Two

Apostrophes

Nyatanya, Jongdae memang tidak ikut mendaki. Karena tidak ada satupun dari mereka yang pergi mendaki hari itu.

Jinri dan Jongdae sudah siap dengan perlengkapan mendaki mereka pada pukul 5 pagi, menunggu anggota lain di ruang makan sambil menyantap roti bakar yang disiapkan Kyungsoo. Chanyeol dan Baekhyun menyusul sepuluh menit kemudian, tampak dalam suasana hati yang lebih baik dari kemarin, atau mungkin mereka hanya lapar karena begitu tiba di ruang makan, keduanya langsung bergulat untuk mengambil roti bakar di piring Jongdae. Jinri merasa semuanya benar-benar kembali seperti sedia kala, andai saja Chanyeol tidak kembali mencoba menyerang Myungsoo yang masuk ke ruang makan tidak lama kemudian. Beruntung walau Kyungsoo memiliki fisik yang paling kecil diantara yang lain, pria itu cukup kuat untuk menarik tubuh Chanyeol dan memaksanya duduk di sebuah kursi di sisi yang berlawanan dengan Myungsoo.

 “Aku sudah menyelesaikan semuanya tadi malam. Aku tau kau hanya mencoba untuk melindungiku dan menjadi kakak sepupu yang baik, oppa…” Jinri menyeringai pada Chanyeol yang wajahnya kembali memerah, “Tapi sekarang aku, kami, sudah baik-baik saja.”

“Baiklah…” Chanyeol mengangguk, matanya yang sejak awal tidak berhenti melotot kepada Myungsoo sekarang beralih ke arah Baekhyun yang duduk di sebelah Jongdae, yang sedang berbisik ‘aku tau Chanyeol memiliki oppa-kink’ pada temannya itu, Chanyeol mengerang.

“Berhenti mengejekku!”

“Aku tidak sedang mengejek, hanya menyatakan fakta. Setiap orang memiliki ..uh, kesukaan yang berbeda-beda, dan aku menghargai semua jenis kink, Chanyeol.” Baekhyun menjawab, lalu tertawa terbahak-bahak saat melihat Chanyeol yang sekarang berwajah semerah tomat berdiri dan berjalan keluar ruang makan sambil menggerutu, “Aku akan memanggil Soojung, aku heran kenapa Jinri tidak membangunkannya.”

“Dia tidak tahu?” Jinri bertanya setelah Chanyeol sudah cukup jauh.

“Dia tahu apa yang aku lakukan..” Myungsoo menjawab sambil menunduk, memandangi roti dihadapannya. “…tapi tidak dengan siapa aku melakukannya.”

Tampaknya Chanyeol bukan satu-satunya yang tidak mengetahui hal itu, karena begitu menyadari apa yang terjadi, Byun Baekhyun mendadak berdiri, memukul kepala Myungsoo dengan satu tangan sementara tangan yang lain mengambil sarapan Myungsoo, lalu kembali duduk.

“Aku layak mendapatkannya.” Myungsoo mengernyit sambil memegangi kepalanya yang terasa berdenyut, walau menghabiskan nyaris seluruh waktunya bermain game di komputer, pukulan Baekhyun cukup kuat untuk membuat Myungsoo menyesal pernah meremehkan pria ini.

“Kau layak mendapatkan lebih banyak lagi. Aku akan memastikan Chanyeol mengetahuinya, nanti, setelah kita kembali pulang dan memiliki akses yang dekat dengan rumah sakit. Karna aku yakin dia tidak akan bisa berhenti sebelum kau nyaris mati.” Baekhyun menggerutu, “Bagaimana bisa aku terlalu bodoh untuk tidak menyadari hal ini? Aku pikir Soojung hanya menangis karena melihat perkelahian Chanyeol dan Myungsoo. Siapa yang tau kalau dia juga terlibat. Tunggu dulu.. jadi tadi malam, aku melihatmu ada di kamarku, bukan, di kamar Jongdae.. kau tidur disana?”

Jinri mengangguk.

“Bersama Jongdae?” Baekhyun menatap Jongdae dengan tatapan jahil.

“Ya, tapi tidak seperti itu!”

“Wow aku akan menyewa dua kamar di rumah sakit saat kita pulang nanti.” Baekhyun tertawa, namun tawanya berhenti saat Chanyeol ternyata sudah kembali memasuki ruangan, sendirian.

“Siapa yang sakit?”

“Tidak ada.” Jinri menjawab sebelum Baekhyun sempat bicara apapun. “Mana Soojung?”

“Oh! Iya! Soojungie tidak ada di kamarnya.”

“Kau yakin?”

“Ya, dia tidak ada di kamarnya, atau dimanapun. Apa Soojung pergi keluar?” Chanyeol terlihat bingung, “Tapi untuk apa?”

“Kita tunggu saja.” Myungsoo yang menjawab, “Soojung tidak mungkin pergi jauh dengan berjalan kaki. Mungkin dia hanya mencari angin segar sebentar untuk… menenangkan diri.”

 

Soojung kembali pada pukul 06.30, saat matahari sudah terbit.

Atau lebih tepatnya, Soojung ditemukan pada pukul 06.30, saat matahari sudah terbit dan mereka dapat dengan jelas membedakan kumpulan pohon, dengan tubuh manusia.

Kyungsoo yang pertama menemukannya, saat mereka akhirnya keluar untuk mencari Soojung. Dia berteriak, jauh lebih nyaring daripada teriakannya tadi malam, membuat semua orang berlari menuju tempat Kyungsoo berdiri di sisi jurang, menunjuk ke arah sosok berbaju merah yang tersangkut diantara pepohonan dan sampah di bawah, paling tidak 20 meter dari tempat mereka berdiri sekarang.

Jinri ingin berkata bahwa Soojung mengenakan baju putih, bukan merah. Tapi dia mengurungkan niatnya karena setelah dia dapat melihat dengan lebih jelas, sosok itu jelas Soojung. Dan bajunya memang putih, hanya terlihat merah karena darah, banyak darah.

“Sial, aku harus menelpon kakakku.”

 

Kakak Myungsoo, Kim Sunggyu, adalah seorang polisi muda yang bekerja di kantor kepolisian distrik Jeonju. Kini pria yang menurut Jinri tidak-setampan-tapi-sama- menariknya-dengan-Myungsoo itu berdiri di hadapan mereka semua di ruang tamu. Wajahnya terlihat sangat tenang, bahkan saat pertama kali tiba di tempat ini tiga jam lalu dan mendapati bahwa adiknya mungkin saja terlibat dengan sebuah kasus pembunuhan, wajahnya tidak terlihat panik sama sekali. Atau mungkin itu hanya untuk mempertahankan facade-nya sebagai polisi saja, sebab Jinri sempat melihat Sunggyu menarik Myungsoo ke salah satu ruangan dan berbicara dengannya secara privat dan cukup lama tadi, lagi pula tidak mungkin dia memarahi Myungsoo di depan semua orang, kan?

“Berdasarkan hasil pemeriksaan pertama, sementara ini kami menduga bahwa Soojung bunuh diri dengan menjatuhkan dirinya dari balkon kamar. Sekitar pukul 11 sampai 12 tadi malam. Tidak ada bukti perlawanan, dia meninggal karena kehabisan darah. Walau tentu saja, itu hanya dugaan sementara.” Sunggyu menjelaskan.

“Karena itu aku mau satu persatu dari kalian masuk ke ruang ‘investigasi’,” Sunggyu menunjuk ke kamar yang sebelumnya ditempati Myungsoo, “dan jawab semua pertanyaan yang kami berikan.”

“Bukankah seharusnya kita melakukannya di kantor polisi? Dan ..uh, mungkin diberikan pilihan untuk membawa pengacara atau semacamnya?” Do Kyungsoo bertanya, raut wajahnya terlihat bingung.

