Our First Day

Journey of Us

Musim Semi, 2018

“Min Yoongi!!”

Yoongi berbalik dan mendapati sepasang manik sedang menatapnya dari kejauhan. Perempuan pemilik manik itu melambai sembari melemparkan senyum terbaiknya. Yoongi melepas sebelah earphone-nya dan mengecilkan suara musik dari ponselnya.

Perempuan itu berlari menyejajari Yoongi, menyamakan langkah mereka. “Bagaimana tadi kuliahmu?” tanya Hyejin, perempuan seusia Yoongi dengan surai cokelatnya yang ia ikat asal-asalan.

Yoongi hanya menatap lurus sambil mengendikkan bahunya. “Kau?” tanya Yoongi, mengembalikan pertanyaan Hyejin.

“Aku berkenalan dengan beberapa teman dan kurasa mereka semua orang baik. Memang tidak ada yang spesial tapi aku cukup bahagia,” jelas Hyejin.

“Semua memang terlihat baik di awal bukan?” ucap Yoongi.

“Lihatlah! Kau dan sikap pesimismu! Mengapa semua orang selalu terlihat buruk di matamu?” protes Hyejin sambil menyenggol lengan Yoongi.

“Kau yang tidak belajar dari pengalaman. Semua orang memang seperti itu.” Yoongi memposisikan dirinya bediri di sebelah bangku halte, membiarkan Hyejin mengambil alih sisi kosong bangku.

“Seperti waktu kita pertama kali bertemu bukan? Kau begitu membenciku dan tak pernah menganggap aku ada. Tapi lihatlah, kita bisa berteman hingga saat ini,” cerocos Hyejin.

“Itu kasuistik,” bela Yoongi. Ia kemudian melepas sebelah earphone-nya yangg lain dan memasukkannya ke dalam saku jaketnya, mencoba menyimak ocehan Hyejin.

“Tapi kau bilang semua orang sama saja? Pantas saja kau tidak punya banyak teman,” kata Hyejin agak kesal.

“Terserah apa katamu.” Yoongi langsung masuk ke dalam bus yang cukup sesak itu.

Hyejin berdiri di sebelah Yoongi tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Ia malas jika suasana hatinya rusak karena Yoongi dan sifat pesimisnya itu. Mereka saling diam cukup lama karena suasana di dalam bus juga sunyi, hanya suara mesin dan sedikit suara kendaraan yang menyusup masuk ke dalam bus.

“Kau pindah di sini saja,” kata Yoongi memecah keheningan.

Hyejin menengok ke sebelah kanannya dan mendapati seorang laki-laki dengan hoodie hitam. Ia menuruti perkataan Yoongi dan bertukar tempat dengan laki-laki itu.

Itulah Yoongi. Tidak ramah, tidak terlalu menyukai orang baru, hemat bicara, tidak punya ekspresi, tapi ia adalah teman—atau bisa dibilang seorang sahabat—yang sangat peka. Ia sangat menghargai perempuan, terutama ibunya. Itu juga menjadi alasan mengapa banyak teman-teman perempuan Yoongi yang salah mengartikan sikap Yoongi sebagai perasaan suka. Namun tidak dengan Hyejin yang berpikiran terbuka dan tidak salah paham dengan sikap Yoongi. Ia tahu Yoongi sebenarnya baik kepada semua orangn amun ia hanya sulit untuk mengekspresikannya.

 

Flashback

Musim Semi, 2012

Hyejin melihat keadaan sekitar. Ia berjalan ke sebuah bangku kosong di bagian belakang, di sebelah anak laki-laki berambut hitam.

“Apa aku boleh duduk di sini?” tanya Hyejin pada anak laki-laki itu.

“Kenapa?” tanya anak itu pada Hyejin.

Hyejin hanya mengerutkan dahi. Ia tak paham maksud anak itu.

“Kenapa kau harus duduk di sini?” tanya anak itu lagi, seakan tahu kalau Hyejin tidak mengerti.

“Ah. Aku lebih suka di belakang. Satu-satunya bangku kosong bagian belakang hanya ini,” jelas Hyejin.

“Aku tidak mau duduk denganmu,” kata anak itu sambil menaruh tasnya di bangku kosong di sebelahnya, menandakan bahwa ia tidak ingin siapapun duduk di sebelahnya.

“Kau ini kenapa? Egois sekali, sih!” Hyejin agak meninggikan suaranya. Beberapa anak mulai menoleh ke arah mereka.

“Kubilang tidak ya tidak! Apa kau tak mengerti?” anak itu juga ikut meninggikan suaranya.

“Kau yang tidak mengerti! Mengapa kau begitu egois? Apakah sekolah ini milikmu?” Suara Hyejin semakin keras dan kini semua anak melihat ke arah mereka.

“Ya! Aku duluan yang duduk di sini! Cari bangku lain!” anak itu berdiri sambil menggebrak meja.

Hyejin tak takut padanya. Ia mengambil tas anak itu dan menyerahkan kepadanya lalu duduk di bangku yang mereka perdebatkan. “Aku tidak akan pindah! Kau boleh menggangguku tapi aku tidak akan pindah!”

“Ya!” teriak anak itu sambil menggebrak meja lebih keras.

“Ada apa ini?” suara seorang laki-laki memecah ketegangan di antara mereka.

Semua anak menengok dan mendapati seorang guru berdiri di pintu kelas. Mereka kembali ke tempat duduk masing-masing, begitu pula dengan anak laki-laki di sebelah Hyejin. Ia memilih meredam amarahnya dan kembali duduk.

“Ada yang bisa menjelaskan kenapa kalian bertengkar di hari pertama bersekolah?” tanya guru itu lagi.

“Anak laki-laki itu tidak mau ada yang duduk di sebelahnya tetapi anak perempuan itu memaksa duduk di sebelahnya, Ssaem,” seorang anak berceletuk.

“Siapa nama kalian?” tanya guru itu.

“Kim Hyejin, Ssaem.”

“Min Yoongi.”

“Baiklah, Yoongi, Hyejin, dan semuanya. Sampai tahun kalian lulus, tidak boleh ada satupun dari kalian yang berganti teman duduk. Jika sampai ada yang berganti, Ssaem akan menghukum kalian berlari di lapangan dua puluh putaran,”

Yoongi hanya bisa merutuki Hyejin dalam hati sementara Hyejin tersenyum penuh kemenangan.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet