Satu

No Touchie (Ravi vixx x oc) Indonesian ver

"Wooriiiiii!" 

 

"Ji woooooon!" Kami saling berteriak dan melepaskan kerinduan. Aku telah menyelesaikan kuliahku di Jepang, sedangkan Jiwon menyelesaikan kuliahnya di Korea. Kami sudah bersahabat sejak SD, bahkan selalu satu kelas dan bahkan kami dibilang seperti saudara kembar. 

 

"Apa kabar?" Sambil berjalan dan berpegang tangan kami berbincang hangat. Sudah lama sekali kami tidak pernah berbicara secara langsung. Walaupun kami memang sering melakukan video call. 

 

"Baik, sekali. Bagaimana hubunganmu dengan Cha Hun?" Tanyaku oada Jiwon. Dia hanya menggelengkan kepalanya, sambil mengangkat pundak. 

 

"Ya! Apakah berhasil?" 

 

"Dia sepertinya punya pacar." Air muka jiwon berubah dan mengerucutkan bibirnya. "Sepertinya dia hanya menganggapku teman." 

 

Cha Hun

Adalah kakak kelas kami saat waktu di SMA. Dia terkenal dengan kemampuan gitarnya yang membuat semua orang klepek klepek. 

Senyuman dan wajah tampan adem ubin masjidnya. Membuat dia menjadi populer dikalangan siswi bahkan beberapa siswa. Sebenarnya, yang kenal dengan Hun adalah aku. Aku dulu sempat berada di tim musik yang sama saat acara pentas seni sekolah. Setelah beberapa kejadian dimana aku bisa mengenalkan Jiwon, dan intinya secara tidak langsung aku menjadi mak comblang. Sayangnya, aku bukan mak comblang yang profesional. Sehingga, sampai saat ini belum ada tanda-tanda keberhasilan.

 

Hun adalah tipe yang lebih banyak serius, kelihatannya. Tapi, jika sudah bercanda dia bisa melebihi lawakkan orang disekitarnya. Dia juga orang yang sebenarnya humble di suatu keadaan, tapi karena humble nya itu membuat banyak perempuan yang salah presepsi dan berujung baper. 

 

Oke, nanti aku akan ceritakan Cha Hun lebih jelas lagi. 

 

Mulai hari ini aku akan tinggal sementara di rumah Jiwon. Ayahku belum mengizinkanku untuk tinggal sendiri, mungkin tidak akan. Kenapa tidak tinggal dengan saudara? 

 

Pertama, aku sekarang hanya memiliki ayah. Ibuku meninggal disaat aku berumur 12 tahun, karena sakit. Sejak saat itu, aku dibesarkan hanya dengan Ayah. Ayah tidak ada niat untuk menikah lagi, karena menurutnya tidak ada yang bisa menggantikan sosok Ibu. Terlebih lagi, ia katanya takut jika nantinya wanita itu tidak sayang padaku. Jika sekarang, aku bahkan sudah besar dan bisa mengurus diri sendiri. Walaupun terkadang aku menginginkan sosok Ibu tapi aku rasa, kasih sayang Ayah untukku sudah cukup. 

 

Kedua, aku adalah anak tunggal dan saudara yang lain seperti paman atau sepupu, semuanya sudah menyebar entah dimana. Banyak juga yang sudah tinggal diluar negeri, jadi aku rasa tidak mungkin aku membebankan pada mereka semua. 

 

Ketiga, keluarga Jiwon sudah dipercaya Ayahku dan sudah dianggap saudara sendiri. Bagaimana tidak, aku sudah mengenal Jiwon bertahun-tahun lamanya. Kami pun sering saling menginap dirumah masing-masing, makanya aku sering dibilang saudara kembar dengan Jiwon. 

 

Keempat, aku percaya pilihan Ayah adalah yang terbaik. 

Ayah adalah Ayah terbaik di dunia. Sudah dari tahun kemarin, Ayah selalu pergi dinas ke luar kota dan luar negeri, rumah di Korea hanya sebagai alamat KTP saja. Kenapa aku tidak tinggal di rumahku? Karena Ayah khawatir, aku mempunyai beberapa fobia yang diakibatkan kejadian baru baru ini. Saat di Jepang pun, memang Ayah sedang ditugaskan disana selama empat tahun, jadi aku tidak benar tinggal sendirian. 

 

-

"Yeeeeeriii." Ibu Jiwon menyambut di depan pintu dan langsung memelukku, Hangat seperti biasanya, aku sudah menganggap Ibu Jiwon sebagai Ibuku sendiri. "Kau tambah cantik saja, andaikan kau mau menjadi anak Ibu." Ibu Jiwon mengusap kepalaku.

 

"Tentu saja, aku kan anak Ibu." Ucapku, sambil masih memeluk Ibu Jiwon.

 

"Ah, nanti aku punya kembaran dong? Tapi ide bagus, aku mempunyai saudara perempuan!" Jiwon juga ikut berpelukkan, dan kami berpelukkan bertiga. "Tersiksa aku hanya punya oppa yang menyebalkan." 

 

"Ya sudah kalian sekarang langsung ke atas mandi, juga Jiwon bantu Woori untuk beres- beres ya." 

 

"Siap!" 

 

Aku dan Jiwon pun melangkah menuju kamar yang ada di lantai 2. Ada 3 kamar disitu, kamar Jiwon, kamar kosong, dan kamar oppa nya. Namun, seingatku oppa nya sudah pindah ke gangnam. Ya, oppa nya bekerja disana. Oppa nya telah berhasil menjadi penyanyi, idol lebih tepatnya. 

 

Oleh karena itu, Jiwon sangat berhati-hati dan ia sulit berteman dengan yang lain. Karena, jika tau dia siapa, hanya akan dimanfaatkan oleh orang lain. Begitu katanya. 

Tapi aku memang benar bisa berteman tanpa embel-embel dia adik seorang idol terkenal. 

 

Pada kenyataannya, aku, Jiwon, dan juga oppa nya saat kecil memang sering bermain bersama. Bahkan, karena aku memang anak tomboy aku sering bermain menjadi polisi bersama oppa nya, dan juga Jiwon sebagai orang yang harus kami selamatkan. Begitulah yang ku ingat. 

 

Sambil membantuku melipat baju dan memasukkan ke lemari, aku asik berbincang dengan Jiwon. 

Sampai akhirnya, kami asik membicarakan pria. Namanya juga wanita. 

 

"Jadi, hun bagaimana?" 

 

"Seperti biasa, kami sering chat, ya kadang telepon. Tapi, ya sering kehabisan bahan pembicaraan. Hubungan kami tidak ada kemajuan. Bahkan, kemunduran yang ada." 

 

"Ah, dia memang orang yang membosankan. Kau harus pintar mencari topik, jika tidak ya selesai." 

 

"Sulit ya.. aku menyerah saja?" Raut wajah Jiwon berubah menjadi sedikit murung. 

 

"Ah, aku punya ide. Nanti kita ketemu saja, anggaplah kalian menyambutku kembali ke korea. Bagaimana?" 

 

"Ide baguuuuus!!! Yeeeeaaaahhh." Kita berdua saling menepuk tangan. Aku senang melihatnya sungguh bahagia. 

 

"Oh ya bagaimana denganmu? Kau belum punya gebetan lagi?" Tanya Jiwon, dan aku menggeleng cepat. "Ayo move on dari Yuta!." Jiwon menggodaku sambil mencubit lenganku.

 

"Tentu saja aku sudah mulai melupakannya. Tapi, aku belum menemukan penggantinya." 

 

"Ayo semangat mencari gebetan baru!" 

 

"Tentu saja. Nanti di tempat kerjaku mungkin akan menemukan pria yang wah." Candaku, dan kami berdua langsung tertawa keras. 

 

"Jiwoooon! Makan dulu kata eomma kebawah." Terdengar suara pria yang berat memanggil Jiwon, sepertinya sumber suara sedang mendekat ke arah kamarku. 

 

Dalam hatiku bertanya-tanya, siapakah pemilik suara itu. Tapi... Jiwon hanya memiliki oppa dan tak ada saudara lain. Mungkin pria selain oppa nya itu adalah ayahnya.. 

 

Dugaanku benar.. Oppa nya telah muncul di ambang pintu.

Bajunya basah, karena diluar memang sedang hujan. Mungkin dia kehujanan.. tapi dengan t-shirt yang basah membuat tubuhnya terbentuk dengan jelas. 

 

Aku harus fokus 

 

Aku harus fokus 

 

Jangan sampai salah fokus 

 

Abs nya sungguh jelas 

 

OH MY GOD!! 

 

"Woori.. Woori... baik-baik saja?" Apa makanan nya aku bawa kesini saja ya? Kau sepertinya lelah sekali." Jiwon menepuk nepuk bahuku. 

 

Ternyata dari tadi ia sudah berbicara denganku berulang kali. Namun, aku masih terkejut dengan kehadiran oppa nya yang tiba-tiba datang. Ternyata dia ada di rumah ini. 

 

"Ah baiklah, aku akan kebawah saja. Rasanya, sudah lama tidak makan bersama kalian." 

 

Setelah mendengar jawabanku, tanpa kata-kata oppa nya Jiwon berlalu ke kamarnya, mungkin untuk mengganti baju.

 

"Eh, oppa mu ada disini?" Tanyaku penasaran.

 

"Ya, untuk sementara waktu. Rumahnya sedang di renovasi dulu, jadi ya daripada menyewa lagi mungkin dia pulang."

Tanpa berkata aku hanya menatap Jiwon. "Kau kaget ya?" 

 

"Ya, tentu saja. Dia tidak seperti wonshik oppa yang terakhir ku temui." 

 

"Tentu saja! Kau bertemu terakhir sebelum dia debut. Sudah 8 tahun lebih kan. Tapi, dia masih sebaik yang dulu kok. Hanya saja.."  jiwon menghentikan pembicaraannya dan membuatku tentu penasaran.

 

"Apa?" Tanyaku kepo.

 

"Dia sedikit anti  dengan wanita." 

 

"Hah? Dia gay? omo!"

 

"Bukan, dia itu. Takut disentuh wanita!" 

 

"Omo!"

 

"Tapi aku yakin dia suka dengan wanita." 

 

"Bagaimana kau yakin?" 

 

"Aku tau karena..." 

 

Belum selesai menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba wonshik oppa mendehem di ambang pintu.

"Ehn, jangan gosip terus! Cepat ke bawah, Eomma udah menunggu." 

 

"Ah, arrasseo. Aku kebawah sekarang. Yuk." Jiwon bangkit dari duduknya, dan diikuti pula dengan aku. 

 

Aku bisa melihat punggung oppa nya yang bagus, dia banyak berubah dari terakhir bertemu. Pantas saja dia seorang idol sekarang, lihat betapa sempurna fisiknya. 

 

Tidak, apa yang ku katakan. 

 

Setelah makan, kami berbincang sedikit di meja makan. Kami semua belum beranjak dari meja makan. 

 

"Jiwon, bantu eomma bawa buah di kulkas." Pinta eomma nya, dan eomma nya juga pergi bersama Jiwon ke dapur. 

 

Menyisakan aku dan oppa nya. 

 

"Oh ya Woori, ngomong-ngomong. Kamu kuliah dimana? Sudah lulus ya sekarang?"  Tanya wonshik oppa, dia suaranya terdengar sangat berat dibandingkan dulu. Tentu saja dia sudah dewasa sekarang.

 

"Ya sudah lulus, aku kuliah di Jepang." 

 

"Jepang? Wah! Aku sering kesana, kamu tidak pernah nonton konserku ya?" 

 

"Siapa bilang? Lost fantasia, aku nonton!" 

 

"Benarkah? Bagus kan? Harusnya kamu bilang sama Jiwon, nanti aku kasih tiket dan bisa ke backstage ketemu aku." 

 

"Habisnya aku ragu, memangnya oppa masih ingat aku atau tidak." 

 

"Yaampun, mana mungkin aku lupa. Kau yang pernah membuat gigi susu depan ku copot saat itu, mana aku bisa lupa. Haha." 

 

Kami pun berbincang hangat,membicarakan masa kecil kami yang begitu menyenangkan. Tak ku sangka, ternyata dia masih mengingatnya.

 

Tak kami sadari bahwa dua pasang mata sedang mengamati kami dari dapur. 

 

"Jiwon sepertinya ini akan berjalan baik." 

 

"Aku harap begitu eomma.." 

 

***

Author's note : 

YAAAAAAAAA AAAAA AMPUN POKOKNYA DEG2AN PARAH NULISNYA. Berdasarkan mimpi ketemu ravi dan dijodohin terbitlah ff ini. Omg. 

Mari kita layarkan kapal halu kita bersama. 

 

Ohya, aku munculin karakter dari nflying, soalnya juga lagi bucin ama mereka.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet