada tanda-tanda gadis tersebut akan segera bangun dari alam bawah sadarnya, lelaki tampan yang sedari tadi memperhatikan yoona itu cepat-cepat bangkit dari tempatnya dan berjalan cepat menjauh dari gadis tersebut. Ia sedikit kikuk dan salah tingkah.

"hoaaaaam” yoona menguap dengan kedua matanya yang belum terpenuhnya terbuka, senyuman menyungging dari wajah cantiknya. “aaa.. sofa ini membuatku mimpi indah! Empuk sekali sama seperti kasurku di korea” ujar gadis tersebut melantur.

“EHEM!” deham lelaki yang ternyata sedari tadi memperhatikannya, mendengar suara tersebut dengan cepat yoona bangkit dari tidurnya terduduk di atas sofa tersebut dengan rambutnya yang kusut berantakan dan muka bantalnya.

“hehe.. good morning” sapa yoona saat melihat lelaki tinggi yang  berdiri sambil menyandarkan sebelah tubuhnya di tembok. Lelaki tersebut menatapnya dengan kedua mata tajamnya sembari melipat kedua tangannya di dada.

“bukankah saatnya kau pergi? Seperti janjimu?” sahutnya dingin.

“mmmh… arra” jawab yoona lemas sembari membenarkan tataan rambutnya yang kini terlihat tak karuan dan menatap ke sembarang arah. Gadis tersebut tak berani menatap langsung kedua manic yang tengah menatapnya tajam saat ini.

“ah… bolehkah aku mencharge ponselku dulu? Ponselku mati” tambah gadis tersebut mencari-cari alasan, ia beranjak dari sofa empuk tersebut berlari kearah tas backpack yang seingatnya ia simpan di kursi meja makan. Mata tajam milik lelaki yang tak ia kenal tersebut mengikuti kemana arah yoona pergi, yoona berakting seolah tak melihatnya padahal ia merasa hampir mati karena tatapan membunuh tersebut.

“huh… lakukanlah seperti kehendakmu dan secepatnya pergi!” tukas lelaki tersebut menyindir yoona, ia beranjak dari tempatnya dan menghilang didalam kamar mandi.

“huuuuh..” yoona menghembuskan nafas panjangnya, sementara ini ia dapat sedikit merasa lega karena lelaki tersebut tak mengusirnya secara kasar. Ia bersyukur hanya mendapatkan tatapan tajam dari lelaki tersebut, bukan seretan kasar seperti yang dilakukan security di kampus kai sebelumnya.

 

***

 

“ommooo.. sooyoung aku lupa menghubunginya” gerutu yoona saat melihat lara ponselnya yang baru saja menyala. Terdapat 45 panggilan tak terjawab dan 20 pesan masuk yang semuanya berasal dari sahabatnya choi sooyoung.

“aku harus segera mengubunginya” dengan cepat yoona menekan tanda panggilan yang tertara dilayar ponselnya. Tak butuh waktu lama untuk yoona mendapat jawaban dari sahabatnya tersebut, ia hanya mendengar 2 kali nada sambung ‘tut.. tut’ terdengar di telinganya dan sebuah suara yang tak asing langsung menyambar telinganya kasar.

 

“YA IM YOONA!” teriakan melengking terdengar dari sebrang sana, suara 7 oktaf tersebut membuat yoona dengan refleks menjauhkan ponsel dari telinganya sambil mengernyit wajahnya.

“KAU INI KEMANA SAJA SIH! AKU KAN BILANG KABARKAN AKU SETIBANYA KAU DI SYDNEY! BUKANNYA MENGABARIKU MALAH PONSELMU TAK BISA KUHUBUNGI! KAU INI KEMANA SAJA HAAAAH..!” dari kejauhan saja suara sooyoung terdengar sangat menggelegar, membuat bulu kuduk yoona terbangun.

“sooooo… mianhae” rengek yoona manja, “terjadi beberapa hal saat aku tiba jadi membuatku tak sempat mengubungimu soo.. maafkan aku eoh?” ujarnya lembut.

“Kau kenapa yoong? Kau baik-baik saja kan? Sekarang kau dimana? kau menginap di hotel mana? Apa kau sudah bertemu dengan kai?” tanya sooyoung bertubi-tubi kini nadanya lebih lembut dari sebelumnya, terdengar nada khawatir dari kata-katanya.

“aku baik-baik saja soo.. kau tak perlu khawatir” jawab yoona sedikit berbohong. “tentang kai…” suara yoona tertahan di udara.

“kau belum bertemu dengannya?” tebak sooyoung.

“hmm..” jawab yoona lemas.

“aku bilang apa kan! Kau sudah mencoba mengubunginya?”

“sudah..”

“dia masih tak membalas pesanmu?”

“begitulah soo..” yoona mengembuskan nafasnya lemas, “bagaimana dengan oppa? Apa dia mengubungimu? Ingat kau tak boleh memberitahu oppaku aku di sydney” ujar yoona mencoba mengalihkan tema pembicaraan mereka.

“mmh.. wo bin oppa mencarimu, ia bertanya padaku mengapa ponselmu tak dapat dihubungi” ujar sooyoung, “aku bilang saja ponselmu tak sengaja terendam di air dan rusak”

“lalu?”

“ia ingin berbicara denganmu tapi aku beralasan kau sedang di kamar mandi jadi dia bilang dia akan mengubungimu lagi nanti, sepertinya ia sangat sibuk soalnya sampai saat ini ia belum mengubungiku lagi. Hubungilah dia secepatnya, sepertinya ia sangat mengkhawatirkan adiknya yang bodoh itu”

“yaaaa sooo!!” tukas yoona, “arraseo.. aku akan menghubunginya! Terima kasih sooku”

“waktumu hanya 2 hari ingat! 2 hari awas jika kau tak menepati janjimu!”

“yes sir!” jawab yoona sigap.

“aish aku serius!!” protes sooyoung

“arraseo sooo.. aku mengerti! Kalau begitu aku mau mengibungi oppaku dulu eoh? Nanti kuhubungi kau lagi”

“baiklah, jaga dirimu! Pastikan ponselmu aktif!”

“ne soo ahjumma!”. “annyeong!” yoona mematikan panggilannya bersamaan dengan suara dehamman yang berhasil mengagetkannya

“EHEM!”

“aigoo..” gumam gadis tersebut, dengan cepat ya membalikan tubuhnya menatap kearah sumber suara yang mengejutkannya. Sebelah tangannya ia simpan di dada dengan memasang wajah kaget plus kedua mata yang membuka lebar.

“kenapa?” tanya lelaki tersebut dingin. “kenapa kaget seperti itu?”

“aniya..” jawab yoona singkat.

“kau habis mencuri sesuatu?” tanya lelaki tersebut asal

“MWO?! TENTU SAJA TIDAK” bantah yoona ketus. “kenapa kau menuduhku seperti itu”

“jika tidak kenapa wajahmu seperti itu?” ujar lelaki tersebut santai sembari berjalan kearah kulkas yang terletak tak jauh dari tempat yoona saat ini. ia terlihat sibuk menatap seisi kulkas besar miliknya tersebut. Bajunya sudah terlihat rapih, kemeja biru dongker serta jeans hitam yang ia pakai membuatnya terlihat sangat mempesona dan yoona mengakui hal itu.

“ya karena aku terkejut..” jawab yoona dengan bergumam.

“ponselmu sudah nyala?”

“ne..”

“kalau begitu.. bukankah waktunya kau pergi?”

Yoona mengerutkan bibirnya kesal, kenapa laki-laki tersebut tak bisa sedikit saja basa-basi untuk memintanya pergi. Setidaknya lebih lembut sedikit tidak to the point seperti itu dan membuat yoona gerang.

“arraseo! Aku sudah berniat untuk pergi!” tukas yoona ketus, dengan kasar gadis tersebut mencabut charger ponsel yang masih tertancap di sebuah stopcontact dan beriniat untuk mengemasinya kembali kedalam backpacknya. Namun langkah yoona tertahan saat ia merasakan sebelah tangannya ditarik oleh seseorang dan hanya ada satu orang lain didalam rumah tersebut.

Yoona menatap sang pemilik lengan yang menahan langkahnya tersebut dengan wajah bingung sekaligus kesal. “pergilah setelah sarapan, aku akan membuatkannya untukmu” ujar lelaki tersebut lembut tak lagi dingin seperti sebelumnya. “duduklah!” tambah lelaki tersebut sembari melirik kearah kursi bar yang berada tak jauh didekat mereka.

Tanpa mengatakan setuju yoona menuruti perintah laki-laki tersebut, ia duduk di salah satu kursi bar yang ada di dapur. Duduk tenang sembari memperhatikan lelaki didepannya yang tengah sibuk dengan kegiatannya. Menaruh dua slice roti kedalam sebuah panggangan roti berwarna silver miliknya, lalu membuat dua telur mata sapi dan menuangkan susu segar kedalam dua gelas berukuran sedang.

‘ting’ terdengar suara penggangan roti tersebut dengan kedua rotinya yang secara otomatis mencuat keatas. Terlihat dua roti panggang berwarna kecoklatan yang siap untuk disantap. Yoona hanya mampu menelan ludahnya saat menatap roti panggang tersebut diatas piring dengan telur mata sapi diatasnya lengkap dengan sosis sapi dan mayonnaise yang membuat perutnya semakin keroncongan. Gadis tersebut memang tak bisa kompromi lagi jika tentang makanan, dia selalu berselera melihat makanan apa saja.

“makanlah” ujar lelaki tersebut sembari menaruh satu piring yang sudah tesedia makanan yang ia masak kedekat yoona tak ketinggalan susu putih segar yang sudah ia siapkan juga. Yoona berakting ogah-ogahan akibat gengsi, padahal air liurnya sudah hampir menetes menatap makanan lezat tersebut.

Lelaki tersebut duduk tepat disebelah yoona dengan makan yang juga sudah siap di hadapannya.

“kenapa diam?” tanya lelaki tersebut menatap yoona yang belum menyentuh makannya. “kau tak mau makan?” tambahnya, “kalau begitu buatku sa…” lelaki tersebut berniat untuk mengambil piring yang ada di hadapan yoona namun tangannya tertahan saat gadis disebelahnya menahan niatnya tersebut.

“akan ku makan” ujar yoona dengan cepat, ia menarik kembali piring kedekatnya dan langsung melahap makanan yang disediakan lelaki tersebut tanpa berpikir panjang. Lelaki tersebut mengulum senyum saat melihat tingkah gadis disebelahnya, ia tak benar-benar ingin mengambil makanan tersebut ia hanya berniat menggeretak yoona dan niatnya tersebut berhasil membuat yoona memakan masakannya.

“sebenarnya apa yang kau lakukan disini?” tanya lelaki tersebut memulai pembicaraan.

“untuk menemui seseorang” jawab yoona singkat, ia masih sibuk dengan makanannya.

“pacarmu?” tanya lelaki tersebut, ia terlihat tertarik

“hmm.. begitulah” gadis tersebut masih fokus mengisi perutnya.

“kakakmu tak tahu kau di Sydney?” pertanyaan kali ini sukses membuat yoona fokus pada lelaki tersebut, ia melupakan makanannya dan menatap lelaki disebelahnya sedikit terkejut. Dahinya mengkerut, mencoba menebak-nebak dalam kepalanya kenapa lelaki asing tersebut tahu kalau kakaknya im woo bin tak tahu kepergiannya ke Sydney.

“aah.. kau menguping pembicaraanku ya?”

“aku bukan menguping! Tapi aku punya telinga! Aku tak sengaja mendengar pembicaraanmu”

“aish…” protes yoona

“kakakmu tak menyetujui hubunganmu?” tanyanya lagi, kali ini yoona benar-benar sangat terkejut. Kenapa sampai ke titik itupun lelaki asing ini bisa tahu? apa dia seorang mata-mata? Bukan apa dia seseorang yang bisa membaca pikiran? Yoona masih menatap lelaki tersebut tak percaya, dengan kedua matanya yang membuka penuh.

“hahaha… tebakanku benar ya” seringai jahil terlihat dari wajah tampannya. Sebuah lesung pipi terbentuk di wajahnya membuatnya lebih terlihat mempesona.

“bukan urusanmu..” ujar yoona ketus. Ia menenggelamkan wajahnya, menyembunyikan pipinya yang mulai merona karena malu.

Terdengar sebuah ponsel berdering memotong pembicaraan mereka, kali ini bukan ponsel milik yoona melainkan lelaki yang tengah duduk disebelah yoona. lelaki tampan tersebut terlihat sibuk merogoh kantong belakang celana jeansnya.

 

“hello..” ujarnya sesaat setelah mengangkat sebuah jawaban diponselnya.

“…”

“yes..”

“…”

“oke.. I get it”

“….”

“oke.. see you”

 

Diam-diam yoona memasang kedua telinganya mendngar pembicaraan lelaki tersebut, sembari memperhatikan dari ujung matanya. Tiba-tiba saja mata yoona fokus pada sesuatu, ia terlihat tertarik pada layar ponsel milik lelaki tersebut yang diletakan di dekatnnya. Sebuah gambar yang tak asing bagi yoona, ia merasa pernah melihat gambar logo tersebut sebelumnya namun yoona lupa kapan dan dimana. yoona memperhatikannya sangat teliti, ia membaca sebuah tulisan yang ada disana.

“university.. of Sydney” bacaan yang tertera pada logo tersebut. “mmh… bukankah itu kampus kai?” gumam yoona sendiri.

“ada apa?” lelaki disebelahnya terlihat penasaran dengan tingkah yoona.

“eoh? Hmm apa kau kuliah disana?” tanya yoona sembari menunjuk kearah layar ponsel milik lelaki tersbeut,

“mmmh..” angguknya yakin.

“benarkah?!” nada suara yoona meninggi, ia menatap lelaki tersebut penuh harap.

“eoh” jawabnya, “memangnya ada apa?”

“apa kau kekampus hari ini?” tanya yoona lagi antusias.

“ne.. aku ada kuliah hari ini” jawab lelaki tersebut sedikit kebingungan, “memangnya ada apa sih?!” ujar lelaki tersebut tak sabar.

“bawa aku bersamamu ya? Kumohooon..!” pinta yoona sedikit memohon, sebuah ide tiba-tiba saja terpintas didalam kepalanya.

“mwo?!” lelaki disebelahnya menatap yoona bingung, ia mengernyitkan dahinya menebak-nebak maksud dari gadis tersebut sembari memikirkan apakah ia akan mengabulkan permintaannya atau tidak.

 

***

 

“jadi pacarmu juga kuliah disini?” tanya lelaki tinggi yang kini tengah berjalan disebelah yoona, si gadis kurus disebelahnya mengangguk kegirangan sembari senyum-senyum tak jelas memikirkan kai kekasihnya. Mereka berdua berjalan berdampingan dipelataran kampus yang dikelilingi oleh rumput hijau di sekeliling mereka dengan gedung yang lebih mirip castle menjulang tinggi dihapadan kedua orang tersebut.

Lelaki tampan tersebut diam-diam memperhatikan yoona yang tengah asyik dengan pikirannya sendiri. Begitu banyak pertanyaan yang ia ingin tahu tentang perempuan yang baru ia kenal kemarin tersebut. isi kepalanya berputar-putar sendiri, menebak-nebak apa yang ada dipikiran gadis tersebut. Entah mengapa secara tak ia sadari, ia tertarik pada yoona. Ada sesuatu dorongan yang membuatnya ingin lebih mengenal gadis tersebut. Ia sangat ingin tahu alasan yang membuat gadis tersebut datang ke Sydney nekat tanpa izin kakaknya hanya untuk bertemu kekasihnya, ia ingin tahu siapa sebenarnya kekasihnya tersebut, ia sangat ingin tahu siapa gadis disebelahnya tersebut sebenarnya dan seperti apa dia.

“YOU AGAIN!” ujar lelaki kekar berkulit hitam berdiri menghalangi jalan mereka berdua, ia menatap dengan tatapan garangnya. Matanya fokus pada gadis kurus yang ia temui sebelumnya, ya lelaki tersebut merupakan security yang kemarin dengan kasar mengusir yoona dari kampus tersebut.

Lelaki tampan disebelah yoona menatap bingung kearah yang sama dengan tatapan security di hadapannya. Ia tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

“wae?” tanyanya bingung pada yoona.

Gadis kurus tersebut lantas menggenggam lengan lelaki tampan disebelahnya, menyembunyikan setengah badannya di belakang tubuh lelaki tersebut seolah tengah meminta perlindungan.

“ya… ada apa sebenarnya?” tanya lelaki tersebut sembari berusaha melepaskan genggaman yoona namun tak berhasil karena terlalu kuat.

“kemarin dia mengusirku sangat kasar..” jelas yoona

“mwo?! Jadi kau sudah kesini sebelumnya?”

“mmmh..” jawab yoona sembari mengangguk pelan, “kau harus menolongku agar aku diizinkan masuk”

“aish… tapi jangan begini, lepaskan aku!” ujar lelaki tersebut sedikit gusar karena tingkah yoona yang sedikit kekanak-kanakan. Akhirnya yoona melepaskan genggamannya dari lengan lelaki tersebut, namun ia masih berdiri dibelakang tubuhnya.

“kajja..!” ujar lelaki tersebut sembari menggengam pergelangan tangan yoona secara tiba-tiba dan membawa gadis tersebut pergi membawanya.

Sontak yoona sedikit terkejut dengan sentuhan tangan lelaki tersebut, entah mengapa dadanya sedikit bergetar dan bulu-bulu kuduknya berdiri seperti tengah terkenah sengatan listrik ringan yang entah dari mana sumbernya.

 

“She’s with me!” ujar lelaki tampan tersebut sembari memberi tanda pada security tersebut.

“she’s your friend?” tanya security tersebut kikuk, kelihatannya ia sudah mengenal lelaki tersebut.

“yeah.. I heard yesterday you treat her rough” ujar lelaki tampan tersebut dengan wajah coolnya, membuat yoona tak bisa memalingkan tatapannya dari lelaki yang kini tengah menggenggam tangannya erat.

“I’m sorry.. I’m really sorry.. I’don’t know she’s your friend, she didn’t said” balas sang security

“next time it will not be easy... be careful” ujar lelaki tersebut sembari tersenyum dingin dan menepuk-nepuk pundak sang security yang sepertinya tunduk dengan kata-kata lelaki tersebut. yoona sedikit kebingungan dengan apa yang sedang terjadi saat ini, ia tak mengerti apa yang mereka bicarakan.

Lelaki tampan tersebut mengeluarkan sebuah kartu berwarna biru dongker dari dalam dompetnya dan mendekatkannya kearah mesin pendeteksi yang letaknya di sebelah berdirinya sang security saat ini. di layar tersebut secara otomatis muncul sebuah pasphoto dari si empunya kartu.

 

Min ho Lee

Architecture, 2010

 

“let’s goo..” ujarnya kembali menggenggam tangan yoona, dan berjalan masuk kedalam kampus mewah tersebut.

“jadi namamu lee min ho” ujar yoona ditengah-tengah perjalanan mereka, tiba-tiba saja lelaki di depannya menghentikan langkahnya dan otomatis yoona ikut menghentikan langkahnya juga.

“ehem!” dehamnya, sepertinya berdeham saat suasana berubah kikuk merupakan kebiasaan lelaki yang diketahui yoona bernama lee min ho tersebut. lelaki tampan tersebut berbalik menatap yoona.

“aku ada kelas sekarang” ujarnya.

“aah.. arraseo! Kamsahamnida,kau sudah mengajakku kemari” sahut yoona, “dan untuk semua bantuanmu, joengmal kamsahamnida” gadis kurus tersebut membungkukan tubuhnya 90 derajat begitu semangat. “sudah saatnya kita berpisah, kalau begitu kau masuklah ke kelas aku akan mengurus urusanku sendiri” jelasnya. “anyeong!” ujarnya sembari melambai kegirangan. Dengan penuh semangat dan percaya diri yoona mengencangkan kaitan backpack yang ia pakai dengan kedua tangannya, ia berniat untuk melangkah pergi meneruskan tujuannya datang kemari yaitu untuk bertemu dengan kekasihnya kim jong ini dan kini ia semakin lebih dekat dengan kekasihnya tersebut.

“Kau mau kemana hah!” tiba-tiba saja langkah yoona tertahan saat ia baru saja melangkahkan kakinya sebanyak 2 langkah didepan min ho. Lelaki tersebut menarik tas backpack yang dipakai yoona sehingga langkah gadis tersebut tertahan.

“waeyooo!!” protes yoona. lelaki tersebut memutarkan tubuh yoona menjadi berbalik menatapnya.

“kau mau kemana? Kau pikir aku akan membiarkanmu berkeliaran di kampus ini seenaknya?” ujar min ho, “kau masuk kesini atas nama aku! Tak akan kubiarkan kau membuat kekacauan disini karena akan berimbas juga kepadaku” jelasnya, ia menarik tas backpack yoona membawanya bersama tubuh gadis tersebut kearah kursi kayu yang berada di pinggir rumput hijau halaman dalam kampus tersebut.

“duduk disini! Tunggu aku sampai kelasku selesai!” ujar minho ketus sembari menyeret yoona keatas kursi kayu tersebut sehingga tubuhnya terjatuh diatasnya.

“tapi.. tapi aku harus..”

“kita akan mencari pacarmu setelah kelasku selesai! Kau mengerti?!”

Yoona mengembungkan pipinya sembari mengerutkan bibirnya kesal.

“kau mengerti atau tidak!” ulang minho dengan nada tinggi.

“ne! Arraseo!” jawab yoona penuh penekanan.

“good! Awas kau jika pergi tanpa sepengetahuanku! Aku mengawasimu dari dalam kelas” tambah minho sembari menunjuk kearah sebuah ruangan dengan jendela besar yang menghadap langsung kearah kursi yang sekarang tengah di duduki yoona.

“aish..” gerutu yoona, “menyebalkan!” gumamnya kesal.

 

***

 

Yoona menatap tajam kearah salah satu pasang mata yang sedari tadi tak berhenti memperhatikannya dari balik jendela besar sebuah ruangan kelas yang tak jauh dari tempatnya duduk saat ini. lelaki tersebut membalas tatapan yoona dengan tatapan garangnya, kali ini ia menggerakan tangannya seolah memberi isyarat pada yoona agar tak berani pergi dari tempatnya barang sedikitpun.

“huh… kenapa dia seenaknya begitu!” gumam yoona, gadis tersebut tak dapat berbuat apa-apa ia hanya bisa pasrah duduk malas ditempatnya sembari menikmati udara Sydney siang ini. ia menyimpan pangkal lehernya di sandaran kursi kayu yang tengah ia duduki saat ini, sembari menatap rimbunnya daun-daun yang mulai menguning yang ada diatasnya.

“fiuuuh” gadis tersebut menghembuskan nafasnya panjang, “kaiii… boggoshipo, noemo boggoshipo” gumamnya lirih.

‘kkrrrrryk…’ tiba-tiba saja perutnya berbunyi tak dapat terkontrol, bunyi cacing-cacing didalam perut yoona yang sudah meminta jatah makan mereka siang ini.

“aish!! Kenapa sih merusak suasana saja!” gerutu yoona sembari memegang perutnya kencang-kencang. ‘kkrrrrrryk…’

“aaaaaaa… aku lapaaaaar!” ujarnya dengan sedikit berteriak.

 

***

 

“jadi pacarmu kuliah di jurusan bisnis?” tanya minho di tengah perjalanan mereka kesebuah gedung yang letaknya tak jauh dari tempat minho kuliah sebelumnya.

“mmh..” angguk yoona tanpa menatap lelaki disebelahnya. ia sibuk celingukan kesana kemari, matanya menyapu ke seluruh arah matanya memandang mencari sosok lelaki yang sangat ingin ia lihat wajahnya. Ya tentu saja kim jong in namjachingunya.

“apa tak ada yang kau kenal dijurusan ini?” tanya yoon, kini ia menatap minho penuh harap.

“eoh? Memangnya kenapa?”

“bantu aku tanyakan keberadaan kai”

“kai?” ujar minho, sejenak ia terdiam memikirkan sosok nama yang baru saja dikatakan yoona.

“heeey..” yoona melambai-lambaikan tangannya tepat didepan wajah lelaki tersebut, mencoba membuyarkan lamunannya.

“hah…. Kenapa harus aku!” ujarnya ketus.

“tolong aku.. bahasa inggrisku kurang baik. Jebbal!” ujar yoona lagi-lagi memasang wajah memohonnya.

“aish… lain kali perkuat dulu bahasa inggrismu sebelum datang kesini! menyusahkanku saja!” gumam lelaki tersebut ogah-ogahan.

“ayo cepat-cepat!” paksa yoona sembari menarik-narik lengan minho.

 

“excusme..” sapa lee min ho pada salah satu mahasiswa yang tengah sibuk dengan ponsel di tangannya, mahasiswa lelaki tersebut memalingkan tatapannya dari layar ponselnya dan menata kedua orang yang kini sudah berdiri dihadapannya.

“what’s up?” ujarnya.

“I'm looking for someone in the business majors, are you business student right?”

“yes, I am!”

“hmm.. do you know..” minho menatap kearah gadis dihadapannya, sembari menggerak-gerakan kedua alisnya menanyakan kembali nama namjachingunya yang sebenarnya sangat ia ingat didalam kepalanya.

“Kai! Kim jong in” bisik yoona

“Jong in Kim, do you know him?”

“hmmm Kim jong in…” lelaki tersebut terlihat mengerutkan dahinya seperti tengah mengingat sesuatu. “Do you mean kai?” ujarnya sedikit ragu-ragu.

“YES! KAI!” sahut yoona tiba-tiba.

“yeah.. do you know him?” tanya lee min ho.

“yeaah.. we were in the same class for several courses. but lately he had never come the class, may have been a week since I've seen..” jelas lelaki tersebut.

“aaah.. really…” sahut minho sedikit kebingungan, ia menggaruk pangkal lehernya yang sama sekali tak terasa gatal. “do you know where else I could meet with him?”

“hmm I think I know where he lives”

“really? can I ask for the address?”

“hmm.. sure” angguk lelaki tersebut sembari merogoh sesuatu dari dalam tasnya, ia mengeluarkan secarik kertas beserta sebuah bolpoin dan menuliskan sesuatu diatas kertas tersebut.

Minho menatap yoona semangat dengan mengangkat kedua alis matanya seolah memberikan arti, yoona membalas tatapan lelaki tersebut dengan tatapan girang dan sumeringah seakan mengerti arti dari tatapan minho padanya.

 

“kamsahamnida” ujar yoona sembari membungkukan tubuhnya 90 derajat kearah lelaki tampan yang kini tengah berdiri tegap di hadapannya dengan kedua tangannya yang ia selipkan dibalik kantong celana yang ia kenakan.

“aku benar-benar berhutang banyak padamu, aku berharap bisa membayar semua kebaikanmu!” tambahnya sembari menyunggingkan senyum manis diwajah cantiknya. “sekali lagi kuucapkan terima kasih, joengmal kamsahamnida” sekali lagi gadis kurus tersebut membungkukan tubuhnya pada minho.

“kau ini bicara apa sih!” protes minho, ia menatap dingin kearah yoona. “jika kau memang mau membayar jasaku traktir aku makan, aku lapar!”

“eoh?” yoona menatap lelaki dihadapannya kebingungan.

“aish.. kajja aku lapar sekali!” minho menarik tangan yoona dan membawa gadis tersebut bersamanya.

“ya..ya..!! bukankah ini saatnya kita berpisah?” teriak yoona.

“Tidak sekarang!” balas minho

 

***

 

“karena aku sudah membelikanmu makan, maka sekarang waktunya aku pergi” ujar yoona setelah memberikan sebuah double cheese burger lengkap dengan kentang goreng dan segelas orange juice percis seperti apa yang dipesan minho sebelumnya.

“sekali lagi aku sangat sangat berterima kasih padamu” yoona bersiap untuk bangkit dari tempatnya, dan berniat untuk pergi. Namun belum sempat ia melangkah pergi, lelaki dihadapannya dengan sigap menarik sebelah lengannya sehingga langkah gadis kurus tersebut tertahan.

Yoona menatap minho dengan tatapan tak mengerti.

“duduklah! Aku akan menemanimu ke tempat pacarmu itu” ujar lelaki dihadapan yoona.

“eoh.. mwo?” yoona mengernyitkan dahinya bingung.

“aku akan mengantarkanmu sampai kau bertemu dengan namjachingumu itu, jadi duduklah” ulang minho, tatapan lelaki tersebut tiba-tiba saja terasa hangat sampai tubuh yoona. Tanpa ia sadari, yoona kembali duduk ditempatnya menuruti permintaan minho. Dahinya masih mengkerut karena kebingungan, ia menatap minho sembari menebak-nebak sesuatu didalam kepalanya. Sehari yang lalu minho dengan mentah-mentah mengusirnya bahkan tadi pagi pun begitu, tapi mengapa saat ini malah ia menahan yoona untuk pergi dan bersedia untuk mengantarkan gadis tersebut bertemu dengan namjachingunya?

“aaaah.. soal kopermu, aku akan mencarikannya untukmu. Jadi kau tak perlu khawatir” tambah lelaki tersebut disela-sela kegiatannya mengunyah burger di tangannya.

Tiba-tiba saja dengan sendirinya sebuah senyuman manis datang dari wajah yoona, gadis tersebut menatap minho tak henti sembari mengulum senyum.

“… ne” jawabnya pelan. Yoona menyeringai girang sembari menatap minho.

 

***

 

“kita mau kemana? Kau bilang mau mengantarkan aku” protes yoona saat minho membawanya ke sebuah bengkel mobil yang terlihat mewah.

“kau ini rewel sekali, aku akan mengantarkanmu! Sudah jangan berisik” ujat minho ketus.

“huh” yoona mengerutkan bibirnya kesal.

Minho berjalan lebih dulu didepannya, ia terlihat tengah berbincang dengan salah satu teknisi yang ada di bengkel tersebut. Mereka terlihat sangat akrab, terlihat dari cara minho berbicara dan bercanda dengan lelaki berkulit putih tersebut.

“tunggu disini, aku akan segera kembali” ujar minho pada yoona, yoona mengangguk ogah-ogahan.

Beberapa menit yoona menunggu minho yang menghilang bersama sang teknisi tersebut entah kemana. gadis tersebut memain-mainkan kakinya menghilangkan bosan, Sesekali ia menendang-nendangkan kakinya ke sembarang arah sembari mengumpat tak jelas.

‘TINTIN’ sebuah klakson mobil mengagetkannya, suaranya sangat keras tepat menusuk kedalam telinganya. Gadis tersebut sedikit mengernyit kesal karena telinganya yang terasa sakit, ia sudah berniat ingin memaki orang yang secara tak sopan membunyikan klason tepat dihadapannya. Bibirnya membeku saat ia hampir saja mengeluarkan kata-kata umpatan dari dalam mulutnya, kata-kata tersebut tertahan saat ia melihat siapa yang ada di balik kemudi mobil sport mewah di hadapannya tersebut. Minho, dengan kaca mata hitamnya, duduk dibalik kursi kemudi mobil sport berwarna merah marun yang atapnya dibiarkan terbuka.

“kenapa kau diam saja? Naik!” teriak minho.

Rahang yoona terjatuh saat menatap mobil mewah keluaran eropa yang kini tengah dinaiki minho,

“kkk..kkau..” kata yoona kaku.

“cepat naik! Sebelum aku berubah pikiran”

Masih dengan rahangnya yang terbuka, yoona melangkah masuk kedalam mobil mewah tersebut walau sedikit ragu-ragu. Ia duduk di kursi penumpang tepat disebelah minho.

“tutup mulutmu jika kau tak ingin serangga membuat sarang didalamnya” sindir minho. Dengan cepat yoona menutup bibirnya rapat-rapat saat ia sadari ia tak dapat mengontrol wajahnya yang sedikit terkejut.

“let’s go..” ujar minho sembari memasukan gigi mobilnya, akhirnya mobil sport tersebut melaju menembus angin segar Sydney siang hari ini yang menjelang sore.

 

***

 

“kau yakin ini alamatnya?” minho menghentikan laju mobilnya perlahan-lahan di depan sebuah rumah town house mini bergaya eropa.

“mmh! Aku yakin, nomer yang ada dialamatnya juga sama” jawab yoona sangat yakin sembari sesekali menatap kertas yang ada di tangannya.

“aku akan mengeceknya, kau tunggu saja disini nanti akan ku beritahu jika alamatnya memang benar” jelas minho sembari melepaskan kaitan sabuk pengaman dari tubuhnya.

“hmm.. arraseo” jawab yoona menuruti perintah minho.

Dengan cepat minho turun dari mobil dan masuk kedalam rumah bernomer 89 tersebut, kedua pasang mata yoona mengikuti kemana arah minho pergi. Gadis tersebut mengawasi dari dalam mobil.

 

‘TINGTONG’ minho menekan bel yang ada di depan pintu rumah tersebut, sesekali ia menatap kearah yoona yang mengawasinya dari dalam mobilnya. ‘TINGTONG’ kedua kalinya lelaki tersebut kembali menekan bellnya. Tak lama suara pintu terdengar, sepertinya seseorang didalam tersebut tengah membuka kunci pintu kayu berwarna putih tersebut.

Terlihat sosok wanita cantik, dengan rambut panjangnya berwarna coklat gelap berdiri tepat dibalik pintu rumah yang kini sudah terbuka lebar.

“minho?” sapa wanita bermata biru tersebut dengan aksen inggrisnya.

Dahi minho mengkerut, ia bingung sekaligus terkejut menatap wanita yang membukakan pintu untuknya. Wanita yang kini tengah berdiri dihadapannya, sekilas matanya menatap sebuah papan hitam yang menggantung di sebelah pintu rumah tersebut. terdapat tulisan ‘mr. kim’ dipapan tersebut, yang dibuat dari ukiran kayu.

“how do you know I’m here?” ujar gadis tersebut sembari tersenyum girang, ia berjalan mendekat kearah minho sembari melebarkan kedua tangannya seperti hendak memeluk lelaki tampan tersebut. namun dengan sigap minho menahan tubuh gadis tersebut agar menjauh darinya.

“do you miss me, aren’t you?”

“do you live here? Is it your house?” tanya minho sedikit ragu-ragu.

“actually this is my boyfriend’s house, for now on I live here” ujarnya sembari menyeringai bangga, “why did you come here? You want to see me?” goda gadis tersebut.

“kai is your boyfriend?” tanya minho meyakinkan lagi.

“how do you know all that minho? Do you know him?” tanya perempuan bule tersebut penasaran.

 

“hah!” seringai kecut datang dari wajah tampan lee min ho. Lelaki tersebut terkejut sekaligus marah mengetahui kenyataan yang sepenuhnya ia tak mengerti. Didalam kepalanya berkumpul berbagai pemikiran-pemikiran yang membuat emosinya memuncak sampai ke ubun-ubun kepalanya, satu hal yang ia yakin betul bahwa gadis yang bernama yoona tersebut benar-benar tak tahu apa yang dilakukan oleh kekasihnya tersebut, yoona si gadis polos yang nekat datang ke Sydney hanya untuk bertemu dengan kekasihnya tapi kenyataannya disini benar-benar menyakitkan. Entah mengapa minho merasa sangat marah, kedua tangannya mengepal kuat. Sesekali ia menatap khawatir kearah yoona yang masih mengawasinya dengan gelisah dan tak sabar dari dalam mobil. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Ia benar-benar tak tega menyakiti hati gadis tersebut? ia benar-benar tak ada keberanian untuk mematahkan hatinya. 

***


CONTINUE

 

Chingudeul, gimana minyoongnya? hihihi.. ditunggu banget comment dari chingu chingu semua, kalau emang menarik dan banyak comment dari kalian aku bakal nerusin cerita ini jadi aku tunggu banget komentar kalian tentang ff keduaku ini. Untuk typo dan typo sekian kalinya mianhae :)

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Marlenadan52
#1
Chapter 2: I loved it
selfyselfong #2
Chapter 2: Serius ini bakal jadi ff favorit hehe keren banget thor :D
selfyselfong #3
Chapter 1: Pleasw thooor update sooonnnnn! Ini bikin penasaran banget :(
Aku tunggu thor hihi
kuropurple
#4
Chapter 1: AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA next part dong aqhduqdbjhwdbjhedb demi apa ya baru ketemu ff ini sekarang huhuhuhuhuhuhu ;____; update soon, and anyway, happy new year, author-nim!!!!
qartyana #5
maunya kyuna...hehe tapi gpp deh.. ff selingan pkoknya bkin ff kyuna juga ya ;)