chapter 05

The King : Gyeolhon Saenghwal

Satu minggu telah berlalu semenjak kami memulai cuti, tapi adik Hoon masih anteng didalam perut dan belum memberikan tanda kapan dia akan lahir. Lee Gon pun berusaha terlihat tenang saat didepanku, meskipun aku tahu bahwa dia sangat gugup menghadapi kelahiran putrinya. Belum lagi keinginanku untuk melahirkan hanya dengan ditemani dia, dokter, dan satu sampai dua perawat, aku yakin dia sangat stress menunggu waktu kelahiran putrinya. Selain itu, kami memutuskan untuk tinggal di bagian timur istana karena disini jauh lebih tenang. Sedangkan Hoon tetap di istana utama ditemani kakeknya dan Noh Sanggung.

Setiap hari kami mengikuti segala yang disarankan oleh dokter, mulai dari menjaga makan agar berat bayi tetap stabil, membaca buku tentang gentlebirth dan melakukan olahraga agar proses persalinan berjalan lancar. Seperti sore ini, kami memilih untuk berjalan-jalan disekitaran kebun istana.

“yeobo” ucapku pada Lee Gon yang masih berada didalam kamar

“kenapa?” tanya Lee Gon

“Tolong bantu pakaikan sepatu, aku tidak bisa memakainya” pintaku pada Lee Gon karena bayi sudah turun kejalan lahir menyebabkan perut sudah sangat dibawah, sehingga sudah sangat sulit untuk bergerak

“aah baiklah” ujar Lee Gon sambil keluar kamar “tok tok tok, gongjunim kapan kau akan keluar? Cepatlah keluar, Eomma sudah sangat kesulitan” tanya Lee Gon sambil mengelus dan mendekatkan telinganya di perutku

“mungkin dia akan keluar besok pagi” jawabku akan pertanyaan Lee Gon

“aah baiklah, kalau begitu kita tunggu besok pagi” ucap Lee Gon sambil memasangkanku sepatu “tunggu bagaimana kau tahu kalau itu besok?” tanya Lee Gon dengan ekspresi kaget

“entahlah, mungkin hanya perasaanku saja” jawabku sambil berusaha berdiri dari tempat duduk

“apa dia sudah memberikan signal kalau dia akan lahir?”

“tidak, ayo kita pergi jalan-jalan” ajakku pada Lee Gon yang mulai terlihat gugup

“yaaa, jawab dulu pertanyaanku”

“tidak, ayo berangkat”

“benarkah?”

“emh tentu saja. Aku akan menjambak rambutmu jika itu terjadi” godaku pada Lee Gon

Kami pun pergi untuk berjalan-jalan mengelilingi kebun istana. Sesekali kami berhenti, karena Lee Gon tahu aku selalu kelelahan saat berjalan terlalu lama. Lee Gon benar-benar suami siaga meskipun dia tidak bisa menyembunyikan rasa gugupnya, tapi dia berusaha mengikuti segala keinginanku.

“ayo kita istirahat lagi disini” ajakku pada Lee Gon

“ohh baiklah. Hati-hati” ucap Lee Gon sambil membantuku duduk di bangku yang menghadap ke kolam

“aku ingin minum”

“ini” ucap Lee Gon sambil memberiku botol air “apa kau tidak kedinginan?”

“tidak. Kenapa? Apa kau kedinginan?”

“tidak, hanya saja kenapa kau berkeringat sangat banyak dicuaca yang mulai dingin ini?”

“tentu saja karena ini” jawabku sambil mengelus perut

“apa dia sangat berat?”

“emh, sangat. Aku khawatir beratnya bertambah dari terakhir kali kita control kandungan”

“lalu bagaimana? Apa kita melakukan operasi saja?” bujuk Lee Gon padakku

“tidak, ini akan terjadi sesuai rencana. Karena kau akan ada disisiku saat melahirkan, aku pasti bisa melahirkan dia dengan selamat” jawabku sambil tersenyum

“kenapa tersenyum? apa ini lucu?”

“tidak, hanya saja kau terlihat sangat menggemaskan” godaku sambil mencubit pipinya

“kenapa?”

“suamiku berusaha mati-matian menyembunyikan kegugupannya, tapi itu selalu terlihat jelas diwajahnya”

“benarkah?”

“emmhh”

“aku pikir aku berhasil menyembunyikannya”

“kau lupa? Aku mantan polisi, jadi aku tahu dengan pasti” ucapku pada Lee Gon “jangan khawatir, saat waktunya tiba aku hanya akan memberitahumu jika itu sudah sangat dekat”

“kenapa?”

“agar kau tidak terkena serangan jantung, karena gugup berlebihan”

“lalu bagaimana dengan dokter dan yang lainnya? Kenapa akan memberitahu tiba-tiba?” keluh Lee Gon

“sebetulnya itu akan baik-baik saja meskipun hanya ada satu orang. Karena sudah pengalaman, meskipun banyak orang itu tidak membantu apapun” aku kembali menggoda Lee Gon

“Yaa” teriak Lee Gon

“hahaha, ayo kita pulang. Ini sudah sore”

Matahari mulai bersembunyi dibalik gunung dan langit musim dingin pun berubah menjadi gelap. Saat malam tiba, kami selalu duduk diatas kasur sambil membicarakan banyak hal atau hanya sekedar membaca buku bersama. Tapi tidak dengan malam ini, Lee Gon pergi sebentar untuk menemui Hoon. Sebenarnya aku juga sangat merindukan Hoon, tapi jika aku ikut kesana Hoon pasti mau ikut kesini dan tidak mau lepas denganku. Waktu sudah menunjukan pukul 11 malam, dan Lee Gon masih belum kembali ke kamar. Hingga tiba-tiba terdengar seseorang membuka pintu kamar.

“kenapa lama sekali? Apa Hoon baik-baik saja?” keluhku sambil berjalan-jalan didalam kamar

“dia baik-baik saja yeobo, kenapa belum tidur?” ucap Lee Gon sambil menutup pintu

“aku tidak bisa tidur. Yeobo?”

“hmmm, kenapa?”

“apa kau sakit?” tanyaku dengan wajah kebingungan

“tidak, kenapa?”

“ini sudah musim dingin, kenapa menggunakan pakaian musim panas?”

“aah ini? Saat aku ke Istana utama, Hoon sedang bermain dengan kakeknya temanya adalah “piknik” dan Hoon memaksa untuk ikut main dan ganti pakaian” jelas Lee Gon padaku “ayo kita tidur” ajak Lee Gon

“tidur saja duluan, aku masih ingin jalan-jalan”

“kenapa? Ini sudah malam. Ayo kita istirahat”

“Yeobo” ucapku pada Lee Gon sambil datang mendekatinya

“hhmm”

“dengarkan baik-baik, okeh?”

“baiklah, apa?” tanya Lee Gon

“sebenarnya aku sudah mulai kontraksi”

“apa? Kontraksi? Sejak kapan?”

“sejak tadi pagi dan sekarang intervalnya sudah sangat dekat. Sekitar 10 menit sekali” jelasku pada Lee Gon

“yaaa, kenapa baru bilang sekarang” Lee Gon tersentak

“cepat hubungi dokter” ujarku sambil menahan sakitnya kontraksi yang semakin kuat

“baiklah, tapi apa kau baik-baik saja?” tanya Lee Gon gugup

“ooohh, tapi jika kau seperti ini aku tidak baik-baik saja”

“baiklah aku tidak akan gugup” ucap Lee Gon sambil mencari kontak di Handphone nya

Lee Gon mulai menghubungi dokter dengan wajah gugupnya dan dia masih berusaha untuk tetap terlihat tenang. Aku hanya bisa tersenyum melihatnya, karena dia terlihat sangat lucu.

“Apa sangat sakit?” tanya Lee Gon saat melihatku tiba-tiba terdiam

“eeemhh” jawabku sambil mengatur nafas

“dokter sedang diperjalanan, jadi tahan sebentar lagi” ucap Lee Gon sambil memelukku dari belakang dan mengelus perutku yang sedang mengencang karena kontraksi

Karena ini sudah kedua kalinya, aku jauh lebih tenang menghadapi sakitnya kontraksi. Jika kontraksi datang, aku hanya bisa diam tanpa berkata apapun sambil mengatur nafas.

“pyeha, dokter sudah datang” ucar pelayan istana dari balik pintu

“ooooh, suruh dia masuk”

Pelayan istana membukakan pintu untuk dokter yang datang dengan dua perawat, lalu meninggalkan kamar.

“pyeha” sapa dokter sambil membungkuk

“ooh. Ayo kita ke atas kasur” ucap Lee Gon padaku sambil memapahku ke atas kasur

“sudah berapa lama kontraksinya terjadi?” tanya dokter sambil mendekatiku

“dia sudah merasakannya sejak tadi pagi, tapi dia baru memberitahuku sekarang” jelas Lee Gon

“baiklah, Mama mari kita periksa jalan lahirnya” ujar dokter sambil mengatur posisi kakiku “sekarang coba ambil nafas, ini akan sedikit membuat tidak nyaman”

Saat dokter memeriksa jalan lahir, Lee Gon tetap berada disampingku dengan tangan yang ku genggam sangat erat karena menahan sakitnya kontraksi.

“selamat, ini sudah 5 cm artinya sebentar lagi akan memasuki fase active labor. Kontraksi akan jauh lebih kuat dan jaraknya akan semakin dekat. Apa Mama mau menggunakan pengurang rasa sakit?” tanya dokter padaku

“tidak usah aku bisa menahannya” jawabku sambil meringis

“kenapa?” tanya Lee Gon “ayo kita gunakan itu, agar kau tidak kesakitan” bujuk Lee Gon

“tidak mau, aku bisa menahannya. Aku yakin sebentar lagi dia akan segera lahir”

“baiklah kalau begitu, aku akan menunggu diluar” ucap dokter

“kira-kira berapa lama lagi prosesnya?” tanya Lee Gon

“jika kontraksinya sudah sangat teratur mungkin sekitar jam 2 pagi bayinya akan lahir dan paling telat besok pagi”

“Dulu Hoon tidak selama ini”

“setiap kelahiran punya cerita yang berbeda Pyeha” jelas dokter sambil tersenyum

“Aaahh benarkan. Baiklah kalau begitu”

“jika ada apa-apa silahkan panggil saya”

“ok”

Setelah dokter keluar kamar, aku kembali berdiri untuk berjalan-jalan. Lee Gon masih setia menemaniku, saat kontraksi datang dia terus mengelus perut dan pinggangku yang terasa sangat panas. Selain itu kamipun sesekali melakukan gerakan-gerakan lain yang bisa meringankan sakitnya kontraksi dan mempercepat pembukaan jalan lahir meskipun segalanya berakhir dengan aku yang kembali meremas tangan Lee Gon.

“apa jarak kontraksinya semakin dekat?”

“ooh”

“mau kupanggilkan dokter?” tanya Lee Gon sambil mengelus kepalaku yang bersandar diperutnya

“tidak, aku ingin tetap seperti ini saja”

“bagaimana kalau kita berbaring?”

“itu jauh lebih sakit. Duduk di gymball seperti ini jauh lebih nyaman”

“baiklah. Tapi kau tahu, aku lebih suka saat kau kesakitan seperti ini?” tanya Lee Gon sambil setengah berdiri sehingga posisinya sejajar denganku

“kenapa? Seandainya kau tahu sakitnya kontraksi melahirkan”

“kau menjadi lebih manja saat kau sakit, sedangkan saat sehat kau amat sangat mandiri bahkan dengan kondisi perut yang sudah sangat besar”

“hhhmmm, aku seorang mantan polisi. Aaahhh” jawabku sambil teriak diikuti dengan suara seperti balon meletus

“kenapa?” tanya Lee Gon gugup

“air ketubannya pecah, cepat panggil dokter”

“baiklah, kau bisa menahannya kan?”

“oooh”

“dokter air ketubannya pecah” teriak Lee Gon sambil membuka pintu

“baiklah, mari kita lihat” ucap dokter sambil mendekatiku yang masih dengan posisi duduk di atas gymball “Mama ayo kita pindah ke atas kasur” ajak dokter

“dokter mari kita lakukan sambil duduk saja, aku lebih nyaman dengan posisi duduk” jawabku sambil terus mengatur nafas

“baiklah kalau begitu kita duduk diatas kursi khusus bersalin yang sudah disiapkan perawat”

Lee Gon membantuku pindah posisi dari gymball ke kursi khusus bersalin

“pyeha kau bisa duduk dibelakang ratu” perintah dokter

“apa? Kenapa harus disana? Bolehkan aku menunggu diluar saja?” ujar Lee Gon dengan wajah sangat gugup

“yaaa Lee Gon, cepat duduk dibelakangku aku sudah sangat kesakitan” teriakku pada Lee Gon

“baiklah aku akan duduk”

Lee Gon akhirnya duduk dibelakangku, sedangkan dokter dan perawat masih menyiapkan segala hal yang diperlukan untuk persalinan.

“mama terus atur nafas oke, jangan mendorong bayinya keluar dulu” ucap dokter sambil menggunakan sarung tangan, dan aku masih berusaha sekuat tenaga untuk mengatur nafas “oke bagus, lakukan seperti itu”

“aku sudah tidak tahan dokter, bayinya terus mendorong kebawah” ucapku sambil menahan nafas

“baiklah mari kita lihat” dokter kembali memeriksa jalan lahir “bukaannya sudah lengkap dan kepala bayi sudah mendekati bawah. Saat kontraksi datang mari kita dorong sama-sama oke”

“mmmhhh, baiklah”

“apa kontraksinya datang?”

“oooh” jawabku sambil mengangguk

“baiklah sekarang mari kita mulai, saat kontraksi memuncak mari kita dorong bayinya keluar. Sekarang Mama, dorong bayinya Satu, dua, tiga, empat, lima,….., delapan. Bagus, sekarang mari kita istirahat dan atur nafas” perintah dokter dengan lembut

“kau mau minum?” tanya Lee Gon dan aku hanya mengelengkan kepala sambil menyandarkan tubuhku dibadannya

“aahhh” ucapku sambil meringis

“apa kontraksinya datang lagi?” tanya dokter

“mmmhhh”

“oke sekarang kita dorong lagi, Satu, dua, tiga, empat, lima,….., delapan. Mama kepalanya hampir keluar, sekarang tarik nafas dan dorong lagi. Bagus, Satu, dua, tiga, empat, lima,….., delapan. Oke sekarang atur nafasnya lagi” ucap dokter sambil mengambil kain dan menaruhnya diatas perutku yang artinya sebentar lagi bayinya akan keluar “Pyeha, apa pyeha mau menangkap bayinya?” tanya dokter

“apa? Bayi?”

“ooh sebentar lagi bayinya keluar, saat kau menangkapnya kau akan merasakan keajaiban”

“kontraksinya datang lagi” rintihku memotong perkataan dokter

“cepat pyeha pindah kesini”

Lee Gon segera pindah mendekati dokter dan bersiap menangkap bayinya saat keluar dari tubuhku

“baik mama, sekarang dorong sekuat tenaga, Satu, dua, tiga, empat, lima, bagus sekarang kepala bayinya sudah keluar” dokter melap kepala bayi dengan handuk kecil untuk membersihkan darah “Sekarang tangan pyeha pegang disini, dan Mama sekarang kita dorong sekali lagi, Satu, dua, tiga, empat, lima,….., delapan bagus”

Aku mengumpulkan sisa-sisa tenaga yang masih ada, dengat sekuat tenaga aku berusaha mendorong bayinya agar segera melihat indahnya dunia dan dalam keadaan yang sudah sangat lelah akhirnya pukul 01.25 tangisan bayi mungil memecah keheningan malam ditangan Lee Gon.

“bayinya lahir mama, selamat. Pyeha akhirnya gongjunim lahir dengan selamat”

“ohh, terimakasih” jawab Lee Gon dengan suara bergetar menahan tangis haru

“mama, silahkan peluk bayinya” ucap dokter padaku sambil menyerahkan bayi padaku

“Annyeong gongjunim, Ha Nee” ucapku sambil menitikan air mata

“kau sudah bekerja keras yeobo, terimakasih” ucap Lee Gon sambil memeluk dan mencium keningku “kau juga sudah bekerja keras Ha Nee”

“kau juga sudah bekerja keras Appa, maaf karena aku sudah mencakar dan berteriak padamu” ucapku sambil memandang Lee Gon

“itu sangat sakit, tapi saat melihat kau kesakitan melahirkan Ha Nee aku sudah melupakannya”

30 menit setelah melahirkan, dokter dan perawat beristirahat di ruangan yang telah disediakan. Aku kembali berbaring diatas ranjang dan Lee Gon dengan baju musim panasnya terus memandang bayi perempuan cantiknya dibox bayi.

“dia mirip denganku” ucap Lee Gon

“oooh, dan aku hanya jadi mesin photo copy”

            Kami terus ngobrol sampai pagi menyingsing, lelah dan sakitnya melahirkan bayi dengan berat 3, 8 kg dan tinggi 50 cm sirna seketika karena bayi yang sudah kami tunggu akhirnya lahir kedunia. Dan Lee Ha Nee adalah nama cantik yang kami sematkan untuknya. Welcome to the world Lee Ha Nee. Eomma, Appa dan Hoon Oppa sangat bahagia Ha Nee lahir kedunia.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Sayana93 #1
Chapter 4: Semoga segera di update ya sist ... Sweet banget keluarga merekaaa
LailaAisyah #2
Semangat kak...ditunggu lanjutannya
Syazella #3
Chapter 2: i love the story & i can imagine both Tae Eul & Lee Gon spending the lifetime together
Hope you can write more bout them...i'm waiting~~~
Thrysta
#4
Its a good story. I hope you can write it in english..