chapter 4

our story
Please log in to read the full chapter

Semenjak malam itu Irene semakin rajin mengunjungi Wendy, mereka bahkan keluar bersama untuk makan malam. Kedekatan mereka diketahui oleh kedua orang tua Irene yang tidak begitu setuju dengan kedekatan anaknya dengan orang biasa-biasa saja.

“Tetap ayah tidak setuju Irene.”

“Tapi yah, Irene sayang sama Wendy. Irene capek yah dengan kerjaan Irene selama ini, tapi dengan Wendy hadir lagi di kehidupan Irene, semangat Irene balik lagi yah. Ayah ingatkan gadis yang selalu unggulin Irene waktu di sekolah menengah atas, yang selalu ayah puji-puji. Itu Wendy yah, Wendy memang nggak seberuntung Irene. Tapi Wendy ngajarin Irene buat lebih mandiri dan nggak manja yah. Irene jadi lebih baik karena Wendy ada waktu itu yah.” Untuk sebentar tuan Hwang terdiam, ia masih ingat bagiamana Irene menjadi anak pemberontak waktu ia awal masuk sekolah menengah atas namun perlahan anaknya itu menjadi sosok yang ia inginkan selama ini. Anak baik, penurut, dan pintar dalam bidang akademik. Tanpa bicara tuan Hwang keluar dari ruang kerjanya.

 

 

“Selamat datang tuan.”

“Saya ingin memakan ramen, tapi saya tidak tahu caranya.”

“Tuan bisa duduk di depan atau di dalam nanti akan saya bantu siapkan.” Lelaki paruh baya itupun keluar sambil memperhatikan Wendy dari jauh.

“Sudah selesai, silahkan tuan. Apa ada yang bisa saya bantu lagi.”

“Mungkin saya membutuhkan satu botol air mineral.”

“Baik, sebentar ya tuan.” Dengan sigap Wendy menyiapkan apa yang dibutuhkan oeh lelaki itu.

“Kau bekerja di sini?”

“Ah, kebetulan minimarket ini adalah milik saya tuan.”

 

“Mama….” Winter berlari memeluk mamanya di susul oleh Irene yang tersenyum di belakang Winter.

“Kenapa Rene?”

“Kok kayaknya aku kenal dengan lelaki paruh baya yang tadi pergi begitu saja ya.”

“Orang nya sering ke sini sih, mungkin kamu pernah papasan kali sayang.” Irene tidak memperdulikan hal itu lagi, ia segera memberi kecupan pada Wendy.

“Winter, ganti baju dulu gih, nanti kita makan siang sama-sama.” Ujar Irene, karena siang ini ia sudah berjanji pada Wendy dan Winter mengajak mereka makan siang.

“Kamu nggak ada rapat habis ini sayang?”

“Nggak ada, makanya aku ajakin makan siang.” Wendy hanya tersenyum ia merapikan dirinya, karena karyawannya sudah datang.

 

“Aku senang deh, mama sama mommy kamu bisa tunangan kayak gini, kita jadinya bisa sama-sama terus.” Ujar Karina sambil tersenyum pada Winter.

“Kamu bakal pindah bareng kita kan Win?”

“Aku nggak bisa ninggalin mama Rin.”

“Tapi kan ibu kandung kamu mommy Taeyoen.”

“Iya Rin, tapi aku udah sayang banget sama mama aku.” Karina hampir menangis karena tau kalau Winter tidak akan serumah dengannya, Ia pergi dari Winter dan tuan Hwang melihat cucu kesayangnya itu bersedih mengikutinya yang duduk seorang diri di taman.

“Cucu kakek yang cantik kenapa?”

“Winter nyebelim kek.”

“Nyebelin gimana?”

Please log in to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Dhedhe0788
Hai, semoga menghibur ya.... makasih udah mau baca.

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet