Comeback.

That was my fault.

Bandara Internasional Baiyun, Guangzhou – China.

Bandara sudah ramai dipenuhi oleh para turis asing maupun turis lokal yang hendak pergi meninggalkan China. Ada yang hendak pulang ke negara asalnya ataupun hendak berlibur ke negara lain. Dari semua pengunjung, ada seorang pemuda dengan penampilan yang cukup menarik perhatian dengan rambut almond, kacamata hitam, t-shirt putih berlorek coklat dipadu dengan cardigan berwarna orange, jeans hitam, sepatu bermerk warna coklat tua serta beberapa gelang tali yang ikut menghiasi tangan putih susunya. Pemuda itu terlihat seperti seorang selebriti! Dia membawa 2 koper dan tas ransel yang dia gendong. Koper yang satu berwarna orange dan koper yang lainnya berwarna merah sementara tas ranselnya berwarna putih senada dengan warna kulitnya.

Pemuda itu tersenyum sambil melihat tiket pesawat di tangannya., lalu mencari antrian untuk check-in. Dilihatnya papan jadwal penerbangan hari itu. “China – Seoul.” ucapnya senang.

Setelah selesai check-in, pemuda itu berjalan menuju pesawat yang akan ditumpanginya. Dia berbalik untuk melihat China untuk terakhir kalinya sebelum dia masuk ke pesawatnya. “China ... aku akan merindukanmu!” serunya senang dan setelah itu, dia masuk ke dalam pesawat.

“Annyeong haseyo, tuan!” para pramugari menyapanya ramah dengan bahasa Korea saat dia masuk ke dalam pesawat. Pemuda itu membalas sapaan ramah para pramugari dengan senyumnya yang manis, lalu mencari seat sesuai dengan nomor seat yang tertera di tiketnya. Dia mendapat seat nomor 6 dari depan. Tempat yang cukup nyaman baginya.

Pesawat segera berangkat saat seluruh penumpang sudah menempati seatnya masing-masing. Pemuda itu mengeluarkan beberapa komik dari tas ranselnya untuk dibaca saat dia bosan. 10 menit pertama dia asyik menikmati gumpalan awan-awan putih seperti salju. Setelah puas menikmati pemandangan, pemuda itu tertidur dan komik-komik yang dia keluarkan pun menjadi tidak berguna dan hanya digeletakkan diatas pahanya. Dasar aneh.


Cafe Bene, Seoul – South Korea.

Seorang barista muda tengah asyik melayani pelanggannya di cafe tempat dia bekerja. Barista muda itu berkulit putih pucat, dengan wajah yang manis dan manly, juga cukup tinggi untuk pemuda seusianya.

Barista itu mempunyai seorang rekan, rekan kerja sekaligus sahabat baiknya yang bernama Kim Myungsoo. Kim Myungsoo juga seorang barista muda dengan penampilan yang sama menariknya dengan rekannya. Myungsoo memiliki kulit yang putih bersih, hidung mancung, mata setajam elang, bibir tipis, rahang v-line, serta memiliki tinggi badan dan berat yang pas membuatnya digilai oleh para gadis pengunjung cafe itu. Ya, Kim Myungsoo adalah aset terbesar dalam menarik perhatian pengunjung terutama pengunjung perempuan.

“Oppa aku pesan 2 cappucino ne!” seru seorang gadis pada kedua barista muda itu. Myungsoo dengan sigap membuat pesanan  gadis itu sementara rekannya sibuk membuat hati dengan kedua tangannya lalu melemparkannya pada gadis itu seolah-olah dia sedang melemparkan cintanya pada gadis itu. Myungsoo hanya menggeleng malu melihat tingkah sahabatnya yang lebay itu.

“Pesananmu nona.” ucap Myungsoo datar sambil menyuguhkan pesanan gadis itu. Gadis itu menyambut pesanannya.

“Gomawo Myungsoo oppa..” ucapnya. “Woohyun oppa! Saranghae ! :D” lanjut gadis itu senang, lalu kembali ke mejanya sambil membawa pesanannya.

“Nado saranghae ~” balas barista muda yang lebay menurut Myungsoo.

“Hyung ...” panggil Myungsoo pada sahabatnya yang rupanya lebih tua darinya.

“Ne?”

“Kau memalukan.”

“Hahaha, bisa saja pujiannya!” ucapnya malu-malu dan langsung mendapat death glare dari barista dingin itu. ‘Dasar mabuk.’ batin Myungsoo.


Bandara Internasional Incheon, Seoul – South Korea.

Pesawat yang membawa penumpang dari China menuju Seoul telah sampai di bandara Incheon yang indah itu setelah perjalanan yang memakan waktu kurang lebih 3 jam itu. Pemuda itu keluar dari pesawat dengan hati senang. Dia segera menuju tempat menunggu di bandara itu untuk mencari seseorang yang menjemputnya.

Pemuda itu duduk di salah satu seat yang masih kosong. Dia mengeluarkan ponselnya, dan tersenyum saat melihat foto masa kecilnya saat berseragam senior [SMA] dengan seorang remaja berseragam junior [SMP] yang menjadi wallpaper ponselnya. “Akhirnya kita bisa bertemu lagi...” ucapnya sambil tersenyum senang.

“Sunggyu-yah!” seorang wanita paruh baya memanggil nama anak laki-lakinya yang baru saja pulang dari negara lain. Dia segera memeluk anak laki-lakinya dengan sayang, dan anak laki-lakinya membalas pelukan wanita itu.

“Eomma bogoshipeo!” seru Sunggyu, pemuda yang merupakan anak laki-laki dari wanita paruh baya itu.

“Nado Sunggyu-yah.. wah, kau sudah besar sekali ya! Tambah tampan!” puji eomma Sunggyu. Sunggyu tersipu malu mendengar pujian eommanya.

“Haha iya dong, kan anak eomma!” serunya. “Eomma mana appa?” tanyanya saat dia tidak melihat appanya di sana.

“Appa sedang ke Jerman, mengurusi cabang cafe kita.” ucap eomma.

“Yah... kenapa lebih mementingkan cafe sih?” gerutu Sunggyu yang kecewa karena appanya tidak bersamanya di hari pertama dia menginjakkan kakinya lagi di tanah kelahirannya.

“Kau kan tau appa mu seperti apa... ya sudah, ayo kita pulang. Eomma sudah siapkan makanan yang spesial untuk mu. Ayo!” eomma menarik tangan Sunggyu, tapi dengan cepat Sunggyu mengelaknya.

“Eomma aku sudah 24 tahun!” protes Sunggyu yang masih diperlakukan seperti anak kecil oleh eommanya.

“Haha mianhae ne Sunggyu-yah... sudah 7 tahun kita tidak bertemu jadi bagi eomma kau masih seorang remaja berumur 17 tahun...” ucap eomma dengan sedih.

“Aahh, arraseo eomma. Ya sudah, anggap saja aku seorang remaja berumur 17 tahun kalau sudah sampai rumah ne! Terlalu memalukan kalau eomma memperlakukanku seperti remaja berumur 17 tahun di tempat umum seperti ini.”

“Ne Sunggyu-yah.” setelah menyetujui kesepakatan, mereka berdua berjalan bersama-sama menuju mobil pribadi mereka dan segera pulang ke rumah.


Cafe Bene, Break Time [pergantian shift].

Jam istirahat untuk seluruh pekerja di Cafe Bene. Woohyun mengganti seragam kerjanya dan berlari keluar cafe dengan senang untuk menemui rekannya Kim Myungsoo. Mereka berdua berencana untuk pergi ke sebuah pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa keperluan mereka sehari-hari.

“Myungie!” seru Woohyun saat melihat rekannya yang hampir kering menunggunya mengganti pakaian.

“Apa.” ketus Myungsoo.

“Judes amat ==”

“Siapa suruh lama-lama.”

“Aissshh! Aku kan sudah minta maaf!” protes Woohyun yang langsung memeluk Myungsoo dengan polosnya.

“Cih! Lepaskan aku hyung!” pinta Myungsoo sambil meronta agar Woohyun mau melepas pelukannya.

“Maafkan aku dulu tapi.” tawar Woohyun sambil mempererat pelukannya membuat Myungsoo risih.

“Iya iya aku maafkan. Sekarang cepat lepaskan sebelum aku teriak minta tolong karena kau ingin memperkosaku!” ancam Myungsoo serius tapi nampaknya tidak digubris oleh Woohyun.

“Teriak sana!  Jugaan tidak ada yang akan menolongmu kalau aku memperkosamu disini xD” goda Woohyun lalu menggelitik Myungsoo.

“Ahh! Hyung hentikan! Aku geli!” Myungsoo yang kegelian dengan cepat menginjak kaki Woohyun.

“Auuhh!” teriak Woohyun kesakitan sambil memegangi kakinya. “Sakit tau!”

“Syukurin.” ejek Myungsoo dengan senyum kemenangan.

“Sialan.” umpat Woohyun.

“Hyung ayo cepat kita pergi! Nanti kalau kemalaman kita tidak bisa ke Light Park!”seru Myungsoo lalu menarik tangan Woohyun dan berlari menuju district.

“Ya! Pelan-pelan ne! Kaki ku sa.... YA!!!!” teriak Woohyun saat Myungsoo tetap menyeretnya berlari tanpa peduli dengan kakinya yang masih sakit.

“Anak setan ㅠ ㅠ” batin Woohyun.


Apartemen keluarga Kim.

“Eomma eodiga?!” panggil Sunggyu yang sedang mencari-cari eommanya di seluruh pelosok (?) apartemennya. Eommanya menghilang sejak 1 jam yang lalu saat dirinya sudah bangun dari istirahat siangnya.

“Eommaaaaaaaaaaa......” teriaknya lagi. Tapi tidak ada jawaban.

“Aishh.. eomma mana sih? Dicariin tidak ketemu-ketemu.” dongkol Sunggyu sambil mempoutkan bibir mungil tipisnya. Dilihatnya jam dindingnya yang menunjukkan pukul 8 malam.

Sunggyu sangat lapar. Namun, dia tidak menemukan makanan untuk makan malamnya. Dia mengambil dompet untuk mengecek sisa uangnya.

“Hmm... sepertinya cukup untuk membeli beberapa makanan di pasar malam.” ucapnya lega lalu mengambil jaketnya dan pergi menuju pasar malam.


Pasar Malam Seoul.

Sunggyu sudah sampai di pasar malam. Suasana pasar malam saat itu sangat indah. Lampu-lampu cantik berbagai macam model turut menghiasi indahnya malam di pasar malam itu. Stand-stand makanan, toko-toko souvenir, toko-toko baju, toko-toko mainan, dan berbagai macam toko juga ikut turut meramaikan pasar malam itu.

Sunggyu berjalan menikmati indahnya suasana pasar malam itu sambil melihat-lihat stand makanan yang menurutnya enak. Setelah berjalan cukup lama, dia tertarik dengan sebuah stand yang menjual berbagai makanan yang terbuat dari jamur.

“Ahjumma! Aku pesan... enggg” Sunggyu terdiam sebentar sambil membaca menu makanan yang terpampang di dinding stand itu. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Sunggyu memutuskan pilihannya.

“Aku pesan mi jamur. Minumnya aku pesan soft drink saja.” ucap Sunggyu.

“Ne, silahkan menunggu ya.”

“Ne.” Sunggyu mencari tempat duduk yang kosong di dekat kolam ikan yang berwarna-warni terkena cahaya lampu. Dia memperhatikan ikan-ikan kecil yang berenang-renang dengan senangnya, berkejar-kejaran dengan teman-temannya. Sungguh menyenangkan!

Tapi, seketika Sunggyu teringat dengan masa lalunya. Masa lalu dimana dia harus meninggalkan orang yang dia sayangi untuk menggantikan posisi ayahnya di negara lain. Masa lalu dimana dia belum sempat mengabari orang yang dia sayangi tentang kepergiannya. Dan masa lalu dimana dia tidak yakin jika orang yang dia sayangi masih mengingatnya, atau melupakannya.

“Ahjummaaaaaaaaa aku pesan mi jamur 2 ya! Untuk ku dan untuk bocah ini!”

***

 

 


TBC.

mind to review? :D

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Xdcutie #1
Cepat update ye author nim