Chapter One

Moonlight

 

(Jaejoong’s POV)

 

Laki-laki itu tidak berhenti menatapku. Entah sejak kapan, tapi aku baru menyadarinya sekitar tiga menit yang lalu.

 

'Siapa dia? Apa aku mengenalnya? Kenapa dia terus-menerus memandangiku? Apa ada yang aneh denganku?'

 

Kuberanikan diri untuk menyapa dengan menganggukkan kepala dan tersenyum padanya. Ia mengalihkan pandangannya dariku. Tidak mendapat respon, kuputuskan untuk kembali memusatkan pikiranku pada beberapa lembar soal yang sejak tadi belum juga kutemukan jawabannya.

 

Beberapa saat kemudian laki-laki itu berdiri, beranjak pergi meninggalkan kursi taman yang sejak tadi ia duduki. Siluet senja membiaskan bayangan tubuhnya. Ia lebih tinggi dari yang kuperkirakan. Bahunya yang datar dan punggungnya yang tegap membuatnya terlihat maskulin. Aku tidak bisa memperhatikan wajahnya karena ia berjalan membelakangiku, sedikit menyesal karena tidak terlalu memperhatikannya saat ia menatapku tadi. Yang bisa kuingat dengan jelas hanyalah tatapan tajam dari mata indahnya yang berwarna hitam kelam.

 

Kualihkan pandanganku pada Changmin yang sedang mengemasi buku-bukunya. Ia berjalan menghampiriku.

 

"Hyung.. Mianhae.. Aku harus pulang lebih awal. Ada acara keluarga yang harus kuhadiri malam ini."

 

Aku mengangguk.

 

Ia melambaikan tangan sesaat sebelum memasuki mobilnya. "Jangan pulang terlalu malam!!" teriaknya.

 

"Dangyeonhaji.. Aku akan menyelesaikannya dan pulang sebelum tengah malam" sahutku sambil tersenyum.

 

'Aish.. Sampai kapan dia akan memperlakukanku seperti anak kecil? Hanya karena aku terlihat cantik bukan berarti aku lemah. Bagaimanapun, aku juga laki-laki. Aku bisa melindungi diri.'

 

***

 

 

Pabo!

 

Aku tidak berhenti mengutuki keputusan terbodoh yang pernah kupilih sepanjang hidupku; melewati jalan ini. Terlalu sepi.. Aku bahkan tidak mendengar suara apapun selain hembus nafasku dan desir angin yang menggesek pepohonan di kedua sisi jalan.

 

Bulu kudukku meremang setiap kali kawat sebatas pinggang yang menjadi pembatas antara jalan dan hutan bergoyang terkena hembusan angin malam. Tidak adanya penerangan membuat suasana terasa semakin mencekam. Untungnya malam ini adalah malam purnama. Setidaknya cahaya bulan membuatku dapat melihat jalan dengan cukup jelas.

 

Semuanya baik-baik saja sebelum akhirnya sesuatu yang aku khawatirkan benar-benar terjadi. Di ujung jalan sana, dua orang laki-laki menatapku dengan seringai yang membuat jantungku seakan berhenti berdetak. Aku bisa melihat kilatan pisau yang berada dalam genggaman salah seorang diantara mereka. Tanpa berpikir panjang aku mulai berlari saat mereka menghampiriku.

 

'Ya Tuhan.. Kenapa aku tertidur? Kalau tidak semua tugas itu pasti sudah selesai kukerjakan sejak tadi dan aku tidak harus mengalami hal ini. Kenapa pula aku tidak memikirkan resiko saat memilih jalan sepi ini hanya karena jalan ini adalah jalan pintas terdekat menuju rumahku?'

 

Aku tidak bisa merasakan apapun selain ketakutan. Tidak kurasakan lagi dinginnya udara malam dan pedihnya beberapa luka yang kudapat dari goresan semak belukar yang kulewati saat menerobos hutan tadi. Mereka benar-benar mengejarku. Aku bisa mendengar sumpah-serapah dan teriakan mereka. Tidak ada yang dapat kulakukan selain terus berlari. Celakanya, semakin jauh aku berlari, maka semakin jauh pula aku memasuki hutan.

 

"Argh.." Tanpa sengaja kakiku tersandung salah satu akar pohon besar yang tadinya berniat untuk kulompati. Kudengar suara tawa dari kedua laki-laki itu. Mereka berhenti dan berdiri tidak jauh dariku.

 

“Anak manis.. Kami hanya menginginkan sedikit uang dan beberapa barang berharga darimu. Tidak perlu berlari sejauh ini. Kau membuat kami lelah.”

 

'Sial.. Kalau ini adalah akhir dari hidupku, kenapa harus berakhir disini.. di tempat ini.. Aku bahkan tidak yakin kalau mayatku nanti bisa ditemukan dalam keadaan utuh sebelum dicabik-cabik hewan buas penghuni hutan ini.'

 

Salah satu dari mereka berjalan menghampiriku. Kututup mataku saat ia mengangkat daguku dan memperhatikan wajahku. Ia menyeringai dan kembali menghampiri temannya.

 

“Wahh.. Dia bahkan lebih cantik dari semua wanita yang pernah kutemui.” ucapnya pada temannya yang juga mulai memperhatikanku. Ada sesuatu yang berbeda dari tatapan mereka. Mungkinkah? Tidak! Segera kutepis pikiran itu..

 

‘Apa mereka sudah gila? Mereka tidak mungkin berpikir untuk melakukan hal 'itu’ kan? Andwae.. Karena secantik apapun aku tetaplah pria!’

 

Aku menggeser posisi tubuhku perlahan, berusaha menjauhi kedua laki-laki itu. Aku benar-benar gemetar, tenagaku terkuras setelah terus-menerus berlari. Rasa sakit dari luka yang kudapat saat terjatuh tadi benar-benar membuatku tidak sanggup lagi berdiri, apalagi mencoba untuk berlari.

 

“Hey.. Aku lupa mengatakan kalau ada beberapa ekor serigala yang tinggal di dalam hutan ini..” ucap salah seorang diantara mereka.

 

“Lebih baik kau menyerah. Jangan coba-coba berpikir untuk berontak atau melarikan diri karena semua usahamu itu akan sia-sia. Pada akhirnya kau juga akan berakhir dalam terkaman serigala” seorang lainnya mengarahkan pandangan tajamnya padaku.

 

‘Andwae.. Tuhan.. Kumohon.. Bunuh saja aku.. Cabut nyawaku sebelum tubuhku tersentuh oleh tangan kotor mereka.. Lebih baik aku mati diterkam serigala daripada harus berakhir di tangan mereka.’

 

Aku tersentak saat semua menjadi gelap. Cahaya purnama yang menjadi satu-satunya penerang bagiku tertutup oleh awan hitam. Dan yang lebih aneh lagi, angin malam yang sejak tadi membuatku menggigil kedinginan tiba-tiba saja berhenti berhembus.

 

Dalam kegelapan, kuberanikan diri untuk menatap dua orang laki-laki yang berdiri tidak jauh dariku itu. Aku ingin mengingat wajah mereka sebelum mati agar arwahku nanti tidak salah menggentayangi orang.

 

‘Hei! Apa ada yang salah? Kenapa mereka terlihat begitu ketakutan?’

 

Pertanyaanku terjawab saat awan hitam yang menutupi bulan perlahan menghilang, menampakkan sesosok serigala besar yang sejak tadi berdiri di balik pohon tempatku bersandar. Beberapa serigala lain muncul dari dalam bayang-bayang pepohonan hutan, mengelilingi kedua laki-laki itu, memandangi mereka dengan tatapan buas dan seringai gigi yang tajam.

 

Aku menutup mata. Tidak ingin melihat apa yang terjadi selanjutnya. Kucoba menahan rasa sakit yang ada di sekujur tubuhku dan memberanikan diri untuk berbalik, berlari menjauhi kerumunan serigala yang sedang mencabik-cabik mangsa mereka. Aku bersumpah, dalam jarak yang cukup jauh aku masih bisa mendengar teriakan kedua laki-laki itu menyatu dengan lolongan serigala.

 

Darah mengalir dari luka yang membentang dari leher hingga bahu kananku. Tidak dalam, tapi cukup lebar hingga membuatku merasa pusing karena mulai kekurangan darah. Kusandarkan tubuhku di bawah sebuah pohon besar, berharap serigala-serigala itu puas dengan kedua mangsa mereka dan tidak berpikir untuk mengejar dan menjadikanku sebagai hidangan penutup mereka.

 

Entah karena aku kurang beriman atau mungkin karena terlalu banyak dosa yang telah aku lakukan sehingga Tuhan tidak berkenan mengabulkan permohonanku. Baru saja doa itu selesai kuucapkan, seekor serigala besar datang menghampiriku. Serigala itu berdiri tidak jauh dariku. Ia menatapku dengan sorot matanya yang tajam. Sedikit memberanikan diri, kuperhatikan serigala itu. Tidak salah lagi, dialah serigala yang muncul dari balik pohon tempatku bersandar tadi.

 

Dilihat dari ukuran tubuhnya, besar kemungkinan ia penguasa hutan ini, pimpinan kawanan serigala yang baru saja kutemui. Kuperhatikan sekelilingku. Tidak ada serigala lain. Hanya ada aku dan serigala besar itu. Kuperhatikan moncong dan taringnyanya yang bersih tanpa noda darah, menandakan ia tidak ikut ‘berpesta’ bersama teman-temannya.

 

‘Apa dia mengikutiku? Tapi kenapa? Apa dia ingin menyantapku sendirian? Apa aku terlihat lebih lezat dari kedua laki-laki itu?’

 

Membayangkan berakhir dalam terkaman taring dan cakar tajam serigala ini membuat keringat dingin mengalir turun membasahi tubuh dan seluruh lukaku. Serigala itu masih menatapku. Kali ini dengan sorot mata yang berbeda, lebih lembut dan bersahabat. Ia beranjak dari tempatnya berdiri dan mulai mendekatiku.

 

Entah kenapa, tiba-tiba saja aku merasa ia bukanlah hewan buas yang berbahaya. Kuulurkan tanganku untuk mengusap bulu-bulu peraknya saat ia mengendus tubuhku. Aku tersentak saat ia menjilat wajah dan leherku seperti seekor anjing peliharaan yang jinak dan terlatih.

 

“Hey.. Geumanhae.. Hahaha..  Kau membuatku geli..” kucoba untuk menghentikannya dengan melingkarkan tanganku pada lehernya yang dipenuhi bulu berwarna putih keabu-abuan. Ia berhenti menjilatiku dan mendongakkan lehernya sehingga aku bisa menatap kedua matanya.

 

‘Hey, Kurasa aku pernah melihat mata itu.. Tapi dimana? Mungkin hanya perasaanku saja..’

 

***

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
MinJaeTic
#1
Chapter 6: Changmin or yunho??? I hope he is changmin T_T

Jadi jadi jae wanita gtu? Ato itu reinkarnasinya skrng ? Wahh, aku suka klo jae dijadiin cwe, genderbender story :D

Update lagi dong author~ssi,kekeke
Penasaran nih >.<
epiktraveller
#2
Chapter 6: Permaisuri? Jae? So jae past self is a girl, i assume? XD
Minnie95
#3
Chapter 6: Osnniii bukan jae yg ngebunuh kaaannn...
5starnables
#4
Chapter 6: aaaaaaaa!!!! selalu bikin penasaran!!!!

jadi jadi jae itu reinkarnasi dari jaerin...? @@
jadi jadi dulu jae ngebunuh kawanannya yunho??
terus changmin itu sejenis pelindungnya jae kali ya... *nebak2*

permaisuri??? huaaaa itu yunho ya???
jadi jae udah bunuh klannya, tapi mereka...????

*otak mulai ga sampe*
penasaran banget sama hubungan ketiganya... huuuuu.

thank you updetnya~~~
love you too! hihihihihi. XD
updet lagi yaaaaaa... #plak
(baru juga diupdet~ --")
Minnie95
#5
Chapter 5: Oenniiiie ini minjae or yunjae ???
Aku punya firasat kalo srigalanya itu yunho...
Hard work oennie~
MinJaeTic
#6
Chapter 5: *tarik author dr dlm selimut*
Yeahh, please moree author~ssi,,especially my minjae moment,kekeke

"karena kau sudah kembali mendapatkannya.."
Aishh,my curioustyy~
Update soon nee ^^
5starnables
#7
Chapter 5: ahhhhh keren.... <3
min vampir??? serigalanya yun berarti???
tapi kenapa min jadiin jae vampir juga???
yun-nya misterius banget pula~

ah penasaran nih! keren~ masa mo diudahanin!!! XDXD
epiktraveller
#8
Chapter 5: So min is a werewolf? Jae is a vamp? Or im just dumb? XO
mjjejae_mira
#9
Chapter 5: hahahaa... you are so sweet..
how come you are an author but sembunyi dalam selimut.. xDDD
kuro_usagi0730
#10
Chapter 5: kyaaaaaaaaaaaaaaaaa suka banget >,<