Here, after.

HELLO, TROUBLE CUPID! {Stupid, Cupid! Sequel}

Seoul, Maret 2016…

Baro

1992 – 2013

“Baro’s colour for everyone.”

           

        Seseorang meletakkan seikat bunga tulip di pemakaman itu. tangan-tangannya yang putih mulai mencabuti ilalang yang mengotori pemakaman itu. setelah Ia selesai membersihkan makam Baro, Ia menggelar tikar dan duduk di depan pemakaman itu. “apa kabarmu?” tanyanya dengan suara mengalun lembut.

          “Ini sudah 3 tahun…” kata wanita itu. Hari itu Ia menggunakan dress coklat, dengan bunga-bunga di sekitar bahunya. Wanita itu mendesah, tatapannya menerawang. Angin musim semi di siang itu berhembus pelan.

        “Kau pasti senang karena aku menjengukmu.” Gumamnya. “Ingat janji kita. Disana kau jangan pergi dengan wanita lain, jangan tidur malam-malam. Lanjutkan impianmu menjadi rapper. Jangan makan di malam hari, nanti kau gendut…” dan semakin lama semua kata-katanya melantur begitu saja.

           Wanita itu menangis.

            “Apa kabarmu? Tidak bisakah kau menjawabku? Aku sangat ingin mendengar suaramu.” Katanya dengan suara yang parau.

 

         “Kabarnya baik-baik saja, Na Ra.” Sahut suara berat itu. Gadis bernama Na Ra itu langsung berhenti menangis, Ia cepat-cepat menghapus airmatanya dan mendongkak untuk melihat siapa berdiri di belakangnya. Pria itu berdiri menatapnya dengan payung yang dibawanya untuk meneduhkan Na Ra.

          “Sandeul Oppa!” Na Ra lekas bangkit dan menatapnya dengan heran. Pria itu, sejak kapan ada disini?  “Apa yang kau lakukan disini?” tanyanya dengan bingung. Ia melihat seikat bunga tulip itu ada dalam genggaman Sandeul.

          “Aku mau menjenguk Baro, lagi pula aku perlu membawa payung supaya hujan di airmatamu reda.” Katanya sambil menunjuk jemarinya ke wajah Na Ra. Wajah Nara langsung terasa sangat panas saat Sandeul mengatakan hal itu. Apa pria itu tengah menggodanya?

          Sepertinya Sandeul tahu kalau Na Ra akan datang kemari. Hari ini memang cukup panas, itu alasannya Sandeul membawa payung.

          “Tidak, aku tidak menangis.” Sergah Na Ra. Rasanya sudah terlambat untuk membohongi Sandeul kalau tadi Na Ra menangis.

         Sandeul tersenyum simpul, Sekilas Ia menatap pemakaman itu. Tatapan Sandeul menerawang. Sudah 3 tahun sejak Baro pergi dari kehidupan mereka. Tidak banyak yang berubah, Na Ra masih mencintai Baro dan Sandeul masih menganggap Baro sebagai sobat terbaiknya. “teman Baro bukan hanya kau, Na Ra. Aku juga.” Kata Sandeul seraya melewati Na Ra dan meletakkan bunga itu di makam Baro.     

            Sandeul memejamkan mata dan berdoa.

            Setelah ia selesai berdoa, Sandeul menoleh ke arah Na Ra. Gadis itu masih berdiri sambil memegang payungnya. “Hey, Baro.” Panggil Sandeul.

            “aku sangat membencimu,” gumamnya.  “kau beruntung dicintai oleh Na Ra…” dan saat itu Na Ra tertegun mendegarnya.  

***

            ketika orang-orang sibuk untuk mengenang Baro. Anak itu tengah berkeliaran di Seoul.

Yoon Tae Hwa

Umur 24 Tahun.

Kasus: mencoba bunuh diri.

tiket : sudah tidak tersedia lagi.

 

           Baro tengah mencatat riwayat hidup si pria bernama Yoon Tae Hwa. Lalu, menatap pria dengan wajah setengah beringas itu terbaring tak berdaya dengan orang yang tengah menangisinya. Baro yang melihat adengan itu mulai jengkel. “Hei, tidak ada gunanya kau menangisi dirimu sendiri.”

           Pria yang tengah menangisi jasadnya itu adalah arwah Tae Hwa. Wajahnya menatap Baro dengan tatapan berkaca-kaca. Pria yang tampan itu memasang wajah melas ke arah Baro. “Apa aku tidak punya kesempatan satu kali lagi?” tanya pria itu.

          Baro menggeleng dengan muka datar.

           “tapi aku masih harus menyatakan cinta pada gadis itu…”

           “sudah berapa kali kau berkata seperti ini?!” Baro sudah mulai kesal dan dia mengeluarkan ponselnya. Memanggil dua pengawal dengan jubah hitam untuk menjemput pria itu.

           “Aku mohooonnn….”

           “tidak bisa.”

 

           Dalam sekejap Tae Hwa tengah dipaksa oleh dua pengawal itu untuk masuk ke pintu dunia dan akhirat. “Tidak! Berikan waktu untukku untuk mengatakan cinta pada Yoo Ri!” teriak Tae Hwa berusaha memberontak.

           Baro tidak mendengarkannya. Ia hanya bisa menatap datar. Tiba-tiba Seorang gadis bernama Shin Yoo Ri masuk ke kamar ICU dengan wajah cemas. “Tae Hwa!” panggilnya.

 

           Pikiran Baro terpecah saat melihat kemunculan gadis bernama Yoo Ri itu. Sekilas Baro melihat dua pengawal itu membuka pintu dengan cahaya putih yang menyilaukan. Saat melihat kekasihnya datang, Tae Hwa berteriak , “Yoo Ri! Aku mencintaimu! Maafkan aku! Yoo Ri!!!”

           Tae Hwa sudah masuk kesana dan tidak bisa keluar. Pintu dunia dan akhirat itu pun perlahan-lahan tersamarkan dan menghilang. Disaat yang sama Baro melihat Jasad Tae Hwa tengah kritis dan tiba-tiba alat detak jantungnya sudah berdenging nyaring. 

           “TAE HWA!!!!”

           Baro tertegun.

           “TAE HWA!! BANGUN! KAU TIDAK BOLEH MATI KONYOL SEPERTI INI!” teriak Yoo Ri setengah memohon. “Tae Hwa! Aku mencintaimu! Kau tidak boleh pergi! Kau harus kembali!! Tae Hwa!!! DOKTER!! SUSTER!!! TOLONGG!!!”

 

            Dokter dan suster mulai masuk beriringan. Mengecek keadaan Tae Hwa. Salah satu pasien berusaha menenangkan Yoo Ri. Dokter yang memeriksa mengatakan bahwa Tae Hwa sudah tiada. Baro memejamkan mata. Dia berjalan keluar dari ruangan itu dan melanjutkan pekerjaanya. Namun, tiba-tiba ponselnya berbunyi.

            Ia merongoh ponsel yang ada disaku celananya dan mendapati sebuah pesan. Saat Ia melihat pesan itu, matanya terbelak kaget.

 

BARO - GRIMP REAPER

Afterlife Point

0

 

           “APA-APAAN INI?!!!”

***

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet