Oneshot

Talking to the Moon
Please log in to read the full chapter

Untuk kesekian kalinya, Nayeon meminta bulan untuk menemaninya di malam yang sunyi. Nayeon sempat khawatir jika bulan telah bosan mendengar curhatan hatinya. Namun, bulan tidak pernah menolak permintaan Nayeon. Malam itu, bulan dengan senang hati membuka telinganya untuk Nayeon.

“Masih sama. Tak ada yang berubah.” Ia mulai berkata-kata pada bulan.

Bulan mengerti apa maksud perkataannya itu. Tidak mungkin ia tidak mengerti karena sejak awal ia selalu hadir menyaksikan setiap peristwa dalam hidup Nayeon, tak terkecuali peristiwa itu. Bulan adalah saksi dari sebuah pertiswa yang tak akan pernah dilupakan Nayeon. Pertistiwa itu adalah pertemuan pertama Nayeon dengan orang itu.

“Harapanku masih sama. Ingin bertemu dengannya.. lagi,” ujar Nayeon sembari tersenyum pahit. “Nasibku sangat malang, bukan?” Nayeon menertawai dirinya sendiri. Ia berusaha tetap tegar di hadapan bulan. Namun, tawanya tak bisa membohongi bulan karena air mata tampak jelas di pipnya.

“Ah, sial. Kenapa aku harus menangis?” Nayeon mengusap pipinya yang basah. “Hei, bulan. Apa aku tidak bisa membeli kesempatan kedua dengan air mataku? Aku punya banyak.” Nayeon berusaha bergurau dengan bulan. Namun, bulan tidak menganggap itu sebagai gurauan. Bulan menganggap itu sebagai.. kesepakatan.

Tidak lama setelah itu, b

Please log in to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet