Next Level

HELLO, TROUBLE CUPID! {Stupid, Cupid! Sequel}

2 Bulan kemudian…

Pukul 18.00 p.m

Baro duduk di salah satu kursi taman di daerah Hongdae sambil memainkan ponselnya. Pointnya sudah terkumpul 89,971 “sepuluh ribu dua puluh tujuh lagi, aku baru bisa mendapatkan tantanganku yang lainnya.” Namun bukan itu yang Ia pikirkan. Entah kenapa, ini sudah kelima kalinya Baro datang ke tempat itu. Hongdae. Dibandingkan dengan tempat lain, Di tempat ini Baro bisa mendapatkan point dua kali lipat. Di sisi lain Baro merasa tidak asing dengan tempat itu, dan perasaan tidak asing itu yang membuatnya bertanya-tanya. Kapan Ia pernah ke tempat ini? Dengan siapa Ia kemari selain Gongchan? Lalu, kenapa Ia merasa ada sesuatu yang membuatnya ingin terus memainkan musiknya di tempat itu?

Ia memetik gitarnya dan mulai menyanyikan lagu Puppy love yang pernah Gongchan nyanyikan. Baro memejamkan mata, sekelabat ingatan muncul di dalam benaknya. Sorakan orang-orang yang memanggil namanya, sesosok gadis yang tertawa bersamanya. Bernyanyi bersamanya.

Baro membuka matanya, menatap orang-orang yang ada disekitarnya sebagai target, mereka tengah menangis tersedu-sedu. Semua orang itu, hampir di setiap sudutnya menangis. Bukan untuk Baro. Di sisi kirinya seorang pria mencegah si wanita supaya tetap tinggal bersamanya. Disampingnya

Di sisi yang lainnya, seorang wanita tengah kesal dengan si pria karena Ia tidak pernah berada disisi gadis itu. si wanita menangis karena Ia menyesal memilih si pria, tapi Ia tidak bisa juga membenci pria itu karena itu pilihannya. Si pria merasa tersentuh dan lekas  memeluk si gadis. “Baby, mianhaeyo…”

Dan adegan itu membuat Baro mengingat sesuatu hingga Ia dan si pria itu mengatakan kata-kata yang sama, “gajima…”

***

            Dari jauh JB memerhatikan Na Ra yang sejak 30 menit terakhir menggeliat di meja bar sambil memelototi ponselnya. Sepertinya Na Ra menunggu Sandeul menghubunginya. Ya. Anak itu memang benar-benar tidak bisa di andalkan. JB sangat tahu kalau Na Ra kesepian. JB tahu karena setiap akhir pekan Na Ra akan menghabiskan waktu bersama JB dan Sandeul—lebih ke Sandeul yang sering meluangkan waktu untuknya.

            “Hey, Jr. Kau sibuk tidak?”

            “anio. Wae?”

            “tolong layani meja nomor 10, aku harus melayani gadis yang duduk di ujung sana.” Kata JB setengah memohon.

            “Hm.. kau menyukainya?” tanya Jr dengan tatapan setengah menggoda.

            “Anio!” jawab JB cepat. “ Haha sudah, akui saja. Gadis itu memang menarik, aku saja suka padanya.” canda Jr. Entah mengapa JB merasa tersaingi saat Jr berkata seperti itu.

            “langkahi dulu mayatku,” kata JB dengan tatapan sinis.

            “HAHAHA lihat dirimu! Sudah akui saja, sana!” kata Jr sambil mendorong JB supaya lekas mendekati Na Ra. JB melihat Na Ra masih berkutat dengan ponselnya. JB lekas merongoh ponsel miliknya dan menekan beberapa tombol.

            Ia bisa melihat bagaimana Na Ra terloncat dan lekas menjawab telepon. “Sandeul?”

            “Sandeul? Kau tidak lihat siapa yang menelepon?” Tanya JB setengah kesal. Ia sudah tahu Na Ra akan merespon seperti itu.

            “Huh?” Na Ra menjauhkan ponselnya dan melihat ke layar untuk mencari tahu siapa yang meneleponnya. “JB?” Na Ra tercengang. Dari jauh JB mengawasi Na Ra. Wanita itu lekas bangkit dan mencoba mencari dirinya. “Kau sudah kaya ya? Menelepon di area sedekat ini? Kau dimana? Kenapa aku tidak melihatmu?” Tanya Na Ra sambil tertawa.

            Ya. Seperti itu, tertawalah seperti itu. Batin JB. “aku melihat kau tengah bosan dan hampir mati kesepian. Apa Sandeul membuatmu setengah addict?” tanya JB.

            “tidak, Ia hanya tidak mengabariku.” Kata Na Ra yang masih sibuk menoleh kesana kemari mencari JB.

            “sekarang ikuti intruksiku,” kata JB.

            “apa? kenapa aku harus?”

            “sudah ikuti saja,” kata JB setengah memohon. “baiklah.” Jawab Na Ra dengan nada menyerah.

           “sekarang kau berdiri dan berbalik.” JB melihat Na Ra mengikuti intruksinya, “sekarang pejamkan matamu. lalu kembali lagi ke arah semula.” Kata JB yang kini berdiri tepat di belakang Na Ra. Ia kemudian meletakkan Strawberry Mousse kesukaan Na Ra. Lalu Na Ra berbalik lagi.

            “Sekarang buka kedua matamu, apa yang kau lihat?” tanya JB masih mengenggam ponselnya. “aku ... “ Ia melihat Na Ra membuka matanya.

            “tidak melihat apa-apa” Kata Na Ra meskipun JB berdiri dihadapannya. Saat Na Ra berbalik untuk melihatnya, kebetulan ada pelayan lain yang lalu lalang. Itu membuat JB terpaksa menepi.  

            JB tertegun. Tidak sesuai dengan harapan. Karena hal itu Na Ra tidak melihatnya. Tidak bisakah Na Ra melihat JB?

***

            Sandeul menarik Jia kedalam pelukannya. Keduanya berputar diiringi lagu Trouble Maker. Sandeul sendiri tidak mengerti—tiba-tiba saja Pelatih memintanya duet dengan Jia.

            Saat keduanya sudah selesai menari, pelatih memberi break setengah jam untuk makan siang. Sandeul tengah membersihkan peluh dengan handuk pororo yang Na Ra berikan padanya, tiba-tiba seseorang merangkul lengan kirinya. “Oppa!”

            Sandeul melirik sekilas dan menatap aneh Sunbae-nya—Jia. “Ya?” Sandeul berusaha bersikap sopan terhadap Sunbae-nya.

            “Ayo makan siang,” ajak Jia.

            “aku sudah bawa bekal,” Jawab Sandeul berbohong. Akhir-akhir ini Sandeul berusaha menghindari seniornya yang satu itu. Bukan karena merasa segan melainkan Ia merasa risih karena Jia terus menerus menempel padanya—hampir setiap hari. Sandeul sendiri tidak mengerti kenapa Sunbae-nya semakin hari bersikap semakin mengerikan.

            “kau menolak ajakanku lagi? astaga? Ini sudah…” Sandeul melirik sinis pada Jia, wanita itu tengah menghitung berapa kali Sandeul menolak ajakan makan dari Jia. “ini sudah yang ke tujuh kalinya?! Astaga! Kau jahat sekali.” Kata Jia, wanita itu langsung memasang wajah berkaca-kaca.

            “Baiklah… pasti ada cara lain,” kata Jia sambil menatap sengit ke mata Sandeul. Wanita itu tiba-tiba mengambil tas ransel Sandeul dan kemudian dikenakannya di bahu. “Kau…Ikut makan siang denganku.” Jia menarik Sandeul dengan penuh gairah. Astaga?! Ada apa dengan sunbae ini?!!! batin Sandeul kesal.

            “kau tahu, aku baru saja mendapat rekomendasi kafe. Kita harus kesana!”

***

            Untuk kesekian kalinya Na Ra makan siang di café Aldente dengan JB. Na Ra merasa kenyang saat JB melahap habis makan siangnya. “hey, JB. Menurutmu apa yang Sandeul lakukan sekarang?”

            “makan siang.” Sahut JB sambil sibuk mengunyah.

            “sok tahu,”

            Na Ra melihat JB berhenti makan dan menatap Na Ra skeptis. JB meminta Na Ra menoleh ke arah Jam 12 dari hadapan JB, Na Ra menoleh dan mendapati Sandeul masuk ke kafe itu dengan wanita lain. Bukan sekedar wanita lain, tapi seorang selebriti yang sudah pasti Na Ra mengenalnya. Jia Miss A.

           

            Semua mata tertuju pada wanita itu. Jia Nampak menggandeng pria yang tidak lain adalah Sandeul, pria yang sangat Na Ra kenal. Semua orang mulai berbisik, “astaga?! Siapa pria tampan itu?”

            “apa mereka tengah berkencan?”

            “aiih… mereka pasangan yang serasi.”

            Na Ra berbalik dan membelakangi Sandeul yang perlahan duduk tepat di belakangnya. Na Ra lekas berbalik membelakangi Sandeul. Ia menatap makanannya. Entah perasaan apa yang tengah bergejolak didalamnya, pertanyaan-pertanyaan pun mulai muncul di benak Na Ra.

            Apakah Sandeul melihatnya duduk disini? Apakah Sandeul masih mengenalnya? Apakah Sandeul tahu kalau Na Ra menunggunya setiap hari disini? Apakah Sandeul tahu kalau  Na Ra sangat ingin berbincang dengannya?  Memikirkan semua pertanyaan itu, membuat Na Ra  kehilangan nafsu makannya.

***

 

            Sandeul tidak mengira kalau café yang Jia maksud adalah café Aldente—cafe favourite Na Ra. Dari luar jendela Sandeul melirik ke jendela sebelah kanan, hari ini Ia melihat gadis itu lagi duduk di dekat jendela. Kali ini wajahnya tidak terlihat ceria meskipun teman dekatnya berusaha menghiburnya, tatapan gadis itu kosong ke luar jendela.

            “Hey, kenapa kau diam saja? Ayo kita masuk!” kata Jia yang tiba-tiba saja menarik lengan Sandeul untuk masuk ke ruangan itu.

           

            Saat keduanya masuk ke dalam café semua orang menatap Sandeul tengan tatapan penasaran. Ia bisa mendengarkan beberapa orang berbisik mengenai dirinya. Tatapan Sandeul masih tertuju pada gadis yang duduk membelakanginya. Apakah gadis itu melihatnya?  Dan tiba-tiba saja Jia menariknya.

             “ayo kita duduk di dekat jendela sana.”

            Kini Sandeul duduk tepat di belakang gadis itu, jantungnya berdebar sangat keras. Entah mengapa Ia merasa sangat bersalah. Saat pelayan menyerahkan dua buku menu pada keduanya, Jia bertanya “Sandeul, kau mau pesan apa?”

            “apa saja,” Gumam Sandeul mati gaya. Ini tidak benar, Batin Sandeul gusar.

           

            Suasana hening sejenak, Jia akhirnya memesan satu roll sushi, dua strawberry mousse, dan dua shawarma.  Sandeul tertegun, Strawberry mousse dan shawarma adalah makanan kesukaan Na Ra. Setelah pelayan pergi, Jia terus memulai pembicaraan, sedangkan pikiran dan telinga Sandeul terus fokus pada gadis itu. Ia ingin bisa mendengar hembusan nafas gadis itu, mencoba mengira-ngira apa yang sedang gadis itu pikirkan mengenai dirinya.

            “Hey… sepertinya disini lumayan ramai! Bagaimana kalau setiap makan siang kita kemari saja,” usul Jia.

            “SHIRO!”  Sandeul menolak mentah-mentah.

            Semua orang melirik ke arahnya, seakan mereka bersiap untuk menyerangnya kapan saja kalau Sandeul macam-macam dengan Jia, Ia juga bisa melihat ekspresi Jia yang terkesiap mendengar gertakannya. “kau ini kenapa?” tanya Jia setengah takut.

           

            Jia terkesiap saat Sandeul menolak mentah-mentah ajakannya. Ada apa dengannya? Kenapa tiba-tiba Ia berteriak seperti itu? Jia melihat Sandeul menggertakan rahangnya. Sepertinya café ini ada kaitannnya dengan Sandeul? Apakah Ia pernah bekerja disini atau apa?

            Pandangan Jia terpecah saat melihat seorang gadis yang tiba-tiba saja bangkit dari duduknya. Gadis itu berdiri namun terdiam. Ia sempat ingin menoleh ke arah meja Jia namun gadis itu mengurungkan niatnya lalu berbalik dan berjalan cepat keluar dari café. Sekarang Jia mengerti kenapa Sandeul bertingkah seperti itu.

            Karena gadis itu, Sandeul tidak ingin datang kemari bersama Jia. Karena gadis itu, Sandeul berteriak pada Jia. Ya, karena gadis itu.

            Gadis itu adalah Young Na Ra.

***

            “WOHO!!!!!!!” Baro berteriak super histeris saat melihat point lifetime-nya sudah terkumpul 99,999. Namun Gongchan menatapnya dengan ekspresi skeptic. “Hey, kenapa kau menatapku seperti itu?”

            “jangan senang dulu,”

            “mwo?” Baro kembali duduk di samping Gongchan, Ia mengecap kedua bibirnya .

            “apa sesuatu yang ingin kau katakan?” tanya Gongchan.

            Baro terdiam beberapa saat.

            Memang ada sesuatu yang ingin dia sampaikan. Entah mengapa, hari ini Ia menyebut nama seseorang. Young Na Ra. Ia tidak mengerti mengapa akhir-akhir ini Ia sering menyebut nama itu. Selain itu, Hongdae mengingatkannya pada kehidupan sebelum Ia meninggal.

            “seperti apa kehidupanku sebelumnya?” tanya Baro pada dirinya sendiri. Gongchan lekas menepuk pundaknya.

            “apa kau ingat tujuan kenapa kau memilih menjadi Black angel?” Gongchan malah balik bertanya. “Iya. Memangnya kenapa?”

            “aku sudah cukup memberikan banyak clue, karena itulah tugasku padamu. Karena tujuanmu adalah kunci menuju level selanjutnya, bertemu dengan target specialmu.” Kata Gongchan.

            “tujuanku?” gumam Baro. Saat Baro ingin menanyakannya sekali lagi Ia menoleh dan saat itu Gongchan sudah tidak ada. Baro berpikir sejenak, Tujuannya menjadi Black Angel karena Ia tidak suka melihat orang menyia-nyiakan hidupnya. Lalu apa hubungannya dengan seseorang yang bernama Young Na Ra?  Dan apakah semua ini ada hubungannya dengan tempat bernama Hongdae?

            Baro melihat gitar listriknya. Ia bermain baik sekali saat memainkan gitar, suaranya juga lumayan saat menyanyi. Siapa Baro semasa hidupnya? Tiba-tiba Ia mendengar seorang gadis menangis di nisannya.

            “kenapa aku ada disini?” Baro bingung saat Ia tiba-tiba berada di…. Pemakamannya sendiri dan saat itu juga Baro bisa melihat identitas gadis itu. bahkan Ia bisa melihat gumpalan awan hitam gelap diatas kepala gadis itu.

           

            Young Na Ra, 24 Tahun.

           

            “Baro, kau tahu? Di hidupku, kau satu-satunya pria yang mengisi kekosongan hari-hariku. Kau yang bisa membuatku tertawa dan menangis dalam waktu yang sama.

            “Dan kau harus tahu, bahwa aku tidak bisa mengingkari janji kita. Aku tidak bisa pergi dengan perasaan seperti ini. Dengan janji seperti ini. aku tidak bisa mencintainya, karena aku masih mencintaimu—aku berharap bisa memejamkan mata seribu tahun lamanya dan berharap aku bertemu denganmu di dunia yang sama.”

            Saat Baro mendengar semua ucapan Young Na Ra, tiba-tiba Ia ikut meneteskan airmata. Sekali lagi Baro memanggil nama itu, “Na Ra…”

***

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet