Prolog
Rum Pum Pum Pum"Tolong, tolong, tolong," harapnya cemas dalam hati. Kakinya memacu cepat melalui jalan setapak yang berbatu. Dia kemudian berhenti di depan pagar tinggi. Ada semakan kecil menutup pangkal bawah pagar itu. Dia menggeser tubuhnya pelan-pelan lalu menerobos salah satu semak.
Pagar itu tinggi, menyusahkan dirinya mencapai puncak. Tapi atas desakan kekhawatiran, dia mampu mengangkat tubuhnya menaiki benda padat itu.
Kakinya kembali berlomba mengambil langkah. Dinding tiap dinding berganti di laluinya. Sampai senyumnya mengembang mengikuti rasa leganya. Tanpa membuang lebih banyak waktu dia mendorong pintu bercat coklat yang menjadi tempat tujuannya.
Pintu kelas terhempas kasar. Puluhan pasang mata melihat kearah yang sama, tepat pada celah pintu yang melebar. Hanya sebentar sampai pemilik mata-mata itu kembali menggabaikan sosoknya.
Amber masuk kedalam kelas dengan butiran peluh menitiki wajahnya. Napasnya berat karena berlari, tapi dia tetap memaksa bicara. "Maaf telat saem," katanya pelan sambil menunduk berusaha mengatur napasnya.
"Siapa namamu?"
Amber buru-buru mendongak begitu ditanya. Seingatnya, guru matematikanya sudah mengenal dirinya. Seingatnyaa juga, guru matematikanya perempuan. Dan.. ya, sosok asing di depan mata menjawab semuanya.
Gurunya diganti?
"Siapa namamu?"
"A-Amber Liu."
Orang itu
Comments