Chapter 1

Crush on You
Please log in to read the full chapter

Untuk kesekian kalinya, Nayeon meliriki sebatang cokelat yang ia letakkan dalam laci mejanya. Sebatang cokelat itu tampak terbungkus oleh kertas kado dan terikat oleh sebuah pita merah. Di samping cokelat itu, terdapat sebuah amplop yang berwarna pink. Di pojok kanan bawah dari amplop itu, terdapat sebuah tulisan yang berbunyi ‘Untuk Jinyoung’.

Kedua benda itu selalu mengalihkan perhatian Nayeon dari guru yang sedang mengajar di depannya. Ia tidak bisa berhenti memikirkan berbagai skenario yang akan terjadi setelah kelas yang diikutinya selesai. Ia pun terus bertanya-tanya dalam hatinya apakah kedua benda itu pantas untuk ia berikan pada seseorang yang bernama Jinyoung itu.

Kring! Kring!

Bel berbunyi, tanda bahwa kelas telah selesai. Semua murid berbondong-bondong untuk meninggalkan kelas. Hanya Nayeon saja yang tertinggal karena masih ragu akan rencana yang dibuatnya. Ia melihat kedua benda itu sekali lagi untuk meyakinkan hatinya bahwa rencananya tidaklah buruk.

“Ini bukan ide yang buruk, Nayeon. Lagipula dia tidak akan tahu siapa yang memberikannya,” ucap Nayeon dalam hatinya.

Nayeon menyimpan cokelat dan surat itu ke dalam tasnya. Kemudian, ia meninggalkan ruang kelasnya dan berjalan menuju lapangan basket. Di situ, ia berencana untuk menemui Jinyoung, orang yang telah mengacaukan pikirannya selama pelajaran berlangsung.

“Jinyoung! Nayeon datang menemuimu!” seru salah satu teman Jinyoung.

Jinyoung mengalihkan perhatiannya dari ring basket dan mendapati Nayeon sedang berjalan mendekatinya. Mengetahui Nayeon datang untuk menemuinya, Jinyoung berlari ke arah Nayeon lalu memeluknya dengan erat. Mereka kemudian menjadi pusat perhatian dan banyak orang mulai menyoraki mereka.

“Apa yang kau lakukan, bodoh?” Nayeon berusah melepaskan pelukan Jinyoung. “Kita sudah bukan anak kecil lagi. Berhenti memelukku!”

“Iya, bocah,” balas Jinyoung lalu melepaskan pelukannya. Ia kemudian mengacak-acak rambut Nayeon hingga membuat Nayeon merasa kesal.

“Kalian boleh beristirahat sekarang! Sekarang waktunya tim putri untuk latihan!” ucap pelatih basket dari sekolah mereka.

“Ayo kita duduk. Akan kutunjukan gadis itu!” ujar Jinyoung lalu mengantar Nayeon untuk duduk bersamanya.

Jinyoung dan Nayeon duduk pada baris terdepan dari bangku penonton. Tidak lama setelah itu, tim basket putri dari sekolah mereka memasuki lapangan dan mulai berlatih. Jinyoung tampak begitu senang ketika melihat seorang gadis berambut pirang memasuki lapangan. Nayeon yang menyadari akan hal itu, merasakan hatinya seperti tertusuk-tusuk. Ia tahu ia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan gadis yang disukai oleh Jinyoung.

“Kau lihat gadis yang berambut pirang itu? Itu dia yang namanya Momo! Cantik, bukan?” tanya Jinyoung sembari tersenyum.

“Jadi, kau sudah mengajaknya berkencan?” tanya Nayeon yang berusaha untuk tegar.

“Tentu saja belum! Kau tahu kan aku bukan orang yang pemberani,” jawab Jinyoung yang masih memerhatikan Momo.

“Sejak kecil kau tidak pernah berubah ya. Kau cupu sekali,” ucap Nayeon pada Jinyoung. Nayeon ingin menertawakan dirinya sendiri karena dia juga cupu. Ia tidak berani untuk menyatakan perasaannya pada Jinyoung secara langsung.

Mereka menontoni latihan tersebut selama kurang lebih selama kurang lebih sejam. Bagi Jinyoung, hal itu adalah hal yang menyenangkan karena ia dapat menyaksikan Momo. Namun bagi Nayeon, hal itu sangat membuat hatinya sedih. Ia dapat melihat keantusiasan Jinyoung saat menyaksikan Momo. Dari hal itu, ia tahu bahwa ia tidak punya kesempatan untuk berada di hati Jinyoung.

“Jinyoung, kemarilah! Ada yang ingin kudiskusikan denganmu,” ujar pelatih mereka.

“Baik, Pak Choi!” balas Jinyoung. Jinyoung kemudian mengalihkan pandangannya pada Nayeon dan berkata, “Kurasa aku harus pergi sekarang. Kau pulanglah. Jangan sampai kau terlambat di hari pertamu bekerja, bocah!”

“Iya, iya. Berhentilah menganggapku anak kecil!” balas Nayeon.

Jinyoung pergi meninggalkan Nayeon dan menemui pelatih mereka. Untuk beberapa saat, Nayeon terdiam sambil memerhatikan gadis yang telah membuat Jinyoung jatuh hati. Gadis itu cantik dan tampak berkharisma. Apalagi saat ia bermain basket, auranya tampak memancar. Tidak salah jika Jinyoung jatuh hati padanya.

Setelah Nayeon memerhatikan Momo untuk beberapa saat, Nayeon akhirnya memutuskan untuk meninggalkan lapangan basket dan melaksanakan rencanya. Ia berjalan menuju deretan loker sembari mengeluarkan cokelat dan surat itu dari tasnya. Ia kemudian mencari loker milik Jinyoung. Ia berencana untuk meletakan cokelat dan surat itu ke dalam loker milik Jinyoung. Ia berharap tak ada orang yang melihatnya melakukan itu.

“Kuharap kau tidak akan besar kepala saat mendapati cokelat dan surat ini,” ucap Nayeon seolah-olah Jinyoung ada bersamanya. Ia meletakkan tasnya di atas lantai, lalu meletakkan cokelat dan surat itu ke dalam loker Jinyoung. Untuk beberapa saat, Nayeon memerhatikan kedua benda itu. Keraguan masih ada dalam hatinya hingga ia masih belum berani untuk meninggalkan kedua benda itu dalam loker Jinyoung. “Bukan ide yang buruk, bukan ide yang buruk!” ucap Nayeon pada dirinya sendiri.

Ia kemudian menutup loker Jinyoung dan meninggalkan deretan loker itu secepat-cepatnya. Ia tidak ingin berubah pikiran dan tidak ingin ada yang melihatnya. Namun, sayangnya, ia tidak menyadari bahwa ada seseorang yang dari awal menyaksikan apa perbuatan. Orang itu adalah Momo. Ia memerhatikan Nayeon dari jauh sambil memegang sebuah batang cokelat di tangannya. Ternyata bukan hanya Nayeon yang memiliki rencana untuk memasukkan cokelat pada loker Jinyoung. Momo juga merencanakan hal yang sama.

Setelah memastikan Nayeon telah pergi jauh, Momo berjalan mendekati loker Jinyoung. Ia lalu membuka loker Jinyoung dan mendapati cokelat dan surat yang diletakkan oleh Nayeon. Momo sempat berpikir untuk mengurungkan niatnya karena melihat kedua benda itu. Namun, keberaniannya muncul lagi hingga akhirnya ia meletakkan cokelat miliknya itu ke dalam loker Jinyoung. Setelah itu, ia menutup loker Jinyoung dan berniat untuk kembali ke lapangan basket.

Sebelum Momo melangkahkan kakinya, ia menyadari bahwa Nayeon meninggalkan tasnya di atas lantai. Ia kemudian mengambil tas itu dan berniat untuk mengejar Nayeon dan mengembalikan tasnya. Namun saat ia memalingkan tubuhnya, ia mendapati Nayeon sedang menatapinya. Saat itulah, ia menyadari bahwa Nayeon juga menyaksikan apa yang telah diperbuatnya.

Please log in to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
momomoguring
Hey, if you want to read the English version of this story, you can check this link https://www.asianfanfics.com/story/view/1450939/crush-on-you-eng-ver

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet