Chapter Three
Moonlight
(Jaejoong’s POV)
“Hyung!” Changmin melambaikan tangannya di depan wajahku.
“Eo.. Ne..” aku tersentak, tersadar dari lamunanku.
“Hyung.. Wheyo..?” ia menatapku bingung.
Aku menggelengkan kepala dan tersenyum padanya. “Gwenchana..”
Ia membalas senyumku. kemudian membawa piring dan gelas lalu menyusunnya di atas meja makan.
Aku tidak bisa berhenti memikirkan laki-laki misterius itu. Memikirkannya membuatku kehilangan konsentrasi. Aku tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat untuk memulai pembicaraan dengan Changmin dalam perjalanan pulang tadi, bahkan tanpa sengaja mengiris jariku saat menyiapkan makan malam.
“Aku sudah menghubungi Yoocun dan Yoohwan. Mereka bilang akan pulang terlambat. Jadi mereka menyuruh kita makan lebih dulu.”
Changmin mengangguk dan mengambil sepiring nasi kari yang kusodorkan padanya. Ia menyuapkan sesendok besar nasi ke dalam mulutnya. Mengunyah dan menelannya dengan terburu-buru. Aku menepuk pelan pundaknya, khawatir ia akan tersedak.
“Hyung.. Tanganmu..” ucapnya separuh berbisik.
“Oh, ige? Gwenchana.. Hanya luka kecil..”
Ia memejamkan mata, kemudian menutupi wajahya dengan kedua telapak tangannya. Tubuhnya gemetar.
“Changmin-ah, Mian..” aku berpaling membelakanginya, mengambil kotak P3K dan melekatkan plester pada lukaku dengan segera. Aku benar-benar lupa kalau ia tidak bisa melihat atau mencium aroma darah. Aku tidak tahu alasannya, tapi kemungkinan besar ia memiliki trauma.
“Hyung, bisa kau ambilkan segelas air untukku?” pintanya.
Aku segera membalikkan badanku menuju dapur, berniat mengambil segelas air dingin untuknya. Entah kerena pikiranku yang kalut atau hanya bayanganku saja, sekilas saat berbalik, tanpa sengaja kulihat kornea matanya berubah menjadi merah menyala.
***
(Changmin”s POV)
Kupandangi bayang wajahku yang terpantul samar di atas meja makan kaca. Mataku.. Warna mataku mulai berubah! Aku tahu Jaejoong terluka. Sejak tadi aku bisa mencium aroma darahnya, tapi aku semkin tidak mampu menahan diri ketika ia berjalan mendekatiku.
“Aku sudah menghubungi Yoocun dan Yoohwan. Mereka bilang akan pulang terlambat. Jadi mereka menyuruh kita makan lebih dulu.” ucapnya sambil menyodorkan sepiring nasi padaku.
Kutundukkan wajahku, menghindari kontak mata dengannya. Kucoba mengalihkan perhatianku pada nasi kari buatannya. Tapi aku masih tidak bisa menetralisir panas yang membakar tenggorokanku. Kusuapkan sesendok besar nasi kedalam mulutku dan kutelan dengan terburu-buru. Ia menepuk pelan pundakku.
“Hyung.. Tanganmu..” ucapku separuh berbisik.
“Oh, ige? Gwenchana.. Hanya luka kecil..”
Dalam jarak sedekat ini aroma darah dari lukanya yang terbuka semakin menguat dalam indra penciumanku. Aku yakin sekarang warna mataku berubah menjadi semakin merah. Aku memejamkan mataku sebelum ia menyadarinya.
“Changmin-ah, Mian..”
Kudengar langkahnya menjauhiku. Tidak lama kemudian aroma darahnya menghilang. Ia membalut lukanya. Aku perlu secangkir air dingin untuk mengusir panas yang masih terisisa dalam tenggorokanku.
“Hyung, bisa kau ambilkan segelas air untukku?”
Perlahan kubuka mata. Aku terkejut karena ia masih berdiri di hadapanku. Kupejamkan kembali mataku. Berharap ia tidak menyadari perubahan yang terjadi pada diriku.
‘Aish.. Sial!!’
***
_________________________________________________________________________________________________________________________
Sorry.. Sort Update ^_^
Comments