Chapter 2

Digits

CHAPTER 2

 

 

 

Mata biru Sehun melayang ke arah Kai yang bertingkah agak aneh. Anak itu tidak memakan makan siangnya. Dia hanya mengaduk-aduk pastanya dengan sendok, tanpa menyentuhnya sama sekali. “Kau kenapa, Kai?” tanya Sehun, dia berhenti memakan roti panggangnya.

Untuk sesaat yang sangat singkat, perhatian Kai dicuri sepenuhnya oleh sepasang mata kuning keemasan. Mata itu seakan-akan menyebarkan api di dalam sekujur tubuhnya. Kebalikan dari mata Sehun yang membuatmu tenang ketika melihatnya. Kai tidak sempat melihat wajah pemilik mata kuning itu. Dia hanya benar-benar memperhatikan matanya.

“Kai!”

“Eh, apa?”

Sehun menggelengkan kepala. “Kau ini kenapa? Dari tadi makan siangmu tidak kausentuh. Kau tidak enak badan?”

“Tidak,” jawabnya jujur, “aku hanya sedang memikirkan sesuatu.”

“Apa yang kaupikirkan?”

“Aku tadi melihat…” Kai berhenti sebentar. “Seseorang.”

Alis melengkung Sehun bertaut menjadi satu. Tidak biasanya Kai memperdulikan seseorang, lebih ke sifat pemalunya daripada benar-benar tidak peduli. Kalau ada seseorang berhasil menarik perhatian Kai, maka… “Siapa? Ada cewek cantik?”

Dengan malu-malu Kai menjawab, “Aku bahkan tidak tahu dia laki-laki atau perempuan. Aku cuma memperhatikan matanya saja.”

Sehun sedikit sensitif dengan kata mata. Dia juga tidak terlalu menyukai warna matanya yang biru, saking birunya seperti langit malam yang keunguan. Sehun dibenci orang tuanya karena ini. Mereka menganggap putra ketiga mereka itu adalah produk cacat.

“Oh ya?” Kini ketertarikannya pada topik itu langsung berkurang.

Akhirnya Kai memasukkan sesendok penuh pasta, lengkap dengan saus dan baksonya ke dalam mulutnya. Ia mengunyahnya dengan tak sabar lalu menyedot jus jeruknya. “Dia sama sepertimu, Sehun. Warna matanya juga aneh. Warnanya emas!”

Sehun membeku mendengar informasi itu. Warna mata emas? Pikirannya kembali ke beberapa tahun lalu. Ketika ia bertemu dengan keempat orang lainnya. Ketika ia diberi tahu dialah Yang Keenam.

“Kau bilang emas?”

“Maaf, aku menyinggungmu, ya?” Kai baru ingat Sehun membenci percakapan dengan topik warna mata.

“Benar-benar emas? Seperti kuning terang?”

“Ya, seperti mentega. Aku tidak mungkin salah lihat.”

Sehun meneruskan makan siangnya dalam diam. Dia memutuskan untuk mengenyahkan pikiran itu sejenak, setidaknya sampai dia bertemu dengan yang lainnya. Kai menghabiskan makanannya tapi tidak meminum jus jeruknya. Lagi-lagi dia memikirkan mata kuning terang itu.

Kai memandangi jus jeruknya. Lalu ia melirik Sehun yang matanya menerawang kosong sambil mengunyah roti. Dia terlihat lucu saat sedang melamun begitu. Kai terkikik sedikit melihat pemandangan itu. Sehun tiga bulan lebih muda darinya, tapi terlihat lebih dewasa. Beda dengan Kai yang terlihat lebih muda dari kelihatannya.

Ia melirik lagi ke arah yang sama ketika ia mendapati kedua mata mentega itu tengah memandanginya juga. Dia yakin orang itu duduk disitu tadi, di meja terjauh, paling pojok. Namun sekarang yang duduk di tempat itu hanyalah seorang gadis bertubuh sedikit gempal yang sedang melahap saladnya. Nampan kosong di depannya hanya diisi oleh sebutir apel. Sudah dimakan, tapi tidak habis.

“Aku sudah selesai,” ujar Sehun tiba-tiba. “Cepat habiskan minumanmu atau bawa saja ke kelas.”

“Setelah ini apa?”

Sehun menjawab dengan cepat. “Bahasa Jepang.”

Kai mengerang pelan lalu membawa botol jus jeruknya. Ia mengekor Sehun seraya melihat ke kanan dan kiri, berharap siapa tahu dia akan muncul. Tanpa sengaja ia melihat bekas luka aneh di tengkuk Sehun ketika kerah jaketnya tersingkap. Sehun tidak pernah bisa ingat darimana dia mendapatkan bekas luka itu, itulah jawabannya ketika Kai menanyakan soal bekas luka itu pada Sehun.

Yang membuat Kai lebih penasaran daripada bekas luka itu adalah teman-teman Sehun yang aneh. Kai pernah melihat mereka ketika berkunjung untuk meminjamkan catatan ke Sehun yang sedang sakit. Mereka berempat berwajah rupawan, berkulit putih, dan aneh.

Mereka semua jelas orang Korea, tetapi ada yang bermata abu-abu dan hijau, bahkan biru. Sekilas mereka terlihat biasa, nyaris seperti remaja biasa, tapi intuisi di dalam diri Kai berkata yang lain. Ada komitmen aneh yang tak terelakkan mengikat mereka berlima. Tentu saja mereka bukan sekedar teman sepermainan.

Kai tidak berani bertanya macam-macam pada Sehun. Dia lebih suka Sehun menyembunyikan sesuatu darinya ketimbang persahabatannya dengan Sehun rusak begitu saja. Kai hanya tidak ingin Sehun dirusak oleh pengaruh-pengaruh negatif.

“Kai,” panggil Sehun. Langkahnya berhenti tepat di depan toilet.

“Ya?”

Rahang Sehun mengeras. Pandangannya berubah. “Lebih baik kau tidak usah menyia-nyiakan waktumu untuk memikirkan hal-hal yang tidak perlu.”

Kata-kata itu menohok Kai. Meski Sehun tidak mengatakannya secara langsung, yang dia maksud jelas-jelas ‘mata kuning itu.’ Kai membuka mulut untuk memprotes, tapi Sehun sudah masuk duluan ke dalam toilet. Apa-apaan itu? pikirnya.

Sehun bersandar di depan wastafel dan melepas jaketnya. Dijepitnya ibu jarinya di antara gigi-giginya dan digigit keras-keras. Setetes darah mengalir dari luka robekan di kulit jarinya itu. Ia menundukkan kepalanya lalu mengangkat jarinya yang berlumuran darah di atas bekas luka itu.

Seharusnya darah mengotori lehernya yang bersih, tapi darah itu meresap ke dalam pori-pori kulitnya. Membuat bekas luka itu berpendar seperti air. Sehun menengadahkan kepalanya dan memejamkan mata. Kita harus bicara.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
SeHuNYeHeT94
#1
Chapter 15: i was upset and cry when i know luhan die, but this story so..best
lilacsky #2
Chapter 15: Dan kailu bersenang- senang selamanya. Bagus nih kailu fantasi dalam bahasa. Jarang banget. Buat lagi ya yang banyak. Cara kamu cerita rapi dan detil. Bagus..
YuaRei #3
Chapter 15: Aaaaa.....seneng banget dpet FF KaiLu...Horrrrreee, bgus banget dh FF nya toppp
clairenoona_887 #4
Chapter 15: demi apa fic nya baguss pke bngett!!
aaaa.. akhirnya nemu juga ff fantasy Kailu yg happy end.. :*
mssLEEKIM
#5
Chapter 3: wow....this is great
JiaHannie #6
Chapter 15: Good , amazing jangan end disini pliss !!
chyshinji
#7
Chapter 15: I want moooooooooooooooooreeeee,, Kailu momentnya sedikit sekaliiiiiiiiii,, huwaaaaaaaa,, nice story Authoorr,, keep writing ^^
chyshinji
#8
Chapter 14: yeeeeeeeeeeee Luhan hiduuuupp lagii,, ngomong ngomong Luhan bisa napas lagi tuh?? jadi bukan vampir lagi? Tapi tetep immortal?? kyaaaaaa
chyshinji
#9
Chapter 13: Huwaaaaa,, Luhan gak boleh mati,, lagipula dia imortal kan?? yang bisa bunuh dia cuman Kai kan?? jadi pasti masih hidup,, huwaaa
chyshinji
#10
Chapter 7: huwaaaaaa,, poor luhan,, kok kayaknya dari tujuh ini yang paling menderita Luhan sihh,, gimana dia mau suka sama orang kalo itu nanti bakal jadi boomerang buat dia kan >.<