chap 3

From Me To You

MAAF BARU UPDATE!

Disclaimer: Semua tokoh dalam cerita ini bukan punya saya melainkan punya Tuhan YME, saya cuma pinjam nama, hehe^^

WARNING : TYPOs, LEBAY, EYD belum sempurna, KURANG CONVERSATION, TERLALU PENDEK, MxM, cowokXcowok, BUKAN HARD , BUKAN NC!!!!

YANG MERASA ALERGI TERHADAP SALAH SATU HAL DIATAS TIDAK PERLU REPOT-REPOT MEMBACA DAN LANGSUNG SAJA MENG-CLOSE FICT INI. TERIMAKASIH :]

YANG MASIH MAU MELANJUTKAN SILAHKAN SIAPKAN KANTUNG MUNTAH :]

Happy Reading~

 


 

“Hey udong! Kau ini kenapa? dari tadi melamun terus?” tanya Junho lalu menyeruput es jeruknya yang sudah hampir habis.

“Hm? ngelamun? Nggak kok.”

“Apanya yang nggak? Aku lihat dari tadi kau melamun terus, ada masalah?”

“tidak.” Jawab Wooyoung singkat padat dan mematikan pembicaraan.

 

.

.

 

Sudah 2 minggu Wooyoung dan Junho bersekolah di fakultas kepunyaan ayah Taecyeon, sepupu mereka.

Tapi selama itu pula Junho tidak banyak melihat perubahan dari Wooyoung, Bahkan dia tidak mempunyai teman kecuali Junho di sini, bukan karena orang di fakultas ini sombong, melainkan karena sifat Wooyoung yang dingin dan terlalu menutup diri membuat orang-orang segan untuk mendekatinya. Bahkan jika ada yang berani mengajaknya bicara, Wooyoung hanya akan mengangguk atau bergumam atau bahkan hanya berlalu meninggalkan orang tersebut.

Satu-satunya orang yang bisa atau mungkin tahan berada di dekatnya selama ini hanya Junho, tapi itu tidak membuat Wooyoung terbuka terhadap Junho.

 

Junho hanya bisa menghela nafas melihat tingkah Wooyoung, menurutnya Wooyoung yang dia kenal sewaktu masih kecil sangat berbeda dengan Wooyoung yang dikenalnya sekarang.

Dulu sewaktu Wooyoung masih menjadi teman sepermainannya, dia begitu manis, lugu dan polos bahkan cengeng, sedangkan sekarang? Sosok Wooyoung yang dulu selalu ingin dia lindungi itu berubah, sangat berubah.

Wooyoung yang sekarang terlalu ‘misterius’ bagi Junho. Mungkin karena kehilangan dua orang yang paling berarti dalam hidupnya membuatnya menjadi orang yang berbeda, tapi seharusnya dia sadar walaupun kedua orang tuanya sudah tidak bersamanya lagi masih ada orang-orang yang perduli padanya, contohnya Junho dan kedua orang tua Junho.

Tapi walau begitu, Junho percaya bahwa suatu hari Wooyoung bisa menjadi sosok yang lebih baik dari yang sekarang, saat dia menemukan orang yang berarti di sisinya, orang yang dapat menjadi tempat sandaran ketika dia kelelahan karena telah berpura-pura tegar, orang yang dapat menerimanya bagaimanapun keadaannya.

Junho tahu bahwa Wooyoung sangatlah rapuh, dia memang bersikap cuek, seakan tidak ada yang terjadi padahal sebenarnya ada luka dalam hatinya yang semakin lama kian membesar.

 

 

 “Hey Junho, kau kenapa malah melamun?” Pemikiran Junho langsung terhenti karena teguran Wooyoung.

“Hehe.. maaf maaf.” Junho yang bingung mau bilang apa ya jadilah bilang seperti itu saja.

“Dasar aneh.” Dengan ketusnya dan tidak berperasaan Wooyoung berkata seperti itu, tapi karena Junho sudah terbiasa dengan kata-kata pedas Wooyoung ya jadi biasa saja.

‘Hmm.. Wooyoung, aku percaya bahwa kau bisa menjadi lebih baik dari ini.’ Ucap Junho dalam hati.

 

.

 

-_-

 

.

 

(Wooyoung pov)

 

Sakit.. perih.. perasaan itu selalu menghantui diriku setiap saat. Bahkan sampai sekarang.

 

Aku pikir sekolah bisa menjadi pengalihan dari rasa sakit ini. Tapi nyatanya…

Tidak ada yang berubah.

 

Aku tahu mungkin aku terlalu berlebihan. Aku tahu semua itu adalah masa lalu, tapi tetap saja. Aku tidak bisa lepas dari bayang-bayang itu. Terlebih jika aku mengingat betapa paniknya orang-orang disana saat itu.

 

 

Aku merasa hampa, setiap saat.

 

 

Aku berpikir bahwa Junho bisa membawa hal baru padaku, membawa sebuah kebahagiaan tersendiri. Tapi ternyata aku salah.

Bagaimanapun Junho berusaha bersikap baik padaku, itu tidak mengubah apapun, hatiku tetap terasa beku. Mungkin karena aku sudah sendiri dalam jangka waktu yang cukup panjang dan hal itulah yang membuatku sulit untuk menerima kehadiran orang baru, sekalipun dia adalah ‘sahabat karibku’ sewaktu aku masih kecil.

 

Aku mengambil pisau yang ada di laci meja belajarku lalu menggoreskannya di lengan kananku hingga darah mengalir dari bekas goresan itu.

 

 

Aku tidak berniat bunuh diri. Bukan.

Ini bukanlah salah satu aksi bunuh diriku.

Ini adalah kebiasaanku sejak aku menduduki bangku Sekolah Menengah Pertama.

Ya, aku senang menyakiti diriku, aku merasa bahagia ketika darah mengalir dari tubuhku. Aku merasa lega.

 

 

Inilah diriku yang sebenarnya, aku melampiaskan rasa sakit di dada ini dengan menyakiti tubuhku, membuat luka disana sini hingga aku merasa baikan.

Aku tahu rasanya sakit, tapi rasa sakit itulah yang membuatku tenang. Menurutku lebih baik jika aku merasa sakit di tubuhku daripada merasa sakit di hati. Semua torehan luka ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan rasa sakit dihatiku.

 

Kadang jika aku merasa terlalu sakit di hati ini, itulah saat dimana aku berusaha untuk membunuh diriku. Itulah saat dimana aku berusaha untuk menghilangkan diriku dari dunia yang tidak adil ini.

Tapi sayangnya, Tuhan selalu menggagalkan rencanaku itu, aku tidak mengerti dengan Tuhan, apakah Dia berniat untuk terus menyakitiku di dunia yang kejam ini?

 

Aku iri melihat orang-orang yang masih mempunyai orang tua, aku juga ingin seperti mereka, tumbuh normal dengan kasih sayang kedua orang tua. Aku iri, sangat iri.

Aku sering melihat anak yang bersikap tidak baik terhadap orangtua mereka dan tak jarang mengeluhkan tentang orangtua mereka, mengapa mereka melakukan hal itu? Seharusnya mereka bersyukur karena mereka masih memiliki orangtua, mereka masih punya tempat untuk menjadi sandaran. Sedangkan aku?

 

Aku tidak mempunyai hal itu.

 

 

Tuhan itu sangat..

Tidak adil.

 

 

Merasa belum puas dengan goresan di lengan kananku, aku menorehkan goresan lagi di paha kiriku, kali ini ada 2 goresan yang cukup dalam.

Lega, sangat lega.. perasaan yang sangat aku suka. Rasa sakit ini memberi kekuatan tersendiri. Aku tahu ini terdengar gila.

 

Cobalah pikir, orang sehat mana yang mau menyakiti dirinya sendiri? Hanya orang aneh seperti akulah yang melakukannya, aku tahu ini adalah sejenis penyakit mental. Aku tahu aku memiliki kelainan jiwa, tapi asalkan hal itu bisa menjadi pengalihan dari rasa sakit di dada ini, akan dengan senang hati aku melakukannya.

 

Menurut dari buku yang aku baca di perpustakaan 1 minggu yang lalu, ini adalah sejenis penyakit mental yang bernama self injury atau self harm.

Hmm.. sudah sejak SMP aku begini tapi baru 1 minggu yang lalu aku mengetahui nama penyakit ini. Hahaha..

Awalnya aku hanya coba-coba, aku menggunakan peniti pada pertama kali aku melukai tubuhku ini, saat itu aku menggoreskan ujung peniti tersebut pada tangan kananku sampai bedarah, dan akhirnya hal itu membuatku merasa nyaman dan membuatku terus menerus ingin untuk mengulanginya lagi dan lagi.

 

Mungkin inilah yang dirasakan para pecandu obat terlarang. Merasa seperti melayang, hilang kesadaran diri dan merasa nyaman dan tenang. Perasaan yang sangat aku sukai.

Aku tidak tahu apa aku bisa berhenti dari kebiasaan ini atau tidak.

 

Yang jelas..

 

 

Aku sangat menyukai perbuatanku ini. Sekalipun aku tahu bahwa ini adalah hal yang salah.

 

.

 

-_-

 

.

 

Setelah puas melukai tubuhku dan membersihkan darahnya dengan air, aku merebahkan diriku di tempat tidur.

Akhir-akhir ini banyak kejadian melelahkan,

 

Sekolah, bertemu orang-orang baru, dan lebih banyak berpikir lebih dari biasanya.

 

Junho, kupikir hanya dia satu-satunya orang yang bisa sesabar ini terhadapku, sejak dulu, maksudku sejak aku SD, SMP, bahkan SMA, aku tidak pernah mendapat teman, atau lebih tepatnya aku tidak ingin mempunyai teman, aku tidak tahu.

Yang aku tahu adalah, Junho adalah orang pertama yang sepertinya mulai terbiasa dengan sifatku yang terbilang tidak bersahabat ini.

Aku begini bukan karena aku ingin, tapi karena aku bingung bagaimana bergaul dengan orang banyak, aku tahu bahwa manusia adalah makhluk social, tapi susah rasanya bersikap baik terhadap orang-orang yang sebelumnya belum pernah dikenal.

 

Mungkin jika eomma dan appa masih disini, aku bisa menjadi sosok yang ramah dan juga bersahabat. Tapi nyatanya mereka tidak disini. Hmm..

Aku lelah selalu hidup seperti ini, andaikan waktu itu Tuhan juga membawaku pergi bersama eomma dan appa, pasti aku tidak perlu repot-repot untuk menghadapi dunia yang kelam ini.

 

Sulit rasanya untuk percaya terhadap orang lain, karena aku tahu bahwa manusia adalah makhluk yang bisa dengan gampangnya berbohong. Bahkan aku masih belum bisa percaya dengan Junho sekalipun dia adalah temanku sewaktu kecil, bisa saja kan dia hanya berpura-pura baik. Siapa yang tahu?

 

Hmm.. aku lelah hidup..

Andaikan saat pertama kali aku berusaha untuk bunuh diri itu berhasil, andai saja..

Seharusnya waktu itu aku mengiris pergelangan tanganku lebih dalam sehingga urat nadinya bisa terputus.

Bagaimana dengan usaha bunuh diriku yang kedua kali? Saat aku berusaha untuk menggantung diriku, itu adalah hal menyebalkan karena tali nya langsung terputus, sebenarnya apa sih yang salah?

Lalu rencana bunuh diriku yang lain, pasti selalu tidak berhasil, Tuhan selalu menggagalkan rencanaku, sebenarnya apa rencana Tuhan?

Aku ingat betul dengan rencana bunuh diriku yang terakhir kali, kalau tidak salah 2 minggu yang lalu, saat itu aku ingin menabrakkan diriku pada mobil yang berjalan dan saat aku sudah mendekati saat-saat yang kuinginkan, malah datang seorang pemuda tidak dikenal yang menyelamatkanku. Sialan.

 

Oh iya, pemuda itu.. hm, kalau tidak salah aku bertemu lagi dengannya keesokan harinya, siapa ya namanya? Entahlah aku lupa atau mungkin malah tidak tahu.

Tapi kalau tidak salah, rasanya aku seperti pernah bertemu dengan orang itu sebelumnya, sebelum dia menyelamatkanku. Tapi entahlah.. aku lupa kapan.. lagipula hal itu tidak begitu penting..

Aku menguap dan melihat kearah jam, sudah jam 01.00? cepat sekali, ah mungkin aku terlalu asyik dengan pikiranku sehinggu lupa waktu..

 

Sudahlah.. lebih baik aku mengistirahatkan tubuhku yang sudah sangat lelah ini…

 

.

 

.

 

BERSAMBUNG~

 

 


 

yaaaakkkkk!!!! halo semuanyaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!! akhirnya devi kembali update setelah sekian lama pergi, hiks T____T

maaf ya karena baru update.. ini juga bukan kemauan devi kok, salahin ni otak yang ga bisa menghasilkan ide.. dan hasilnya walaupun udah update tetep aja terlalu pendeeekkk T-T miaaaannn epribadeh T___T

hm ya, devi minta doanya ya..

semoga devi bisa dapet nilai tinggi UAS sama UN nanti >.< semoga devi lulus amiinnn.. mohon doanya yaaaa >.<

terimakasih untuk para eonni dan hyung (?) yang sudah bersedia mensupport devi ^o^ kkkkkk~

 

kalau ada yang mau nanya apa itu self injury / self harm secara mendetail silahkan di tanya, kalau sempet di chap depen devi jelasin XD

 

sampai jumpa di chap depaaann~~~

jangan lupa comment, subscibe, dan upvote nyaaa >.< kkkkkk~ (ada yang baca aja udah sukur)

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
KWdevKY
di pending dulu yah~~ author lgi nyiapin diri utk menghadapi UAS jdi blum sempat mikir buat bikin ff.. di tunggu aja dlu ya :D

Comments

You must be logged in to comment
aririska #1
Chapter 3: suka banget cerita ini ... Woo pnya karakter diluar biasanya ... keep it thor ^^

please update soon yaa ... oiy tlong jelasin soal self injuryx jg y ... kasih part" cerita yang soal woo ngelakuin self injury y.. ^_^??

please update segera yaaaa
Uyounggie
#2
Chapter 3: I like it...!

Suka woo jd dingin..!! Pertahankan thor..

Oke oke oke oke..! Lanjuttt
afiati #3
Chapter 3: di tunggu ya updatenya...

aamiin semoga lulus dengan nilai yg baik dan memuaskan ^_^
Ndah_Young #4
Chapter 3: Woahh akhirnya ni author nongol(?) lagi setelah sekian lama bertapa,,hehe :D disini woo kasian banget,, dan khun belum nongol,, Fighting thor semoga nilainya memuaskan :]
wenywoolvr
#5
Chapter 3: akhirx updte jg stlah skian abad.hhaa
ksian woo~_~ hdupx ngenes bgt..untunglah junho mau brsbar nemenin dia><
khun x mana? kok ga nngol lg.?

ok, moga lulus un dg nilai yg mmuaskan^^
update soonn.,^o^
oka_oke #6
Chapter 3: cayoo buat ujiannnya,,,



itu baby woo kasian banget banyak luka di hati dna tubuhnya,, hiks jahat
cahyaAngAngel #7
Chapter 3: Amin....

Itu kenapa khun gak di keluarin???

Ihhhh..... woo kasian, cepet donk devthorr khun'nya di kasih tau .
Biar penderitaan woo berakhir dgn sendirinya (?)

Up date soon fighting!!! XD
teru_neko
#8
Chapter 3: semangat ujiannya ^^
yg ditunggu2 blm muncul jg nih *cough*ky*cough*moment*cough*
mungkin warningnya bisa ditambah dikit dg self injury scene,krn g semua org tahan baca yg berdarah-darah kkkkk
1 yg agak aneh..Woo mengeluh sm anak yg g bersyukur punya ortu (seharusnya mereka bersyukur krn masih punya ortu),,tp gmn dg dia sendiri yg mengeluh sm hidupnya sampe pengen mati aja? bukannya seharusnya dia jg bersyukur masih dikasih hidup drpd org yg masih pengen hidup malah mati?
lanjuut!
angangbooungeeowl
#9
Chapter 3: Semangattt ujianxx authorssi, fighting..(≧∇≦)9
dtggu ky momentx, penasaran sama peran khun dsini. next asap.. asap... ^^
lvtaeckay
#10
taeckay perannya masih belum muncul
jadi gak sabr buat baca kelanjutnnya
authornim aku tunggu update tannya and always Hwaiting
:)