Tiga

No Touchie (Ravi vixx x oc) Indonesian ver

Kacau semua kacau, bagaimana bisa ini terjadi????!!!! 

 

Aku menendang nendang udara sambil tubuhku yang masih ambruk di kasur. Aku tidak punya energi lagi untuk menjalani hari ini, dan seterusnya. Langit seakan runtuh, tanah ambruk, kehidupan tidak memihakku. 

 

Aku tidak bisa tidur tapi mataku enggan untuk terbuka, aku berharap jika bisa tidur aku ingin tidur selamanya. 

 

Ucapakanku semakin ngawur. 

 

Mencoba melupakan apa yang terjadi semalam, terlebih lagi ucapan Ayah dan pak Kim. Aku benar-benar tidak memikirkannya namun itu memang terpikir  dengan sendirinya. 

 

"Ayah sebenarnya tidak ingin memaksa, tapi apa daya itu adalah yang terbaik untukmu. Walau kau sudah dewasa, tetap saja Ayah ingin ada yang menjagamu. Hanya satu yang bisa Ayah percaya yaitu keluarga Kim. Dan juga.. Ayah ingin melihatmu menikah, sebelum Ayah benar-benar tidak ada di dunia ini. Untuk alasan lain, kau bisa tanyakan pada keluarga Kim. Intinya ini memang terbaik untuk kalian berdua." 

 

Aku belum sempat menanyakan pada keluarga Kim alasannya. Seberapa kuat alasan itu hingga membuat kami harus menikah. 

 

Apakah ini untuk menyembunyikan kalau wonshik-oppa benar gay?? 

 

Tidaaaaakkkkk 

 

Lagi lagi aku meracau sambil menendang angin. 

 

"Apa kau selalu melakukan hal itu?" 

Aku mendengar suara berat pria dari arah pintu. 

Benar saja pintu sudah terbuka dan ada wonshik oppa yang sedang bersandar di rangkai pintu. 

 

"Sejak kapan?" 

 

"Sejak tendangan pertama." Jawabnya santai. 

 

Memanglah kami berteman saat kecil, tapi... kami sempat terpisah dan sekarang sama-sama sudah dewasa. Pasti rasanya beda bukan? 

 

"Kau mau bicara tidak? Karena dua hari ke depan aku tidak akan pulang." Tanya nya dengan suara berat itu. Konon katanya suara itulah modalnya menjadi idol dan pemikat wanita. 

 

Aku tidak yakin bahwa terakhir pertrmuan kami suaranya seberat itu. Yang ku ingat adalah suaranya yang melengking seperti wanita ketika jatuh dari ayunan taman kanak-kanak. 

 

"Baiklah." Kata hanyalah kata, tubuhku masih tertarik gravitasi kasur. Aku malah merebah dan tidak langsung bangun.

 

"Kau tidak akan bangun? Kau mau aku masuk kamarmu?" 

 

"Tidak tidak, gravitasi ini sangatlah kuat." Aku mencoba melawan gravitasi dan bangkit seperti zombie. 

 

"Kita bicara di balkon." Dia pergi meninggalkanku, dan berjalan mendahului. 

 

Sambil mendengus aku bangkit dan berjalan menuju balkon. Rasanya ada rantai besi di kakiku, rasanya sangat berat sekali seperti beban hidup. 

 

Sesampai di balkon yang tertutup kaca, aku bisa melihatnya yang sedang memandang langit. Dari belakang saja dia sudah terlihat tampan. Dia sungguh sudah menjadi wonshik yang dewasa dan tidak cengeng lagi. Walau tingkahnya masih saja menyebalkan seribu persen. Aku yakin itu.

 

Aku membuka pintu kaca itu perlahan, dan perlahan juga dia membalikan tubuhnya dan matanya langsung menatapku. 

 

"Baiklah, karena aku tidak ada waktu jadi langsung to the point saja. Aku tidak mau semuanya jadi rumit, let's make it simple." 

 

"Bagaimana? Kau seperti menganggap semuanya mudah." 

 

"Tidak akan mudah jika kau melawan arus. Maksudku, jalani saja seperti yang mereka inginkan. Maka hidup kita akan lebih mudah." 

 

"Tidak untukku, kau seorang idol apa jadinya aku, jika para fans mu tau. Apa kau tidak memikirkan karirmu? Pacarmu juga?" 

 

"Aku tau itu tidak akan mudah, tapi sekarang aku berada di naungan entertaiment ku sendiri. Setidaknya tidak akan rumit." 

 

"Jadi, kau menerima perjodohan ini?" Tanyaku dengan tegas, dia membulatkan matanya sambil meniup angin. 

 

"Tidak juga. Di keadaan seperti itu hanya akan tambah runyam jika aku menentang. Ah, pikiranku sudah terlalu penuh dengan pekerjaan." Dia mengacak rambutnya. Berbeda dengan nada frustasinya, wajahnya justru terlihat biasa saja, santai. 

 

"Aku heran kau bisa setenang ini, dulu kau sangat ceroboh dalam masalah." 

 

"Sekarang sudah semakin banyak masalah, itu makanan sehari-hariku. Jadi, ada yang mau kau sampaikan lagi?" 

 

"Aku hanya bingung dengan hal yang tidak tau apa. Mungkin, aku hanya perlu waktu berpikir." 

 

"Tidak usah terlalu keras, karena kau tidak perlu melawan arus. Jalani saja harimu seperti biasanya. Pekerjaanmu bahkan kencan dengan pacarmu. Sampai hari pernikahan kita masih ada 6 bulan lagi kan. Bisa saja, mereka juga berubah pikiran ataupun kita punya jalan." 

 

"Aku tidak punya pacar, jangan mengejek." Ketusku kesal. 

 

"Bagus kalau begitu, tidak akan ada drama tambahan. Ok, aku akan pergi. Oh ya, id kakao mu." Dia memberikan ponselnya padaku yang sedari tadi ia genggam. Aku mengetik id kakao ku, dan menambahkan pertemanan. 

 

"Ok, nanti kau harus tambahkan aku juga." 

 

"Baiklah, aku pergi. Bye." Dia berjalan melewatiku dan "oh ya, aku tidak punya pacar. Kau salah duga." Gumamnya dengan suara yang setengah berbisik. 

 

Oh begitu ya, jadi semuanya hanya rumor. Memang, yang namanya idol pasti sulit ya menghindari rumor. Ini semua akan sulit untukku, apalagi dirinya. Tapi, aku paham bahwa kami juga tidak bisa menentang ini semua secara gamblang. Apalagi dia yang orangnya sangat family oriented. 

 

Aku paham Kim Wonshik yang dulu, tapi aku tidak yakin dengan Kim Wonshik yang sekarang. Aku mengenalnya sejak kecil, yang kuingat saat ia TK dan aku juga Jiwon di playgroup. 

 

 

Dia anak yang sangat pemberani jika melawan seseorang yang mengganggu adiknya, tapi dia juga orang yang cengeng jika sesuatu tidak sesuai dengan harapannya. Dia ambisius sejak kecil, tapi menurutku dia oppa yang keren. Jiwon mengizinkanku untuk mencap Wonshik sebagai oppa ku juga. Syukurlah, karena aku anak tunggal dan sangat berharap memiliki saudara, terutama kakak. 

 

Suatu kejadian, hari itu hujan cukup deras. Aku dan Wonshik- oppa kehilangan Jiwon, ia entah pergi kemana. Usut punya usut dia sedang dikerumuni di tengah taman dengan segerombol bocah-bocah seumuran kami. Mereka iri bahwa Jiwon selalu memiliki mainan terbaru yang mungkin bocah-bocah itu tidak punya. 

 

Aku dan oppa merencanakan sesuatu. Dia akan mengendarai sepeda dan memotong barisan mereka, dan membawa Jiwon. Sedangkan aku akan melemparinya balon-balon berisi tepung dari atas serodotan. Bayangkan itu disaat aku kelas 1 SD dan Wonshik oppa sekitar 2 SD, tapi kami sudah bisa menyusun strategi untuk menyelamatkan orang. 

 

Semua berjalan lancar untuk Wonshik Oppa dan Jiwon, tapi aku harus patah kaki. Ada seorang bocah yang mendorongku, sayangnya bukan ke tempat meluncur serodotan, tapi ke pinggir dan aku terjatuh dari ketinggian sekitar 2 meter. Hari itu juga hujan deras dan sangat licin, makanya aku bisa terjatuh dengan mudah. 

 

Sejak hari itu dimana kami bertiga semakin dekat. Ditambah lagi, Jiwon jadi menganggapku seorang pahlawan. Walau aku harus menjalani operasi dan bekas luka itu masih ada sampai sekarang, rasanya aku bangga pada diriku sendiri. 

 

Masa SMP kami jarang bermain dengan Wonshik-oppa lagi, ya karena dia sudah memiliki teman- teman pria. Apalagi dia juga masuk ke klub sepak bola, sudah pasti temannya banyak. Tapi, sesekali jika ada waktu libur kami juga main bersama seperti ke taman bermain atau mall. 

 

Aku juga ingat bahwa dia tipe yang narsis saat dulu, dengan berbekal kamera hp yang tidak seberapa megapiksel dia mengambil selca. Beberapa ada yang masih tersimpan, dan tentu saja dijadikan bahan tertawaan untuk orang. Terutama member VIXX dan fans nya. 

Lihatlah betapa beda sekarang. 

 

Sampai saat ini aku tidak percaya mereka adalah orang yang sama. Apalagi suaranya yang semakin berat sekarang. Ditambah lagi, aku belum bisa menilai apakah sifatnya masih Wonshik yang sama atau tidak. Terlebih lagi dia idol sekarang, hampir semua orang mengenalnya. Aku tidak berharap banyak, tapi ku harap kau tetap Wonshik-oppa yang baik seperti dulu, bahkan lebih baik lagi. 

 

Saat terakhir ketemu, saat dia masih menjadi trainee dimana itulah ku sebut sebuah perpisahan. 

Dimana ada perpisahan disitulah aku tersadar, bahwa aku mengagumi nya bukan sebagai oppa. Melainkan sebagai namja. 

 

Tapi perasaan itu pastinya sudah memudar seiring berjalannya waktu, kami tidak pernah bertemu lagi. Dalam perjalanan dengan waktu aku bertemu orang-orang baru, termasuk seseorang yang pernah singgah di hati dan pergi lagi. Semua orang baru yang hilir mudik dan kebanyakan dari mereka pergi, dan hanya sedikit yang tinggal. Begitulah hidup. Namun, seseorang yang telah pergi, malah kembali dan mungkin ia akan singgah dalam hidupku untuk ke depannya, yaitu Kim Wonshik. 

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet