Second

Tempted

***

 

AUTHOR’S POV

 

Hanna memandang Luhan terpesona, melihat laki-laki di hadapannya dengan topeng berwarna emas itu. Hanna memiringkan kepalanya pelan, agar ia bisa melihat wajah Luhan lebih baik.

He looks so handsome, even when he wears that mask, batin Hanna.

“Apa yang sedang kau pikirkan?” bisik Luhan di telinga Hanna, begitu laki-laki bertopeng emas itu menyadari Hanna yang terus menerus menatapnya. Hanna mengendikkan kedua bahunya acuh, sebuah senyum misterius terukir di wajahnya yang cantik. Luhan tertawa pelan, melihat tingkah Hanna. Ia menggelengkan kepalanya pelan, “Alright, kau tak perlu memberitahuku jika kau tidak ingin”

“Hmm” Hanna menggumam pelan, menanggapi ucapan Luhan. Luhan menarik pelan tubuh Hanna, memperkecil jarak di antara mereka.

You’re so beautiful..” bisik Luhan menatap Hanna lembut. Hanna dapat merasakan jantungnya berhenti berdetak untuk sesaat, mendengar ucapan Luhan. Seperti ada kupu-kupu yang terbang di dalam perutnya, dan mendadak yang terlihat di matanya hanyalah Luhan. Hanna menyandarkan kepalanya di pundak Luhan, berusaha menenangkan detak jantungnya yang kini berdetak sangat cepat. Luhan tertawa pelan, membuat badannya ikut bergetar karena tawanya.

Why? Apakah kau malu?” Tanya Luhan pada Hanna yang masih menyandarkan kepalanya di pundaknya. Hanna menggelengkan kepalanya pelan, “Ani. Aku hanya.. tidak menduga kau akan berkata seperti itu”

Jari-jemari Luhan yang berada di pinggang Hanna, kini berada di belakang kepala gadis itu. Ia mengusap pelan kepala Hanna, “You’re beautiful. And I’ll always tell it to you, to make sure you know you’re beautiful

 

 

***

 

 

Sehun mengetuk-ngetukkan jarinya gusar di atas meja kerjanya. Laki-laki berambut pirang dan berkulit pucat itu tampak serius dengan kacamata yang bertengger di hidungnya. Kedua alis Sehun saling bertautan, melihat informasi yang tertera di laptopnya.

 

Lu Han

27 years old

Lu Corp.’s Owner and CEO

Married last year with Han Sora

 

Sehun mengacak rambutnya frustasi, “I need to tell her, sebelum terlambat”.

 

 

Hanna’s Apartment

 

Hanna menyisir rambutnya sambil bersenandung, sebuah senyum kecil terlihat dengan jelas di wajahnya yang merona merah. Pikiran gadis itu kembali melayang ke peristiwa tadi malam. Luhan terlihat begitu mempesona dan tampan. Lelaki itu mengantar Hanna sampai ke depan pintu apartemennya.

He looks like an angel.

 

Ting Tong.. Ting Tong..

 

Hanna beranjak dari depan cerminnya begitu ia mendengar bel apartemennya berbunyi. Namun belum sampai gadis itu ke pintu apartemennya, pintu itu terbuka menampilkan sosok Sehun dengan wajah serius. Alis Hanna terangkat melihat Sehun, “Ada apa?”

Sehun menghempaskan badannya di atas sofa dengan sebuah amplop yang ia taruh di meja, mengisyaratkan Hanna untuk melihat berkas yang berada di dalam amplop itu. Hanna meraih amplop berwarna coklat itu dan membuka isinya. Jantungnya berhenti berdetak, matanya membuat melihat isi dari amplop yang dibawa Sehun.

He’s married, Hann” Sehun menatap Hanna yang masih termenung dengan amplop yang dibawanya. Raut khawatir terlihat jelas di wajah laki-laki tampan itu.

Am I too late, Hann?”

Air mata mengalir jatuh dari pelupuk mata Hanna dalam diam. Sehun menarik Hanna ke dalam pelukannya, begitu ia meihat bulir-bulir air mata menghiasi wajah Hanna yang cantik. Hanna menangis terisak dipelukan Sehun, kedua tangannya memegang erat kemeja Sehun.

“S-Se-h-un”

“Shh, I’m sorry Hanna. Maafkan aku, maaf aku terlambat memberitahumu” rahang Sehun menegang, mendengar isakan Hanna. Ia mengusap-usap punggung Hanna, berusaha menenangkan sahabatnya itu. Hati Sehun ikut menangis melihat perempuan yang sudah seperti saudara kembarnya itu menangis tersedu-sedu. Ia tahu Hanna terlihat kuat dan tegar di hadapan semua orang, namun sesungguhnya gadis itu sangatlah berhati lembut dan mudah terluka. Oleh karena itu ia tidak pernah meninggalkan sisi Hanna, takut gadis berparas cantik itu terluka.

 

Are you okay now?” Tanya Sehun pelan begitu Hanna sudah tampak tenang dan berhenti menangis. Hanna menggelengkan kepalanya pelan, sebuah helaan nafas keluar dari bibirnya.

“Apa yang harus kulakukan, Hun?” ucap Hanna lirih. Ia tahu bahwa hal yang benar adalah menjauhi Lu Han, karena pria tampan itu ternyata telah memiliki istri. Namun hati kecilnya menjerit, karena ia telah terpesona akan sosok Lu Han yang begitu mempesona dan tampan meskipun hanya dalam waktu yang singkat. Tangan Sehun terkepal, melihat Hanna yang menatap kosong lantai. Laki-laki berambut pirang itu ingin menjauhkan sahabatnya dari Lu Han, karena itu adalah hal yang benar dan jalan yang terbaik. Namun apa yang bisa ia lakukan jika hal itu justru juga akan melukai Hanna?

 

 

***

 

 

Kai mengetuk-ngetukkan jari-jemarinya di atas meja, menunggu kedatangan Sehun. Laki-laki berparas tampan itu memejamkan matanya, membayangkan wajah Hanna. Sebuah helaan nafas terdengar darinya, tangannya terkepal erat. Ia merasa menyesal mengundang Lu Han pada malam itu. Jika ia tahu bahwa laki-laki berambut coklat keemasan itu akan membuat sahabatnya seperti ini, dengan senang hati ia tidak akan mengundang laki-laki itu.

 

Wait, kenapa Lu Han datang sendiri pada malam itu?

Kedua alis Kai saling bertautan, menyadari hal ganjil dari Lu Han. Biasanya, Lu Han akan datang bersama istrinya. Baru kali ini laki-laki itu datang sendiri ke sebuah acara pesta.

“Ada yang aneh” gumamnya pelan.

 

Lamunan Kai buyar begitu Sehun menarik kursi di hadapannya. Sehun menghela nafas pelan, membuat kedua alis Kai lagi-lagi saling bertautan. Kai menatap Sehun bertanya-tanya. Seakan bisa membaca pikiran Kai, Sehun menggelengkan kepalanya pelan. Rahang Kai mengeras, melihat Sehun yang menggelengkan kepalanya.

It’s too late, isn’t it?” ucap Kai getir.

“Kita harus melakukan sesuatu. Sebelum Hanna benar-benar terluka. You know I can’t see her like this, Kai”

Me too. Kita harus bisa menjauhkan Luhan dari Hanna. Sebelum Hanna semakin menyukai laki-laki sialan itu. Jika aku tahu akan begini, aku tidak akan pernah mengundangnya” Kai mengacak rambutnya frustasi, perasaan bersalah menggelayuti hatinya.

Sehun menepuk pelan pundak Kai, “It’s not your fault, Jongin-ah. Kita harus mencegah Luhan bertemu dengan Hanna bagaimanapun itu”

“Tentu saja, Hun

 

 

***

 

 

Samsung Medical Center Hospital

 

Sora menatap kosong ke arah jendela kamarnya, suara pintu yang terbuka tidak membuat wanita itu mengalihkan pandangannya. Kris menghela nafas pelan, melihat Sora yang tampak seperti tak bernyawa.

Why should you fall in love with him, Sora? Batin Kris.

Laki-laki bertubuh tinggi itu menggelengkan kepalanya pelan, mengusir pikiran-pikiran di kepalanya sebelum berjalan mendekati Sora.

 

Hi

Sora menolehkan kepalanya begitu ia mendengar suara Kris, sebuah senyum tipis terlihat di wajahnya yang cantik.

Hi, Kris. Kau tidak bekerja hari ini?”

Kris mengangkat kedua bahunya acuh, “I’m the boss, Sora. Aku bisa bekerja kapanpun sesukaku” gurau Kris. Sora menggelengkan kepalanya pelan, tidak percaya dengan apa yang dikatakan laki-laki berwajah tampan itu.

You can’t do that, Wu Yifan”

Yes I can, Han Sora”

Sora tertegun mendengar ucapan Kris, raut wajahnya berubah begitu ia menyadari Kris memanggilnya Han Sora. Wanita itu menatap tajam ke arah Kris, “Lu Sora, Kris. Namaku Lu Sora”

For me, you’ll always be Han Sora” ujar Kris.

“Kau ingin membuat seorang pasien tambah sakit, Kris? Karena kau membuat emosiku naik” geram Sora. Kris menatap kedua bola mata Sora, sebelum laki-laki itu menghela nafas dan mengangkat kedua tangannya.

“Aku pergi. Aku tak bisa berbicara denganmu seperti ini”

 

BRAAKK

Kris terduduk di lantai begitu ia menutup pintu kamar tempat Sora dirawat. Laki-laki berambut hitam pekat itu mengacak rambutnya frustasi.

“Sampai kapan kau akan terus begini, Sora?” lirihnya pelan.

 

 

***

 

 

Luhan menutup berkas di hadapannya, sebuah nafas lega terdengar dari laki-laki tampan itu. Ia memijat pelan kedua pelipisnya, berusaha mengurangi pusing di kepalanya. Sebuah senyum tersungging di wajahnya begitu kedua manik matanya tak sengaja melihat sebuah topeng emas yang sengaja ia taruh di atas rak buku yang berada di ruangannya. Pikirannya kembali melayang pada seorang gadis yang terus menerus memenuhi benaknya akhir-akhir ini. 2 minggu telah berlalu semenjak ia melihat Hanna, gadis yang membuatnya tak bisa memalingkan pandangannya dari pertama kali ia melihat Hanna. Baru kali ini ia merasakan perasaan seperti ini. Hanya Hanna, seorang perempuan yang bisa membuatnya terpaku dan tidak dapat mengalihkan pandangannya dari gadis itu. Sekuat apapun ia berusaha mengusir Hanna dari benaknya, namun nyatanya Hanna selalu berlari-lari di benak dan pikirannya.

“Jung Hanna” ucap Luhan pelan, sebuah senyum lebar terukir di wajahnya.

“Jung Hanna?” Luhan tersentak begitu ia mendengar suara Sora di dekatnya. Luhan mendongakkan kepalanya, melihat ke arah Sora yang kini sudah berada di hadapannya dengan sebuah kotak bekal makanan. Raut terkejut terlihat dengan jelas di wajah Sora, saat ia mendapati Luhan yang tersenyum dan menyebutkan nama seorang perempuan.

 

“Kau membawa kotak bekal lagi?” Tanya Luhan dingin pada Sora.

“Jung Hanna? Siapa dia, Lu?”

You don’t need to know, Han Sora” ujar Luhan meninggalkan Sora sendirian di dalam ruangannya. Sora menatap nanar kotak bekal yang berada di tangannya, air mata menggenang di kedua pelupuk matanya.

“Siapa Jung Hanna?” lirihnya pelan.

 

 

***

 

 

Samsung Medical Corp.

 

Derap suara sepatu terngiang di lorong, membuat sekretaris Hanna mendongakkan kepalanya. Seorang laki-laki jangkung dengan kacamata menghiasi wajahnya dan seorang laki-laki separuh baya menghentikan langkah mereka di depan sekretaris Hanna. Sekretaris Hanna melirik jam yang melingkar di tangannya, menyadari bahwa telah waktunya calon partner perusahaan mereka datang.

“Selamat datang, Mr. Wu”

Laki-laki tinggi berkacamata itu hanya menganggukkan kepalanya pelan, “Where to?”

“Silahkan, saya akan mengantar Anda” ujar sekretaris Hanna memandu Kris dan asistennya ke ruang rapat. Kedua alis Kris saling bertautan, mendengar suara tawa dari dalam ruang rapat.

 

“Ms. Jung, Mr. Oh” kedua atasan Samsung Medical Corp. itu menolehkan kepala mereka ke arah sekretaris Hanna dan Kris.

Sehun menghampiri Kris yang berjalan ke arahnya dan Hanna, “Welcome, Mr. Wu” ujarnya menjabat tangan Kris.

Thankyou, Mr. Oh”

Just call me Sehun. Dan ini adalah Ms. Hanna Jung, Branch Manager and also a doctor in here

“Senang bertemu dengan Anda, Mr. Wu”

“Kris Wu, Madam. Senang bertemu dengan Anda juga”

“Bagaimana kalau kita duduk dan langsung ke inti pertemuan saja?” ujar Sehun.

Sure, I don’t have a lot of time anyway” Kris menganggukkan kepalanya pelan. Kris, Sehun dan Hanna duduk bersama di meja lonjong beruangan ac itu. Sehun menerangkan rincian kerja sama antara Samsung Medical Corp. dengan Wu Empire, mengenai perluasan rumah sakit mereka ke China.

Kris tersenyum lebar, begitu kontrak perusahaannya dan Samsung Medical telah tertanda-tangan.

“Kami menantikan kerja sama denganmu, Mr. Wu” ucap Hanna, sambil menjabat tangan Kris.

Me too” jawab Kris.

“Bagaimana jika kita pergi makan siang untuk merayakan kerja sama perusahaan kita?” tawar Sehun. Kris melirik jam yang melingkar di tangannya, sebelum ia menganggukkan kepalanya pelan.

Okay, tapi tidak apa-apa bukan jika saya membawa serta seorang teman?”

Sehun melirik ke arah Hanna, “It’s okay no problem. Kami juga membawa seorang teman” ucap Hanna. Sebelah alis Sehun terangkat, mendengar ucapan Hanna. Gadis itu menunjukkan layar ponsel miliknya pada Sehun, membuat laki-laki itu menganggukkan kepalanya.

Okay, it’s settled then. We’ll meet you at the restaurant half hour more

Sure

Kris membalikkan badannya, meninggalkan Hanna dan Sehun di ruangan meeting tersebut. Kris mengeluarkan ponsel genggam miliknya, jari-jarinya menari dia atas layar touch screen itu, sebelum menggenggam ponselnya itu di dekat telinganya.

 

Yeoboseyo?”

“Kau sudah siap?”

“Hmm, I just need to put on my shoes and ready to go

Okay, apakah tidak apa-apa jika kita makan bersama rekan bisnisku?”

Alis Sora terangkat, bingung dengan ucapan Kris. “Rekan bisnis?”

“Hmm, aku baru saja menandatangani kontrak baru. Mereka mengajakku makan siang. Is it alright?

Sora tertawa kecil mendengar ucapan Kris, “You’re the boss not me, Kris. Lagipula bukankah aku yang mengganggu jika ikut makan siang bersamamu?”

Kris mendecakkan lidahnya, “Ck, kau tahu kau tak pernah menjadi penggangu untukku”

Okay okay, so I’ll meet you there Kris?” jawab Sora tertawa jenaka. Sebuah senyum terlihat di wajah Kris, mendengar suara tawa Sora.

Yeah, I’ll wait for you. Just take a cab, I’ll send you home later

Arasseo, bye Yifan

Kris menghela nafas begitu sambungan telfonnya dan Sora terputus. Laki-laki bertubuh jangkung itu melihat langit biru yang terbentang di atasnya. Mendengar suara tawa Sora sudah cukup baginya. Karena apa yang bisa ia lakukan jika wanita yang dicintainya mencintai orang lain?

 

***

 

You’re late” ucap Hanna begitu ia melihat Kai yang berjalan ke arahnya dan Sehun, dengan sebuket bunga lily putih di tangannya. Kai tersenyum jenaka melihat ekspresi wajah Hanna, “Karena itu aku membawa bunga kesukaanmu sebagai kartu perdamaian” ucap Kai membungkukkan badannya dan menyodorkan buket bunga besar di tangannya itu pada Hanna. Hanna menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah laku sahabatnya itu.

Ugh aku benci kenapa kalian begitu tahu kelemahanku” ucap Hanna sebelum mengambil buket bunga kesukaannya itu dari Kai. Sehun melingkarkan lengannya di atas bahu Hanna, “You know we love you so much, Hann”

Hanna tersenyum mendengar ucapan Sehun. Gadis itu tahu lebih dari siapapun, bahwa Sehun dan Kai benar-benar menyayanginya dan begitupun sebaliknya. Ketiga sahabat itu memasuki restoran jepan di hadapan mereka, memesan meja dan duduk di sebuah ruangan vip, mengingat mereka tidak hanya akan makan bertiga.

“Jadi, kau mendapatkan kontrak dengan Wu enterprise?” Tanya Kai, setelah mereka selesai memesan makanan.

Hanna menganggukkan kepalanya pelan, masih memfokuskan pandangannya pada bunga di pangkuannya. Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka, menunjukkan sosok Kris dan Sora.

“Ah, Mr. Wu!” Sehun beranjak dari tempat duduknya, dan menjabat tangan Kris.

Just Kris, Sehun-ssi. Tak perlu terlalu formal”

Sehun menganggukkan kepalanya, “Girlfriend?” ucap Sehun melihat ke arah Sora.

“Ah, annyeonghaseyo. I’m Lu Sora, this giant’s friend” ucap Sora memperkenalkan dirinya.

Kai mendongakkan kepalanya begitu ia mendengar nama wanita yang datang bersama Kris. Kai melirik ke arah Sehun, ia dapat melihat raut terkejut di wajah Sehun, meskipun laki-laki itu menyembunyikannya dengan sangat baik. Kai menoleh ke arah Hanna yang duduk di sebelahnya, ia dapat merasakan tubuh Hanna menegang, mendengar nama perempuan itu.

“Ah, apakah ini temanmu itu Sehun?” Tanya Kris begitu ia dan Sora duduk di hadapan Sehun, Kai dan Hanna. Kai meremas pelan tangan Hanna di balik meja, membuat gadis berparas cantik itu terbangun dari lamunannya dan menenangkan dirinya sendiri.

Nice to meet you, Mr. Wu. Saya Kim Jongin, CEO Kim. Co, but just call me Kai” ucap Kai menjabat tangan Kris.

“Kris, nice to meet you too Kai. Ah, perkenalkan ini Han Sora, teman baikku”

Sora menatap tajam ke arah Kris, “Lu Sora, Kris. Kenapa kau selalu lupa” ucap Sora. Kris mengendikkan kedua bahunya, “Well, I knew you as Han Sora first, not Lu Sora”

Sora menggelengkan kepalanya pelan, tak ingin berargumen lebih lanjut dengan Kris.

“Dan Sora, ini Jung Hanna. Branch Manager Samsung Medical Center

Hanna mendongakkan kepalanya, berusaha tersenyum sebaik mungkin ke arah Sora. “Nice to meet you, Sora-ssi”

Sora terpaku mendengar nama gadis di hadapannya itu.

Jung Hanna? Apakah nama gadis ini yang disebut Lu Han?, batin Sora.

Kris menyenggol pelan lengan Sora, membuat perempuan itu segera menganggukkan kepalanya. “Nice to meet you too, Hanna-ssi

 

****

 

 

“Kau baik-baik saja?” Tanya Sehun, meremas pelan tangan Hanna. Hanna menghela nafas, menggelengkan kepalanya pelan di pelukan Kai. Kai mengelus pelan kepala Hanna, membuat gadis itu semakin menghela nafas berat.

“Apakah ia masih mencoba menghubungimu, Hanna?” Hanna lagi-lagi menggelengkan kepalanya.

“Kau tahu bahwa kau tak bisa menyukainya kan Hanna?”

I know, Hun. He’s married. Aku tak ingin menjadi perusak rumah tangga orang lain”

Then, you should stop thinking about him Hanna”

It’s easier to said than to do it, Kai”

“Iya aku tahu, Hann. I know that very well. Tapi setidaknya, kau harus berusaha okay?” ujar Kai masih mengelus pelan kepala Hanna. Hanna mengangukkan kepalanya pelan, “Yeah, I’ll try

 

 

TBC

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet