1st and 2nd met.

That was my fault.

"Ahjumma! Mi jamur 2 porsi ne!" pesan seorang pemuda setengah berteriak.

"Hyung pelankan sedikit suaramu! Memalukan." omel seorang pemuda yang lebih tinggi dari pemuda disebelahnya.

"Iya deh iya." ucapnya sedikit kecewa. "Kita duduk dimana?" 

"Kursi." jawab pemuda tinggi itu singkat. Pemuda yang lebih pendek itu menganga kecil sebelum akhirnya menyikut pelan perut sahabatnya itu. "Yang bilang duduk di genteng juga siapa?" sewotnya.

"Pertanyaanmu lucu. Sudah tahu kita duduk di kursi masih saja kau  tanya duduk dimana." ucap pemuda tinggi itu dengan polosnya, membuat sahabatnya menepuk jidatnya sendiri. "Ampun deh."

"Oh, Myungsoo. Kau mau minum apa? Hampir saja aku lupa memesan minuman." ucapnya setelah sadar kalau daritadi mereka hanya berdebat tentang kursi dan belum memesan minuman.

"Gayamu hyung, kaya kau yang bayar saja." sindir Myungsoo sementara yang disindir senyam-senyum gaje.

"Hehe, mianhae aku lupa." ucapnya malu-malu.

"Ahjumma minumnya air putih dingin 2 gelas ne." 

"Ya! Kok air putih!?"

"Biar murah."

"APA?????!!!"


Sunggyu tersenyum geli mendengar percakapan kedua sahabat itu yang menurutnya sangat lucu. Pemuda berwajah datar itu rupanya tidak sedingin penampilannya, mengubah kesan pertama Sunggyu pada pemuda datar itu. Sunggyu mengira pemuda berwajah datar itu adalah pemuda yang dingin saat pertama kali melihat wajahnya. Dan kesan pertamanya untuk pemuda cerewet itu sama persis dengan kesan pertama Sunggyu. Ya, menyebalkan.

Kedua sahabat itu mencari tempat duduk yang pas dan nyaman untuk makan. Setelah menemukan tempat yang sesuai, mereka segera duduk. Mereka memilih tepat duduk didepan Sunggyu. Mungkin supaya bisa melihat ikan-ikan berenang.

Sunggyu tetap memperhatikan kedua sahabat yang sekarang sedang bersenda gurau itu. Sebuah senyuman menghiasi wajah manisnya. Dia merasa senang sekaligus iri melihat persahabatan mereka. Perlahan senyuman diwajahnya sedikit demi sedikit memudar, berubah menjadi sebuah isakan yang tertahan.

Sunggyu rindu seseorang. Sunggyu rindu sahabatnya. Sunggyu ingin bertemu sahabatnya. Sunggyu ingin makan malam dengan sahabatnya. Sunggyu ingin bersenda gurau dengan sahabtnya. Sunggyu ingin.. ingin melakukan apapapun dengan sahabatnya. SUNGGYU INGIN BERTEMU SAHABATNYA!!! 

"D-d-dimana sahabatku? ...." gumam Sunggyu lirih. Tubuhnya bergetar sambil menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangis.

"Hey kau tak apa?" sebuah suara lembut menyapanya. Sunggyu mendongakan kepalanya untuk menatap lawan bicaranya. Ah, pemuda cerewet itu memandangnya khawatir. Pemuda itu duduk membelakanginya sehingga dia harus memutar badannya untuk dapan bertatapan dengan Sunggyu.

"Aku tak apa." jawabnya singkat sambil menyunggingkan senyumnya. Berusaha untuk menutupi kesedihannya.

"Kau yakin? Kawanku memperhatikanmu daritadi. Dia bilang kau seperti ingin menangis. Ada apa? Apa orang yang kau tunggu membatalkan rencana dinner kalian?" tanyanya khawatir.

"Ani.. Gwaenchanha." 

"Atau kau tak punya uang untuk membayar makananmu?" godanya.

"Kau kira dia sama sepertimu hyung?" sindir Myungsoo setengah terkekeh.

"Ya kan siapa tau dompetnya ketinggalan."

"Ani! Aku punya uang kok!" seru Sunggyu sambil menunduk. 

"Ah, okay kalau begitu." pemuda cerewet itu mengangguk. "Aku harap kau memang tak apa!" lanjutnya. Sunggyu mengangguk setuju.

2 orang pelayan membawa pesanan mereka bertiga. Pelayan yang satu mengantar pesanan Sunggyu sementara yang lainnya mengantar pesanan pemuda cerewet itu dan Myungsoo.

"Hey selamat makan! Kalau kau butuh bantuan, panggil saja kami berdua!"  tawar pemuda cerewet itu sambil tersenyum.

"Gomawo." jawab Sunggyu dengan senyum malu-malu, lalu memakan makanannya.


[Myungsoo & Woohyun's room]

Myungsoo dan Woohyun tinggal bersama di apartemen milik bos mereka. Mereka berdua sekamar karena mereka berdua adalah sahabat sejak lama, atau bisa dibilang mereka seperti kakak beradik sehingga mereka tidak bisa dipisahkan. Selain itu, jarak dari rumah mereka ke cafe sangat jauh. Karena itu mereka tinggal di apartemen agar lebih cepat menuju cafe.

"Heh, Myungie..." panggil Woohyun yang sedang asyik berfoto-foto ria dengan i-phonenya.

"Apa" Myungsoo yang setengah tertidur membalasnya malas.

"Mau foto bareng?" ajak Woohyun sambil berpose ria dengan tangan kanan memegang button untuk mengambil selca.

Myungsoo yang tidurnya terganggu dengan pertanyaan yang tidak penting langsung mencubit pipi Woohyun keras.

"Arrrhh sakit!" erang Woohyun lalu mengusap pipinya. "Ya! Kenapa mencubitku?!" protes Woohyun yang tidak terima pipinya mendapat bekas merah.

"Salahmu hyung. Siapa suruh mengajakku fotoan saat aku setengah tidur!" kesal Myungsoo.

Woohyun terkekeh. "Hehe, maaf Myung! Habis kita sudah lama tidak foto bareng." ucapnya malu-malu.

"Foto sih foto. Tapi pas aku sedang tidak ngantuk bisa kali!" sebal Myungsoo.

"Iya, iya.. maaf deh." ucap Woohyun sedikit (?) bersalah.

"Ya sudah aku mau tidur.. Awas kau ganggu lagi! Aku format semua memory-mu!" ancam Myungsoo lalu menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.

"Galaknya =_=" gerutu Woohyun.

Woohyun meletakkan i-phone disebelahnya, lalu menarik selimut hingga menutupi lehernya. Sebenarnya dia tidak bisa tidur, tpai dia berusaha untuk tidur.

Tik... Tik... Tik..

Jam terus berdetik. 1 menit, 2 menit, 5 menit, 10 menit,... Argh!

Woohyun tetap tidak bisa tidur. Dia berbalik menghadap Myungsoo yang sudah tertidur nyenyak. Awalnya dia ingin membangunkan Myungsoo untuk sekedar menemaninya mengobrol. Tapi karena takut Myungsoo akan memformat memory-ya akhirnya dia mengurungkan niatnya.

Woohyun menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 2 dini hari. 'Geezzz apa yang harus aku lakukan pagi-pagi begini?' batin Woohyun. 'Ah, mungkin lebih baik aku coba tidur lagi saja.' batinnya lagi.

1 menit, 5 menit, 10 menit, 15 menit, dan yeah... Akhirnya dia terlelap juga. Tapi, baru saja dia mulai masuk ke alam mimpinya tiba-tiba ...

BUGH!

Terdengar seseorang terjatuh dari luar kamar mereka. Woohyun terbangun kaget mendengar suara itu. Suara itu sangat keras. Dia menoleh kearah Myungsoo yang masih dibawah alam sadarnya. 'Astaga anak ini.. Suara sekeras itu masih tidak bangun juga?' sindirnya dalam hati lalu pergi untuk mengecek  keadaan diluar seorang diri karena Myungsoo pasti akan mengformat memory-nya tak pedulu apapun alasannya.

Woohyun membuka pintu kamarnya. Dia tidak melihat orang jatuh atau benda jatuh. Yang dia lihat hanyalah 3 orang pekerja cafe. Lee Howon [Hoya], Jang Dongwoo, dan Lee Sungjong. Woohyun yang kepo (?) segera menemui mereka. "Hey tadi suara apa itu?" tanyanya.

"Ah, kau terbangun. Tadi anak sulung keluarga Kim terjatuh. Dia mabuk berat. Sekarang sudah dibawa ke kamarnya." ucap Hoya.

Woohyun mengernyitkan alisnya. "Anak?" bingungnya.

"Heh, kau tak tahu kalau keluarga Kim punya anak sulung?" tanya Sungjong.

Woohyun menggeleng. "Tidak tahu. Ya! Kenapa tidak ada yang beritahu aku kalau mereka punya anak?!" omel Woohyun yang merasa dikhianati (?).

"Kau tak tanya. Kalau kau tanya kan kami kasih tau ~" ucap Dongwoo santai.

"Uhh kalian menyebalkan sekali!" dongkol Woohyun lalu kemabli kek amarnya meninggalkan ketiga temannya.

"Dia kenapa? ._." bingung Hoya. 

"Datang bulan kali." ceplos Sungjong dan langsung mendapat jitakan dari Dongwoo. 

"Ada-ada saja kau. Mana ada pohon datang bulan!" kekeh Dongwoo dan diikuti oleh kekehan Sungjong. "Dongwoo hyung pintar deh,hehe"

"Sudah-sudah jangan ribut. Ayo kita balik ke kamar." ucap Hoya lalu berjalan mendahului kedua rekannya.

"Ne!" sahut Sungjong dan Dongwoo bersamaan dan menyusul Hoya.

Sementara itu, Woohyun menutup pintu kamarnya pelan. Dia takut kalau Myungsoo terbangun. Woohyun menghela nafas kesal lalu kembali ke tempat tidurnya. "Kenapa semua mengkhianatiku? Hiks hiks.." lirihnya alay (?) lalu segera tidur.


Keesokan paginya, Woohyun bangun terlebih dahulu seperti biasa. Dia segera membangunkan Myungsoo yang masih terbungkus (?) selimut. "Hey bangun!" suruhnya sambil menggonvang-goncangkan tubuh Myungsoo. Myungsoo menggeliat sambil melenguh, "Mmhhhh."

"Pemalas bangun kau!" seru Woohyun sambil menarik selimut Myungsoo.

Myungsoo tidak merespon. Masih adem dengan posisi tidurnya.

"Banguuunnnnnn." Woohyun mencubit pipi Myungsoo, membuat pemuda datar itu merintih kesakitan. "Nggghhh!" pekiknya.

"Makannya bangun! Kaya kebo saja kau." ejek Woohyun dengan maksud menyindir Myungsoo yang hobi bangun telat. Namun, spertinya tidak mempan untuk Myungsoo. Dia malah dengan polosnya melanjutkan tidurnya.

"Hufff....." Woohyun menghela nafas. "Ampun deh! Anak ini kalau tidur sudah kaya orang mati! Susah sekali dibangunkannya." gerutu Woohyun.

Woohyun menatap jam dindingnya. Pukul 5 pagi. Waktu yang lumayan lama untuk bersiap-siap karena mereka harus berada di cafe pukul 8 pagi. Well, 3 jam lagi. Mulai persiapan sejak 3 jam sebelumnya. Benar-benar pemuda yang rajin =_=

"Aku mandi dulu. Kalau sampai aku setelah mandi kau masih tidur juga, aku siram kau dengan air dingin!" seru Woohyun sambil mengacak rambut Myungsoo membuat sahabatnya menggeliat lagi sebelum akhirnya dia berlari menuju kamar mandi seteleah puas mengganggu Myungsoo. Nappeun namja ya ~ 


"Huaatchiiiimmm!" Myungsoo bersin dengan ajaibnya. Woohyun yang saat itu sedang menyiapkan vanilla latte untuk menghangatkan tubuh mereka tersentak kaget. Cafe pagi itu masih sepi. Hanya ada mereka berdua disana dengan keadaan sunyi senyap. Dan, Kim Myungsoo telah berhasil memecah keheningan cafe dengan bersinnya yang ajaib!

"Ya! Kau mengagetkanku! UNtung aku tidak sedang menuang air panas!" omelnya.

Myungsoo mengusap hidungnya yang gatal. "Mianahe hyung. Lagipula ini kan salahmu sendiri. Siapa suruh meyeretku ke kamar mandi dan menyiramku dengan air dingin?!" protes Myungsoo. "Huatchiimmm! Euhhh." lalu bersin lagi.

"Errrr...." Woohyun bergidik jijik. "Salahmu kenapa seperti orang mati! Dibangunin tidak bangun=bangun." umpatnya.

"Iya hyung mianhae.." pasrah Myungsoo. "HUAAA......"

"YA!!!!"

Woohyun membekap mulut Myungsoo, mencegahnya untuk tidak bersin saat seorang pemuda datang ke cafe mereka.

"Annyeong haseyo!" sapa Woohyun ramah sambil membungkuk, diikuti oleh Myungsoo yang ikut membungkuk namun tidak memberi salam karena menahan gatal di hidungnya.

"Annyeong. Ah , kalian...." kalimat pemuda itu terputus saat melihat 2 orang yang dia temui tadi malam. Reaksi yang sama ditunjukkan oleh Woohyun dan Myungsoo. Mereka berdua tercengang saat pemuda yang hampir menangis itu menjadi pembeli pertama mereka di pagi itu.

"Hahaha kita bertemu lagi!" kekeh Woohyun. "Silahkan pilih pesanan anda!" lanjutnya.

Pemuda itu terlihat bingung dengan barista muda itu. Begitupun juga kedua barista itu. Ya, kebingungan terjadi disela-sela mereka. Si pemuda yang bingung dengan perkataan sang barista dan barista yang bingung dengan reaksi pemuda itu.

"Maaf, pesanan anda tuan?" tanya Myungsoo memecah kebingungan. Pemuda itu sedikit tersentak dari kebingungannya. Dengan cepat dia memesan secangkir caramel latte dan segera duduk di kursi kosong.

Myungsoo hendak membuat caramel latte pesanan pembeli itu. Tapi, Woohyun mencegahnya. Myungsoo sedang flu, dan Woohyun takut Myungsoo akan menularkan virusnya pada pembeli itu. Jadi, Woohyun-lah yang bertugas menggantikan Myungsoo untuk membuat pesanan hari itu.

"Hari ini biar aku saja yang buat. Kau ber-aegyo ria saja pada pembeli-pembeli kita!" girang Woohyun sementara Myungsoo cemberut karena disuruh untuk ber-aegyo ria pada pembeli-pembeli mereka. Apalagi jika pembeli-pembeli mereka adalah pria! -_-

"Hyung kau tega..." gumam Myungsoo namun tetap terdengar oleh Woohyun yang asyik membuat pesanan pembelinya. 

"Siapa yang tega? Justru aku care sama kamu. Kalau virusmu menular pada pembeli kita terus pembeli kita protes pada bos kita lalu bos kita memecatmu lalu kau mau apa??" semprot Woohyun membebalkan telinga Myungsoo.

Myungsoo melongo mendengar penjelasan Woohyun yang panjang dan lebar itu. Dia mengangguk paham. "Ne hyung. Arasseo..." ucapnya.

"Nih. Kau antar saja caramelnya pada hyung itu. Jangan lupa aegyo-mu!" suruh Woohyun membuat Myungsoo bergidik ngeri mendengar kata 'aegyo' itu.

"Ne hyung.." angguknya terpaksa lalu mengantarkan caramel itu pada pembeli itu. Dengan ogah-ogahan Myungsoo membuat sign hati dengan kedua tangannya lalu melemparkannya seolah-olah ingin memberikan hatinya pada pemuda itu. Well, dia meniru aegyo hyungnya yang lebay dan menjijikan itu.

Pemuda itu melongo melihat tingka aneh barista datar itu. Dipikirannya dia berpikir ada apa dengan orang ini? Dia tidak sedang mengalami gangguan kejiwaan, 'kan?

"Silahkan dinikmati, tuan.." ucap Myungsoo malu-malu setelah melakukan aegyo menjijikan itu. Tampak semburat pink menghiasi pipi putihnya.

Pemuda itu terkekeh. "Kyeopta." pujinya membuat Myungsoo semakin malu dan langsung kembali ke tempatnya bekerja.

Woohyun yang melihat adiknya kemerahan (?) menepuk pundaknya untuk menenangkannya. "Mianhae Myung, aku tak tahu kau akan semalu itu. Nanti, kau antarkan saja pesanannya. Tidak usah pakai aegyo." hibur Woohyun.

Myungsoo mengangguk pelan. "Ne hyung." ucapnya pelan, seperti ingin menangis. Woohyun yang menyadari kalau adiknya ingin menangis karena kehilangan harga dirinya sebagai laki-laki langsung memeluknya sayang.

"Mianhae Myungie.. maafkan hyung ne." melas Woohyun. Myungsoo mengangguk menyetujui.

"Jangan sedih lagi ne." lanjut Woohyun dan direspon dengan sebuah anggukan dari Myungsoo.

"Bagus. Itu baru adkikku, hehe. Oh, ngomong-ngomong, aegyo-mu tadi imut sekali lho! Hyung tidak sangka kau bisa ber-aegyo seimut itu, hehe!" puji Woohyun membuat Myungsoo tersentak dan ingin menangis lagi.

"Y-y-ya! Aku hanya bercan--------------"

"HUATCHIMMMMM!!!!!!!"

"YAAAAA!!! JOROK!!!!!" teriak Woohyun saat Myungsoo bersin dalam pelukannya dan membasahi seragamnya. Ya, walau hanya basah sedikit tapi tetap saja membuat woohyun berteria garing (?). Woohyun menyeka seragamnya yang basah dengan tisu sambil mengomel ria sementara Myungsoo terkekekh dengan polosnya seperti ingin mengatakan, "kapok!" pada hyungnya.

"Pfftt,.. hahaha!" pemuda itu tertawa geli melihat kedua barista itu. Lagi, untuk kedua kalinya kedua orang itu membuatnya tertawa sejak pertama kali bertemu. Kedua barista itu menatapnya bingung. "Tuan kenapa?" tanya Woohyun.

"Nothing." jawabnya. Dia mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang untuk membayar caramelnya. "Ini uangnya. $200 cukup? Kalau tidak cukup, aku tambahkan lagi." 

"Caramelnya hanya $115, tuan." ucap Woohyun.

"Ah, arasseo." pemuda itu bangkit dari duduknya. "$85 untuk kalian berdua." ucapnya lalu meninggalkan cafe.

"Eh, tuan tunggu!" Woohyun berusaha mencegah pembelinya. Tapi terlambat, pembeli itu sudah pergi.

"Baik sekali dia." ucap Myungsoo. 

"Iya baik sekali." timpal Woohyun lalu mengambil uang itu. $115 dia taruh di cashier dan $85 dia bagi dua dengan Myungsoo. Masing-masing $45.5.

"Hyung." panggil Myungsoo.

"Ne."

"Sepertinya aku ingin....."

"MWO?! ANDWAE! NOOOOOO!!!!!!!!"

"HUATCHIIIIMMM!!!!!!"


 

TBC.

Mind to review? :D

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Xdcutie #1
Cepat update ye author nim