Chapter 16

Untitled [DISCONTINUED]

“Yumi-yaa, apa berita yang tersebar itu kenyataan?”

                Aku terdiam sebentar mendengar suara Soyeon dari seberang telepon. Ternyata berita seperti ini benar-benar mudah menyebar di media, pikirku.

                “Berita apa?” tanyaku pura-pura tidak tahu.

                “Yumi-yaa, aku tahu kamu tahu berita apa yang aku tanyakan,” ucap Soyeon cepat.

                “Memang kenapa?” tanyaku. Aku mendengar Soyeon menghela nafas.

                “Aku pikir kamu suka dengan kakakku,” ucapnya pelan. Nadanya terdengar sedih.

                Aku menggigit bibirku keras, menahan bibirku untuk menbalas ucapan Soyeon.

                “Jadi kamu benar-benar berpacaran dengan Himchan?” tanyanya.

                “Well, yeah I guess,” jawabku perlahan.

                Soyeon terdiam sesaat. “Baiklah kalau seperti itu. Aku ikut senang kalau kamu senang. Selamat Yumi-yaa,” ucapnya kembali ke nada riangnya seperti biasa.

                “Eng,” jawabku singkat.

                Kami ngobrol sebentar lalu Soyeon menutup teleponnya karena harus melakukan sesuatu yang lain. Aku duduk di sofa, masih memegang telepon. Sepertinya akan ada banyak perubahan pada kehidupanku di Korea. Ini jauh dari bayanganku sebelumnya, yang ingin tinggal di Korea dengan tenang.

                Aku menyalakan TV dan hampir semua berita membicarakan tentang skandalku dan Himchan. Mungkin sudah lama sekali tidak ada skandal dari idol yang berpacaran, sehingga berita ini benar-benar menyebar dengan cepat. Aku melihat foto-fotoku dan Himchan saat sedang ‘berkencan’ terpampang jelas di berita, sesuai dengan apa yang Ayahku mau.

                Lalu pikiranku tertuju pada Hyunsik. Aku benar-benar tidak tahu apa tanggapannya tentang semua ini. Aku tahu ia pasti akan marah dan kecewa, atau bahkan tidak mau untuk bertemu denganku lagi. Aku tahu ini salah satu konsekuensi atas tindakanku, tapi aku benar-benar sedih kalau harus tidak bertemu dengan Hyunsik lagi.

                Aku mematikan TV dengan kesal dan melempar remotenya entah kemana. Aku benar-benar marah dengan diriku sendiri. Saat ini aku melakukan semua hal yang aku benci. Berpacaran dengan orang yang tidak aku suka, berada di tengah-tengah spotlight, meninggalkan orang yang aku suka dan membuat Ayahku senang. Aku benci pada diriku saat ini.

                Souta berjalan mendekatiku. Ia menunduk sedikit dan menyodorkanku sebuah file.

                “What’s this?” tanyaku. Aku membuka file itu. Ada beberapa lembar berisi pertanyaan dan jawabannya. Aku menghela nafas panjang. “So, press conference for tomorrow?” tanyaku.

                “Yes, Miss. Saya harap Anda bisa sedikit berlatih sebelum press conference dilakukan,” jawabnya.

                Aku mengangguk dan Souta kembali ke kamarnya. Aku membaca-baca pertanyaan yang ada sambil menahan emosi.

                “What’s this? Kapan kalian mulai berpacaran? Sejak 3 bulan yang lalu? Kami selalu menghabiskan waktu bersama sejak kecil?” Aku mengerang saat membaca isi file ini. Jawaban yang disediakan membuatku seperti ingin muntah. Ini sama sekali bukan ceritaku dan Himchan.

                Bel rumahku berbunyi, dan aku berjalan menuju ke pintu. Saat membuka pintu, aku melihat Himchan yang berdiri sambil tersenyum. Aku semakin membencinya.

                “Apa maumu?” tanyaku dingin.

                “Apa aku tidak boleh bertemu dengan pacarku sendiri?” tanyanya, ia menekankan kata ‘pacar’ pada kata-katanya. Himchan memegang pipiku tapi aku mengelak, lalu ia tertawa kecil.

                Himchan berjalan masuk ke apartemenku. Aku terus memperhatikannya dengan kesal.

                Ia duduk di sofa ruang tengah dengan santai. “So.. I see you already read the questions for tomorrow’s big event,” ucapnya sambil mengetukkan jarinya pada file yang baru saja aku baca.

                “Yeah, it’s more like a drama script,” jawabku kesal. “Tidak ada satupun kenyataan yang tertulis di sana,” ucapku. “Did you write the answer?” tanyaku curiga.

                Himchan tertawa. “Aku akan menulis hal-hal yang lebih menarik dari itu kalau aku yang menulis jawabannya,” jawabnya santai. “Mereka menulis apa yang orang ingin dengar, tentu saja bukan kenyataan yang ada,” ucapnya.

                Aku melipat tanganku didepan dada. “Bagaimana kalau aku tidak datang besok?” tanyaku.

                Himchan tersenyum. “You will come. You need to come,” jawabnya dengan angkuh.

                Aku mengangkat bahuku. Ia berdiri dan berjalan menghampiriku. Aku bergerak mundur secara reflex.

                “Aku akan pergi sekarang. Aku hanya ingin mengecek bagaimana keadaanmu. Aku harap kamu bisa menghafal semua yang ada dalam kertas itu,” ucapnya. Ia berjalan kearah pintu. “I’ll see you tomorrow, my love,” tambahnya.

                Aku duduk di sofa dan kembali membaca ‘script’ untuk besok. Semakin lama aku membacanya, aku semakin kesal. Tidak satupun kenyataan dalam cerita ini.

                “This is all bull,” gumamku. Aku melempar file itu ke ujung ruangan dengan kesal.

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
exobyun
i'm sorry guys DX

Comments

You must be logged in to comment
Elfandari #1
Chapter 27: finally.... :)
di update juga..g sabar lanjutannya
setelah berbulan-bulan cuma bc 1 episode...tp gpp
aq tunggu selanjutnya y
:)
semangat....
nightynight #2
Chapter 27: Himchaaaaaaan :(
Elfandari #3
Chapter 26: byun, ini masih lanjut or udh abis sampai sini ceritanya?
aq udah baca mpe 4x loh dan blm ada lanjutannya jg..aq nungguin loh..update soon y
nightynight #4
Chapter 26: 아이구 현식아.....
너 너무 라빌...