“Kami akan memeriksa kalian sebagai saksi, bukan tersangka, walau tentu saja kalian memiliki hak untuk diam, dan mungkin besok atau lusa, setelah kami mengirimkan surat pemeriksaaan, kalian bisa datang ke kantor polisi dengan pengacara masing-masing.” Sunggyu memberikan pilihan, “Jadi bagaimana? Masih ada yang tidak setuju?”

Uh, Jinri tidak yakin apa Sunggyu benar-benar memberikan mereka pilihan sama sekali. Jadi Jinri menggeleng, dan melihat bahwa tidak ada satu orangpun yang mengangkat suara kembali, tampaknya mereka semua sepakat bahwa mereka memang tidak punya pilihan lain.

“Bagus, aku akan mulai dengan Myungsoo.” Sunggyu menunjuk Myungsoo yang duduk di sofa, di sisi yang berlawanan dengan Jinri, lalu memasuki ruang ‘investigasi’ terlebih dahulu.

Myungsoo berdiri, menoleh ke arah Jinri dengan ekspresi ragu sementara beberapa saat, lalu memutuskan untuk menghampirinya, tidak menghiraukan tatapan bingung yang lain. Myungsoo meraih tangannya dan Jinri meringis saat merasakan telapak Myungsoo yang terasa panas, atau telapak tangannya yang terlalu dingin?

“Semuanya akan baik-baik saja.”

Jinri ingin mendesis, tidak kamu tidak mengerti, tapi Myungsoo memang tidak akan mengerti, jadi Jinri mengangguk dan berharap semuanya sungguh akan baik baik saja. Jinri mengangkat wajahnya ke Myungsoo yang tampak mengernyit, apa dia bisa mendengar pikiran Jinri?

“Percayalah padaku,” Myungsoo memeluknya, dari sudut matanya Jinri bisa melihat Chanyeol dan Jongdae yang duduk bersebelahan melotot ke arah mereka. Tersenyum kecil, Jinri membalas pelukan Myungsoo. “Aku berjanji kita akan kembali seperti semula.”

Tentu saja, karena masalah kita sudah tidak ada, iya kan?

 

“Apa hubunganmu dengan Jung Soojung?” Adalah pertanyaan pertama Sunggyu begitu Jinri memasuki ruangan. Jinri menghembuskan nafas, hubungan mereka?

“Kami adalah sahabat..” dulu. Jinri melihat ke arah Sunggyu yang hanya diam, seolah memintanya untuk menjelaskan lebih rinci, jadi dia melanjutkan, “Kami bertemu di hari pertama sekolah menengah, aku tidak memiliki begitu banyak teman, sebelumnya aku hanya bergabung dengan Chanyeol dan teman-temannya. Soojung juga begitu, dia juga tampak tidak memiliki bakat dalam membuat teman jadi, yeah, mudah menjadi akrab saat kau sama sama sendirian.”

“Lalu bagaimana dengan hubungan kalian dan Myungsoo?”

“Kau sudah tau semuanya.” Jinri berkata dengan nada menuduh, tentu saja, Myungsoo pasti memberitahu Sunggyu apa yang terjadi diantara mereka.

“Yang aku tau adalah dari sudut pandang Myungsoo, aku mau mendengarnya dari sudut pandangmu.”

“Dan hal itu relevan dengan kasus Soojung karena?”

“Kami perlu alasan, Jinri. Baik dia benar-benar membunuh dirinya sendiri, atau seseorang membunuhnya, kami perlu alasan. Dan aku hampir seratus persen yakin bahwa alasannya memiliki hubungan erat dengan masalah kalian.”

“Kau mencurigaiku?”

“Tentu tidak!” Sunggyu menggeleng dengan cepat, “Sekali lagi kau bisa menolak untuk mengatakan apapun, tapi akan sangat membantu jika kau mau bekerja sama.”

Jinri terdiam beberapa saat, lalu menghembuskan nafas sebelum mulai bercerita. “Aku mengenal Myungsoo di akhir semester satu. Do Kyungsoo, teman Chanyeol yang memakai kaca mata itu, dia yang mengenalkan kami. Mengatakan bahwa dia sudah lelah melihat Chanyeol yang selalu melotot setiap kali salah satu dari mereka -terutama Baekhyun atau Jongdae, terlihat terlalu dekat denganku. Ide Kyungsoo berjalan mulus tentu saja, Myungsoo menurutku adalah pria yang… sempurna.” Jinri melirik Sunggyu, bersiap untuk melihat ekspresi jijik karena perkataan Jinri tadi tapi wajah Sunggyu tetap serius, Jinri melanjutkan. “Tidak membutuhkan waktu lama hingga aku dan Myungsoo meresmikan hubungan kami, dan Chanyeol berhenti mengganggu ketiga temannya setiap kali aku terlalu ‘dekat’ dengan salah satu dari mereka, walau Myungsoo harus rela menjadi penerima dari pelototan Chanyeol yang syukurlah hanya berjalan sekitar dua bulan pertama hubungan kami. Seperti yang aku bilang Myungsoo adalah pria yang sempurna, tidak sulit baginya untuk membuat Chanyeol berhenti menjadi kakak yang overprotective dan justru mulai memanggil Myungsoo dengan sebutan adik ipar.”

“Tapi nyatanya Kim Myungsoo tidak sesempurna itu.” Sunggyu berkata, seolah mereka sedang membicarakan orang lain dan bukan adiknya sendiri.

“Tentu saja, karena Myungsoo juga manusia. Aku yakin dia sudah memberitahumu tentang apa yang terjadi pada ...hari itu. Dan aku tidak berniat untuk mengulanginya kembali. Myungsoo berkata semuanya adalah kesalahan, dan Soojung… dia tidak mengatakan apapun.” Tapi entah kenapa, Jinri memiliki perasaan bahwa untuk Soojung, apa yang dia dan Myungsoo lakukan bukan benar-benar sebuah kesalahan.

“Apa menurutmu Soojung menyesali semuanya? Merasa cukup menyesal untuk membunuh dirinya sendiri?”

Soojung terlihat menyesal, Jinri bisa lihat itu, semua orang dengan otak yang berfungsi dengan baik bisa lihat itu. Tapi untuk merasa begitu menyesal hingga membunuh dirinya sendiri?

“Tidak..” Jinri menunduk, “Aku tidak tahu..”

“Baiklah, sekarang beritahu aku dimana kau tadi malam dari pukul 11 hingga 12.”

“Kau memang mencurigaiku..”

Sunggyu menggeleng lagi, sekarang dengan senyum. “Aku menanyakannya ke semua orang. Aku berharap kau menjawabnya dengan jujur karena jawabanmu diperlukan untuk membuktikan alibi beberapa orang..”

Oh, alibi memang penting..

“Aku asumsikan kau sudah tau apa yang terjadi kemarin malam saat kami berkumpul di ruang tengah untuk bermain jujur atau tantangan..” Sunggyu mengangguk, “Setelah aku sedikit.. meledak, aku pergi ke kamarku dan Soojung, Jongdae mengikutiku dan mengajakku untuk tidur di kamarnya. Aku setuju, jadi kami pergi ke kamarnya dan mulai minum bersama. Aku tidak begitu ingat waktunya dengan detail, yang aku yakin pada pukul 11 aku sedang minum bersama Jongdae. Sekitar pukul setengah 12, Myungsoo mengirimiku pesan untuk menemuinya jadi aku pergi ke kamarnya. Tidak lama, hanya sekitar 15 menit mungkin? Lalu aku kembali ke kamar Jongdae dan setelah itu kami tidur.”

“Alibimu sesuai dengan Myungsoo dan Jongdae.”

“Jadi semua orang memiliki alibi?”

Sunggyu menatap Jinri, wajahnya terlihat ragu sebelum akhirnya menjawab, “Chanyeol dan Kyungsoo selalu bersama, Baekhyun bermain game online hingga pukul 2 pagi, mudah untuk membuktikan alibinya dengan memeriksa rekaman di komputer. Masalahnya adalah..” Sunggyu berhenti untuk menarik nafas.

“Masalahnya adalah?”

“Satu-satunya yang bisa membuktikan alibi Myungsoo dan Jongdae adalah kau, dan memang benar kau sedang bersama mereka pada saat itu. Masalahnya adalah, selain saat mereka sedang bersamamu, mereka benar-benar sendirian. Jadi tidak ada siapapun yang bisa membuktikan apa yang sedang dilakukan Myungsoo sebelum dan sesudah kalian bertemu, dan apa yang sedang dilakukan Jongdae saat kau pergi menemui Myungsoo.”

Jadi Sunggyu ingin mengatakan bahwa Myungsoo dan Jongdae mungkin saja...

“Tapi mereka tidak memiliki motif apapun untuk mencelakai Soojung!”

“Apa yang membuatmu berpikiran begitu?”

“Jongdae bahkan tidak begitu mengenal Soojung. Maksudku, Soojung adalah sahabat dekatku dan aku sudah mengenal Jongdae sejak sekolah menengah pertama, tapi keduanya tidak benar-benar akrab? Soojung jarang bergabung saat aku makan siang bersama Chanyeol dan teman-temannya yang lain, dan jika dia kebetulan ikutpun, Soojung tidak begitu banyak bicara. Aku bahkan tidak yakin mereka tau nomor telepon masing-masing. Sangat tidak masuk akal jika Jongdae melakukan.. hal apapun itu kepada Soojung.”

“Lalu Myungsoo?”

“Myungsoo dan Soojung…” Jinri berhenti sejenak, bagaimana hubungan mereka sebenarnya? “...aku tidak tau. Tapi aku yakin tidak ada alasan baginya untuk mencelakai Soojung.”

Jinri sungguh tidak tahu bagaimana hubungan Soojung dan Myungsoo sebenarnya. Mereka tidak pernah terlihat terlalu dekat. Tentu saja mereka pernah bertemu, beberapa kali bahkan, tapi baik Soojung maupun Myungsoo adalah tipe orang yang tidak banyak bicara, setiap kali mereka bertiga bersama, untuk makan siang biasanya, paling tidak 80% dialog mereka diisi oleh Jinri sedang Soojung dan Myungsoo lebih memilih untuk diam dan tidak berinteraksi satu sama selain. Sehingga apakah hal yang mereka lakukan hari itu benar-benar kesalahan yang baru pertama kali mereka lakukan, atau itu adalah kali kesekian dan Jinri hanya terlalu bodoh menyadarinya, Jinri benar-benar tidak tau.

Tapi Sunggyu terlihat mengerutkan dahi, tampak kurang puas dengan jawaban Jinri.

“Oh, ayolah! Kau adalah Kakak Myungsoo, bagaimana bisa kau tidak percaya dengan adikmu sendiri!”

“Aku percaya Myungsoo, tapi aku tidak bisa membuktikan alibinya hanya dengan kepercayaan. Aku butuh sesuatu yang lebih nyata.”

Myungsoo bukanlah orang yang mencelakai Soojung, Jinri tau pasti hal itu. Masalahnya adalah, bagaimana cara membuktikannya? Ini bukan tugasnya untuk mendapatkan bukti, itu tugas Sunggyu dan rekan-rekannya, tapi Jinri tidak akan membiarkan Myungsoo (atau Jongdae) dijatuhi hukuman untuk suatu kejahatan yang mereka tidak lakukan.

“Myungsoo tidak pernah memasuki kamarku -kamar Soojung. Jongdae juga tidak.”

“Sungguh?”

Jinri mengangguk. Soojung jatuh dari balkon kamarnya, dan jika hal itu bukan hal yang dia lakukan sendiri baik bunuh diri maupun kecelakaan, namun sesuatu yang disengaja oleh orang lain yang ingin mencelakainya, maka orang tersebut pasti masuk ke dalam kamar. Dan walau Jongdae pernah mendekati kamarnya, berdiri di depan pintu saat menawarkan Jinri untuk memakai kamarnya, dia tidak pernah memasuki kamar itu. Sementara Myungsoo bahkan tidak pernah naik ke lantai atas, kamarnya berada di lantai dasar dan dia tidak memiliki alasan untuk menemui siapapun yang berada di lantai atas, hubungannya dengan Jinri sedang tidak baik dan dia juga tidak begitu dekat dengan Jongdae dan Baekhyun (yang juga berada di lantai atas). Dan Jinri yakin, atau harap, Myungsoo tidak pergi ke atas untuk menemui Soojung.

“Villa ini memang tidak memiliki cctv, tapi kita bisa membuktikan bahwa mereka tidak pernah memasuki kamar itu dengan memeriksa sidik jari, atau mungkin rambut.” Sunggyu menatap Jinri, lalu melanjutkan dengan nada sedikit khawatir. “Mari berharap Myungsoo benar-benar tidak pernah memasuki kamar Soojung.”

 

Jinri memiliki waktu dua hari sebelum dia mendapat jawaban dari pertanyaan itu.

Setelah kembali ke tempat tinggalnya sendiri, Jinri memilih untuk menghindari bertemu dengan semua orang, termasuk Chanyeol yang pada hari pertama terus menggedor kamarnya paling tidak sekitar setengah jam sekali, Jinri bersyukur Chanyeol tidak melakukannya lagi di hari kedua atau mereka akan mendapat komplain dari tetangganya. Dia juga menolak untuk membalas pesan dari semua orang yang berlibur bersamanya saat itu. Jinri memiliki paling tidak 50 panggilan tidak terjawab dan ratusan pesan terutama dari Chanyeol, Myungsoo dan Jongdae saat akhirnya dia menerima pesan dari Sunggyu, memintanya untuk datang ke cafe yang terletak tepat di hadapan kantor polisi tempat Sunggyu bekerja. Jadi sekitar dua puluh menit kemudian, saat pintu kamarnya kembali diketuk dengan kencang dan suara Chanyeol terdengar, Jinri membuka pintu dan pergi ke tempat yang diminta Sunggyu bersamanya (tentu saja setelah sebelumnya menghabiskan waktu paling tidak lima menit di pelukan erat kakak sepupunya itu yang terus menerus menanyakan apakah Jinri benar-benar baik baik saja).

Mereka adalah orang terakhir yang tiba di sana, dan Jinri tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya saat melihat wanita yang duduk di sebelah Baekhyun, dosen sejarah musiknya.

“Tidak perlu merasa sekaget itu Nona Choi, villa tempat kalian berlibur adalah milikku jadi mau tidak mau aku juga terlibat dengan hal ini.” Profesor Kim memiliki kebiasaan memanggil mahasiswanya dengan nama pertama mereka. Dia ingin terdengar lebih berwibawa, walau menurutku dia tidak bisa membedakan antara terdengar berwibawa dan terdengar tua. Baekhyun pernah mengatakan alasannya kepada Jinri.

Jinri mengangguk tanpa membalas perkataan Profesor Kim. Lalu memilih untuk duduk di salah satu dari dua bangku yang tersisa, tepat di sebelah Sunggyu, membiarkan Chanyeol mengambil bangku kosong di dekat Myungsoo.

“Kami telah menyelesaikan penyelidikan atas kasus yang menimpa Jung Soojung.” Sunggyu memulai tanpa basa-basi. “Sesuai pemeriksaan pertama, kami tidak menemukan bukti perlawanan dari tubuhnya, selain itu kami juga tidak menemukan bukti yang menunjukan siapapun pernah memasuki kamar Soojung sekitar waktu perkiraan kematiannya. Yang artinya dia sedang sendirian pada saat itu, sehingga kami memutuskan bahwa kematian Jung Soojung disebabkan oleh bunuh diri. Kita tau Soojung sedang mengalami banyak… masalah, jadi kami memperkirakan pada malam itu dia mengkonsumsi lebih banyak alkohol daripada yang biasa dia konsumsi, menjadi terlalu mabuk dan tidak mampu berpikir jernih sehingga membuatnya mengambil keputusan ekstrim.”

Tidak ada yang bertanya dari mana Soojung bisa mendapatkan alkohol walau Chanyeol lupa membawa beer, dan Chanyeol, satu satunya yang tidak tahu mengenai apa yang terjadi diantara Soojung dan Myungsoo juga tidak mempertanyakan mengenai ‘masalah’ yang dimaksud Sunggyu. Jadi Jinri memutuskan bahwa tampaknya semua orang sudah mengetahui semua hal yang terjadi pada hari itu. Dan melihat memar di wajah Myungsoo yang terlihat semakin besar, dugaan Jinri tampaknya memang benar.

“Jadi kapan aku bisa kembali menggunakan villaku?”

“Kami sudah mengirim tim untuk membereskan semuanya tadi pagi. Jadi kurasa kau bisa langsung menggunakannya mulai hari ini.”

“Oh syukurlah.” Profesor Kim berdiri, dan Jinri baru menyadari koper besar yang berada di belakangnya. “Aku -kami, juga perlu liburan, aku selalu kesulitan meminta Byun untuk diam di dalam kelas -atau dimanapun juga. Tapi untuk kali ini aku benar-benar berharap dia berhenti diam.”

Dan benar saja, Byun Baekhyun yang mulutnya hampir tidak pernah tertutup kali ini hanya diam. Memberikan anggukan pada yang lain seolah mengucap salam lalu ikut berdiri dan berjalan keluar bersama Profesor Kim.

“Mereka terlihat seperti ibu dan anak.” Chanyeol mencoba bergurau, tapi tidak ada yang menghiraukannya.

“Jadi… begitu saja?” Jinri bertanya kepada Sunggyu. Kenapa hal ini terasa sangat cepat? Seseorang meninggal karena jatuh dari balkon dan hanya membutuhkan waktu dua hari untuk memecahkan kasus ini? Bukan berarti Jinri mengeluh sih tapi…

“Ya, begitu saja.” Sunggyu mengangguk, lalu berdiri sambil berkata kepada adiknya, “Kau tetap pulang ke rumah hari ini kan, Myungsoo?”

“Tentu, tapi aku perlu bicara dengan Jinri..”

Jinri memandang Myungsoo, tidak begitu merasa terkejut karena masalah mereka belum benar-benar selesai, kan? Jinri mengangguk, berpura-pura tidak melihat Chanyeol yang mencoba menyerang Myungsoo (lagi?) namun ditarik keluar cafe secara paksa oleh Jongdae dan Kyungsoo.

“Aku tau adikku melakukan kesalahan padamu, Jinri. Tapi tolong bilang pada Chanyeol kalau aku hanya akan membiarkannya menyentuh Myungsoo satu kali, kali kedua, aku akan memastikan dia menghabiskan waktu paling tidak satu tahun di penjara.” Sunggyu mendengus, menepuk pundak Myungsoo sambil berjalan keluar, “Aku tunggu di kantor.”

“Aku rasa kakakmu memiliki brother complex…

“Yeah, seperti kakak sepupumu.”

Jinri mengangguk tanpa membalas, memandangi wajah Myungsoo yang menurutnya masih tetap sangat luar biasa menarik walau dihiasi memar besar dari Chanyeol, dan mendapati bahwa Myungsoo juga sedang memandanginya.

“Selamat, Jinri.”

“Untuk?”

“Lolos dari pembunuhan pertamamu..”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
babbychoi
#1
Chapter 2: Tuh kan! Aku tuh nggak bisa tenang kalo baca cerita kakak. Otaku pasti muter dan—
Kenapa Jinri?
choramyun99 #2
Chapter 3: Such a great story.... Aku kangen kakak tau... Kaget banget pas liat notif ada cerita baru dan authornya adalah kakak.... Beneran gak sabar nunggu cerita kakak lainnya. Apalagi The Truth, sumpah penasaran kelanjutannya. Semangat ya kak!!!