chapter 04

The King : Gyeolhon Saenghwal

(kalau bisa bacanya sambil denger lagu Wendy feat Zico yah 😊 )

 

Hari kelahiran putri ke-2 kami semakin dekat. Sebelum hari itu datang, aku dan Lee Gon memutuskan untuk selalu menghabiskan waktu bersama-sama. Maka dari itu kami sepakat bahwa hari ini adalah hari terakhir kami menghadiri kunjungan publik dan setelah itu kami hanya akan fokus pada kelahiran adik Hoon.

Seperti hari ini, aku diundang untuk menghadiri pembukaan pameran seni sedangkan Lee Gon sedang menghadiri acara Pemerintahan dengan PM Mo. Dengan kondisi perut yang semakin besar, aku tidak bisa terlalu lama menghadiri acara karena kaki yang akan semakin membengkak jika berjalan atau berdiri terlalu lama. Oleh karena itu, setelah memberi sambutan dan berphoto bersama aku langsung memberi kode kepada Seung Ah untuk pulang ke Istana tanpa berkeliling melihat karya seni yang di pamerkan.

“Dimana mobilnya?” tanyaku pada Seung Ah

“mobilnya sudah kembali ke Istana” jawab Seung ah sambil menunjukan jalan keluar

“heehh? Kenapa ke Istana? Lalu kita pulang dengan apa?”

“Pyeha yang menyuruhnya”

“kenapa?” tanyaku bingung

“karena Pyeha ada diruang tunggu”

“sekarang?”

“Yee Mama” jawab Seung Ah sambil membawaku ke ruang tunggu

Lee Gon datang memberi kejutan dengan menjemputku ditempat pameran. Padahal tadi pagi saat kami sarapan dia tidak mengatakan apapun saat akan pergi.

“silahkan masuk Mama” ucap Seung Ah sambil membuka pintu ruang tunggu

“Kenapa datang kemari?” tanyaku saat masuk keruang tunggu

“untuk memberi kejutan dan ini?” jawab Lee Gon sambil tersenyum dan menyodorkan seikat bunga

“bunga? tiba-tiba?” tanyaku bingung

“emmhh bukan untukmu tapi Gongjunim” jawab Lee Gon sambil mencium perutku dan mengelusnya

“Seung Ah ya, mari kita pulang” ajakku pada Seung Ah sambil membalikan badan

“haha, mian mian. Tentu saja ini untukmu, aku lebih dulu menyukaimu dibanding dia” goda Lee Gon sambil memeluku dari belakang

“aku terima bunganya. Jadi ayo kita pulang. Lihat kakiku, mereka sudah sangat bengkak” ajakku pada Lee Gon sambil menunjukan kakiku yang amat sangat bengkak

“baiklah, ayo kita pulang. Mau ku gendong?” tawar Lee Gon

“kau tidak akan sanggup”

“yaa, aku masih kuat”

“tidak, aku tidak mau pinggangmu terluka. Mari kita jalan saja dan cukup bergandengan tangan seperti ini” godaku pada Lee Gon

“ini sangat romantis”

            Kami berdua akhirnya menuju mobil dan pulang ke Istana. Disepanjang perjalanan menuju istana Lee Gon terus mengelus perutku dan meminta Putrinya untuk menendang.

“Gongjunim annyeong. Kau mendengar Appa?” tanya Lee Gon

Dan putrinya masih belum bergeming

“yyaa Gongjunim, kau tidur?” tanya Lee Gon kesal karena putrinya belum juga bergeming “kenapa dia diam saja?”

“entahlah, mungkin dia kelelahan setelah seharian bergerak-gerak. Tadi saat di pameran, dia benar-benar tidak bisa diam” jawabku sambil merebahkan badan dan menatap keluar jendela

“benarkah? Gongjunim tok tok tok, annyeong cepat sapa Appa sekali saja” Lee Gon masih bertekat membujuk anaknya sambil mendekatkan telinganya ke perutku dan anaknya masih saja diam “ Yaa ini perintah Rajamu, cepat bergeraklah”

“Aaaa” teriaku karena bayinya menendang sangat keras

“Lihat, dia menendang” ucap Lee Gon sambil tersenyum

“Yaa, kau ingin mati? Berhenti mengganggunya dan biarkan aku istirahat” teriakku pada Lee Gon sambil memukul pundaknya

“baiklah baiklah, mian. Satu tendangan saja sudah cukup. Tapiii, kenapa dia diam saja saat Appanya yang meminta? Sedangkan menendang saat Rajanya yang meminta?” tanya Lee Gon kebingungan

“Berarti dia lebih mencintai Rajanya, dibandingkan Appanya” jawabku dengan santai

“Heeuuhh, Hoon yang lainnya akan lahir” keluh Lee Gon

“Uri Pyeha fighting” ucapku sambil mengelus pundak Lee Gon “tapi kenapa kita kesini?” tanyaku pada Lee Gon sambil memerhatikan jalan

“aah kita akan kesuatu tempat”

“kemana? Aku sangat kelelahan sekarang” keluhku pada Lee Gon

“kita harus pergi jalan-jalan sekarang. Sebentar lagi akan ada dua Hoon, kau akan jadi milik mereka dan tidak memberikanku waktu jadi aku ingin kita jalan-jalan sekarang”

“dan aku akan punya tiga Hoon” keluhku “Baiklah, kita akan kemana?”

“hanya ke hutan bambu” jawab Lee Gon singkat

“Heehh?” tanyaku bingung

“oooh dan ayo turun, kita sudah sampai” ucap Lee Gon sambil keluar mobil dan lanjut membantuku ”hati-hati”

“lihat kakiku sangat bengkak”

“aku mengerti, kita hanya akan jalan-jalan disekitar sini” bujuk Lee Gon padaku “dan kalian tetap disini” perintah Lee Gon pada pengawal istana

“besok kita akan mulai cuti jadi kenapa harus hari ini. Biarkan aku istirahat” lanjutku merajuk pada Lee Gon

“kita lihat saja sekarang dan aku jamin kau pasti akan menyukainya”

“menyukai apa?” tanyaku pada Lee Gon

“itu” jawab Lee Gon sambil menunjuk salah satu sudut hutan bambu yang sudah dihias dengan berbagai dekorasi warna pink

“annyeong Uri Mama” teriak semua orang

Disana terlihat semua orang menggunakan dress code bertema pink, ada Hoon, Noh Sanggung, Jo Yeong, Seung Ah, PM Mo dan yang membuatku terkejut adalah Appa, Eun Sob, dan Nari ada di Daehan Jaeguk.

“Lee Gon” panggilku sambil menatapnya

“ini kejutan dan lihat, kau pasti menyukainya” jawab Lee Gon

“bagaimana kau menyiapkannya?”

“dari beberapa hari yang lalu dan tadi pagi aku menjemput Appa, Eun Sob dan Nari”

“kau berbohong padaku soal rapat dengan PM Mo?”

“ooh, karena Hoon memaksaku untuk membuat acara Baby Shower. Jadi mau tidak mau aku mengajak semua orang untuk berbohong”

“dan pantas saja kau memintaku menggunakan dress warna putih padahal kau tidak pernah mengatur urusan busanaku”

“oooh, karena kau akan mengirimkan malaikat untuk kami”

“Eommaaaa” teriak Hoon sambil berlari kearahku “Eomma choahae?” tanya Hoon padaku

“tentu saja” jawabku sambil menitikan air mata

“kenapa menangis?” tanya Lee Gon padaku “Ayo kita sapa Appa” ajak Lee Gon padaku

“Appa” teriaku

“aah putriku sangat cantik”

“Appa aku sangat merindukanmu. Maaf, selama aku mengandung aku tidak bisa mengunjungimu. Hanya Lee Gon dan Hoon yang bisa kesana” ucapku sambil memeluk Appa

“tidak apa-apa, karena aku hanya merindukan mereka” goda Appa

“Appa” teriaku pada Appa

“hahaha. Appa juga sangat merindukanmu, oleh karena itu meskipun acara ini selesai Appa akan ada disini menemanimu melahirkan cucu perempuanku” jawab ayah sambil mengelus perutku

“terimakasih”

“noona” teriak Eun Sob padaku

“Eun Sob ah, aku juga sangat merindukanmu dan nari”

“tentu saja kau harus merindukanku, meskipun ada wajah yang mirip denganku disini tapi kami benar-benar berbeda kan?” tanya Eun Sob sambil menatap Young

“kau benar-benar sangat cantik Jeong Tae Eul” ujar Nari

“terimakasih. Kau juga sangat cantik dan aku yakin gedungmu sudah bertambah banyak”

“dan itu membuatku pusing” keluh Eun Sob

“baiklah yeoreobun mari kita mulai acaranya” ujar PM Mo memotong acara temu kangen kami

“neee” jawab semua orang

“bagaimana,apa kau menyukainya?” tanya Lee Gon sambil berbisik padaku

“ooh, gomawo Yeobo” jawabku sambil mencium bibir Lee Gon ditengah kerumunan orang-orang

“aku juga menyukainya, ciuman ini” goda Lee Gon

            Kami benar-benar menikmati acara Baby Shower yang Lee Gon siapkan dengan Hoon dan orang-orang terdekat kami. Dan ini berhasil membuatku terkejut dan bahagia.

Saat kami memutuskan untuk menikah, sebenarnya kami memberitahu hal-hal yang penting hanya kepada orang-orang terdekat kami saja. Tidak perlu banyak orang yang mengetahui dan percaya, hanya beberapa orang saja. Agar mereka bisa tetap disamping kami saat orang lain berebut untuk menjatuhkan kami.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Sayana93 #1
Chapter 4: Semoga segera di update ya sist ... Sweet banget keluarga merekaaa
LailaAisyah #2
Semangat kak...ditunggu lanjutannya
Syazella #3
Chapter 2: i love the story & i can imagine both Tae Eul & Lee Gon spending the lifetime together
Hope you can write more bout them...i'm waiting~~~
Thrysta
#4
Its a good story. I hope you can write it in english..