Book 2 - Bomi's Part - His Eternal Love

The Untold Story of Fairies

he Untold Story of Fairies - Book 2 - Bomi Part
His Eternal Love

Cast :

Yoon Bomi

Park Chanyeol

Kim Yejin

Recipon Leo

 

Rate/Genre :

For Teenager (save), AU, Angst, Fantasy


Tawa ceria anak-anak di taman kanak-kanak pagi itu terdengar begitu riuh membahana hingga terdengar seratus meter jauhnya dari luar. Musim panas yang meningkatkan suhu udara di Seoul tidak membuat mereka gentar dan takut akan kepanasan. Kulit mereka yang sedikit memerah karena terlalu banyak kena panas sering sekali membuat orang tua mereka mengeluh dan memperingati anaknya masing-masing.

 

Akan tetapi, namanya juga anak-anak, asal mereka bisa merasakan euforia berteriak-teriak dan bersembunyi bersama teman lainnya, peringatan orang tua mereka bagaikan angin lewat.

Tak jauh dari keramaian itu, sesosok figur bocah lelaki berusia lima tahun melihat teman-teman sepermainannya dari balik pohon rimbun yang agak jauh dari letak taman bermain utama. Rambutnya berwarna coklat ikal, kulitnya putih mulus seperti tak pernah keluar rumah selama musim panas berlangsung. Diwajahnya terbentuk bekas air mata yang baru saja mongering beberapa menit yang lalu. Masih terdengar sesenggukan tangis pada dirinya.

Saat dilihatnya lagi teman-temannya masih asik bermain tanpa menyadari kehadirannya, ia pun kembali menyembunyikan wajahnya sambil berjongkok dibalik pohon untuk menangis.

“Annyeong~”

Bocah kecil itu terdiam sebentar dari tangisnya. Ia merasa seperti mendengar suara seorang gadis di hadapannya. Namun ia ragu karena ia tak merasakan kedatangan seseorang ke arahanya.

“Kenapa kamu menangis?” ucap gadis itu lagi.

Anak kecil itu mendongak dan mendapati seorang gadis berpakaian dress berwana biru berjongkok dihadapannya. Gadis itu tampak begitu riang saat melukiskan Gummy Smile di bibirnya demi menghibur sang bocah.

Namun bocah itu tidak mengubrisnya. Ia kembali menyembunyikan wajahnya melanjutkan sesenggukan yang tertunda.

Gadis itu tampak manyun saat usahanya kurang berhasil. Ia bangkit dari posisinya sambil berdehem mengambil ancang-ancang.

Gom-se-mari-ga han ji-bae iss-eo 

a-pa-gom, eo-ma-gom, a-gi-gom 

a-pa-gom-eun dung-dung-hae 

eo-ma-gom-eun nal-shi-nae

a-gi-gom-eun neo-mu gi-yeo-wa 

eu-seuk eu-seuk chal-han-da!” gadis itu bernyanyi dengan nada yang begitu riang sambil melakukan gerakan-gerakan sesuai dengan lirik lagu yang ia nyanyikan. 

Bocah kecil itu mendongak namun tanpa ekspresi seperti tidak tertarik pada apa yang gadis itu lakukan. Sementara itu, gadis itu tetap sabar dan masih setia dengan Gummy Smile-nya. Ia beringsut menuju bocah itu dan menuntunnya berdiri. 

Setelah dalam posis sempurna, gadis itu merentangkan tangan si bocah. “Ayo ikuti aku bernyanyi,” ajaknya. Ia pun mulai bernyanyi sambil menggoyangkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri. Sementara kedua tangannya menunutun kedua tangan bocah itu agar ikut menari bersamanya.

Gadis itu tak menyerah menyanyikan lagu yang sama sambil mengeluarkan ekspresi-ekspresi lucu. Akhirnya apa yang ia harapkan terjadi juga. Bocah itu ikut menyanyikan lagu tersebut sambil tertawa riang.

Tanpa sadar sudah memasuki pertengahan hari. Selama itu mereka terus menyanyikan lagu-lagu yang sama sambil bergoyang-goyang dengan gaya yang aneh. Bocah itu tampak puas dengan kegiatannya tadi.

Gadis itu merunduk mensejajarkan wajahnya dengan si bocah. “Nah… begitu… anak laki-laki tampan tidak boleh menangis~” ucap gadis itu sembari mengelus halus surai coklat  si bocah.

“Alaseo, noona!” jawab si bocah bersemangat hingga bola matanya tertutup rapat oleh kedua kelopak mata. “Pe(r)kenalkan, namaku Pa(r)k Chanyeol! Noona siapa?” ujarnya lagi dengan gaya cadel anak kecil.

Gadis itu mencium puncak kepala si bocah bernama Chanyeol itu. “Yoon Bomi. Panggil Bomi noona, ya? Mulai sekarang aku yang akan menemanimu, Chanyeolie,” ucapnya menatap dalam pupil kecil sang bocah.

Dan seperti janji, gadis itu, Bomi, ia lah yang akan menemani Chanyeol dimanapun dan kapanpun bocah itu butuhkan.

=o=o=

Pada suatu malam…

“Chanyeol, baik-baik dirumah ya, ayah dan ibumu akan pergi sebentar ke Amerika. Bibi Jung yang akan mengurusmu nanti,”  pria umur tiga puluh tahun itu sibuk memindahkan kopernya ke bagasi mobil. Ia berbicara tanpa menoleh sekalipun pada anaknya. Sementara itu, Chanyeol yang sudah berumur delapan tahun hanya diam tanpa sepatah katapun. Bahkan membantu ayahnya saja ia tidak ingin.

“Chanyeol-a, nanti akan ibu telepon jika sudah sampai disana,” ucap seorang wanita anggun bermantel bulu berwarna merah sambil memeluk sang anak.

“Chagiya, kita harus berangkat sekarang,” perintah sang ayah yang sudah duduk dibalik kemudi mobil.

“Iya,” jawab sang ibu berteriak sedikit. Ia mencium puncak kepala anaknya dan mengacaknya dengan gemas. “Ibu pergi dulu,” dan wanita itupun dengan segera masuk ke mobil.

Tidak ada jawaban dari Chanyeol. Kedua bola matanya terus menatap figur Porsche hitam di depannya, saat mulai berjalan hingga menghilang karena sudah dalam jarak yang jauh. Tak ada hal sesal maupun sedih di wajah Chanyeol. Bahkan meneteskan air mata setitikpun tidak.

Saat suasana perumahan mulai sepi, ia buru-buru masuk ke dalam rumahnya yang nyaman karena tusukan dinginnya malam itu.

Langkahnya ia percepat masuk ke dalam kamar setelah memastikan semua pintu dan jendela terkunci dengan benar. Sesampainya ia disana, ia langsung mendapati sesorang yang ia harapkan duduk di pinggiran single bed-nya sambil membaca sebuah buku bergambar.

“Bomi noona!” seru Chanyeol riang. Langsung saja ia menghambur memeluk Bomi noona-nya dari belakang.

Bomi yang sebenarnya cukup terkujut hanya bisa tersenyum lebar dan mengacak gemas rambut anak itu. “Aigooo, Chanyeolie, suaramu terlalu keras…” ucap Bomi.

“Memangnya kenapa? Cuma ada aku dan noona dirumah,” balas Chanyeol. Ia melepaskan pelukannya dari Bomi dan berjalan menuju meja belajar. Memasukkan beberapa buku ke dalam tas.

“Loh, memangnya bibi Jung tidak kemari?” tanya Bomi.

Chanyeol mengangkat kedua bahunya. “Aku tidak peduli bibi tua itu datang atau tidak.” Saat semua buku sudah masuk ke dalam tas, ia berjalan kembali menuju Bomi, “Lagi pula ada Bomi noona dirumah sudah membuatku tenang,” lanjutnya.

Bomi kembali tersenyum. Dipeluknya anak laki-laki yang sudah ia jaga selama tiga tahun itu. “Chanyeolie, bagaimana hari-harimu di sekolah? Masih tidak punya teman?” tanya Bomi.

Chanyeol menghela nafas berat. “Aku tidak peduli noona. Kan aku sudah punya noona,” ucap anak itu. Bomi menggeleng-gelengkan kepalanya dan menyandarkannya di atas kepala Chanyeol. “Eh, tapi akhir-akhir ini ada anak perempuan yang suka sekali dekat-dekat sama aku, yejin yejin siapa gitu namanya aku lupa. Menganggu sekali,” lanjutnya.

Bomi mengangkat kepalanya dan menoleh pada Chanyeol, “Anak perempuan? Yejin?” tanyanya.

Chanyeol menoleh, “Iya. Kenapa? Noona cemburu? Hehehe,” jawab Chanyeol cengengesan.

Bomi mengusap kepala anak itu dengan gemas. “Bukan begitu… aku punya firasat, kamu dan anak yang bernama Yejin itu, akan… eumm,” Bomi menggantung kalimatnya sehingga membuat Chanyeol penasaran.

“Apa, noona?” tanya Chanyeol.

Bomi mengerling nakal, “… pacaran! Hahaha…” ucap Bomi disertai dengan tawa geli. Namun itu semua tidak lucu bagi si anak bersurai coklat ikal tersebut.

“Apasih, aku maunya sama noona…” ujar Chanyeol sambil mengembungkan kedua pipinya lucu.

Bomi tersenyum, kemudian menyentil ujung batang hidung Chanyeol. “Noona sudah tua. Lagi pula masa noona harus menunggumu dewasa, akan setua apa aku nanti?” ucapnya.

Chanyeol menggerutu sembari memeluk Bomi dengan keras. Sangking kerasnya hingga Bomi terbaring di atas kasur empuk Chanyeol dengan anak itu di atasnya. “Aku sukanya sama noona…” ucapnya pelan disela-sela matanya yang hampir mengatup karena kantuk.

Bomi kembali mengelus kepala Chanyeol dengan pelan sehingga membuat anak lelaki itu sangat nyaman dalam pelukannya. Hening setelahnya. Hanya ada suara mobil yang terkadang lewat diluar sana. Tak berapa lama kemudian, Chanyeol pun tertidur.

Gadis itu bangun dari posisinya, kemudian membenarkan posisi tidur Chanyeol. Menyelimutinya dan memberikan kecupan pada dahi putih anak itu. Sekali lagi Bomi mengelus pucuk kepala Chanyeol, “Terkadang, kita takkan mendapatkan sesuatu yang benar-benar kita inginkan. Namun aku berdoa semoga kamu mendapatkan banyak teman, juga seorang pasangan yang memang ditakdirkan untukmu suatu hari nanti. Selamat malam, Chanyeolie.”

=o=o=

Karena seorang Bomi-lah, Chanyeol merasa ada.

Saat ia minder, lalu menjadi acuh terhadap lingkungan sekitar, gadis itulah yang menghancurkan pertahanan anak lelaki itu.

Chanyeol sudah bertambah tinggi seiring bertambahnya usia dari tahun ke tahun walaupun ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Jabatan sebagai Ketua Kelas yang selalu jatuh kepadanya tiap semester, jabatan sebagai Kapten Tim Sepak Bola di sekolahnya, membuat ia makin banyak teman. Banyak yang tertarik untuk mengenalnya. Berbanding terbalik dengan saat ia masih di taman kanak-kanak.

Namun anak lelaki yang sekarang sudah memasuki tahun terakhir di sekolahnya itu tidak peduli. Tidak memliki teman tidak masalah. Tidak pernah diperhatikan orang tuanya yang selalu sibuk itu tidak juga masalah baginya. Ia hanya ingin cepat-cepat tinggi, cepat menjadi remaja, lalu dewasa, mempunyai pekerjaan dan menikah dengan noonanya.

Baginya Bomi adalah seluruh dunia untuknya. Eksistensi gadis itu sudah menjadi candu bagi Chanyeol. Tidak melihat gadis itu sehari saja, Chanyeol akan seperti orang yang kehilangan semangat hidup. Baginya juga, Bomi adalah untuknya.

=o=o=

Malam itu…

Chanyeol baru saja mandi. Ia merasa segar sekali setelah mengeluarkan peluh dan tenaga untuk pertandingan antar sekolah dasar tadi sore. Saat ia keluar dari kamar mandi, Bomi telah ada di kamarnya, duduk di tepi tempat tidurnnya seperti biasa. Namun ia tengah mengelus dua anak kucing berbulu kuning di pangkuannya.

“Noona, kucing siapa itu?” tanya Chanyeol.

“Mereka lucu kan? Aku memintanya dari saudariku. Kucingnya beranak tiga dan aku mengambilnya dua,” jelas Bomi. Kemudian ia mengangkat kedua kucing itu di masing-masing tangannya. “Lihat, kucing ini sepasang loh, jantan dan betina,” lanjutnya.

“Aku tidak tertarik,” ucap Chanyeol pura-pura acuh. Ia mengambil posisi duduk disamping Bomi.

“Kau harus  tertarik, Chanyeolie, aku memintamu untuk merawat yang jantan,” Bomi memberikan  salah satu kucing kepangkuan Chanyeol. “Aku merawat yang betina.”

Chanyeol mengamati anak kucing yang ada dipangkuannya. Ia tersenyum kecil saat kucing itu mendengkur dipangkuannya karena nyaman. “Noona, besok adalah pengumuman  kelulusan sekolah lalu aku sudah menentukan di SMP mana aku akan masuk jika aku dinyatakan lulus nanti!” ucap Chanyeol berapi-api

“Oh ya?” ucap Bomi tanpa menoleh pada Chanyeol.

“Iya, noona. Sekolah itu punya lapangan sepak bola yang hijau dan luas. Aku senang sekali jika bisa bermain di tempat itu!”

Kali ini Bomi menoleh pada anak laki-laki yang sedang semangat itu. Tangannya terjulur untuk mengelus puncak kepala Chanyeol. “Apa kamu sudah bisa menjaga diri?”

Chanyeol mengangguk semangat. Ia ingin terlihat kuat dimata Bomi.

“Berarti tugasku sudah selesai,” ucap gadis itu.

Raut muka Chanyeol berubah, “Apa maksud… noona?”

Bomi tidak menjawab pertanyaan anak itu. Pandangannya ia alihkan dari mata Chanyeol ke belakang anak itu. Melihat ke arah jendela, yang menyajikan pemandangan indah di luar sana. “Lihat itu,” ucapnya sambil menunjuk ke belakang  Chanyeol.

Anak itu menoleh lalu tercengang melihat apa yang ada diluar sana.

“Itu namanya Blue Moon. Sangat langka terjadi. Indah kan?” jelas Bomi yang disambut anggukan dari Chanyeol.

Semenit kemudian, keadaan menjadi hening dan Chanyeol baru saja tersadar dari kekagumannya atas Blue Moon di luar. Saat ia menoleh kebelakang, Bomi sudah tidak ada disana bersama anak kucing yang lain. Hanya ia dan anak kucing jantan yang kini tertidur di pangkuannya di kamar itu. Menurutnya aneh, karena biasanya Bomi akan pergi jika ia sudah tertidur lelap.

Padahal Chanyeol baru saja ingin menanyakan nama anak kucing yang ia rawat. Ah, besok malam saja, pikirnya.

Namun ia salah. Bomi tidak pernah datang lagi setelah itu…

=o=o=

Chanyeol si Pembuat Onar. Begitulah julukan yang diterimanya saat menduduki bangku SMA. 

Kini bocah itu sudah beranjak remaja. Tubuhnya makin tinggi dan dinilai maskulin bagi siswi-siswi di sekolahnya. Rambutnya ia cat berwarna hitam dan ia potong rapi. Seharusnya ia menjadi anak teladan di sekolahnya.

Namun itu semua hanyalah ekspektasi belaka. Park Chanyeol tumbuh menjadi remaja lelaki yang pembangkang, selalu berbuat keributan di dalam dan diluar sekolah, dan juga suka menjadi seorang playboy. Ia juga adalah seorang kapten. Bukan, bukannya Kapten Tim Sepak Bola, ia adalah Kapten sebuah geng yang paling berkuasa di dalam sekolah dan ditakuti di luar sekolah. Bahkan ia adalah perokok berat dan telah mencoba berbagai minuman keras.

Ia selalu saja dipanggil ke ruang kesiswaan, namun semua berakhir mulus seperti tidak terjadi apa-apa karena kekayaan orang tua Chanyeol.

Hidupnya telah kacau semenjak tidak ada lagi Bomi yang datang di setiap malam untuk menemaninya tidur atau sekedar berbagi cerita tentang sekolah.

Hari ini Chanyeol sedang menjalani masa skorsing dan penenangan diri. Dua bulan lagi akan diadakan ujian kelulusan namun Chanyeol masih saja berbuat ulah. Maka dari itu pihak sekolah memberikan kesempatan pada Chanyeol untuk merenungi masalah-masalah yang ia hadapi dengan harapan ia akan kembali menjadi Chanyeol  yang baik.

Namun itu takkan pernah terjadi. Mungkin.

Ia sedang uring-uringan di kamarnya. Orang tuanya pergi keluar negeri lagi untuk urusan bisnis, seperti biasanya. Bibi Jung yang biasanya membersihkan rumahnya juga sudah pulang. Teman-teman satu gengnya sedang belajar dengan serius karena mereka ingin lulus juga. Hanya tinggal ia dan seekor kucing jantan dewasa yang bulu kuningnya acak-acakan tidak terawat.

Tiba-tiba kucing itu mengeong keras dan berlarian kesana kemari mencari jalan keluar. Chanyeol yang cepat tanggap segera membukakan pintu kamarnya. Kucing itupun berlari keluar kamar. Chanyeol merasa aneh dengan kelakuan kucing itu yang tidak seperti biasanya, maka iapun mengikutinya.

Kucing itu melompat keluar jendela. Chanyeol yang tak mau ketinggalan segera menyusul kucing itu agar tidak kehilangan jejaknya. Sudah beberapa ratus meter mereka berlarian hingga nafas Chanyeol ngos-ngosan akibat sering merokok, namun kucing itu belum berhenti juga.

Hingga akhirnya kucing itu melambatkan larinya dan berbelok ke arah sebuah taman kanak-kanak. Kucing itu segera melanjutkan larinya dengan cepat.

Chanyeol berdiri mematung di depan taman depan bangunan dengan cat warna-warni itu. Di tempat ini semua kenangan buruk dan baik menjadi satu. Tempat ia tidak pernah menemukan teman dan juga tempat ia bertemu dengan gadis cantik bernama… Bomi.

Menyadari kucingmya tidak ada, ia segera masuk ke dalam taman dan mencari-cari kucingnya di sekeliling taman itu, namun nihil. Begitu juga di sekeliling bangunan. Kucing tanpa namanya tidak ada dimana-mana. Ia bingung harus berteriak memanggil kucingnua karena memang ia tidak memberi nama padanya.

Pandangannya tertuju pada sebuah pohon besar dimana ia selalu bersembunyi dan menyendiri. Ah, ia belum mencari kucingnya di situ. Maka ia pun pergi kesana.

Saat sampai ia mendapati kucingnya tengah duduk tertunduk di belakang pohon besar itu. Mimik wajah kucing itu tampak sedih, ia bisa melihat itu. Sebelum ia duduk untuk mengambil kucingnya, tiba-tiba ada seekor kucing lain yang juga berbulu kuning. Namun lebih halus dan indah dari kucing Chanyeol. Kucing itu langsung menjilati wajah kucingnya. Ajaibnya, kucing miliknya yang tadi murung sekarang menjadi bersemangat dan saling menjilati dengan kucing di depanya.

Tak lama kemudian, angin sepoi-sepoi bertiup ke arahnya. Lalu terdengar suara gadis yang bernyanyi kecil, mirip bersenandung namun ia bisa mendengar jelas bait-bait lagunya.

Gom-se-mari-ga han ji-bae iss-eo…

Lalu hening setelah itu. Kemudian sekali lagi angin berhembus dan terdengar lagi bait lagu berikutnya.

A-pa-gom, eo-ma-gom, a-gi-gom…

Jantung Chanyeol berdetak kencang. Ia tau lagu ini dan ia tau pasti siapa yang sedang bernyanyi. Ia memutar-mutar tubuhnya mencari sosok yang ia rindukan seperti orang kesetanan. Namum nihil. Suara itu tidak terdengar lagi setelah lima menit lamanya.

Ia menyerah. Air matanya menetes pertama kali setelah enam tahun lamanya. Ia merasa menjadi manusia paling buruk selama ini. Bermimpi untuk bersama dengan orang yang ia rindukan, namun kelakuannya sangat membuat malu sekolahnya dan mungkin orang tuanya. Ia pun melanjutkan bait lagu yang terpotong dengan suara berat yang ia miliki. “A-pa-gom-eun… huks… dung-dung… huks…hae, eo-ma-gom-eun nal… huks… shi-nae…

Seketika itu angin sepoi-sepoi bertiup sekali lagi. Disaat yang sama didepanya muncul sesosok gadis dengan rambut yang digelung kebelakang dan memakai dress musim panas berwarna putih. Rambutnya dihiasi bunga-bungaan. Disekelilingnya di kerubungi bola-bola cahaya dan sosoknya semakin terlihat indah dengan sayap putih yang membentang di belakangnya namun ia lipat lagi setelah itu. Kedua mata eloknya menatap lurus kedalam bola mata Chanyeol.

Selangkah demi selangkah ia maju mendekati Chanyeol yang mulai berderai air mata. “A-gi-gom-eun neo-mu gi-yeo-wa… eu-seuk eu-seuk chal-han-da.” Tepat dilagu terakhir, gadis itu telah berada dalam jarak sejengkal dari Chanyeol.

“Chanyeolie… ingat aku?” tanyanya.

Tubuh Chanyeol serasa bergetar. Matanya menelusuri wajah seorang gadis yang ada di depanya. Cantik dan manis. Rasanya tak ada yang berubah sejak terakhir bertemu enam tahun yang lalu, bahkan ketika pertama kali mereka bertemu, wajah riang penuh keteduhan itu masih sama.

“Bomi… noona…” ucapnya dengan bibir yang bergetar.

Tangan Bomi terjulur dan menelusuri pipi putih Chanyeol yang masih terdapat warna biru pudar bekas pukulan sepertinya. Pandangannya menatap rindu. Begitu juga Chanyeol. Ia memegangi tangan Bomi yang masih menelusuri pipinya.

“Kau sudah besar. Lebih tinggi dariku dan juga lebih tampan. Tapi mengapa kau tumbuh menjadi anak yang nakal?” ucap Bomi dengan nada datar, namun pandangannya tetap teduh.

Chanyeol mulai menangis lagi, “Maafkan aku… huks… noona.”

Bomi tersenyum. Perlahan wajahnya mulai maju ke arah Chanyeol. Pangkal kakinya mulai menjinjit. Dan sedetik kemudian, kedua bibir mereka bertemu untuk intensitas yang lama. Perasaaan mereka tertuang dalam kecupan itu.

Tak lama kemudian, Bomi melepaskan kecupannya. Seketika wajahnya dipenuhi sinar yang indah. Perlahan sayap putih terkembang di belakang punggungnya. Chanyeol yang melihat itu semua mengambil tiga langkah mundur karena silaunya cahaya yang memendar dari Bomi.

“Maafkan aku yang pergi tanpa pamit. Inilah saat yang tepat untuk mengucapkan selamat tinggal. Jadilah anak yang baik, ya?” ucap Bomi menggema.

Chanyeol yang mendengar semua itu ingin menghampiri Bomi, namun setiap ia maju, seperti ada sebuah dinding  tak terlihat di depannya, “Noona!!! Noona mau kemana!!!” teriaknya.

Bomi tersenyum simpul. Perlahan-lahan bagian-bagian tubuhnya menjadi transparan dan menghilang. Saat yang terlihat hanya wajahnya saja, ia menggumam sesuatu, namun bisa didengar oleh Chanyeol. “Chanyeolie… semoga kita bertemu di Secret Garden…”

“Noona!!!” teriak Chanyeol.

Dan ‘SPLASH’ 

Tepat disaat teriakan Chanyeol, sebuah bola cahaya yang sangat besar muncul meledak di udara. Menghasilkan kilatan-kilatan cahaya yang sangat menyilaukan mata. Ledakan itu juga lumayan keras sehingga membuat Chanyeol terjengkang ke belakang.

=o=o=

“Ayah! Ayah!” panggil seorang bocah laki-laki yang berlarian hingga melompat ke pangkuan seorang pria dewasa yang memakai stelan jas yang rapi, ayahnya, yang sedang duduk sambil membaca beberapa dokumen.

“Leo-ah… berapa kali sudah ayah bilang, jangan berlarian di dalam rumah,” ucap pria itu sambil membereskan dokumen yang ia baca dan memasukkannya kedalam tas. Kemudian ia peluk anaknya yang duduk dipangkuannya.

“Maaf ayah…” ucap anak kecil itu menyesal, namun sedetik kemudian wajahnya berubah, “Oh iya, apa ayah pelnah mendengal tempat yang namanya, eummm apa ya tadi…” ucap anak itu dengan gaya cadelnya. Ia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal karena lupa apa yang akan ia tanyakan.

Sementara itu ayahnya hanya diam sambil mengelus kepala anaknya yang sedang berpikir.

“Leo lupa ayah… eh tapi apa ayah pelnah beltemu seorang pe(r)i?” tanya anak itu.

Ayahnya berpikir sebentar. “Tidak. Ayah tidak pernah bertemu dengan yang aneh-aneh selama hidup ayah,” ucapnya. “Yejin-ah! Pasti kau cerita dongeng yang aneh-aneh lagi pada anak kita, kan?” ucapnya sambil menoleh ke suatu ruangan.

Tak lama dari ruangan itu muncul seorang wanita cantik dengan gaun merah elegan yang membuat dia tampak anggun dengan rambut lurusnya yang dikuncir rapi kebelakang, “Yeobo, jangan menyalahkan aku dong. Lagipula setiap aku ingin menemani Leo tidur saat aku sempat, eh Leo-nya malah sudah tidur,” ucap wanita itu.

Pria itu mendesah berat. “Leo anak papa. Jangan terlalu sering membaca yang aneh-aneh, ya. Sekarang papa mau pergi dulu sama mama. Nanti Bibi Jung akan kemari menjaga kamu. Baik-baiknya sayang,” ucap pria itu sambil mengecup kepala anaknya.

Yejin beringsut menuju anaknya dan melakukan hal yang sama seperti suaminya. “Leo anak Chanyeol dan Yejin adalah anak pemberani. Arra?” ucapnya.

Sang anak mengangguk semangat. Tak lama kedua orang tuanya pergi keluar rumah. Hanya anak itu yang tinggal sendirian di rumah, masih duduk di kursi dimana ia tadi berpangku dengan ayahnya. Tak lama kemudian dibelakang anak itu muncul bola-bola cahaya berwarna biru dan mulai membentuk sosok manusia.

“Leo-ah…” ucap sosok itu.

Mata Leo terbelalak lucu. Sedetik kemudian wajahnya dipenuhi aura-aura keceriaan. Iapun dengan semangat menoleh kebelakang. “Bomi noona!”

-END-


aaaaa cerita macam apa ini /banting meja/ entah mengapa saya terpikir memakai Kim Yejin disini :3. Dan Recipon Leo!!! aaa aku suka banget sama anak satu ini.>_< mungkin ada beberapa yang bingung sama part ini. Tapi memang semua konsep fanfic saya alunya cepat eotokkhae ;_; dan jugaaaa semua serial ini angst jadi tak ada yang bersatu (?)

Anyway, kalau kalian tak mengerti, setelah adegan ledakan cahaya itu, Chanyeol semacam lupa ingatan ;A; /huks/

see ya on next part!!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
BaekYeolJi
#1
no updateee? ;_;
rappbom19 #2
Chapter 2: kenapa harus sama kim yejin aaaaaaaa /?
part selanjutnya eunji kan? ;;;;;
fighting author ssi!! ^0^)9
rappbom19 #3
Chapter 1: aaaaaaa sweet banget cerita chorong suho nya ;3;
BaekYeolJi
#4
Chapter 2: So next part is Eunji right? ;;;
BaekYeolJi
#5
Chapter 1: i don't really understand. but yeah seem nice. update soon. can't wait for Eunji ;;;;;;
KimNeulAH
#6
Chapter 1: kereeen :') 40 hari? berarti ada sequel nya dong? #lupakan xd. ini part nya chorong kan? aku tunggu yang eunji :))) exopink ya thorrrrr. hwaiting^^
puppyyeol
#7
Chapter 1: keren banget;; ah kalo bisa semuanya exopink aja thor(?) ahahah xD keren banget. lanjut!!