Two

Apostrophes
Please Subscribe to read the full chapter

Nyatanya, Jongdae memang tidak ikut mendaki. Karena tidak ada satupun dari mereka yang pergi mendaki hari itu.

Jinri dan Jongdae sudah siap dengan perlengkapan mendaki mereka pada pukul 5 pagi, menunggu anggota lain di ruang makan sambil menyantap roti bakar yang disiapkan Kyungsoo. Chanyeol dan Baekhyun menyusul sepuluh menit kemudian, tampak dalam suasana hati yang lebih baik dari kemarin, atau mungkin mereka hanya lapar karena begitu tiba di ruang makan, keduanya langsung bergulat untuk mengambil roti bakar di piring Jongdae. Jinri merasa semuanya benar-benar kembali seperti sedia kala, andai saja Chanyeol tidak kembali mencoba menyerang Myungsoo yang masuk ke ruang makan tidak lama kemudian. Beruntung walau Kyungsoo memiliki fisik yang paling kecil diantara yang lain, pria itu cukup kuat untuk menarik tubuh Chanyeol dan memaksanya duduk di sebuah kursi di sisi yang berlawanan dengan Myungsoo.

 “Aku sudah menyelesaikan semuanya tadi malam. Aku tau kau hanya mencoba untuk melindungiku dan menjadi kakak sepupu yang baik, oppa…” Jinri menyeringai pada Chanyeol yang wajahnya kembali memerah, “Tapi sekarang aku, kami, sudah baik-baik saja.”

“Baiklah…” Chanyeol mengangguk, matanya yang sejak awal tidak berhenti melotot kepada Myungsoo sekarang beralih ke arah Baekhyun yang duduk di sebelah Jongdae, yang sedang berbisik ‘aku tau Chanyeol memiliki oppa-kink’ pada temannya itu, Chanyeol mengerang.

“Berhenti mengejekku!”

“Aku tidak sedang mengejek, hanya menyatakan fakta. Setiap orang memiliki ..uh, kesukaan yang berbeda-beda, dan aku menghargai semua jenis kink, Chanyeol.” Baekhyun menjawab, lalu tertawa terbahak-bahak saat melihat Chanyeol yang sekarang berwajah semerah tomat berdiri dan berjalan keluar ruang makan sambil menggerutu, “Aku akan memanggil Soojung, aku heran kenapa Jinri tidak membangunkannya.”

“Dia tidak tahu?” Jinri bertanya setelah Chanyeol sudah cukup jauh.

“Dia tahu apa yang aku lakukan..” Myungsoo menjawab sambil menunduk, memandangi roti dihadapannya. “…tapi tidak dengan siapa aku melakukannya.”

Tampaknya Chanyeol bukan satu-satunya yang tidak mengetahui hal itu, karena begitu menyadari apa yang terjadi, Byun Baekhyun mendadak berdiri, memukul kepala Myungsoo dengan satu tangan sementara tangan yang lain mengambil sarapan Myungsoo, lalu kembali duduk.

“Aku layak mendapatkannya.” Myungsoo mengernyit sambil memegangi kepalanya yang terasa berdenyut, walau menghabiskan nyaris seluruh waktunya bermain game di komputer, pukulan Baekhyun cukup kuat untuk membuat Myungsoo menyesal pernah meremehkan pria ini.

“Kau layak mendapatkan lebih banyak lagi. Aku akan memastikan Chanyeol mengetahuinya, nanti, setelah kita kembali pulang dan memiliki akses yang dekat dengan rumah sakit. Karna aku yakin dia tidak akan bisa berhenti sebelum kau nyaris mati.” Baekhyun menggerutu, “Bagaimana bisa aku terlalu bodoh untuk tidak menyadari hal ini? Aku pikir Soojung hanya menangis karena melihat perkelahian Chanyeol dan Myungsoo. Siapa yang tau kalau dia juga terlibat. Tunggu dulu.. jadi tadi malam, aku melihatmu ada di kamarku, bukan, di kamar Jongdae.. kau tidur disana?”

Jinri mengangguk.

“Bersama Jongdae?” Baekhyun menatap Jongdae dengan tatapan jahil.

“Ya, tapi tidak seperti itu!”

“Wow aku akan menyewa dua kamar di rumah sakit saat kita pulang nanti.” Baekhyun tertawa, namun tawanya berhenti saat Chanyeol ternyata sudah kembali memasuki ruangan, sendirian.

“Siapa yang sakit?”

“Tidak ada.” Jinri menjawab sebelum Baekhyun sempat bicara apapun. “Mana Soojung?”

“Oh! Iya! Soojungie tidak ada di kamarnya.”

“Kau yakin?”

“Ya, dia tidak ada di kamarnya, atau dimanapun. Apa Soojung pergi keluar?” Chanyeol terlihat bingung, “Tapi untuk apa?”

“Kita tunggu saja.” Myungsoo yang menjawab, “Soojung tidak mungkin pergi jauh dengan berjalan kaki. Mungkin dia hanya mencari angin segar sebentar untuk… menenangkan diri.”

 

Soojung kembali pada pukul 06.30, saat matahari sudah terbit.

Atau lebih tepatnya, Soojung ditemukan pada pukul 06.30, saat matahari sudah terbit dan mereka dapat dengan jelas membedakan kumpulan pohon, dengan tubuh manusia.

Kyungsoo yang pertama menemukannya, saat mereka akhirnya keluar untuk mencari Soojung. Dia berteriak, jauh lebih nyaring daripada teriakannya tadi malam, membuat semua orang berlari menuju tempat Kyungsoo berdiri di sisi jurang, menunjuk ke arah sosok berbaju merah yang tersangkut diantara pepohonan dan sampah di bawah, paling tidak 20 meter dari tempat mereka berdiri sekarang.

Jinri ingin berkata bahwa Soojung mengenakan baju putih, bukan merah. Tapi dia mengurungkan niatnya karena setelah dia dapat melihat dengan lebih jelas, sosok itu jelas Soojung. Dan bajunya memang putih, hanya terlihat merah karena darah, banyak darah.

“Sial, aku harus menelpon kakakku.”

 

Kakak Myungsoo, Kim Sunggyu, adalah seorang polisi muda yang bekerja di kantor kepolisian distrik Jeonju. Kini pria yang menurut Jinri tidak-setampan-tapi-sama- menariknya-dengan-Myungsoo itu berdiri di hadapan mereka semua di ruang tamu. Wajahnya terlihat sangat tenang, bahkan saat pertama kali tiba di tempat ini tiga jam lalu dan mendapati bahwa adiknya mungkin saja terlibat dengan sebuah kasus pembunuhan, wajahnya tidak terlihat panik sama sekali. Atau mungkin itu hanya untuk mempertahankan facade-nya sebagai polisi saja, sebab Jinri sempat melihat Sunggyu menarik Myungsoo ke salah satu ruangan dan berbicara dengannya secara privat dan cukup lama tadi, lagi pula tidak mungkin dia memarahi Myungsoo di depan semua orang, kan?

“Berdasarkan hasil pemeriksaan pertama, sementara ini kami menduga bahwa Soojung bunuh diri dengan menjatuhkan dirinya dari balkon kamar. Sekitar pukul 11 sampai 12 tadi malam. Tidak ada bukti perlawanan, dia meninggal karena kehabisan darah. Walau tentu saja, itu hanya dugaan sementara.” Sunggyu menjelaskan.

“Karena itu aku mau satu persatu dari kalian masuk ke ruang ‘investigasi’,” Sunggyu menunjuk ke kamar yang sebelumnya ditempati Myungsoo, “dan jawab semua pertanyaan yang kami berikan.”

“Bukankah seharusnya kita melakukannya di kantor polisi? Dan ..uh, mungkin diberikan pilihan untuk membawa pengacara atau semacamnya?” Do Kyungsoo bertanya, raut wajahnya terlihat bingung.

“Kami akan memeriksa kalian sebagai saksi, bukan tersangka, walau tentu saja kalian memiliki hak untuk diam, dan mungkin besok atau lusa, setelah kami mengirimkan surat pemeriksaaan, kalian bisa datang ke kantor polisi dengan pengacara masing-masing.” Sunggyu memberikan pilihan, “Jadi bagaimana? Masih ada yang tidak setuju?”

Uh, Jinri tidak yakin apa Sunggyu benar-benar memberikan mereka pilihan sama sekali. Jadi Jinri menggeleng, dan melihat bahwa tidak ada satu orangpun yang mengangkat suara kembali, tampaknya mereka semua sepakat bahwa mereka memang tidak punya pilihan lain.

“Bagus, aku akan mulai dengan Myungsoo.” Sunggyu menunjuk Myungsoo yang duduk di sofa, di sisi yang berlawanan dengan Jinri, lalu memasuki ruang ‘investigasi’ terlebih dahulu.

Myungsoo berdiri, menoleh ke arah Jinri dengan ekspresi ragu sementara beberapa saat, lalu memutuskan untuk menghampirinya, tidak menghiraukan tatapan bingung yang lain. Myungsoo meraih tangannya dan Jinri meringis saat merasakan telapak Myungsoo yang terasa panas, atau telapak tangannya yang terlalu dingin?

“Semuanya akan baik-baik saja.”

Jinri ingin mendesis, tidak kamu tidak mengerti, tapi Myungsoo memang tidak akan mengerti, jadi Jinri mengangguk dan berharap semuanya sungguh akan baik baik saja. Jinri mengangkat wajahnya ke Myungsoo yang tampak mengernyit, apa dia bisa mendengar pikiran Jinri?

“Percayalah padaku,” Myungsoo memeluknya, dari sudut matanya Jinri bisa melihat Chanyeol dan Jongdae yang duduk bersebelahan melotot ke arah mereka. Tersenyum kecil, Jinri membalas pelukan Myungsoo. “Aku berjanji kita akan kembali seperti semula.”

Tentu saja, karena masalah kita sudah tidak ada, iya kan?

 

“Apa hubunganmu dengan Jung Soojung?” Adalah pertanyaan pertama Sunggyu begitu Jinri memasuki ruangan. Jinri menghembuskan nafas, hubungan mereka?

“Kami adalah sahabat..” dulu. Jinri melihat ke arah Sunggyu yang hanya diam, seolah memintanya untuk menjelaskan lebih rinci, jadi dia melanjutkan, “Kami bertemu di hari pertama sekolah menengah, aku tidak memiliki begitu banyak teman, sebelumnya aku hanya bergabung dengan Chanyeol dan teman-temannya. Soojung juga begitu, dia juga tampak tidak memiliki bakat dalam membuat teman jadi, yeah, mudah menjadi akrab saat kau sama sama sendirian.”

“La

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
babbychoi
#1
Chapter 2: Tuh kan! Aku tuh nggak bisa tenang kalo baca cerita kakak. Otaku pasti muter dan—
Kenapa Jinri?
choramyun99 #2
Chapter 3: Such a great story.... Aku kangen kakak tau... Kaget banget pas liat notif ada cerita baru dan authornya adalah kakak.... Beneran gak sabar nunggu cerita kakak lainnya. Apalagi The Truth, sumpah penasaran kelanjutannya. Semangat ya kak!!!