Pertemuan Kedua

00.00

2

 

Hari sudah mulai gelap ketika Minnie datang membawa buku terakhir untuk murid pindahan baru ke kamar asrama YuQi, “Sepertinya ini yang terakhir.”  Ucap Minnie sedikit telat menyadari ada gadis lain disebelah YuQi, “Oh hei! Kau pasti Shuhua ya? Aku Minnie teman saudarimu.”

               Shuhua membungkuk dan tersenyum, “Saya Shuhua, terimakasih banyak sudah membantu, Minn—”

               YuQi dengan cepat memotong, “Dia senior kita.”

               Shuhua langsung membenahi ucapannya dan membuat Minnie tertawa kecil, “Maaf, Unnie. Terimakasih sudah membantu.”

               “Tidak apa-apa, kau kan saudari sahabatku. Jangan terlalu sungkan,” lalu Minnie melihat YuQi yang sedang memutar matanya dengan malas, Minnie duduk disebelahnya sementara Shuhua sibuk membereskan barang-barang miliknya yang baru sampai, “kau jangan terlalu menakutinya.”

               “Aku hanya mengajarkannya sopan santun, Unnie.” Ucap YuQi ringan sambil mengangkat kedua bahunya, “dan, maaf sudah banyak merepotkan Unnie, kalau pergelangan kakiku tidak sakit aku akan melakukan tugas itu sendiri.” Sambungnya pelan, kedua mata coklat gelapnya menatap gips kakinya yang baru terpasang beberapa hari lalu.

               Gadis Thailand itu membenturkan pelan bahunya ke juniornya, berusaha mengangkat suasana hati sahabatnya yang sedang bersedih, “Hei kita kan sudah berteman lama. Santai saja, kakimu pasti akan segera sembuh kok.

               YuQi tersenyum, “Terimakasih, Unnie.”

               “Sama-sama.” Balas Minnie sambil mengelus kepala YuQi.

               Shuhua memandang foto kedua orang tuanya sebelum akhirnya menaruhnya diatas meja dan menyaksikan kedua senior barunya yang sedang menghibur satu sama lain. YuQi mengalami kecelakan ketika berlatih menari saat Shuhua kembali melakukan rutinitas menghilangnya, Shuhua sudah mencoba menghiburnya saat ia kembali tapi sepertinya ia tahu betul yang hanya dapat menghibur ‘saudari tiri’-nya adalah gadis Thailand itu.

               “Umm… aku akan melihat-lihat sekitar sebentar, Unnie.” Pamit Shuhua tidak ingin mengganggu kedua seniornya. Minnie terlihat akan mengatakan sesuatu namun dipotong oleh YuQi, “Kau tahu kan peraturannya? Kembalilah sebelum jam 9.”

               Shuhua mengangguk pelan lalu keluar meninggalkan mereka berdua dikamar.

               Ia tidak tahu ingin kemana, semuanya terasa asing. Ia selalu merasa asing dimanapun ia berada dan ini bukan hal yang baru untuknya. Ia sudah sedikit terbiasa semenjak tinggal bersama keluarga YuQi. Tidak, ia tidak membenci YuQi, ia menyayanginya seperti keluarga sendiri. Seperti kakak sendiri. YuQi adalah ‘keluarga’ satu-satunya yang ia miliki, dia juga yang menyarankan Shuhua untuk berhenti homeschooling dan ikut masuk ke Cube Academy agar memiliki teman baru dan lainnya. Orangtua YuQi juga menyarankan hal yang sama, tentu saja Shuhua tidak bisa menolak. Ia tidak memiliki apapun bahkan pilihan walaupun keluarga YuQi sangat baik kepadanya.

                Tanpa terasa Shuhua sudah berada dilantai paling atas menara akademinya, akademi yang memiliki dua sekolah khusus perempuan dan laki-laki ini terkenal memiliki aturan yang sangat ketat dan memiliki bangunan sekolah tua bermenara tinggi yang katanya angker. Shuhua merutuki dirinya karena terlalu tenggelam dalam pikirannya lagi, siapapun yang melihat Shuhua sekarang pasti akan membawanya ke guru Pembina dan menjadi topik paling hangat besok.

               Sebelum kakinya beranjak kedua mata Shuhua menangkap sebuah wajah familiar sedang memandang kosong dan meminum sesuatu. Shuhua memberanikan diri mendekat dan memastikan perempuan itu adalah orang yang sama seperti yang ia pikirkan. Semakin dekat wajahnya terlihat semakin jelas, rambut panjang berwarna coklatnya sangat mirip.

Tidak salah lagi.

               “Apa yang kau lakukan disini?” tanya Shuhua tanpa basa-basi lagi mengagetkan perempuan itu, perempuan itu tersedak sambil menutupi mulut dan hidungnya, minuman berwarna merah yang ia minum sedikit keluar dari hidungnya. Shuhua mengerinyitkan dahinya sedikit merasa bersalah dan jijik perempuan yang tidak sengaja ia kagetkan.

               Tentu saja seperti pertemuan pertama mereka di hutan, perempuan yang lupa ia tanyakan namanya ini membalas ‘sapaan’-nya dengan emosi. “Tidak bisakah kau melakukan sesuatu tanpa membuatku kesal!” pekik perempuan itu sambil membereskan diri dan nafasnya. Ia terlihat sangat kesal dengan aksi Shuhua barusan.

               Shuhua-pun tahu benar jika ia harus menunggu suasana hati perempuan itu reda sebelum bertanya lagi, sambil menunggu ia mencuri pandang kearah perempuan itu, tidak ada yang benar-benar berubah dari perempuan itu, wajahnya rupawan dengan alis sedikit tebal dan memiliki mata bulat berwarna hitam legam sepertinya, kulitnya masih terlihat pucat namun tidak sepucat saat ia temui dahulu, ia juga masih suka memekik dan panik secara tiba-tiba. Memandangnya terlalu lama membuat Shuhua gugup, jantungnya berdegup kencang.

               Shuhua mulai berpikir kalau semua ucapan YuQi sebelum-sebelumnya benar, ia seharusnya masuk ke sekolah biasa sedari dulu agar lebih terbiasa berinteraksi dengan orang lain. Shuhua benar-benar merasa asing dengan perasaan yang ia rasakan saat ini, ia tidak terbiasa dengan orang lain, dunia luar maupun seisinya.

               “Berhenti menatapku.” Ucap perempuan itu ketus menyadarkan Shuhua dari pikirannya. Untuk pertama kalinya dari sekian lama Shuhua merasa sangat malu dan dengan cepat ia mencari alasan untuk menutupi rasa malunya.

               “A-aku tidak menatapmu!” balas Shuhua panik, “aku penasaran dengan apa yang kau minum!” sambungnya dengan cepat dan mantap, balasan Shuhua berhasil merubah keadaan, dengan jelas Shuhua melihat perubahan wajah perempuan itu menjadi panik. Entah mengapa Shuhua merasa senang melihat banyak ekspresi di wajah perempuan itu, ia menemukan keadaan ini lucu dan ingin menertawakannya namun ia menahannya.

               Kali ini perempuan itu yang gelagapan, “A-I-Ini jus!” jawabnya berusaha meyakinkan, “Jus stroberi! Fermentasi stroberi!”

               Apa?

               Shuhua tidak percaya dengan jawaban itu namun ia juga tidak ingin berurusan dengan semua hal yang berhubungan dengan stroberi, entah jawaban itu benar atau tidak, ia tidak ingin mau tahu lebih lanjut mengenai apapun tentang stroberi. “Kenapa? Kau tidak suka?” tanya perempuan itu sedikit menantang dan menggodanya saat menyadari raut wajah Shuhua berubah.

               Shuhua menggeleng, “Menjijikan.”

               “Kau tidak menyukai stroberi? Aneh.” kata perempuan itu lalu kembali meminum minumannya, berusaha tidak memperdulikan Shuhua lagi. Atau sepertinya tidak ingin berurusan dengan Shuhua lagi.

               “Apa yang kau lakukan disini?”

               “Bisakah kau berhenti bertanya?” balas perempuan itu tanpa melihat Shuhua. Sepertinya ia benar-benar tidak ingin diganggu oleh siapapun, Shuhua hanya diam dan menghargai privasi perempuan itu walaupun ia sedikit merasa sebal karena tidak mendapatkan respon yang diinginkannya. “Kau anak baru itu ya?” tanyanya perempuan itu tiba-tiba.

               Shuhua menjawab dengan dehaman pelan.

               Lalu mereka berdua terdiam. Shuhua punya banyak pertanyaan ke perempuan misterius ini tapi ia tidak memiliki keberanian untuk mengganggunya lagi dan perubahan suasana benar-benar membuatnya canggung, Shuhua ingin kembali sebelum YuQi mulai mengkhawatirkannya. Tiba-tiba perempuan itu berkata pelan, “Selamat datang di Cube.”

               “Terimakasih.”

               Perempuan itu kaget, “Kau bisa tersenyum!”

               “Tentu saja aku bisa tersenyum!” balas Shuhua sedikit kesal dan aneh dengan ucapan perempuan itu.

               “Kau seharusnya lebih banyak tersenyum dan sedikit bertanya.” Saran perempuan itu dengan nada yang lembut, entah kenapa Shuhua merasa sangat malu mendengarnya. Sesaat perempuan itu tersenyum, minumannya sudah habis sedari tadi namun ia tetap menyimpan sisa botol minuman itu kedalam tasnya. Kemudian perempuan itu menyadari kecanggungan Shuhua dan buru-buru mengganti topik dengan ikutan canggung, “umm terimakasih juga sudah menolongku saat itu”

               Shuhua mengangguk pelan dan berusaha tidak memandangnya. Wajahnya memerah malu, ia sudah lama tidak pernah mendengar orang memujinya secara langsung. Ia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa disaat dirinya malu seperti ini. Terdengar samar perempuan itu akan berbicara lagi, tapi terpotong oleh suara lain yang memanggilnya, “Miyeon.”

               Keduanya menoleh ke arah suara tersebut, Shuhua kaget dan takut karena bertemu orang lain lagi saat ini. “Soyeon, umm ada apa?” tanya perempuan yang akhirnya Shuhua ketahui namanya. Perempuan bernama Soyeon itu mendekat, hal yang pertama Shuhua sadari adalah warna kulit pucatnya sama seperti Miyeon. Perempuan itu lebih pendek dari Shuhua namun ada sesuatu yang membuat Shuhua sedikit takut berhadapan dengannya—ada sesuatu…ada alasan lain selain karena dia senior dan orang yang bertanggung jawab terhadap jam malam, Shuhua tidak bisa memastikan ketakutannya.

               Karena pencahayaan temaram rambut hitam Soyeon berkilat tekena cahaya bulan. Kedua mata tajamnya melirik Shuhua dingin lalu kembali melihat Miyeon.

               “Sudah jam 9, kau harus kembali ke kamarmu.” Ucapnya, “kau juga, Song Shuhua.”

               Shuhua membungkuk dan menjawab dengan gugup, “B-baik, Unnie.”

               Sebelum pergi Shuhua kembali membungkuk, Miyeon tersenyum kearahnya namun Shuhua terlalu malu dan takut untuk membalasnya, ia langsung berjalan pergi. Setelah Shuhua terlihat mulai menuruni tangga Miyeon segera melirik temannya tajam, “kau tahu namanya?”

               Soyeon membalas tatapan temannya dengan aneh, “Aku presiden siswa disini, tentu saja aku tahu.”

               “Kau seharusnya memberitahuku.” Ucap Miyeon sedikit gemas. Soyeon menatapnya semakin aneh.

               “Kau biasanya tidak terlalu tertarik dengan hal seperti itu.”

               Miyeon menyadari kesalahannya lagi, “A-a-mungkin saja dia orang yang kucari selama ini!”

               Soyeon tidak mempercayai jawaban tidak pasti temannya, ia yakin ada sesuatu diantara Miyeon dan anak baru itu. “Aku tahu saat kau berbohong, Unnie. Ayo kembali sebelum orang lain melihat.” Ucap Soyeon tidak mau melanjutkan pembicaraan yang ia yakini pasti berujung tidak penting. Sama-sama tidak ingin meneruskan pembicaraan Miyeon akhirnya menyetujui saran temannya, kedua perempuan itu kembali ke kamar asramanya.

               “Seriusan, Unnie. Jus fermentasi stroberi?” kata Soyeon sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, sedikit lelah dan tidak mengerti cara berpikir teman sekamarnya. Miyeon tidak menjawab, wajahnya memerah malu.

 

 

 

 

 

Sepertinya akan berlanjut......

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet