Three

Apostrophes

Soojung tahu Jinri adalah orang yang obsesif. Dan Jinri tidak mengerti kenapa Soojung bisa-bisanya memiliki pikiran untuk mengambil sesuatu yang merupakan milik Jinri. Apa Kim Myungsoo sungguh semenarik itu? ...oke, mungkin dia memang semenarik itu, tapi Soojung tetap tidak seharusnya melakukannya.

Hari itu, saat melihat apa yang Soojung dan Myungsoo lakukan, membunuh Jung Soojung bukanlah sesuatu yang ada dipikiran Jinri. Baru keesokan harinya, setelah dia bangun dari tidur singkatnya (yang dengan susah payah dia dapatkan) dan tidak menemukan satu pesan pun, satu penjelasan pun, dari Soojung maupun Myungsoo, Jinri merasakan darahnya mendidih, dan dia tidak bisa memikirkan satu hal apapun selain fakta bahwa Myungsoo adalah miliknya, dan dia tidak akan membiarkan Soojung atau siapapun itu memiliki Myungsoo.

Jadi Jinri mulai merancang rencananya.

Masalah utamanya adalah tentu saja bagaimana cara dia bisa membunuh Soojung. Jinri mungkin memiliki tubuh yang lebih besar daripada kebanyakan perempuan, tapi masalahnya Soojung juga tidak bisa dibilang bertubuh kecil. Menyerangnya dalam keadaan sadar mungkin memiliki risiko yang sangat besar, tapi berbeda jika Soojung berada dalam keadaan tidak sadarkan diri. Soojung adalah seorang lightweight, sedikit saja alkohol di tubuhnya dapat membuat Soojung tertidur, Jinri yakin dia bisa dengan mudah membunuh Soojung selama dia berhasil membuat temannya itu cukup mabuk.

Masalah selanjutnya, adalah bagaimana dia bisa lolos dari hal itu.

Dia mungkin bisa membuat kematian Soojung terlihat seperti bunuh diri, tapi itu berarti dia harus berada di tempat yang berbeda dengan Soojung saat kejadian untuk membuktikan bahwa dia tidak bersalah, yang tentu saja tidak mungkin karena bagaimana bisa Jinri membunuh Soojung dari tempat yang berbeda?

Jinri sungguh nyaris membatalkan rencananya (atau paling tidak menunda hingga waktu yang tidak bisa ditentukan), sampai dia menerima pesan dari Byun Baekhyun yang mengkonfirmasi keikutsertaannya untuk liburan di Gunung Jiri, lengkap dengan daftar teman-teman mereka yang telah pasti ikut (termasuk Soojung dan Myungsoo) juga sebuah link berisi foto villa yang akan mereka tempati, sebuah villa dengan balkon yang menghadap langsung ke jurang yang cukup dalam, sebuah tempat yang sangat sempurna untuk bunuh diri (atau untuk membunuh temanmu). Jinri tersenyum, membalas pesan Baekhyun bahwa dia akan tetap ikut. Jinri mungkin tidak bisa berada di tempat yang berbeda dengan Soojung pada saat kejadian, tapi dengan rencana yang tepat, dia bisa membuat alibi bahwa dia sedang bersama dengan orang lain, dan terbebas dari hukuman.

Sejak hari itu, Jinri menghabiskan sebagian besar waktunya untuk belajar mati-matian (karena dia sedang dalam masa ujian, ingat?) dan saat angka dan huruf di buku kuliahnya mulai tidak masuk akal lagi karena dia sudah terlalu lama belajar, Jinri menutup bukunya dan mulai mengkhayalkan berbagai skenario di mana dia bisa membunuh Soojung dan tetap terbukti tidak bersalah. Jinri bukanlah orang yang bodoh, dan hobinya menonton drama kriminal tentu sangat membantu dalam khayalannya, sehingga sekitar dua hari sebelum mereka berangkat, Jinri sudah memiliki sebuah rencana yang sempurna, atau hampir sempurna, selama semuanya berjalan mulus.

Tahap pertama dari rencananya adalah agar dia dan Soojung mendapatkan kamar dengan balkon di lantai dua. Hal itu berjalan dengan mulus walau Jinri harus berhutang satu janji dengan Jongdae demi bisa bertukar kamar. Yang kedua adalah memastikan Chanyeol yang bertanggung jawab atas minuman beralkohol untuk tidak membawanya, Jinri tidak bisa membiarkan Soojung minum lebih dahulu dan tertidur di ruang yang dipenuhi banyak orang. Tahap kedua ini juga terlaksana dengan mudah karena pada dasarnya, Chanyeol memang orang yang sangat pelupa.

Tahap yang paling penting, dan paling rawan terhadap kegagalan adalah tentu saja tahap dimana dia membunuh Soojung dan membuat alibinya. Rencana awal Jinri adalah begini; dia akan memulai perkelahian dengan Soojung, sehingga dia harus pindah ke kamar Chanyeol dan Kyungsoo, yang akan jadi alibinya selama malam itu, tentu saja setelah sebelumnya meninggalkan satu botol Soju yang dia bawa di dalam kamar Soojung. Kemudian Jinri akan menunggu Myungsoo untuk mengajaknya bicara setelah perkelahian dia dan Soojung (atau rencana B, jika Myungsoo tetap tidak memanggilnya maka Jinri yang akan pergi sendiri ke kamar Myungsoo karena dia harus keluar dari kamar Chanyeol). Terakhir, dia akan pergi berbicara dengan Myungsoo, pergi ke kamar Soojung yang Jinri yakin sudah tertidur lelap karena Soojung pasti akan terlalu stres setelah perkelahian mereka untuk tidak menghabiskan alkohol yang Jinri tinggalkan, menjatuhkan tubuhnya ke jurang melalui balkon, lalu kembali ke kamar Chanyeol dan Kyungsoo.

Rencana itu sayangnya, atau untungnya, tidak 100% berjalan sesuai keinginan Jinri. Malam itu, Myungsoo memang menghubunginya untuk bicara, memberikan Jinri kesempatan untuk keluar dari kamar, walau itu bukanlah kamar Chanyeol dan Kyungsoo karena sebelum Jinri sempat memulai perkelahian dengan Soojung, Baekhyun memberinya sebuah alasan untuk berpura-pura (atau mungkin benar-benar) marah, membuat Jongdae menawarkan Jinri untuk pindah ke kamarnya. Jongdae menyukainya, Jinri tau itu, mendapatkan Jongdae sebagai orang yang akan membuktikan alibinya mungkin jauh lebih menguntungkan daripada Do Kyungsoo yang sangat teliti.

Benar saja, Jongdae bahkan tidak begitu memperhatikan Jinri saat dia keluar dari kamarnya, dan saat kembali Jinri dengan cepat mengalihkan perhatian Jongdae (dengan memintanya tidur di kamar yang sama) agar teman kakaknya itu tidak memperhatikan bahwa Jinri mungkin menghabiskan waktu sedikit lebih lama dari yang dia katakan. Sehingga saat polisi menanyakan alibinya, Jongdae mengatakan kalau Jinri hanya keluar selama 15 menit, sama dengan alibi yang diberikan Myungsoo, walau jelas malam itu dia berada di luar lebih lama lagi.

Yang aneh adalah Myungsoo.

Malam itu Jongdae mungkin tidak dapat memperhatikan waktu karena alkohol yang dia konsumsi dan gangguan dari Jinri. Tapi Myungsoo benar-benar sadar, dan dia sudah tentu tau bahwa Jinri tidak berada selama 15 menit di kamarnya, mungkin hanya lima menit. Tapi Myungsoo tetap memberikan keterangan kalau malam itu mereka bertemu selama 15 menit.

Kenapa?

Jawabannya Jinri dapatkan saat Myungsoo mengajaknya bicara berdua saja hari itu, sehabis Sunggyu mengumumkan kalau kematian Soojung adalah karena bunuh diri.

 

“Selamat, Jinri.”

“Untuk?”

“Lolos dari pembunuhan pertamamu..” Myungsoo menyeringai, dan jika Jinri merasa sedikit terkejut, dia memastikan untuk tidak menampakkan hal itu.

“Apa yang kau bicarakan?”

“Ayolah sayang, kau tau aku tidak sebodoh itu kan? Lagipula kurasa aku berperan cukup besar dalam suksesnya rencanamu… kita tau malam itu kau dan aku bahkan tidak bertemu lebih dari tiga menit.”

Jinri menghembuskan nafas, terdiam sebentar untuk memikirkan apa yang harus dia lakukan, lalu mengangguk, toh dia tidak punya pilihan lain.

“Sejak kapan?”

“Aku tahu ada yang aneh saat malam itu kau terus-terusan menekankan masalah waktu, seolah-olah kau ingin membuatku beranggapan kalau kita bertemu selama 15 menit. Tidak sulit menebak apa yang terjadi setelah melihat jenazah Soojung di pagi harinya.”

Myungsoo memang adalah salah satu penentu keberhasilan rencananya, dan bayangkan betapa leganya Jinri saat Myungsoo memberitahu polisi bahwa mereka bertemu selama 15 menit, menciptakan alibi yang sangat Jinri butuhkan.

“Apa aku benar-benar terlihat seperti seorang gadis yang akan mencelakai temannya sendiri karena seorang pria?” Jinri bertanya dengan nada menuduh, maksudnya, hal itu memang benar. Tapi tetap aneh rasanya memikirkan Myungsoo, pacarnya sendiri, mengira (lebih tepatnya mengetahui) bahwa Jinri adalah seorang pembunuh.

“Kurasa semua orang memiliki kecenderungan psikopat, Jinri. Walau kebanyakan menyembunyikannya dan menahan diri untuk tidak melakukan apapun dengan kecenderungan itu, beberapa orang memilih untuk menurutinya.” Myungsoo melirik Jinri yang tampak mengernyit, “Dan kau tidak perlu merasa sekecewa itu aku mencurigaimu melakukan suatu hal buruk -yang memang kau lakukan, ngomong-ngomong. Kenapa menurutmu penyelidikan kasus ini hanya memakan waktu dua hari? Sunggyu hyung mengira aku pelakunya… Kakakku sendiri, mengira aku pelakunya, dan dia ingin menutup kasus ini secepat mungkin untuk melindungiku.”

Oh? “Sungguh?”

“Ya, dan aku mungkin juga sedikit mengarahkan kalau aku memang pelakunya dengan tidak menjawab apapun saat hyung menanyakan keterlibatanku dalam hal ini.”

“Dan kenapa kau melakukannya?”

Myungsoo tidak mendapatkan keuntungan apapun dari hal itu, jadi Jinri tidak mengerti kenapa Myungsoo tidak memilih untuk jujur, justru mengambil risiko untuk melindungi Jinri dan membuat dirinya sendiri dicurigai.

“Karena aku menyukaimu, Jinri.”

Suka? Jinri melipat kedua tangannya, memandangi Myungsoo dengan tatapan skeptis.

“Aku tidak bohong. Oke, mungkin hubungan kita akhir-akhir ini terasa… membosankan. Dan Soojung adalah gadis yang menarik dan dia juga jelas-jelas menganggapku begitu, jadi kami melakukannya. Saat kau melihat kami berdua hari itu, itu bukan yang pertama kalinya.”

Myungsoo berhenti, seolah menunggu Jinri untuk berteriak, meledak, atau melakukan apapun tapi Jinri hanya diam. Myungsoo melanjutkan ceritanya.

“Aku tidak ingat itu kali keberapa, tapi yang pasti setelah beberapa kami menghabiskan waktu bersama, aku kembali mulai merasa bosan. Apa yang kami lakukan menarik karena itu adalah hal yang ...terlarang? Dan risiko bahwa kau bisa mendapati kami, mengetahui apa yang kami lakukan membuat semuanya dua kali lipat lebih menyenangkan. Sayangnya Soojung terlalu berhati-hati, selalu memaksaku untuk bertemu di hotel yang jauh atau tempat tersembunyi lain untuk menghidari tidak sengaja bertemu denganmu. Yang paling menyebalkan adalah Soojung mulai benar-benar menyukaiku, dia tidak mengatakannya secara langsung, tapi aku bisa merasakannya kau tau? Dan dia memang gadis yang menarik, tapi aku tidak bisa melihat hubungan kami lebih dari apa yang sedang kami lakukan, jadi aku mulai menyusun rencana untuk bisa mengakhiri semuanya.

Kita memiliki jadwal menonton rutin di kamarku setiap minggu siang, dan dengan susah payah aku berhasil membujuk Soojung untuk bertemu di sana sekitar setengah jam sebelum kau datang agar kau bisa melihat kami berdua. Aku masih menyukaimu Jinri. Tapi seperti yang aku bilang, hubungan kita memang terasa membosankan jadi kukira dengan kau mengetahui bahwa aku memiliki orang lain, semuanya akan jadi lebih menarik. Dan walau apa yang terjadi benar-benar di luar perkiraanku, aku tidak mengeluh karena nyatanya hal ini jauh lebih baik lagi…” Myungsoo menyelesaikan ceritanya, bibirnya dihiasi dengan seringai.

“Aku membunuh sahabatku sendiri adalah hal yang baik?”

“Kau membunuh sahabatmu sendiri dan berhasil lolos adalah hal yang sangat baik.”

Jinri menatap Myungsoo dengan pandangan tidak percaya. Wow, tampaknya dia bukan satu-satunya orang yang tidak waras dalam hubungan ini, apa ini yang membuat Jinri sangat tertarik pada Myungsoo?

“Tidak perlu sekaget itu, sayang. Seperti yang aku bilang semua orang memiliki kecenderungan psikopat, beberapa orang mungkin hanya memiliki kecenderungan ringan, beberapa orang lagi, seperti kau dan aku, memiliki kecenderungan yang lebih berat sehingga kita tidak memiliki pilihan lain selain untuk menurutinya. Kita adalah pasangan yang sangat cocok, Jinri.”

“Jadi?”

“Jadi… well, aku tahu hubungan kita benar-benar berantakan akhir-akhir ini. Tapi aku benar-benar menyukaimu, jadi… kita masih bersama, kan?” Myungsoo bertanya dengan nada tidak yakin, pergi sudah Myungsoo yang tadi dengan sangat percaya diri mengatakan bahwa membunuh temanmu sendiri adalah hal yang baik.

“Aku-”

“Kau tidak harus menjawabnya sekarang tentu saja, beri aku jawaban saat kau sudah siap.” Myungsoo menghembuskan nafas, lalu ekspresinya kembali berubah menjadi percaya diri, dia menyeringai. “Aku hanya ingin mengingatkan kalau aku tahu semua rahasiamu dan Kakakku adalah polisi yang bertanggung jawab atas kasus ini.”

Apa Myungsoo baru saja mengancamnya? Jinri tertawa kecil.

“Baiklah, aku akan memberikan jawaban secepatnya.” Jinri berdiri dari tempat duduknya, masih setengah tertawa.

Sial, Myungsoo baru saja mengancamnya.

“Aku berharap itu jawaban yang aku inginkan, Jinri.”

Ya, toh mereka berdua sama-sama tau Jinri tidak punya pilihan lain.

 

Saat Jinri keluar dari cafe, dia mendapati Jongdae bersandar di mobil maserati hitam -milik Kyungsoo, yang ada di tempat parkir. Dan jujur saja, dia tidak terkejut.

“Aku menunggumu.” Jongdae berkata, membuka pintu di sebelah kanan untuk Jinri sambil menunduk menyembunyikan wajahnya yang sedikit memerah. Lucu sekali.

“Terimakasih, dimana Chanyeol?”

“Pulang duluan dengan Kyungsoo.” Jongdae menjawab, lalu berjalan untuk masuk ke tempat duduknya di sebelah kiri dan mulai mengemudi. “Jadi… apa yang kalian bicarakan?”

“Huh?”

“Kau dan Myungsoo, apa yang kalian bicarakan tadi?”

Ah… dia memintaku untuk kembali.”

“Dan apa jawabanmu, Jinri?”

Jinri memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Jongdae, memandangi jalan yang ada di hadapannya. Jalan mereka menuju Seoul memang cukup lancar, tapi kemacetan terjadi di arah yang berlawanan menuju Gunung Jiri. Sekarang masih masa liburan semester, apa yang terjadi pada Soojung jelas tidak mengurangi minat orang-orang ini untuk menghabiskan waktu libur mereka di sana. Jinri harap tidak ada lagi kejadian yang sama, paling tidak tidak di Gunung Jiri atau kota ini mungkin akan mulai kehilangan sebagian pendapatannya yang berasal dari para wisatawan.

 

“Hey, apa kau masih ingat saat aku kehilangan sendok dari set alat makanku saat sekolah menengah?” Jinri bertanya pada Jongdae setelah mereka menghabiskan paling tidak setengah jam perjalanan dalam diam.

“Ya, kekacauan yang kau buat hari itu terlalu luar biasa untuk dilupakan.” Jongdae tertawa.

“Aku tidak membuat kekacauan…” Jinri cemberut, yang hanya membuat tawa Jongdae lebih keras, lalu melanjutkan. “Aku hanya tidak bisa berhenti menangis saat itu. Aku benar-benar benci fakta bahwa sesuatu yang adalah milikku dapat dimiliki oleh orang lain.”

“Sampai sekarang aku tidak tau apa yang akhirnya membuatmu berhenti menangis. Apa karena kau akhirnya kelelahan?”

“Tidak. Aku berhenti menangis saat ayah mematahkan sumpit dan garpu yang tersisa, dia bilang dengan begitu tidak ada lagi orang yang bisa memiliki set alat makan tersebut selain aku.”

“Tapi kau juga tidak bisa menggunakannya lagi, Jinri.”

Well, sendokku hilang, aku tetap tidak akan bisa menggunakannya dengan sempurna. Jika aku tidak bisa memiliki seluruh set alat makanku, bukankah lebih baik untuk menyingkirkan semuanya dan membeli yang baru? Dengan begitu tidak ada yang bisa menggunakan sisanya, tidak ada yang bisa menggunakan barang milikku lagi.”

Oh!

“Aku tidak mengerti…” Jongdae mengerutkan keningnya.

Jinri tersenyum, tapi tidak membalas perkataan Jongdae, sibuk mengirimkan pesan kepada Myungsoo.

Jawabanku adalah iya. Mau liburan bersama? Kau tahu liburan terakhir kita tidak bisa dikatakan berjalan dengan lancar...

Jawaban dari Myungsoo datang tidak sampai satu menit kemudian, seolah-olah pria itu memang sedang menunggu pesannya.

Tentu saja! Kau bisa pilih tempatnya. Mau pergi besok? Atau minggu depan?

Ah ini benar-benar mudah…

Minggu depan! Aku perlu membuat rencana!!

Jadi sekarang, Jinri hanya perlu membuat rencana, lagi.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
babbychoi
#1
Chapter 2: Tuh kan! Aku tuh nggak bisa tenang kalo baca cerita kakak. Otaku pasti muter dan—
Kenapa Jinri?
choramyun99 #2
Chapter 3: Such a great story.... Aku kangen kakak tau... Kaget banget pas liat notif ada cerita baru dan authornya adalah kakak.... Beneran gak sabar nunggu cerita kakak lainnya. Apalagi The Truth, sumpah penasaran kelanjutannya. Semangat ya kak!!!