WITHOUT WORDS // PART 2

WITHOUT WORDS

 

Previous:

“Walaupun Peniel-sshi adalah kakak tirinya tetapi mereka selalu menyayangi satu sama lain” perjelas yori padaku. Aku hanya terdiam dan tak berfikir apapun. “kihyun-ahh, kau tak apa? Padahal dia di kenal sebagai namja yang tergolong tak memperdulikan yeoja yang ada di sekitarnya. Baru pertama kali ini aku melihatnya sedang mengejarmu dan mengajakmu pulang”. “ani.. gwaenchana.. kajja kita meninggalkan sekolah ini, aku ingin segera pulang” ajakku dan meninggalkan sekolah.

 

------------------------------------

 

Aku selalu memikirkan penguntit itu. Entah mengapa dia selalu menghantui pikiranku. “ kau terkenal tak peduli pada yeoja di sekitarmu, tetapi mengapa kau peduli padaku? Kau berkata kau sama sepertiku, tetapi kau adalah anak pemilik sekolah itu” pikirku. “ahhh mengapa aku memikirkannya? Apa itu penting? Aisshhh dasar penguntit” aku mencoba untuk tak memikirkannya dan beranjak tidur.

 

 

*KRRRIIIIIINGGGG*

Alarmku berbunyi dan waktu menunjukkan pukul 06.30 a.m KST. “andwae!!!!!! Aku akan terlambat” aku langsung mengganti pakaianku dan bergegas menuju sekolah. “eomma, aku berangkat” ucapku secara berteriak.

Mungkin hari ini bukanlah hari keberuntunganku “aisshh, sial aku terlambat”. Gumamku kesal. Sesampainya di kelas, *took tokk* aku membuka sedikit pintu kelas dan disitu seongsaengnim sudah ada di kelas. “annyeong haseyo seongsaengnim” aku menundukkan kepalaku “mianhae aku terlambat, dapatkah aku mengikuti pelajaranmu?” tanyaku dengan gugup dan sedikit takut. “ah, kihyun-sshi, mengapa kau terlambat? Arraseo, kau boleh mengikuti pelajaran tetapi sesudah itu kau harus menikmati hukumanmu” kata seongsaengnim padaku. Aku beranjak ke bangkuku dan menahan malu karena teman – teman menertawaiku. “aishhh, aku sangat malu” batinku.

 

(SETELAH MENGIKUTI PELAJARAN)

 

“kihyun-sshi, kau harus menuju lapangan dan putari lapang itu sebanyak 5 kali dan berkata –aku tak akan terlambat lagi-” suruh seongsaengnim padaku. Aku tak berani membantah dan langsung mengerjakan apa yang seongsaengnim suruh. “aku tak akan terlambat lagi……. aku tak akan terlambat lagi……. aku tak akan terlambat lagi……. aku tak akan terlambat lagi……. aku tak akan terlambat lagi….. aku tak akan terlambat lagi” ucapku terus menerus ketika aku memutari lapangan. Keringat yang sangat banyak membasahi tubuh dan baju seragamku. “ini, kau terlihat membutuhkan banyak air” seseorang memberikanku sebotol air mineral. Tak peduli siapa yang memberikan aku mengambil botol minuman itu dan meminumnya sampai habis. “gomawo” aku menundukkan kepala ku dan melihat wajahnya dan ternyata itu adalah penguntit. “penguntit?????” ucapku dengan suara yang agak keras padanya. “aisssshhh, aku sudah bilang padamu, aku bukan penguntit!!” dia langsung menutup mulutku dan pergi dari lapangan yang sekiranya cukup luas.

 

“aishhh, lepaskan!!” pintaku kasar. Aku melihat namja ini lagi, namja yang tak peduli pada yeoja di sekitarnya. “ahhhhhh,,, duduklah… sungguh nikmat duduk di bawah pohon yang sangat sejuk udaranya” dia melepaskan kepenatannya dengan duduk di bangku panjang. Aku masih berdiri sambil menatap sinis namja itu. “namja ini sangat aneh, benar – benar aneh” batinku lagi. “ooo,, wae kau melihatku seperti itu? Apakah aku terlihat aneh di matamu?” Tanya namja itu padaku. “ne, kau sangat aneh. Kau sudah menguntitku dan sekarang menculikku” kataku sinis padanya. “mwo?? Menculikmu? Hahahaha.. kau sangat lucu kihyun-ahh”.

 

“Aish.. tak ada yang lucu. Mengapa kau tertawa seperti kau tak mempunyai dosa?” celotehku pada namja aneh itu dengan rasa sangat kesal. Dia tak mempedulikanku dan tetap saja menikmati angin yang berhembus. “Assshhhhh, kau sungguh menyebalkan” tak lama kemudian aku langsung meninggalkan namja aneh itu. Dengan perasaan kesal aku tak sengaja menabrak seorang namja.

*BUUUUKKKK*

Aku dan namja itu terjatuh berdampingan. Aku melihat wajah yang sangat tampan. Tak lama kemudian aku bergegas berdiri dan meminta maaf pada pemuda itu. “Jeongseohamnida sshi, aku tak sengaja menabrakmu” sambil menundukkan kepalaku berkali – kali. Namja itu lalu berdiri “ahh, gwaenchana, lain kali jika kau berjalan tolong melihat sekitarmu ne?” saran namja itu. Aku sangat terpesona melihat namja itu, dia begitu baik. “ternyata tak semua siswa di sekolah ini membosankan dan menyebalkan seperti yang aku kira” batinku. “heyy, noona… gwaenchanayo?” Tanya namja itu. “ne, gwaenchana” jawabku sambil menahan malu. “kau siswa baru ya? Aku tak pernah melihatmu sebelumnya.” Namja itu mengajakku berbicara. “joneun jung kihyun imnida, ne aku siswa baru di sekolah ini. Mohon bimbingannya sshi” sambil menundukkan kepala. “mwo? Kau siswa yang mendapatkan beasiswa itu kan? Bangapseumnida kihyun-sshi” dia menundukkan kepalanya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet